Вы находитесь на странице: 1из 24

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rongga mulut merupakan sesuatu yang amat penting sehubungan dengan kesehatan
tubuh seseorang , karena rongga mulut merupakan cermin kesehatan seseorang serta pintu
utama dan pertama masuknya bahan bahan makanan yang di perlukan untuk pertumbuhan
yang sempurna bagi kesehatan yang optimal. Meskipun begitu rongga mulut dapat
mengalami berbagai macam perubahan atau kelainan yang merupakan masalah yang belum
dapat di atasi sepenuhnya. Perubahan ataupun kelainan di dalam rongga mulut tersebut dapat
timbul oleh karena keadaan rongga mulut yang sangat kompleks yang merupakan tempat
terpapar tehadap factor local . Faktor local seperti iritasi mekanik , fisik, mekanik, kimiawi,
serta berbagai macam organisme dan susunan saliva dapat mempengaruhi perubahan kondisi
rongga mulut.
Selain factor local rongga mulut juga dapat berubah atau mengalami serangan oleh
karena adanya factor sistemik yang di derita seseorang. Perubahan atau manifestasi oral
tersebut terkadang dapat muncul sebelum penyakit sistemik yang mendasarinya terdiagnosa
pada awal perkembangan penyakit. Dokter gigi sebagai tenaga kesehatan dapat menjadi
orang pertama yang mendeteksi adanya kelainan sistemik pada pasiennya secara dini. Salah
satu penyakit sistemik yang dapat menyebabkan perubahan kondisi rongga mulut adalah
anemia.
Anemia merupakan penyakit kekurangan zat besi atau lazim disebut defisiensi zat
besi adalah masalah kesehatan masyarakat yang serius, yang apabila tidak segera
ditanggulangi, akan berkembang menjadi anemia defisiensi zat besi. Anemia defisiensi zat
besi menyebabkan kerusakan pada jaringan tubuh. Hal ini berkaitan dengan senyawasenyawa komplek dan enzim-enzim yang bergantung pada zat besi. Gambaran klinis yang
terjadi akibat pengaruh defisiensi zat besi bisa terlihat melalui fisik seseorang pada umumnya
dan mukosa rongga mulut khususnya. Gambaran klinis tidak begitu menonjol apabila anemia
defisiensi zat besi masih dalam taraf ringan dan sedang. Gambaran klinis yang menonjol
apabila anemia defisiensi zat besi telah berat adalah iritabilitas, anoreksia, letargi, infeksi,
takikardia, dilatasi jantung serta sering terdengar bising jantung sistolik, koilonika dan pica.
Pengaruh defisiensi zat besi pada rongga mulut yang spesifik adalah pada lidah dan sudut
mulut. Manifestasinya pada Iidah adalah adanya atrofi papila filiformis dan papila
1 | ORAL MEDICINE

fungiformis sehingga Iidah akan terlihat licin, berkilat dan sakit. Disamping itu mukosa akan
terlihat pucat, pada sudut mulut terlihat angular cheilitis, terjadi kandidiasis dan ulser dalarn
bentuk Reccurent Aphthous Ulcer (RAU). Dokter gigi perlu memahami hal ini, karena pasien
sering tidak menyadari penyakitnya sehingga dokter gigi dapat bertindak sebagai penemu
kasus. Perawatan gigi terhadap pasien yang menderita anemia defisiensi zat besi dilakukan
bila telah ada persetujuan darl ahli hematologi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Jelaskan m/engenai linea alba bukalis baik mengenai definisi, pemeriksaan, dan
perawatan
2. Jelaskan mengenai Reccurent Aphtous Stomatitis (RAS) dan penegakan diagnosa dari
RAS
3. Bagaimana hubungan antara penyakit anemia dengan rongga mulut?
4. Bagaimana hubungan kartu status dengan pemeriksaan pada pasien?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui linea alba bukalis baik mengenai definisi, pemeriksaan, dan
perawatan
2. Untuk mengetahui Reccurent Aphtous Stomatitis (RAS) dan penegakan diagnosa dari
RAS serta mengetahui different diagnosis (DD) dari RAS
3. Untuk mengetahui hubungan dari penyakit anemia dengan rongga mulut
4. Untuk mengetahui hubungan kartu status dengan pemeriksaan pada pasien

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PRINSIP-PRINSIP DIAGNOSIS
A. Riwayat Klinis
Keluhan
Gaya pengambilan riwayat penyakit tergantung pada pribadi masing
masing klinisi, tetapi perlu diperhatikan bahwa dari awal pemeriksaan sudah
2 | ORAL MEDICINE

harus ditentukan apakah seorang penderita mempunyai lebih dari 1 keluhan.


Bila ada lebih dari 1 keluhan, masalah utama harus dilakukan terlebih dahulu,
diikuti dengan keluhan lainnya berurutan ke bawah sesuai dengan tingkat
keseriusannya. Ada beberapa pertanyaan dasar yang harus diajukan untuk

memastikan ciri ciri keluhan :


1. Lokasi
2. Kapan pertama kali diketahui
3. Kapan kehadirannya
4. Faktor fakor yang mempercepat
5. Faktor faktor yang memperingan
(Lewis:7)
Rasa sakit
Dalam kasus rasa sakit yang perlu diperhatikan adalah sifat, kehebatan,
serta kapan terasanya. Pasien harus ditanya apakah rasa sakit timbul setiap
hari, dan bila demikian, bagaimana rasa sakit berubah dari waktu ke waktu

dari bangun di pagi hari sampai menjelang tidur dimalam hari.(Lewis:9)


Pembengkakan
Keberadaan dan keparahan pembengkakan yang terus menerus dapat
ditentukan oleh klinisi pada saat pemeriksaan. Dalam sejumlah kondisi,
pembengkakan mungkin episodik dan tidak ada pada saat pada pasien datang.
Dalam keadaan demikian, pasien harus ditanya untuk menggambarkan
basarnya pembengkakan misalnya apakah ukurannya sebesar kacang polong,
jagung atau biji kenari, waktu terjadinya serta kecepatan pertumbuhannya.

Kesadaran pasien akan pembengakakan itu harus dicatat. (Lewis:9)


Ulser
Bila pasien mengeluh tentang adanya ulserasi, apakah ulserasai baru
terjadi untuk pertama kalinya atau apakah sebelumnya udah pernah timbul.
Dalam kasus ulserasi yang berulang, informasi yang harus didapatkan dalah
mengenai lokasi, jumlah, frekuensi, serta lamanya (durasi luka). (Lewis:9-10)

B. Riwayat Medis
Dua alasan medis dalam pengambilan riwayat penyakit yang memadai adalah,
pertama, kesadaran akan adanya penyakit sistemik dan kedua adanya persiapan untuk
segala kemungkinan keadaan darurat medis yang dapat timbul. Selain faktor faktor
diatas, pengambilan riwayat medis untuk alasan medikolegal sekarang diwajibkan.
(Lewis:12)
C. Riwayat Sosial
Dalam konteks riwayat sosial yang relevan pasien harus ditanya mengenai
status perkawinan, pekerjaan sekarang dan dulu, kebiasaan merokok, jumlah alkhohol
3 | ORAL MEDICINE

yang diminum, penyalahgunaan obat obatan perawatan sebelumnya yang


berhubungan dengan kegelisahan dan depresi. (Lewis:12)
D. Riwayat dental
Riwayat dental harus mencakup perincian pola pertumbuhan gigi, tipe dan
umur gigi palsu dan serta kapan dipakainya. Rincian tiap setiap ortodonti lepasan atau
cekat harus dicatat. Hal ini sangat membantu dalam memastikan apakah keluhan itu
ada hubungannya dengan gigi sebelumnya. Bagi pasien yang menggunakan protesa,
pertanyaan mengenai kebersihan protesa harus diajukan, termasuk rincian dari cairan
yang digunakan untuk membersihkan dan merendam protesa pada malam hari. Perlu
juga diketahui apakah pasien memeriksakan diri secara teratur atau tidak karena hal
ini dapat memberikan persepektif tentang arti kesehatan mulut bagi dirinya.
(Lewis:12-13)
E. Pemeriksaan Klinis
Dokter gigi mempunyai kesempatan yang baik untuk mengamati pasien pada saat
pencatatan riwayat klinis. Dengan cara ini, kelainan kelainan dapat dilihat dengan
jelas, seperti misalnya pelumpuhan saraf kranial, pembengkakan wajah atau ruam
ruam kulit. Mengamati frekuensi kedipan yang melebihi normal juga sangat berguna
bagi dokter, karena hal ini dapat mengindikasikan adanya serophthalmia. Apabila bila
pasien jelas jelas ketakutan atau menunjukkan tanda tanda segera akan menangis,
ini mungkin menunjukkan adanya kekacauan psikologis. Tak ada metode pemeriksaan
klinis tertentu yang bisa dianggap lebih benar selama jaringan diperiksa secara
cermat. Pemeriksaan dapat dibagi atas ekstraoral dan intraoral.
Pemeriksaan Ekstraoral
Mendahulukan pemeriksaan ekstraoral merupakan pemeriksaan yang
logis dan hal ini dapat dimulai dengan palpasi pada leher untuk pemeriksaan
limpadenopati. Tata caranya harus dijelaskan pada pasien dan dilakukan dari
belakang. Semua nodus submental, submandibular, aurikular posterior dan
servikal harus dipalpasi secara bergantian. Vertebra servikalis harus dipalpasi
dan gerak leher harus diperiksa dalam gerakan lateral dan rotasi. Kelenjar
saliva parotis harus dipalpasi dan segala pembesaran atau pelunakan harus
diperhatikan. Dalam pembesran parotis yang sejati ada defleksi ke arah luar
dari bagian bawah lobus telinga bagian bawah lobus telinga; pendeteksian
yang terbaik adalah dengan melihat wajah. Condil mandibula harus dipalpasi
dan pasien diminta untuk mengerak gerakkan rahang dalam jangkauan
penuh, termasuk membuka mulut secara maksimal dan melakukan gerakan
gerakan lateral. Setiap pembatasan gerak dan nyeri harus dicatat. Otot otot
4 | ORAL MEDICINE

lateralis dan masseter harus dipalpasi dan dengan rahang dalam keadaan
tertutup dan dikeraskan oleh pasien, untuk menentukan bagian paling tebal
serta ada atau tidaknya tersa nyeri. Melakukan tekanan pada daerah daerah
yang dikeluhkan sakit oleh penderita akan sangat membantu, seperti akan

misalnya pada sinus maksilaris atau pada arteri arteri temporal. (Lewis:13)
Pemeriksaan Intraoral
Klinisi harus menggunakan sarung tangan operasi untuk melakukan
pemeriksaan intraoral. Bila pasien menggunakan gigi palsu maka gigi palsu ini
harus dilepas dan diperiksa apakah ada bagian yang rusak atau adanya debris.
Selanjutnya mintalah pasien untuk memasangkannya kembali ke dalam mulut.
Guna menilai hubungannya dengan daerah abnormalitas mukosa.
Pemeriksaan intraoral yang sistemik harus dilakukan untuk memastikan bahwa
tidak ada daerah dimulut yang terlewati. Bagian dalam bibir, palatum keras
dan lunak, mukosa bukal, dasar mulut, dan tepi dasar serta lateral dari lidah
juga diperiksa. Tepi lateral lidah harus diperiksa dengan jalan ujung lidah
dipegang dengan menggunakan sebuah kasa. Jumlah gigi yang ada harus
dicatat seiring dengan evaluasi singkat mengenai distribusi karies atau
restorasi dan adanya kelainan periodontal termasuk goyangnya gigi gigi.
Selama pemeriksaan, jumlah dan kekentalan saliva dapat ditentukan. Cara
penilaian yang sederhana adalah kaca mulut harus mudah diangkat dari
jaringan, ketika ditempatkan pada mukosa bukal. Bila ada xerostomia, kaca
akan lengket pada mukosa. Orifice saluran kelnjar parotis dan submandibularis
hrus diidentifikasi. Pada individu yang sehat, palpasi eksternal yang lembut
pada kelenjar saliva utama (mayor) seharusnya ,menambah aliran saliva jernih
dari saluran kelenjar liur yang bersangkutan. Palpasi bimanual pada kelenjar
saliva submandibularis harus dilakukan untuk menentukan ada atau tidaknya

pembesaran atau nyeri. (Lewis:13-14)


F. Rujukan pada Seorang Specialis
Bila pasien perlu dirujuk pada spesialis maka perujukan dilakukan dengan
menggunakan dengan surat, walaupun untuk kasus darurat, perjanjian waktu dapat
dilakukan melalui telepon. Komunikasi verbal secara langsung antara dokter umum
dan specialis dapat dilakukan untuk meminta pendapat sehubungan dengan interaksi
obat dalam hubungannya dengan penyakit mulut atau untuk memberi informasi
tambahan yang bersifat rahasia mengenai pasien yang tidak tercantum pada surat
rujukan.(Lewis:18-20)
5 | ORAL MEDICINE

RAS (RECURRENT APTHOUS STOMATITIS)


Aptous ulcer merupakan ulcer pada mukosa mulut yang rekuren, terasa sakit dan
tidak diketahui penyebabnya.
Jenis-jenis RAS
Ada terdapat tiga jenis RAS, yaitu : minor, mayor, dan herpetiform. Mayor apthous
memiliki ciri-ciri, ulcernya besar, menembus jauh ke jaringan ikat disertai dengan
limfadenopati submandibula, mempunyai rentang waktu yang lebih lama dan sembuh disertai
dengan pembentukan jaringan parut dan menyerang daerah berkeratin. Minor apthous
memiliki ciri-ciri ulcer Ulserasi pada MiRAS cenderung mengenai daerah-daerah non-keratin
, seperti labial , mukosa bukal dan dasar mulut. Daerah mukosa yang eritematus akan pecah
dalam waktu 24 jam membentuk ulser yang kecil dan akan membesar setelah beberapa hari.
Bentuk ulser ini dapat bervariasi tergantung letaknya. Kemudian jenis herpetiform, ulsernya
kecil, sebesar kepada peniti, dan jumlahnya banyak lebih dari 30.
(J.J Gayford:1-2)
Insiden
Insiden ulcer bervariasi, tergantung pada daerah populasi yang diteliti. Tetapi tidak ada
insiden yang kurang dari 10% yang ditemukan pada semua daerah. Pada pasien yang datang
untuk mendapat perawatan dari keadaan yang lain, ditemukan insiden 20%, sedang kelompok
pasien tertentu, ditemukan insiden sebesar 60%. Wanita lebih sering terserang daripada pria,
dengan rasio 3:2. Ulcer dapat mengenai anak-anak , tetapi biasanya lebih sering mengenai
remaja. Pada sebagian besar keadaan, ulcer akan makin jarang terjadi pada pasien yang
memasuki dekade kehidupan keempat dan tidak pernah terjadi pada pasien yang memasuki
dekade kehidupan kelima dan keenam. Pada wanita ulser ini terjadi lebih lama dan lebih
cepat daripada pria.
(J.J Gayford:2)
Etiologi
faktor penyebab masih tidak diketahui, ada beberapa faktor penyebab, yaitu :
1. Bawaan
2. Trauma
3. Infeksi, kaitan dengan bakteri dan virus
4. Berhubungan dengan gangguan gastrointestinal
5. Berhubungan atropi
6. Pengaruh hormon
7. Faktor emosi
8. Autoimun
9. Hematologi

6 | ORAL MEDICINE

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Linea Alba Bukalis
Linea alba bukalis adalah suatu temuan intraoral umum yang tampak sebagai garis
bergelombang putih, menimbul, dengan panjang yang bervariasi dan terletak pada garis
oklusal dimukosa pipi.
Pemeriksaan objektif, tampak lebarnya berkisar antara 1-2mm dan memanjang dari
mukosa pipi daerah molar kedua sampai kaninus, namun pada setiap individu berbeda. Lesi
tersebut biasanya dijumpai bilateral dan tidak dapat dihapus. Secara mikroskopis, terdapat
perubahan-perubahan epitel yang menebal yang terdiri atas jaringan hiperkeratotik yang
merupakan suatu respon terhadap gesekan dari gigi-gigi. Gambaran klinis menunjukkan ciri
diagnostik dan tidak perlu perawatan karena dianggap normal, kecuali pada beberapa kasus
dimana terdapat luka linea alba bukalis karena kebiasaan menggigit mukosa pipi.

3.2 RAS (Reccurent Apthous Stomatitis)


Definisi
Recurent Apthous Stomatitis (RAS) yang biasa disebut dengan sariawan atau
lumpangen oleh masyarakat awam merupakan penyakit mulut yang paling sering terjadi.
Sariawan merupakan suatu kelainan pada selauput lendir mulut yang berupa luka pada mulut
7 | ORAL MEDICINE

yang berbentuk bercak berwarna putih kekuningan dengan permukaan agak cekung. Bercak
itu dapat berupa bercak tunggal maupun berkelompok. Sariawan dapat menyerang bagian
selaput lendir pipi bagian dalam, bibir bagian dalam, lidah, gusi, serta langit-langit dalam
rongga mulut. Selain itu RAS merupakan ulser yang recurrent, terasa sakit dan tidak
diketahui penyebabnya.
Umumnya ditandai dengan rasa nyeri seperti terbakar yang terkadang menyebabkan
penderita sulit untuk menelan makanan, dan bila sudah parah dapat menyebabkan demam.
Gangguan sariawan dapat menyerang siapa saja termasuk bayi yang masih berusia 6-24 bulan
sekalipun. Reccurent apthous stomatitis secara klinis pada ulser yang kambuhan di rongga
mulut terlihat adanya kemerahan,timbul lesi yang dalam,lesi tersebut biasanya berbentuk
oval,warna kekuningan dengan dasar warna nekrotik putih dan dikelilingi warna kemerahan.
Terasa sakit sehingga sulit untuk makan,dan pada umumnya lesi sembuh antara 7
sampai 14 hari,dengan rasa sakit pada tahap permulaan.
Etiologi
Agen-agen virus atau bakteri, alergi makanan, gangguan hormonal, kelainan
haematologi, gangguan emosional dan trauma merupakan beberapa factor penyebab yang
dipostulasikan.
Ada beberapa factor penyebab yang akan dibahas:
a. Bawaan
Pada hampir 50 % pasien mempunyai riwayat aphtous ulser yang mengenai salah
seorang orang tuanya, jarang ulser tersebut terdapat pada kedua orang tua. Saudara-saudara
pasien tidak selalu terserang dan sangat jarang ditemukan adanya serangan ulser pada seluruh
keluarga.
b. Trauma
Ulser dapat terbentuk pada daerah-daerah setelah bekas terjadinya luka penetrasi.
Pendapat ini didukung oleh hasil pemeriksaan klinis, bahwa sekelompok ulser terjadi setelah
adanya trauma ringan pada mukosa mulut. Pada umumnya ulser terjadi setelah dilakukan
perawatan gigi, bahkan adanya gulungan kapas pada rongga mulut, atau suntikan anetesi
local dapat menimbulkan ulserasi rongga mulut.
c. Autoimunitas
Epithelium mulut pada kultur jaringan dapat dirusak oleh limfosit penderita
Recurrent aphtous stomatitis.
d. Pengaruh Hormon
8 | ORAL MEDICINE

Pada wanita, sekelompok aphtous ulser sering terlihat pra menstruasi, dan bahkan banyak
wanita yang mempunyai ulser yang terjadi berulang kali. Terrbentuknya RAS terjadi pada
fase luteal dari siklus menstruasi pada beberapa penderita wanita.
e. Emosi
Recurrent aphtous stomatitis terjadi pada 50% wanita dan 33% pada laki-laki,
terlihat factor emosi dapat merangsang terjadinya sekelompok ulser. Insiden ulser yang besar
pada beberapa kelompok remaja putri, merupakan bukti dari anggapan tesebut. Pada
beberapa pasien kelompok ulser tersebut berhubungan dengan periode stress dalam pekerjaan
atau kehidupan sehari-hari. Hampir 30% dari pasien menunjukkan adanya tanda-tanda
neurosis. Umumnya, terdapat sedikit rasa cemas , walaupun obsesi tak jarang juga terlihat.
Selain itu, kadang-kadang juga terlihat adanya depresi.
f. Psikologis
Ulser sering terjadi pada penderita yang mengalami keadaan cemas maupun stress.
Stress merupakan respons tubuh dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang terjadi
terus menerus yang berpengaruh terhadap fisik dan emosi. Stomatitis aftosa rekuren (SAR)
dan liken planus merupakan manifestasi sters yang sering dijumpai pada pasien dengan latar
belakang emosi yang jelas SAR merupakan penyebab sebagian besar ulser di rongga mulut.
Orang yang mempunyai tingkat social yang lebih tinggi, sering terkena daripada orang yang
hidup dengan tingkat ekonomi yang rendah. Penyebab SAR tidak jelas. Stres dinyatakan
merupakan salah satu faktor yang berperan penting secara tidak langsung terhadap timbulnya
ulser stomatitis rekuren ini.
Liken planus mulut adalah suatu penyakit inflamasi kronik mukosa mulut.
Mempunyai gambaran klinis yang bervariasi yaitu bentuk striae (reticular), popular, plak,
erosive, bulosa, dan atropik. Penyebab liken planus tidak diketahui dengan jelas, tanda
histologist dengan adanya infitrat limfosit yang berhubungan dengan jaringan ikat subepitel
diduga adanya peranan automium pada perkembangan penyakit ini. Emosional yang berat ,
konflik yang tidak terpecahkan dan bahkan tekanan fisik dapat merupakan penyebab. Sering
terjadi pada wanita yang berumur 40-60 tahun. Seiring keparahan penyakit pararel dengan
tingkat stress pasien.
g. Haematologi
Pengaruh kekurangan zat besi, vitamin B12 dan folat terhadap proses terjadinya
ulser, diperoleh kesimpulan bahwa semua pasien member respon yang baik terhadap
perbaikan gizi. 2/3 diantaranya bahkan menunjukkan hilangnya seluruh ulserasi mulut.
9 | ORAL MEDICINE

h. Alergi
Kenaikan kadar Ig E dan keterkaitan antara beberapa jenis makanan dan timbulnya
ulser.
i. Infeksi
1). Bakteri
Hasil penelitian isolasi bakteri L-transisional dari aphtous ulser tampak menjajikan,
tetapi

organism

tersebut

ternyata

tidak

selalu

ada

pada

aphtous

ulser.

2). Virus
Hasil sebagian besar penelitian yang menunjukkan herpes simpleks sebagai
penyebab ulser sangat mengejutkan, karena pada penderita RAS, insiden antibody herpes
simpleks lebih rendah daripada kelompok control yang tidak mempunyai riwayat RAS.
Masih diperlukan sejumlah besar bukti dan hasil yang konstan, sebelum teori tersebut dapat
diterima secara umum.
Klasifikasi RAS
Berbagai klasifikasi RAS telah diajukan,tetapi secara klinis kondisi ini dapat dibagi
menjadi tiga subtype: minor, mayor , dan herpetiform. Semua tipe ulserasi dihubungkan
dengan rasa sakit.
a. Aphtous Ulser Minor
Sebagian besar psien (80%) menderita bentuk minor (MiRAS), yang ditandai oleh
ulser bulat atau oval, dangkal, dengan diameter kurang dari 5mm, dan dikelilingi oleh
pinggiran yang eritematus. Ulserasi pada MiRAS cenderung mengenai daerah-daerah nonkeratin , seperti labial , mukosa bukal dan dasar mulut. Daerah mukosa yang eritematus akan
pecah dalam waktu 24 jam membentuk ulser yang kecil dan akan membesar setelah beberapa
hari. Bentuk ulser ini dapat bervariasi tergantung letaknya. Pada bibir dan pipi ulser
cenderung mempunyai outline yang teratur , tetapi pada permukaan lidah dan dasar mulut
outline ulser tidak teratur, sedang pada sulkus vestibulum ulser cenderung berlekuk-lekuk.
Ulser dapat timbul tunggal atau 2-3 buah pada saat yang sama. Umumnya terjadi
penumpukan ulser sehingga bila ulser yang satu sembuh yang lainnya muncul. Ulser dapat
terasa sangat sakit atau sama sekali tidak menimbulkan keluhan kecuali bila terkena trauma.
Kadang-kadang kerusakan jaringan terhenti kibat parastesia local. Ulser dapat sembuh 10-14
hari tanpa disertai jaringan parut dan timbul kembali setelah beberapa minggu sampai bulan.
b. Aphtous Ulser Mayor

10 | O R A L M E D I C I N E

Stomatitis aptosa mayor yang rekuren (MaRAS), yang didertita oleh kira-kira 10%
dari penderita RAS, lebih hebat daripada MiRAS. MaRAS merupakan ulser tunggal dan
mempunyai rentang waktu yang lama. Ulser ini berdiameter kira-kira 1-3cm, berlangsung
selama 4 minggu atau lebih dan dapat terjadi pada bagian mana saja dari mukosa mulut,
termasuk daerah-daerah berkeratin (Lewis, 1998). Ulser yang besar, dalam serta bertumbuh
dengan lambat biasanya terbentuk dengan bagian tepi yang menonjol serta eritematus yang
mengkilat yang menunjukkan bahwa terjadi edema. Dasar ulser ditutupi oleh lapisan keabuabuan dengan dasar yang sedikit menonjol. Ulser biasanya terasa sangat sakit dan tetap ada
selama 6 minggu. Bila ulser sembuh, akan terbentuk jaringan parut. Mukosa bibir dapat
tampak seperti susunan batu bulat, karena adanya beberapa buah ulser yang sembuh dengan
disertai pembentukan jaringan parut.
c. Ulserasi Herpetiformis (HU)
Tipe RAS yang terakhir adalah ulserasi herpetiformis. Istilah herpetiformis
digunakan karena bentuk klinis dari HU (yang dapat terdiri atas 100 ulser kecil-kecil pada
satu waktu) mirip dengan gingivostomatitis herpetic primer. Tetapi virus-virus herpes tidak
mempunyai peran etiologi pada HU atau dalam setiap bentuk ulserasi aptosa (Lewis, 1998).
Mempunyai ukuran yang kecil, ulser juga terasa sangat sakit dan dapat membuat mulut
pasien terasa sangat tidak enak, karena jumlahnya yang besar. Ulser ini dapat timbul di
seluruh permukaan mukosa rongga mulut. Mula-mula ulser tampak kecil, dikelilingi oleh
haloritema yang kecil, tetapi ulser akhirnya akan saling bergabung membentuk kelompok.
Kelompok lesi ini menyatu menjadi tunggal dan yang tidak beraturan. Proses penyembuhan
terjadi lebih cepat daripada tipe ulser yang lain dari seluruh siklus tersebut memakan waktu
3-4 hari saja, tetapi segera setelah ulser hilang, akan terbentuk ulser yang baru. Keadaan ini
bersifat persisten dan dapat sangat mengganggu pasien karena sukar dihilangkan.

Pencegahan
Pada saat sariawan bibir kita terasa perih, makan tidak nyaman, maka dari itu
daripada mengobati mendingan mencegah sariawan dengan beberapa tips berikut ini :
1. Menjaga kebersihan dan kesehatan mulut. Sederhana saja, yakni dengan sikat gigi minimal
dua kali sehari. Pagi setelah makan dan menjelang tidur malam. Kalau gusi kita termasuk
yang sensitif sebaiknya memilih sikat gigi dengan bulu yang lebih lembut.
2. Memperbanyak makanan yang mengandung serat seperti sayuran dan buah. Dengan makan
banyak serat dan buah, tubuh kita akan mendapat asupan nutrisi yang dibutuhkan tubuh.

11 | O R A L M E D I C I N E

Demikian juga dengan makan buah. Buah banyak mengandung vitamin yang dibutuhkan
tubuh termasuk vitamin C.
3. Hindari makanan yang terlalu panas, terlalu dingin, terlalu pedas. Makanan yang terlalu
panas, terlalu dingin dan terlalu pedas, dapat menyebabkan gusi atau bibir kita luka dan
menyebabkan panas dalam. Sebaiknya hindari yang demikian itu.
4. Minum vitamin tambahan seperti vitamin C dan B 12, asal tidak berlebihan.
Bagaimanapun juga, yang namanya berlebihan itu tidak baik bagi tubuh. Jadi konsumsilah
yang sewajarnya dan secukupnya.
5. Hindari stres. Stres adalah salah satu pemicu terbesar datangnya berbagai penyakit. Tak
hanya penyakit sariawan saja. Jadi, sebisa mungkin stres dihindari.
6. Kenali penyebab. Kalau kita termasuk orang yang sering menderita sariawan, cobalah
mengenali kira-kira apa penyebabnya. Nah, dari situ baru kita bisa melakukan pencegahan
dengan efektif.
Terapi RAS
Banyak obat-obatan termasuk vitamin, obat kumur antiseptic, steroid topical dan
imunomodulator sostemik dianjurkan sebagai pengobatan untuk RAS. Walaupun demikian
hanya sebagian kecil yang secara ilmiah terbukti efisien.
Pengobatan RAS dapat mengurangi rasa sakit ataupun memperpendek waktu
penyembuhan. Beberapa pengobatan yang dianjurkan adalah:
a. Pemeliharaan kebersihan mulut. Penting untuk mencegah agar tidak terjadi infeksi
sekunder yang dapat memperparah lesi.
b. Penggunaan bahan pelapis
Bahan pelapis tersedia dalam bentuk pasta atau gel yang dapat digunakan untuk melapisi
permukaan ulkus sehingga terlindungi dari infeksi sekunder dan iritasi mekanis. Beberapa
gel dicampur dengan suatu bahan seperti kolin salsilat yang dapat mengurangi rasa sakit.
c. Penggunaan antibiotic antisepik. Terdapat bebagai macam bentuk dari antiseptic seperti
obat kumur, pastiles, lozenges.
d. Penggunaan antibiotic topical. Dapat digunakan obat kumur yang berisi 2% tetrasiklin atau
klor tetrasiklin yang sangat efektif untuk menghilangkan gejala-gejala yang timbul akibat
infeksi sekunder sehingga mengurangi rasa sakit.
e. Penggunaan steroid topical. Dapat digunakan suatu preparat seperti hidrokortison
hemisuksinat atau triamsinolon asetonid yang berfungsi sebagai anti inflamasi, anti alergi,
dan imunosupresi.
f. Penggunaan anastesi topical. Efek dari obat ini adalah untuk mengurangi rasa sakit pada
saat makan.
g. Pemberian hormon. Dapat diberikan pada wanita yang memiliki pola kekambuhan RAS
yang berkaitan dengan siklus menstruasi. Penggunaan hormone esterogen dapat
mengurangi gejala yang timbul.
12 | O R A L M E D I C I N E

Penyembuhan
Penyembuhan adalah suatu proses penggantian sel yang mati oleh sel hidup. Proses
penyembuhan dibagi menjadi dua fase sebagai berikut:
a. Fase I : fase inisial yaitu dimulai dari vasodilatasi pembuluh darah diikuti pembentukan
fibroblast secara cepat. Pembentukan jaringan baru terdiri dari fibrin dan jaringan mati
yang telah diganti jaringan ikat baru dan pembuluh-pembuluh darah yang disebut jaringan
granulasi.
b. Fase II : jaringan granulasi mengganti jaringan yang rusak sampai terjadi penyembuhan
yang sempurna. Jaringan granulasi secara bertahap menjadi lebih kompak sebagai
manifestasi dari matangnya fibroblast. Bentukan jaringan baru yang matang dapat
berfungsi secara adekuat untuk mengganti jaringan yang rusak. Proses tersebut ditandai
dengan menurunnya warna kemerahan, pembengkakan dan konstensi normal.
Faktor- faktor penghambat penyembuhan adalah sebagai berikut:
a. Faktor local seperti suplai darah buruk, retensi benda asing dan pengulangan trauma atau
pergerakan setempat.
b. Faktor umum. Sintesis kolagen teganggu pada keadaan defisisensi vitamin C. Zinc atau
protein (khususnya asam amino yang mengandung sulfur). Diabetes mellitus juga
menghambat penyembuhan, karena mudahnya terkena infeksi dan penyakit pembuluh
darah. Hormon glukokortikoid yang berlebihan secara aktif menekan peradangan dan
penyembuhan. Umumnya proses penyembuhan penderita tua lebih lambat.
Banyak faktor yang mempengaruhi penyembuhan RAS, antara lain sebagai berikut:
a. Keadaan oral hygiene. Semakin baik keadaan oral hygiene seseorang, maka semakin cepat
terjadinya penyembuhan.
b. Diameter ulkus. Ulkus dengan diameter kecil lebih cepat sembuh dibandingkan dengan
ulkus berdiameter lebih besar.
c. Lokasi ulkus. Ulkus yang terjadi pada mukosa bergerak lebih lama sembuh dibandingkan
pada mukosa tak bergerak.
d. Pengobatan. Pengobatan yang cepat dan berkelanjutan akan mempercepat terjadinya
penyembuhan RAS.
e. Nutrisi. Kurangnya salah satu zat yang berperan penting dalam proses penyembuhan
seperti protein dan vitamin C.
f. Mental dan fisik. Karena salah satu penyebab RAS adalah stress, maka upaya untuk
mengurangi frekuensi kekambuhannya maka pasien harus bermental sehat yang didukung
dengan keadaan fisik yang sehat pula.

3.3 Diagnosa Banding Recurrent Apthous Stomatitis


13 | O R A L M E D I C I N E

Diagnosa banding recurrent apthous stomatitis yakni traumatic ulcer.


RAS (RECURRENT APTHOUS STOMATITIS)
1. Etiologi: -herediter (keturunan)
-strees,kelelahan
-infeksi oleh bakteri atau virus
-pengaruh hormon (menstruasi)
-perawatan gigi (contoh : orthodontik)
-kekurangan nutrisi(contoh : zat besi, fosfor, vitamin B12)
-alergi (contoh : makanan)
-trauma (contoh : waktu makan tergigit, trauma sikat gigi)
-penyakit sistemik (contoh : anemia)
2. Gejala klinis
Sebelumnya recurrent apthous stomatitis ini dibagi menjadi 2 yakni recurrent
apthous stomatitis mayor dan minor
Recurrent apthous stomatitis minor
-tepi ulser kemerahan
-mengenai jaringan epitel
-ukurannya tidak lebih dari 5 mm
-berbentuk oval, dangkal, tidak menimbulkan jaringan parut
-penyembuhannya 10 lebih hari
-lesi akan hilang 7 - 10 hr
Recurrent apthous stomatitis mayor
-mengenai jaringan ikat (makanya sakit banget)
-lebih parah dan lebih dalam dari recurrent apthous stomatitis minor
-ukuran bisa 1 3 cm
-menyerang daerah berkeratin
-menimbulkan jaringan parut
-indurasi ulser tinggi
-tampak eritema dan mengkilat
-dasar ulser lebih menonjol
-ulser tunggal
-demam ringan
Recurrent apthous stomatitis herpetiform
-terdapat banyak ulser (kadang sampai lebih dari 100 ulser)
-30 ulser jg bisa disebut herpetiform)
-menimbulkan bau mulut
-ulser kecil sebesar ujung peniti (buku penyakit mulut, J.J.Gayford,alih
bahasa Drg.lilian yuwono, tahun 90, penerbit buku kedokteran
EGC,jakarta)

3. Gambar
Recurrent apthous stomatitis minor

14 | O R A L M E D I C I N E

Recurrent apthous stomatitis mayor

Recurrent apthous stomatitis herpetiform

15 | O R A L M E D I C I N E

TRAUMATIC ULSER
A. Etiologi trauma meliputi : -menggosok gigi
-tergigit
-perawatan gigi
-makan
(www.meduweb.com/showthread.php?t=5601)
B. Gejala klinis
-tepi ulser tidak kemerahan
-tidak indurasi
C. Gambar

16 | O R A L M E D I C I N E

makanan

keras

3.4 Penegakan Diagnosa Recurrent Apthous Stomatitis


Penegakkan diagnosa di oral medicine didasarkan pada pemeriksaan-pemeriksaan
yang dilakukan, baik pemeriksaan subjyektif, obyektif maupun penunjang. Hal yang pertama
kali dilakukan untuk dapat mendiagnosa suatu penyakit atau kelainan yaitu berusaha
mendapatkan informasi sebanyak mungkin dari pasien tentang keluhan penyakit dan riwayat
kesehatan umum pasien. Cara yang dilakukan adalah anamnesis. Misalkan, kapan mulai
timbul lesi, apakah sedang menjalani/meminum obat-obat tertentu, apakah gejala yang timbul
sudah sering terjadi, pernahkah alergi . Setelah anamnesis, untuk dapat mempermudah
mendiagnosa sebuah lesi maka harus diketahui bagaimana karakteristik lesi tersebut yaitu
dengan pemeriksaan obyektif baik eksta oral maupun intra oral. Pemeriksaan ekstra oral
dilakukan dengan melakukan palpasi di kelenjar-kelenjar ludah maupun limfe, apakah ada
pembengkakan atau tidak. Pemeriksaan intra oral berupa inspeksi ke daerah rongga mulut
yang dikeluhkan pasien, mulai dari bentuk warna permukaan, besar, dsb.
Pemeriksaan penunjang diperlukan untuk dapat memastikan diagnose suatu penyakit.
Candidiasis hanya dapat dipastikan dengan pemeriksaan laboratories (HPA). Berikut ini
contoh dasar penegakkan diagnose pada beberapa penyakit yang umum ditemukan di oral
medicine:

Diagnose traumatic ulser ditegakkan berdasarkan riwayat penyakitnya (anamnesis)

atau identifikasi sumber iritasi.


Diagnose aphtous ulsers ditegakkan berdasarkan manifestasi klinik, terjadinya lesi,

dan riwayat adanya rekuren (kambuh berulang).


Diagnose erythema multiformis ditegakkan berdasarkan manifestasi klinis yang
terjadi. Pada pasien terdapat lesi yang khas dari erythema multiformis yaitu lesi target,
lesi yang tengahnya berwaran hitam dikelilingi kemerahan.
Oleh karena itu sangat penting kiranya seorang dokter gigi memahami gejala klinis

dari seluruh penyakit yang ada sehingga akan dapat menegakkan diagnosa dengan tepat.
Diagnosa yang tepat dapat menjadikan rencana perawatan yang tepat pula sehingga pasien
dapat mendapatkan petawatan yang benar dan tujuan perawatan dapat berhasil.

17 | O R A L M E D I C I N E

DAFTAR CEK UNTUK DIAGNOSIS RECCURENT APTHOUS STOMATITIS


(RAS)
Kekambuhan
Bentuk?minor,

Riwayat

major

atau

tipe

herpetiform?
Mulai muncul ketika anak-anak atau
remaja
Riwayat keluarga
Distribusi (hanya pada daerah mukosa
yang tidak berkeratin)
Tanda atau symtom dari Behcet
disease (mata, genital, kulit)
Pemeriksaan

Cek:
Ulcer yang berbatas jelas
Ada luka parut (scar) atau melibatkan
palatum molle karena RAS tipe
mayor
Menghindarkan penyakit lain dengan
tanda klinis yang khas, seperti : lichen
planus atau penyakit vestibullous

Pemeriksaan penunjang

Cek :
Status anemia, zat besi, asam folat,
vitamin B12.
Riwayat diare,
penyakit

konstipasi

gastrointestinal,

atau
seperti

coeliac disease atau malabsorpsi.

3.5 Oral Manifestasi dari Anemia


Anemia defisiensi Vitamin B12
Gejala yang paling sering timbul dari anemia defisiensi B12 adalah mukosa yang
berwarna pucat. Selain itu, sel epitel oral menjadi atropik. Dengan kehilangan keratinisasi
yang normal. Lidah akan menjadi halus karena atropi dari papilla filiform dan papilla
18 | O R A L M E D I C I N E

fungiform, dan glossodynia bisa tampak atau dapat berhubungan dengan simtom. Pada kasus
yang parah, timbul penyempitan atau selaput pada esophageal, akibat dari dyspagia. Barubaru ini, pemeriksaan klinis menunjukkan tanda lingual. Pemeriksaan HPA pada mukosa
lidah menunjukkan penurunan ketebalan epitelium, dengan penurunan jumlah sel di air liur
dari peningkatan di permukaan sel progenitor. Ukuran sel akan menurun di sel yang matur
(pada laki-laki), dan ratio nucleocytoplasmik lebih tinggi dari normal. Mukosa lidah
mengalami atropi mungkin terjadi pada tanda-tanda klinis yang lain.

Anemia Hemolitik
Ketika terjadi hemolisis, yang sering terjadi pada pucat. Yang paling mudah
diobservasi adalah daerah kuku dan konjungtiva. Pucat pada daerah oral mukosa-terutama
sering terjadi pada daerah palatum lunak, lidah, dan jaringan sublingual-juga dapat
mendeteksi keparahan anemia. Berlawanan dengan anemia oleh karena pendarahan atau
karena

faktor

defisiensi,

anemia

hemolitik

menyebabkan

jaundice

dikarenakan

hiperbilirubinemia sekunder oleh karena detruksi eritorisit. Yang paling tampak adalah pada
sklera, tapi pada kulit, palatum molle, dan jaringan pada dasar mulut juga menjadi ikterik
seperti peningkatan serum bilirubin. Terjadi hiperplastik erythroid pada bone narrow karena
berusaha untuk mengkompensasi dari anemia. Karakteristik dari produk dari hiperplasia
tersebut tampak pada dental radiograph.

19 | O R A L M E D I C I N E

3.6 Tujuan Kartu Status OM


Data Pribadi
Nama penderita, kita perlu mengetaui sebagai identitas agar memudahkan kita
memanggil namanya karena pasien lebih senang jika dipanggil namanya. Dan memudahkan
kita mencari kartu status terdahulu untuk perawatan ulang kemusian hari.
Alamat, untuk memudahkan kita mungkin untuk keperluan berkomunikasi dengan
keluarga, kemudian mengetahui keadaan disekeliling rumah pasien, apakah tinggal didaerah
endemik atau yang banyak mengandung fluor, hidup didaerah kumuh dan lain lain.
Pekerjaan, untuk mengetahui status ekonomi pasien yang nantinya kita akan
memberikan rencana perawatan serta obat obatan yang sesuai dengan status ekonomi
pasien.
Jenis kelamin, laki laki atau perempuan, dari ini kita bisa melihat contoh pada laki
laki ukuran gigi, rahang lebih besar daripada wanita.
Umur, dari sini bisa kita lihat berapa umur pasien. Contoh pada pasien umur 6 tahun
dalam tahap gigi pergantian, kalau pada orang tua seperti xerostomia.

Riwayat Umum
Informasi tentang Riwayat pasien dibagi menjadi 3 bagian: riwayar social, dental,
dan medis. Riwayat ini memberikan informasi yang berguna yang merupakan dasar dari
rencana perawatan. Keluhan utama penting untuk mengetahui alasan kedatangan pasien.
Riwayat Penyakit ini untuk mengetahui gejala-gejala sakit pada rongga mulut
memberi indikasi macam kelainan yang terjadi mada mukosa mulut. Disini pasien diminta
untuk menceritakan asal usul lesi tersebut pertama kali muncul, perkembangannya, gejalanya,
riwayat penyakit sebelumnya (kekambuhan) dari riwayat pengobatannya.
Riwayat Kesehatan ini dengan menanyakan penyakit-penyakit sistemik yang
mungkin diserita. Pentung untuk ditanyakan sebab kelainan sistemik.
Ditanyakan obat-obatan yang saat itu diminum atau belum lama ini digunakan
(dalam waktu enam minggu terakhir).
20 | O R A L M E D I C I N E

Terdapat beberapa kasus yang berkaitan dengan kehidupan social dan pekerjaan
,misalnya kasus bismuthisme. Kebiasaan ini diketahui jika pasien mempunyai kebiasaan
buruk tertentu, misalnya: menggigit bibir, merokok, mengunyah sirih, minum alkohol, dan
lain-lain.
Riwayat keluarga ini untuk mengetahui kasus tertentu yang berhubungan dengan
keluarga atau penyakit keturunan.

Pemeriksaan Klinik
Pemeriksaan kesehatan umum untuk mengetahui keadaan pasien misalnya tanda
vital, cara berjalan, adanya deformitas fisik, dan lain-lain.
Pemeriksaan Kesehatan Mulut dan Sekitarnya
Setiap kelainan ekstraoral yang nampak dicatat selama pencatatan riwayat dapat
diperiksa lebih lanjut. Pemeriksaan ini dibatasi pada inspeksi, palpasi dari jaringan superficial
dan rongga mulut, kepala dan leher, dan bagian-bagian yang terpapar dari ekstrimitas.
Pada struktur-struktur ekstraoral dan intraoral dilakukan inspeksi dan palpasi pada
seluruh bagian seperti ditanyakan dalam kartu status. Hasil palpasi meliputi: macam lesi,
bentuk lesi, ukuran, jumlah, warna, batas, tepi, permukaan, dan hal lainyang dianggap perlu.
Hasil palpasi meliputi: konsistensi, fluktuasi, krepitasi, mudah berdarah atau tidak, sakit atau
tidak, ada perubahan suhu lokal apa tidak.
Setelah pemerikasaan terperinci terdapat lesi atau daerah yang tercangkup dalam
keluhan utama. Perhatikan lokasi, penampilan, ukuran, karakter fisik, dan distribusi dari
semua lesi. Pada gambar struktur jaringan lunak rongga mulut, berikan arsiran pada daerah
yang terdapat kelainan.

Diagnosis Sementara
Kelainan yang didiagnosis disesuaikan dengan pemeriksaan klinisyang dilakukan
yaitu semua kelainan jaringan rongga mulut dan sekitarnya. Penulisan berurutan dari kelainan

21 | O R A L M E D I C I N E

yang paling parah. Bila didapatkan gejala klinis yang samara dan meragukan untuk
didiagnosis maka dapat ditulis sebagai suspect dan dapat disertai dengan diagnosis banding.

22 | O R A L M E D I C I N E

BAB IV
PENUTUP

KESIMPULAN
1.

Pasien didiaognosa mengalami Reccurent Apthous Stomatitis berdasarkan bentuk lesi,


warna lesi, ukuran lesi, letak lesi, kekambuhan, rasa sakit, waktu timbul lesi, riwayat
penyakit sistemik

2.

Padien diberi obat :

R/ SOLCOSERYL pasta tube 1 oles pada lesi 3xsehari

R/ VITAMIN C tabs 500mg No.X 1 dd 1


Vitamin C berfungsi untuk mempercepat dan merangsang pembentukan
kolagen di mukosa rongga mulut

23 | O R A L M E D I C I N E

DAFTAR PUSTAKA
Cawson, R.A,dkk.2002. Cawsons Essentials of Oral Pathology and Oral Medicine Seventh Edition.
Edinburgh:Churcill Livingstone.
Gayford, J.J, and Haskell, R. 1990. Penyakit Mulut. Jakarta: EGC.
Greenberg, Martin.S, dkk. 2003. Burkets Oral Medicine Diagnosis & Treatment Tenth Edition.
Spain:BC Decker Inc.
Lewis, M.A.O, and Lamey, P.J. 1998. Tinjauan Klinis Penyakit Mulut. Jakarta: Widya Medika.
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/8005
www.meduweb.com/showthread.php?t=5601

24 | O R A L M E D I C I N E

Вам также может понравиться

  • Adoc - Tips - Deteksi Dan Manajemen Penyakit Sistemik Pada Pasie PDF
    Adoc - Tips - Deteksi Dan Manajemen Penyakit Sistemik Pada Pasie PDF
    Документ25 страниц
    Adoc - Tips - Deteksi Dan Manajemen Penyakit Sistemik Pada Pasie PDF
    Herlinda Sianturi
    Оценок пока нет
  • BAB III Merah
    BAB III Merah
    Документ2 страницы
    BAB III Merah
    Tri Sakti Sunda Romdhoni
    Оценок пока нет
  • BAB 2 Fixfix
    BAB 2 Fixfix
    Документ9 страниц
    BAB 2 Fixfix
    Tri Sakti Sunda Romdhoni
    Оценок пока нет
  • BAB 2 Fixfix
    BAB 2 Fixfix
    Документ9 страниц
    BAB 2 Fixfix
    Tri Sakti Sunda Romdhoni
    Оценок пока нет
  • BAB IV1 Merah
    BAB IV1 Merah
    Документ5 страниц
    BAB IV1 Merah
    Tri Sakti Sunda Romdhoni
    Оценок пока нет
  • Terapi Asiklovir Pada Anak Dengan Varicella Tanpa Penyulit
    Terapi Asiklovir Pada Anak Dengan Varicella Tanpa Penyulit
    Документ8 страниц
    Terapi Asiklovir Pada Anak Dengan Varicella Tanpa Penyulit
    Nurul Annisari Al-maidin
    Оценок пока нет
  • 9b. Pengendalian Infeksi Di Pelayanan Kesgilut
    9b. Pengendalian Infeksi Di Pelayanan Kesgilut
    Документ23 страницы
    9b. Pengendalian Infeksi Di Pelayanan Kesgilut
    Tri Sakti Sunda Romdhoni
    Оценок пока нет
  • Pdspatklin 2020 04 30 19 20 03
    Pdspatklin 2020 04 30 19 20 03
    Документ15 страниц
    Pdspatklin 2020 04 30 19 20 03
    Tri Sakti Sunda Romdhoni
    Оценок пока нет
  • Kepenyakitan Lesi Putih. Doc-Selesai BNBBBNB
    Kepenyakitan Lesi Putih. Doc-Selesai BNBBBNB
    Документ12 страниц
    Kepenyakitan Lesi Putih. Doc-Selesai BNBBBNB
    Rifandy Hanifatunnisa
    100% (1)
  • 126 534 3 PB
    126 534 3 PB
    Документ4 страницы
    126 534 3 PB
    Vera Sela Bangsawan
    Оценок пока нет
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Документ23 страницы
    Bab Ii
    Tri Sakti Sunda Romdhoni
    Оценок пока нет
  • Bab V
    Bab V
    Документ3 страницы
    Bab V
    Tri Sakti Sunda Romdhoni
    Оценок пока нет
  • 9a. Pengendalian Infeksi Di Kedokteran Gigi
    9a. Pengendalian Infeksi Di Kedokteran Gigi
    Документ26 страниц
    9a. Pengendalian Infeksi Di Kedokteran Gigi
    Nur Qalbina
    Оценок пока нет
  • HERPES ZOSTER REVIEW
    HERPES ZOSTER REVIEW
    Документ11 страниц
    HERPES ZOSTER REVIEW
    Sakti Sunda
    Оценок пока нет
  • 285 1047 1 PB
    285 1047 1 PB
    Документ6 страниц
    285 1047 1 PB
    ayudewintasari
    Оценок пока нет
  • 06 - 194neuralgia Pascaherpetika
    06 - 194neuralgia Pascaherpetika
    Документ4 страницы
    06 - 194neuralgia Pascaherpetika
    Murniyanti Oktavianingrum
    Оценок пока нет
  • Documents - Tips Lk1om Lineaalba
    Documents - Tips Lk1om Lineaalba
    Документ21 страница
    Documents - Tips Lk1om Lineaalba
    Tri Sakti Sunda Romdhoni
    Оценок пока нет
  • Bab2 Merah
    Bab2 Merah
    Документ15 страниц
    Bab2 Merah
    Tri Sakti Sunda Romdhoni
    Оценок пока нет
  • Restorasi Resin Komposit Kavitas Kelas I
    Restorasi Resin Komposit Kavitas Kelas I
    Документ49 страниц
    Restorasi Resin Komposit Kavitas Kelas I
    Ayu Nurlaila
    75% (4)
  • KULIT DAN FUNGSINYA
    KULIT DAN FUNGSINYA
    Документ59 страниц
    KULIT DAN FUNGSINYA
    UmiFarida
    Оценок пока нет
  • Bab Vii
    Bab Vii
    Документ1 страница
    Bab Vii
    Tri Sakti Sunda Romdhoni
    Оценок пока нет
  • Bab 22 F
    Bab 22 F
    Документ4 страницы
    Bab 22 F
    Tri Sakti Sunda Romdhoni
    Оценок пока нет
  • Bab Vi
    Bab Vi
    Документ3 страницы
    Bab Vi
    Tri Sakti Sunda Romdhoni
    Оценок пока нет
  • Perio Flap1
    Perio Flap1
    Документ14 страниц
    Perio Flap1
    Tri Sakti Sunda Romdhoni
    Оценок пока нет
  • Teknik Cabut
    Teknik Cabut
    Документ20 страниц
    Teknik Cabut
    Tri Sakti Sunda Romdhoni
    Оценок пока нет
  • Torus Palatinus Laporan Kasus
    Torus Palatinus Laporan Kasus
    Документ11 страниц
    Torus Palatinus Laporan Kasus
    Tri Sakti Sunda Romdhoni
    Оценок пока нет
  • Proposal VTIC Training 2016
    Proposal VTIC Training 2016
    Документ16 страниц
    Proposal VTIC Training 2016
    Tri Sakti Sunda Romdhoni
    Оценок пока нет
  • S1 2014 305089 Chapter1
    S1 2014 305089 Chapter1
    Документ10 страниц
    S1 2014 305089 Chapter1
    widi
    Оценок пока нет
  • Surat Pernyataan Pengajar Tri Sakti
    Surat Pernyataan Pengajar Tri Sakti
    Документ2 страницы
    Surat Pernyataan Pengajar Tri Sakti
    Tri Sakti Sunda Romdhoni
    Оценок пока нет
  • S1 2014 305089 Chapter1
    S1 2014 305089 Chapter1
    Документ10 страниц
    S1 2014 305089 Chapter1
    widi
    Оценок пока нет