Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
ANAMNESA PRIBADI
Nama
: Rusli Saleh
Umur
: 71 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Suku
: Melayu
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
Nomor RM
: 89.80.01
Tanggal Masuk
: 17 Desember 2013
ANAMNESA PENYAKIT
Keluhan Utama
Telaah
RPT
RPO
: Tidak dijumpai
STATUS PRESENS
Sensorium
: Compos Mentis
Anemis
: Tidak dijumpai
Tekanan Darah
: 130/70 mmHg
Ikterik
: Tidak dijumpai
Frekwensi Nadi
: 72 x/i
Sianosis
: Tidak dijumpai
Dispnea
: Tidak dijumpai
Edema
: Tidak dijumpai
Frekwensi Nafas
: 22 x/i
Suhu
: 370C
STATUS GENERALISATA
Kepala
Mata
Leher
Toraks
Abdomen
Genitalia
Ekstremitas
STATUS OPTHALMIKUS
PEMERIKSAAN
OCULI DEXTRA
OCULI SINISTRA
Visus
6/18 (PH:6/12)
6/18 (PH:6/12)
Koreksi
Posisi
Orthoporia
Orthoporia
Palpebra Superior
Palpebra Inferior
Conj. Bulbi
Kornea
Clear
Clear
COA
Sedang
Sedang
Pupil
Iris
Cokelat
Cokelat
Lensa
Jernih
Jernih
Gambar
TERAPI :
Kacamata Spheris +1.00 pada mata kanan dan +1.00 pada mata kiri
KMB +3.00 pada mata kanan dan +3.00 pada mata kiri
C. Lytheers ed 3 gtt I ODS
SARAN : 3
EDUKASI
mengistirahatkan mata
Hindari posisi membaca terlalu dekat atau membungkuk atau sambil tiduran
Bila membaca dan bekerja, gunakan penerangan yang baik
Gunakan kacamata
Periksakan mata secara berkala (kontrol teratur)
PROGNOSIS
Dubia ad bonam
ANALISA KASUS
Pasien laki-laki berusia 71 tahun, datang dengan keluhan pandangan kabur saat
membaca. Pandangan kabur saat membaca dialami OS sejak 1 tahun yang lalu.
Penglihatan kabur saat membaca disertai perih pada mata, mata terasa panas, dan keluar
air mata. Keluhan ini hilang timbul dan kadang disertai sakit kepala seperti berdenyut
yang lebih terasa dibagian depan kepala. OS merasa penglihatan jauhnya tidak terganggu.
Riwayat trauma pada mata (-), penglihatan berawan (-), melihat bintik-bintik (-), melihat
dua bayangan pada satu benda (-).
Diagnosis hipermetropia ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
oftalmologi. Dari anamnesis didapatkan adanya keluhan berupa penglihatan kabur saat
melihat dekat (membaca), disertai mata perih terasa panas dan keluar air mata saat melihat
dekat serta kadang disertai rasa sakit kepala. Hal ini sesuai dengan kepustakaan bahwa
hipermetropia merupakan keadaan gangguan kekuatan pembiasan mata dimana sinar
sejajar jauh tidak cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya terletak dibelakang retina.
Gejala-gejala ini muncul karena mata berusaha memfokuskan bayangan yang jatuh
dibelakang retina agar jatuh tepat diretina dengan cara berakomodasi. Untuk melihat
benda yang dekat, mata harus berakomodasi lebih kuat lagi agar bayangan tidak jatuh
lebih jauh dibelakang retina. Karena adanya akomodasi yang berlebihan itu, mata menjadi
lelah atau timbul astenopia akomodatif yang gejala-gejalanya antara lain adalah
penglihatan kabur saat melihat dekat, mata terasa lelah, perih, berat dan panas sampai
keluar air mata. Bila penderita tidak mengistirahatkan matanya dan terus berakomodasi,
maka gejala yang timbul akan makin berat dan menimbulkan sakit kepala.
Pada pemeriksaan oftalmologi didapatkan VOD 6/18 dan VOS 6/18. Setelah
menggunakan pin hole, visus mengalami kemajuan menjadi VOD 6/12 dan VOS 6/12.
Mata kanan di koreksi dengan lensa spheris +1.00 maka VOD menjadi 6/8, mata kiri
dikoreksi dengan lensa spheris +1.00 maka VOS menjadi 6/8. Berdasarkan kepustakaan,
hipermetropia dapat dikoreksi dengan pemakaian lensa spheris positif.
Penanganan hipermetropia yaitu dengan memberikan lensa spheris positif terbesar
yang memberikan visus terbaik. Penggunaan lensa spheris positif ini ditujukan untuk
membelokkan sinar-sinar yang datang sehingga fokus sinar-sinar tersebut dapat dimajukan
dan difokuskan tepat pada retina, dimana penderita ini hasil koreksi yang digunakan
5
untuk oculi dekstra dan oculi sinistra adalah menggunakan lensa S +1.00. pemilihan
kekuatan lensa yang dipakai untuk mengoreksi kelainan refraksi pada pasien ini adalah
dengan menggunakan lensa yang berkekuatan terbesar yang masih memberikan perbaikan
visus yang optimal. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya under correction
atau keadaan dimana lensa yang digunakan untuk mengoreksi ternyata kurang cukup kuat
membelokkan sinar sehingga sinar-sinar tersebut difokuskan tidak tepat di retina tetapi
sedikit dibelakang retina. Keadaan ini masih dapat dikompensasi dengan daya akomodasi
namun dapat menimbulkan kelelahan atau astenopia akomodatif.
Selain penanganan dengan pemberian resep kaca mata, penderita juga diberikan
terapi simptomatis untuk mengurangi gejala keletihan pada mata setelah membaca lama
dan menonton TV, pemberian vitamin A dan zat-zat lain yang dapat menguatkan mata.
Setelah diterapi, penderita dianjurkan untuk memperbaiki kebiasaan yang dapat merugikan
kesehatan mata, seperti membaca lama dan menonton TV lama tanpa beristirahat serta
posisi membaca yang salah (membungkuk atau sambil tiduran). Dianjurkan pula untuk
mempergunakan penerangan yang memadai bila hendak membaca atau melakukan
pekerjaan, mulai menggunakan kaca mata dan membiasakan diri untuk memeriksakan
kesehatan mata secara teratur. Dengan demikian, diharapkan kelainan hipermetropianya
tidak bertambah buruk.
Prognosis penderita ini Dubia ad bonam, karena belum ditemukan adanya
komplikasi seperti glaukoma.