Вы находитесь на странице: 1из 26

BAB 1

PENDAHULUAN
Hormon adalah getah yang dihasilkan oleh suatu kelenjar dan langsung diedarkan oleh
darah. Kelenjar tersebut tidak mempunyai saluran khusus sehingga sering disebut sebagai
kelenjar buntu atau kelenjar endokrin. Jadi, kelenjar ini menghasilkan hormon yang
merupakan sekrit internal. Kata hormon berasal dari kata hormaeni yang berarti memacu
atau menggiatkan. Hormon diperlukan oleh tubuh dalam jumlah sedikit, namun mempunyai
pengaruh yang amat besar. Bila kekurangan dapat ditambah dengan hormon sejenis dari
luar. Bila kelebihan akan mengakibatkan berbagai gangguan kerja organ tubuh.(1)
Hormon berfungsi untuk mengatur homeostatis, memacu pertumbuhan, reproduksi,
metabolisme, dan tingkah laku. Beberapa jenis kelenjar adalah, kelenjar hipofisis, kelenjar
adrenalin atau suprarenalis, dan kelenjar kelamin atau kelenjar gonad dimana ketiga jenis
kelenjar ini mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap perkembang biakan seksual
pada manusia.
Hormon seks dibagi dala tiga kelompok besar, yaitu steroid seks, gonadotropin, dan
neurohormon. Hormon jenis ini berfungsi mengatur fungsi-fungsi organ reproduksi, baik
pada perempuan maupun laki-laki, serta berperan juga terhadap pembentukan sifat seks
sekunder pada manusia. Hormon steroid seks yang terpeting adalah Estrogen, Gestagen
(Progesteron), Androgen.(2)
Seorang wanita dipengaruhi oleh banyak hormon pada saat pertumbuhannya, sejak dia kecil
sampai dia dewasa atau bahkan sampai tua. Hormon tersebut adalah estrogen dan
progesteron yang banyak mempengaruhi dan membantu wanita pada saat menstruasi,
proses kehamilan dan pada saat proses kelahiran, bahkan ketika seorang wanita mengalami
masa menopause pun hormon masih mempengaruhi walaupun dalam jumlah sedikit.
Sedangkan androgen adalah hormon seks laki-laki. Hormon seks wanita dalam jumlah keil
ditemukan juga pada laki-laki, dan sebaliknya hormon seks laki-laki dijumpai dalam jumlah
kecil pada wanita.(1,2)

BAB 1I
TINJAUAN PUSTAKA
I. Definisi
Estrogen adalah hormon steroid dengan 18 atom C dan dibentuk terutama dari 17ketosteroid androstenedion. Estrogen menjadi dua jenis, yaitu estrogen alamiah dan
sintetik. Jenis Estrogen alamiah yang terpenting adalah estradiol (E 2), estriol (E3), dan
Estron (E4). Untuk penghantaran dalam darah estrogen diikat oleh protein yang khas,
yaitu Sex Hormon Binding Globulin (SHBG). Estrogen baru akan dapat bekerja secara
aktif setelah terlebih dahulu diubah menjadi estradiol.(2)
II. Biosintesis Hormon Seks
Keseluruhan jalur biosintesis steroid ditunjukkan pada gambar yang utamanya
didasarkan pada karya perintis dari Kenneth J. Ryan. Jalur tersebut mengikuti pola dasar
yang ditampilkan oleh semua organ endokrin steroid yang memproduksi. Sehingga, hal
ini tidak mengejutkan bahwa ovarium yang normal pada manusia menghasilkan tiga
kelas steroid seks: estrogen, progestin, dan androgen. Androgen ovarium merupakan
hormon yang penting, tidak hanya sebagai prekursor obligat untuk estrogen, tetapi juga
sebagai produk sekretori yang utama secara klinis.(3)
Ovarium dibedakan dari kelenjar adrenal dalam hal ini adalah kekurangan 21hidroksilase dan reaksi 11-hidroksilase. Glukokortikoid dan mineralokortikoid, oleh
karena itu, tidak diproduksi dalam jaringan ovarium yang normal. Selama
steroidogenesis, jumlah atom karbon kolesterol atau molekul steroid lainnya dapat
dikurangi tetapi tidak pernah meningkat.(3)
Sebagian besar kolesterol digunakan untuk sintesis steroid yang berasal dari mobilisasi
dan transportasi intraseluler. Dehidrogenase 17-hidroksisteroid dan 5- reaksi
reduktase diakibatkan oleh non-P450 enzim. Dehidrogenase 17-hidroksisteroid terikat
pada retikulum endoplasma dan 5-reduktase ke membran nuklir. Enzim
dehidrogenase

17-hidroksisteroid

mengkonversi

estrone

estradiol,

testosteron

androstenedion, dan DHA untuk androstenediol, dan sebaliknya. Enzim tipe 1 aktif
2

dalam plasenta, mengkonversi estrone estradiol. Enzim tipe 2 dan 4

membentuk

androstenedion dan estron dari testosteron dan estradiol, dan enzim tipe 3 dan 5 dalam
testis mengurangi androstenedion untuk testosteron. Enzim tipe 6 dapat ditemukan
hanya pada tikus, dan enzim tipe 7 dan 8 yang luas, tetapi aktivitas terbatas. Jadi tipe 1,
3, dan 5 bentuk aktif daari estrogen dan androgen, sedangkan tipe 2 dan 4 menghasilkan
produk yang lebih lemah, bentuk inaktivasi. Sel spesifik produksi masing-masing
isoform ini adalah metode untuk mengatur konsentrasi lokal estrogen dan androgen.(3)
Kolestrol merupakan bahan terpenting unutk memproduksi hormon seks. Proses sintesis
itu sendiri sangat bergantung pada fase siklus haid seorang wanita. Pada fase folikuler,
progesteron yang terbentuk merupakan hasil antara pada saat sintesis androgen. Jadi,
dengan kata lain, bahwa ovarium tidak secara khusus memproduksi progesteron,
melainkan dihasilkan pada saat ovarium melakukan sintesis homon androgen.
Sebaliknya, ovarium harus secara khusus melakukan sintesis estrogen. Bahan yang
diperlukan untuk sintesis estrogen adalah hormone androstendion dan testosteron.
Kedua jenis hormon tersebut merupakan prekusor untuk memproduksi estrogen. Proses
sintesisnya terjadi melalui dua cara, yaitu : (2)
1. Estradiol dihasilkan dari androsteron melalui testosteron
2. Estron dihasilkan dari androstendion
Perubahan androgen menjadi estrogen terjadi melalui proses enzimatik. Progesteron
dihasilkan dalam jumlah sangat banyak pada fase luteal. Pada fase luteal juga dijumpai
kadar estrogen dalam jumah tertentu. Estrogen tersebut terbentuk dari hasil perubahan
progesteron menjadi estrogen.(2)
Androgen

adalah

prekursor

umum

estrogen.

Aktivitas

dehidrogenase

17-

hidroksisteroid mengkonversi androstenedion pada testosteron, yang bukan merupakan


produk sekretori utama dari ovarium yang normal. Hal ini mempercepat demethylated
pada C-19 dan diaromatisasi ke estradiol, utamanya estrogen disekresi oleh ovarium
manusia. Estradiol juga muncul dari androstenedion melalui estrone, dan estrone sendiri
disekresikan dalam jumlah harian yang signifikan. Estriol adalah metabolit perifer
estrone dan estradiol dan bukan merupakan produk sekresi ovarium.(3)

Umumnya metaboilsme hormon seks berlangsung di hati. Hormon seks susah larut
dalam air, maka unutk memudahkan pengeluarannya harus diikat terlebih dahulu
dengan glukoronoid dan sulfat. Bentuk ikatan seperti ini dapat dikeluarkan dengan udah
leh tubuh melalui urin dan feses. Estrogen akan didegradasi menjdi estriol dan
dikeluarkan dalam bentuk glukoronoid sulfat.(2)

Gambar 1.
Konversi steroid pada jaringan perifer tidak selalu merupakan bentuk inaktivasi.
Androgen bebas perifer dikonversi menjadi estrogen bebas, misalnya, dalam sel-sel
kulit dan lemak. Lokasi sel adiposa mempengaruhi aktivitas mereka. Wanita dengan
obesitas sentral (daerah perut) menghasilkan androgen yang lebih. Karya Siiteri dan
MacDonald menunjukkan bahwa estrogen yang cukup dapat diturunkan dari sirkulasi
androgen untuk memproduksi pendarahan pada wanita pascamenopause. Kelenjar
adrenal pada wanita tetap menjadi sumber utama androgen sirkulasi, dalam
androstenedion tertentu. Pada pria, hampir semua estrogen beredar berasal dari konversi
androgen perifer.(3)

Gambar 2.
III.Fisiologi Estrogen
Fungsi primer dari estrogen adalah untuk menimbulkan proliferasi sel dan pertumbuhan
jaringan organ-organ kelamin dan jaringan lain yang berkaitan dengan reproduksi.

Efek estrogen pada uterus dan organ kelamin luar wanita


Selama masa kanak-kanak, estrogen di sekresi hanya dalam julah kecil, tetapi pada
saat pubertas, jumlah yang di sekresi pada wanita di bawah pengaruh hormonhormon gonadotropin hipofisis meningkat sampai 20 kali lipat atau lebih. Pada saat
ini, organ-organ kelamin wanita akan berubah dari yang dimiliki seorang anak
menjadi yang dimiliki seorang wanita dewasa. Ovarium, tuba fallopi, uterus, dan
vagina, semuanya bertambah besar. Selain itu, genitalia eksterna membesar, dengan
deposisi lemak pada mons pubis dan labia mayora dan disertai pembesaran labia
minora.(4)
Selain itu, estrogen juga mengubah epitel vagina dari tipe kuboid menjadi
bertingkat, yang dianggap lebih tahan terhadap trauma dan infeksi daripada epitel
sel kuboid pra-pubertas. Infeksi vagina pada anak sering dapat disembuhkan dengan
pemberian estrogen hanya karena estrogen dapat menigkatkan ketahanan epitel
vagina.(4)
Selama beberapa tahun pertama sesudah pubertas, ukuran uterus menigkat menjadi
dua sampai tiga kali lipat, tetapi yang lebih penting daripada bertambahnnya ukuran

uterus adalah perubahan yang berlangsung pada endometrium uterus di bawah


pengaruh estrogen. Estrogen menyebabkan terjadinya proliferasi yang nyata stroma
endometrium dan sangat menigkatkan perkembangan kelenjar endometrium, yang
nantinya akan membantu memberi nutrisi pada ovum yang berimplantasi. Efek ini
akan dibicarakan nanti di bab yang berkaitan dengan siklus endometrium. (4)

Efek Estrogen pada Tuba Fallopii


Estrogen berpengaruh pada mukosa yang membatasi tuba fallopii, sama seperti efek
estrogen terhadap endometrium uterus. Estrogen menyebabkan jaringan kelenjar
lapisan tersebut berproliferasi, dan yang penting, estrogen menyebabkan jumlah selsel epitel bersilia yang membatasi tuba fallopii bertambah banyak. Aktivitas silia
juga meningkat. Silia tersebut selalu bergerak kea rah uterus yang membantu
mendorong ovum yang telah dibuahi kea rah uterus. (4)

Efek Estrogen pada Payudara


Payudara primordial baik pada wanita maupun pria pada dasarnya sama. Nyatanya,
dan dibawah pengaruh hormon-hormon yang tepat, payudara pria, selama 2 dekade
kehidupan yang pertama, dapat cukup berkembang untuk memproduksi susu dengan
cara yang sama seperti payudara wanita. (4)
Estrogen menyebabkan (1) perkembangan jaringan stroma payudara, (2)
pertumbuhan sistem duktus yang luas, dan (3) deposit lemak pada payudara.
Lobulus dan alveoli payudara sedikit berkembang di bawah pengaruh estrogen
sendiri, tetapi sebenarnya progesteron dan prolaktinlah yang mengakibatkan
terjadinya pertumbuhan yang nyata dan berfungsinya struktur-struktur tersebut. (4)
Ringkasannya, estrogen memulai pertumbuhan payudara dan alat-alat pembentuk
air susu payudara. Estrogen juga berperan pada pertumbuhan karakteristik dan
penampilan

luar

menyelesaikan

payudara

tugasnya

wanita

yaitu

dewasa. Akan

mengubah

payudara

tetapi,

estrogen

menjadi

organ

tidak
yang

memproduksi susu. (4)

Efek Estrogen pada Tulang Rangka


Estrogen menghambat aktivitas osteoklastik di dalam tulang sehingga merangsang
pertumbuhan tulang. Pada saat pubertas, ketika wanita masuk ke masa reproduksi,
6

laju pertumbuhan tinggi badannya menjadi cepat selama beberapa tahun. Akan
tetapi, estrogen juga mempunyai efek poten lainnya terhadap pertumbuhan tulang
rangka. Estrogen menyebabkan

terjadinya penggabungan awal epifisis dengan

batang tulang panjang. Efek estrogen ini lebih kuat dibandingkan dengan efek
serupa dari testosteron pada pria. Sebagai akibatnya, pertumbuhan wanita biasanya
terhenti beberapa tahun lebih cepat daripada pertumbuhan pria. Wanita kasim
(eunuch), yang sama sekali tidak memproduksi estrogen biasanya tumbuh beberapa
inci lebih tinggi daripada wanita dewasa yang normal. Karena epifisisnya tidak
menyatu pada waktu yang normal. (4)

Osteoporosis Tulang karena Kekurangan Estrogen pada Usia Tua


Sesudah menopause, hampir tidak ada estrogen yang disekresi oleh ovarium.
Kekurangan estrogen ini akan menyebabkan (1) Menigkatnya aktivitas osteoklastik
pada tulang, (2) berkurangnya matriks tulang, dan (3) berkurangnya deposit kalsium
dan fosfat tulang. Pada beberapa wanita, efek ini sangat hebat, sehingga
menyebabkan osteoporosis. Karena osteoporosis dapat sangat melemahkan tulang
vertebra, maka banyak wanita pascamenopause mendapat perawatan profilaksis
dengan penggantian estrogen unutuk mencegah efek osteoporosis. (4)

Efek Estrogen pada Deposisi protein


Estrogen menyebabkan sedikit peningkatan total protein tubuh, yang terbukti
adanya keseimbangan nitrogen yang sedikit positif apabila diberikan estrogen.
Keadaan ini terutama dihasilkan dari efek pemacu-pertumbuhan dari estrogen pada
organ-organ kelamin, tulang, dan beberapa jaringan tubuh yang lain. Peningkatan
deposisi protein oleh testosteron lebih bersifat umum dan jauh lebih kuat daripada
yang disebabkan oleh estrogen. (4)

Efek Estrogen pada Metabolisme dan Penyimpangan Lemak


Estrogen sedikit meningkatkan laju kecepatan metabolisme seluruh tubuh, tetapi
hanya kira-kira sepertiga dari efek peningkatan yang disebabkan oleh hormon
kelamin pria, yaitu testosteron. Estrogen juga menyebabkan oeningkatan jumlah
simpanan lemak dalam jaringan subkutan. Sebagai akibatnya, persentase lemak
7

tubuh pada tubuh wanita dianggap lebih besar dibandingkan pada tubuh pria, yang
mengandung lebih banyak protein. Selain simpanan lemak pada payudara dan
jaringan subkutan, estrogen juga menyebabkan simpanan lemak pada bokong dan
paha, yang merupakan karakteristik sosok feminisme. (4)

Efek Estrogen pada Distribusi Rambut


Estrogen tidak terlalu memengaruhi persebaran rambut. Akan tetapi, rambut akan
tumbuh di daerah pubis dan aksila sesudah pubertas. Peningkatan jumlah androgen
yang dibentuk oleh kelenjar adrenal setelah pubertas adalah hormon yang terutama
berperan pada pertumbuhan tersebut. (4)

Efek Estrogen pada Kulit


Estrogen menyebabkan kulit berkembang membentuk tekstur yang halus dan
biasanya lembut, tetapi meskipun demikian, kulit wanita lebih tebal daripada kulit
seorang anak atau kulit wanita yang dikastrasi. Estrogen juga menyebabkan kulit
menjadi lebih vaskular, efek ini seringkali berkaitan dengan meningkatnya
kehangatan kulit, juga menyebabkan lebih banyak perdarahan pada permukaan yang
terluka dibandingkan perdarahan yang terjadi pada pria. (4)

Efek Estrogen pada Keseimbangan Elektrolit


Kemiripan sifat kimia dari hormon-hormon estrogenik terhadap hormon-hormon
adrenokorteks yang lainnya, dapat menyebabkan terjadinya retensi natrium dan air
oleh tubulus ginjal. Efek estrogen ini normalnya ringan dan jarang bermakna,
kecuali pada masa kehamilan, pembentukan estrogen dalam jumlah besar oleh
plasenta dapat menyebabkan retensi cairan tubuh. (4)

IV. Penyakit Akibat Hormon Estrogen


1. Osteoporosis

Definisi
Menurut World Health Organization (WHO), osteoporosis didefenisikan sebagai :(5)

1. Penyakit yang menyerang sistem rangka yang ditandai dengan menurunnya


massa

tulang

dan

kerusakan

mikroarsitektur

jaringan

tulang

yang

mengakibatkan peningkatan kerapuhan dan risiko fraktur tulang.


2. Osteoporosis terjadi ketika kepadatan mineral tulang memiliki standar deviasi
2.5 atau jauh di bawah rata-rata puncak massa tulang (rata-rata dari pemuda dan
orang dewasa yang sehat) seperti yang diukur dengan dual-emission X ray
absorptiometry (DXA).
3. Osteoporosis pada perempun pascamenopause terjadi

bila nilai skor-T

kepadatan massa tulang/bone mineral density (BMD) kurang dari atau sama
dengan -2.5 pada bagian tulang panggul total, leher tulang paha, atau ruas tulnag
belakang (posterior-anterior, bukan lateral).

Epidemiologi
Osteoporosis dapat menyerang pria dan wanita. Namun prevalensi lebih tinggi
ditemukan pada perempuan terutama usia lanjut, yaitu mencapai 80% kasus
osteoporosis di Negara-negara berkembang didiagnosis terjadi pada perempuan.(5)

Klasifikasi
1. Osteoporosis Primer Tipe 1 (Postmenopausal Osteoporosis)
Osteoporosis primer tipe 1 adalah jenis osteoporosis yang umum menyerang
perempuan setelah mengalami menopause. Osteoporosis pascamenopause ini
berhubungan dengan menurunnya kadar estrogen akibat terhentinya aktivitas
folikel di dalam ovarium pada perempuan pascamenopause. (5)
2. Osteoporosis Primer Tipe II (Senile osteoporosis)
Osteoporosis primer tipe II seringkali disebur sebagai senile osteoporosis, yaitu
osteoporosis yang terjadi karena faktor usia yang sudah lanjut, yaitu lebih dari
75 tahun dan dapat terjadi baik pada perempuan maupun pada laki-laki dengan
rasio 2:1. (5)
3. Osteoporosis Sekunder (semua usia), karena penyakit lain atau karena kelainan
Osteoporosis sekunder merupakan osteoporosis yang dapat terjadi pada semua
kalangan usia dan mempenaruhi perempuan maupun laki-laki secara sama rata.
9

Osteoporosis ini merupakan bentuk osteoporosis yang diakibatkan dari masalah


atau penyakit medis kronis, atau penggunaan obat-obatan dalam jangka waktu
yang lama, misalnya adalah seperti glukokortikoid. (5)

Patofisiologi
Osteoblast dan osteoklast merupakan sel-sel pada tulang yang berperan dala
remodeling

tulang.

Osteoporosis

terjadi

sebagai

hasil

dari

ketidakseimbangandantara proses pembentukan tulang dan resorpsi tulang pada


remodelling tulang. Dalam hal ini aktivitas osteoklast lebih tinggi daripada aktivitas
osteoblast sehingga tingkat resorpsi lebih tinggi dri pembentukan tulang. Aktivitas
osteoblast dan osteoklast dipengaruhi oleh sistem hormon sitokin, dan juga faktorfaktor lokal lainnya. Hormon yang terlibat dalam proses remodeling eliputi
hormone

paratiroid,

kalsitonin,

insulin,

hormon

pertumbuhan,

1,25-

dihidroksivitamin D3 dan hormon steroid seks, yaitu estrogen dan androgen. (5)
Defisisensi Estrogen menjadi penyebab signifikan hilangnya massa tulang secara
cepat. Defisiensi estrogen secara progresif meningkatkan kada sitokin-sitokin
tertentu seperti IL-1, tumor necrosis factor- (TNF-), granulocyte-macrophage
colony stimulating factor, dan IL-6. Sitokin-sitokin proinfalmasi tersebut
merupakan sitokin yang dapat memodulasi diferensiasi progenitor osteoklast
menjadi osteoklast sehingga osteoklast teraktivasi. Osteoklast yang teraktivasi
kemudian akan mensekresikan enzim proteolitik unutk mendegradasi matriks
organik yang sudah mengalami mineralisasi sehingga tulang kehilangan mineral
penyusunnya dan menjadi rapuh. Peningkatan defisiensi estrogen juga diketahui
menigkatkan apoptosis osteoblast yang berperan dalam pembentukan tulang. Hal itu
mengakibatkan jumlah osteoklast menjadi lebih banyak daripada osteoblast
sehingga laju resorpsi akan lebih besar daripada pembentukan tulang. Estrogen
memiliki aksi secara langsung pada sel-sel osteoblast untuk menginduksi sinyalsinyal pertahanan hidup melalui jalur pensinyalan Src/Shc/Erk dan penurunan
regulasi JNK. Osteoporosis pada perempuan pascamenopause merupakan tipe
osteoporosis yang disebabkan karena defisiensi estrogen akibat penurunan fungsi
ovarium. (5)
10

Faktor risiko (5)

Perempuan yang mengalami menopause

Perempuan dengan riwayat osteoporosis

Kadar vitamin D yang rendah

Berat badan rendah

Penggunaan beberapa obat-obatan seperti prednisone, heparin, beberapa obat


antikejang dan obat-obatan yang sangat umum digunakan untuk mengobati
penyakit refluks asam (seperti Nexium dan Previcid)

Kondisi medis yang melemhkan absorpsi nutrisi

Kelenjar tiroid atau paratiroid yang sangat aktif

Alkoholisme

Gagal ginjal

Kurang kalsium dalam pola makan

Kurang aktivitas olahraga seperti jalan, menari, atau mengangkat beban

Olahraga berat (seperti lari marathon) karena dapat menurunkan kadar estrogen

Periode bed rest yang lama karena penyakit yang serius yang dapat mepercepat
kehilangan kalsium dari tulang

Kesalahan pola makan yang menyebabkan kurangnya asupan kalsium dan


rendahnya kadar estrogen

Gejala klinis osteoporosis


Ciri-ciri klinis dari osteoporosis antara lain nyeri pada bagian tulang tertentu
misalnya, pada bagian penggung, munculnya kelainan bentuk tulang belakang
seperti kifosis, atau bentuk tulang belakang bungkuk dan yang paling parah adalah
terjadi fraktur tulang. Rasa nyeri merupakan gejala yang paling umum ditemui.
Rasa nyeri dapat menjadi hebat dan biasanya terlokalisasi pada daerah yang
mengalami fraktur namun dapat menyebar ke bagian abdomen atau panggul.
Fraktur osteoporotik biasanya terjadi secara tiba-tiba, dan dapat disebabkan karena

11

terjatuh, mengangkat beban, melompat, atau bahkan hanya karena batuk. Fraktur
osteoporosis, biasanya terjadi pada tulang panggul, ujung tulang paha, pergelangan
tangan, ataupun pada ruas-ruas tulang belakang. (5)

Test diagnostik osteoporosis


Osteoporosis bisa diakibatkan menopause dan sebab lain, oleh karena itu
pemeriksaan laoratorium diperlukan, yaitu: parathyroid hormone, kalsium, untuk
hiperparatiroidisme primer, fosfor dan alkaline phosphatase dalam serum untuk
osteomalacia, tes uji ginjal: untuk hiperparatiroidisme sekunder dengan gagal ginjal
kronis. Smear dan julah darah, laju endapan darah, elektroforesis protein: untuk
berbagi myeloma, leukemia, atau limfoma. Tes fungsi tiroid: untuk hipertiroidisme
dan terapi hormone tiroid berlebih. Pemeriksaan riwayat secara teliti dan, ketika
terindikasi, dilakukan studi laboratorium yang tepat untuk mengeksklusi
penggunaan obat-obatan untuk hilangnya massa tulang dalam jangka waktu yang
lama, penyalahgunaan alcohol, metastasis kanker, dan penyakit hati kronis. 25hidroksivitamin D dalam serum untuk defisiensi vitamin D. (5)

Terapi dan pencegahan osteoporosis


Sekitar setengah dari jumlah kasus fraktur tulang panggul dan tulang belakang dapat
dicegah jika osteoporosis diterapi dengan tepat dan memadai. Namun, hanya 1 dari
5 perempuan yang mengalami fraktur yang menerima terapi. Terapi yang umumnya
diberika untuk pengobatan osteoporosis antara lain : (5)
a. Suplementasi kalsium dan vitamin D yang dapat mengurangi risiko fraktur
tulang panggul pada manula.
b. Bisphospionate yang merupakan obat-obatan nonhormonal, membantu
mempertahankan kepadatan tulang dan menurunkan angka insidensi fraktur.
Terdapat cara khusus mnggunkan bisphosphonate, yaitu:
1. Bisphosphonate oral harus diminum dalam kondisi perut kosong dengan
satu gelas air putih tidak boleh cairan lainnya.
2. Obat harus diminum 30 menit sebelum makan atau inum lainnya,

12

3. Setelah minum pasien harus dalam posisi tegak 30-60 menit hingga ada
makanan yang masuk.
c. Selective Estrogen Receptor Modulator (SERM), merupakan obat-obatan
yang memiliki aksi pada tulang serupa dengan estrogen, membantu
mempertahankan kepadatan tulang dan menurunkan angka fraktur terutama
fraktur ruas tulang belakang.
d. Hormon paratiroid yang dapat menstimulasi pembentukan tulang baru dan
secara signifikan meningkatkan kepadatan mineral tulang dan menurunkan
angka fraktur.
e. Terapi sulih hormon, merupakan terapi pemberian estrogen untuk
perempuan menopause yang dapat membantu mempertahankan kepadatan
tulang dan menurunkan angka fraktur selama durasi terapi.
Penelitian-penelitian menunjukkan bahwa dosis estrogen terkonjugasi
sebesar 0.625 mg diperlukan untuk menjaga kepadatan tulang. Kebijakan
konvensional telah menyatakan bahwa kadar estradiol dari sebesar 40-60
pg/ml diperlukan unutk melindungi tulang dari kemungkinan terjadinya
kehilangan tulang. Kadar estradiol yang kurang dari 5 pg/ml.
Untuk menghindari osteoporosis, maka perlu dilakukan tindakan-tindakan yang
bertujuan menyokong kesehatan tulang sejak dini. Beberapa tindakan yang
diketahui dapat mencegah terjadinya osteoporosis antara lain : (5)

Menjaga gaya hidup yang sehat yang dapat melindungi tulang dari
kemungkinan risiko fraktur tulang pada masa yang akan datang

Menjaga diet seimbang untuk memenuhi kebutuhan kalsium dan vitamin D


yang memadai

Menghindari merokok dan konsumsi alkohol

Olahraga secara teratur. Beberapa bentuk olahraga yang baik untuk


membangun kesehatan tulang antara lain adalah lari, lompat tali, aerobik,
tenis dan jalan cepat

13

2. Sindrom polikistik ovarium


Definisi
Sindrom ovarium polikistik (SOPK) adalah salah satu kelainan endokrin yang
paling sering dijumpai pada perempuan usia reproduktif. Namun demikian, masih
terdapat berbagai kontroversi dan hal yang belum diketahui mengenai keadaan ini.(6)
Etiologi
Penyebab SOPK masih belum diketahui sepenuhnya. Berbagai sumber menjelaskan
bahwa SOPK terjadi akibat interaksi kompleks antara faktor genetik dan
lingkungan. Dengan berkembangnya teknologi, fokus penelitian untuk mencari
penyebab SOPK terus berubah, dari faktor ovarium, poros hipotalamus-hipofisisovarium, hingga gangguan aktivitas insulin. Ketiga faktor ini saling berinteraksi
dalam pengaturan fungsi ovarium.(6)
Mekanisme SOPK
Hiperandrogenisme adalah tanda utama pada SOPK, akibat produksi berlebih pada
ovarium dan kelenjar suprarenal. Peningkatan produksi androgen ovarium
disebabkan oleh peningkatan stimulasi oleh LH dan bioaktivitas LH dan insulin.
Belum ada penjelasan mengapa produksi androgen oleh kelenjar suprarenal pada
SOPK. Pada SOPK yang berovulasi, hanya terjadi hipersekresi androgen dan
estrogen. Estrogen dalam julah besar yang dihasilkan oleh berbagai folikel tersebut
memberikan upan balik negative terhadap FSH. (6)
Diagnosis
SOPK adalah sindrom klinis yang hingga saat ini belum ada kriteria tunggal yang
cukup untuk mendiagnosis penyakit ini. Saat ini, kriteria diagnosis SOPK yang
digunakan secara luas adalah Kriteria Rotterdam. (6)
Diagnosis SOPK berdasarkan kriteria Rotterdam 2003
Kriteria

Oligo- atau anovulasi


Hiperandrogenisme, baik secara klinis
maupun biokimiawi
Gambaran umum ovarium polikistik
pada pemeriksaan ultrasonografi

14

Untuk mendiagnosis SOPK dibutuhkan minimal 2 dari 3 kriteria tersebut dan tidak
ditemukannya kelainan-kelainan endokrinologiis lainnya, seperti congenital adrenal
hyperplasia (CAH), hiperprolaktinemia, kelainan kelenjar tiroid, ataupun tumor
yang menghasilkan hormon androgen
Oligo-atau anovulasi
Siklus menstruasi normal mencerminkan fungsi ovulasi yang normal. Sekitar 6085% pasien SOPK memiliki gangguan menstruasi dan jenis yang paling sering
adalah oligomenore dan amenore. Pemeriksaan awal pada perempuan dengan gejala
FSH dan E2 serum untuk mengeklusi hipogonadisme hipogonadotropik (gangguan
sentral) dan premature ovarian failure. SOPK termasuk pada kategori anovulasi
normogonadotropik noroestrogenik (kelas 2 WHO). Meskipun demikian, perlu
diingat bahwa kadar LH serum pasien SOPK seringkali meningkat. (6)
Hiperandrogenisme
Hiperandrogenisme pada Kriteria Rotterdam 2003 mencakup tanda-tanda klinis dan
atau biokimiawi, yang dijelaskan sebagai berikut : (6)
1. Hiperandrogenisme klinis
Mencakup hirsutisme, akne, alopesia androgenik, dan tanda-tanda lain yang
tidak terbatas pada gejala yang disebutkan sebelumnya. Penilaian hirsutisme
dilakukan dengan menggunakan skor Ferriman-Galwey yang dimodifikasi
(mFG)
2. Hiperandrogenisme biokimiawi
Tanda biokimiawi hiperandrogenisme adalah penigkatan kadar androgen di
sirkulasi. Androgen terpenting yang biasanya digunakan untuk diagnosis adalah
testosteron. Androgen lain yang menigkat mencakup androstenedion, DHEA,
dan DHEA-S. Di antara androgen tersebut, yang lebih sensitive unutk
mendiagnosis hiperandrogenisme adalah testosterone bebas (free T) atau free
androgen index (FAI).
Penatalaksanaan

15

a. Perubahan gaya hidup


Perubahan gaya hidup merupakan terapi lini pertama pada SOPK, yang
mencakup eliminasi terhadap stressor psikososial, intervensi gizi, dan olah
raga. Penurunan berat badan sebesar 2-5% sudah dapat memperbaiki fungsi
metabolik dan reproduksi secara signifikan, yang mencakup peningkatan kadar
SHBG sehingga menurunkan kadar androgen bebas dan perbaikan fungsi
ovulasi. Pada pasien obesitas, diupayakan target penurunan berat badan sebesar
5-10% dari berat badan awal. (6)
Intervensi gizi yang dilakukan untuk menurunkan berat badan adalah
pengurangan julah kalori sebesar 500-1000 kkal/hari dengan komposisi
seimbang dan disertai peningkatan asupan serat. Komposisi makanan seimbang
yang dimaksud adalah 50% karbonhidrat, 20% protein, dan 30% lemak.
Asupan lemak tersebut juga dibagi menjadi 10% lemak jenuh, 10% lemak
polyunsaturated, dan 10% lemak monounsaturated. Pembatasan komponen
tertentu, seperti karbonhidrat atau lemak dinilai tidak bermanfaat. (6)
Latihan olah raga bagi pasien mengikuti kaidah FITT (frequency, intensity,
time, type). Jenis (type) olah raga yang sebaiknya dilakukan adalah olah raga
dengan intensitas sedang, seperti jalan cepat, lari, berenang, bersepeda, dan
latihan senam aerobik. Durasi (time) latihan dilakukan selama minimal 30
menit. Untuk menurunkan berat badan, frekuensi olah raga yang dinjurkan
adalah 3-5 kali/minggu. (6)
b. Penanganan gangguan menstruasi dan risiko hiperplasia endometrium
Tatalaksana gangguan menstruasi dan risiko hyperplasia endometrium pada
pasien SOPK yang tidak ingin hamil adalah dengan kontrasepsi kombinasi.
Regimen kombinasi ini akan menginduksi siklus haid teratur dan menekan
pertumbuhan endometrium. Pada pasien yang memiliki kontrindikasi
penggunaan kontrasepsi kombinasi, alternatif yang dapat digunakan adalah
sediaan progestin dan metformin.
c. Penanganan Hirsutisme
16

Hirsutisme yang bersifat fokal dan ringan dapat ditangani dengan upaya
kosmetik, seperti mencukur, mencabut, atau waxing. Terapi medikamentosa
untuk hirsutisme bertujuan untuk mengurangi produksi androgen, menurunkan
jumlah tetosteron bebas, dan menekan bioaktivitas androgen pada folikel
rambut. Regimen yang dapat digunakan adalah pil kontrasepsi dengan
golongan anti-androgen. Untuk melihat respon terapi dibutuhkan waktu terapi
selama 6 bulan karena pergantian rambut terminal berlangsung dengan sangat
lambat. (6)
Pil kontrasepsi kombinasi adalah terapi yang efektif untuk hirsutisme karena
akan menekan produksi androgen pada ovarium yang distimulasi LH dan
menstimulasi produksi SHBG di hati. (6)
Anti-androgen (spironolakton, flutaide, finasteride) juga merupakan regimen
yang efektif untuk hirsutisme karena dapat menghalangi kerja androgen pada
folikel rambut. Golongan anti-androgen harus digunakan bersama dengan
metode kontrasepsi yang efektif karena sifatnya yang teratogenik atau toksik
kepada fetus. (6)
3. Endometriosis
Definisi
Endometriosis adalah satu keadaan di mana jaringan endometrium yang masih
berfungsi terdapat di luar kavum uteri.(7)
Epidemiologi
Endometriosis selama kurang lebih 30 tahun terakhir ini menunjukkan angka
kejadian yang meningkat. Angka kejadian antara 5-15% dapat diteukan di antara
semua operasi pelvik. Endometriosis jarang didapatkan pada orang Negro, dan
lebih sering didapatkan pada wanita-wanita dari golongan sosio-ekonomi yang
kuat. Yang menarik perhatian adalah bahwa endometriosis lebih sering ditemukan
pada wanita yang tidak menikah pada umur muda, dan yang tidak mempunyai
banyak anak. Rupanya fungsi ovarium secara siklis yang terus menerus tanpa
diselingi oleh kehailan, memegng peranan dalam terjadinya endometriosis. (7)
17

Gejala Klinis
Gejala-gejala yang sering ditemukan pada penyakit ini adalah (1) nyeri perut
bawah yang progresif dan dekat paha yang terjadi pada dan selama haid
(dismenorea); (2) Dispareunia; (3) nyeri waktu defekasi, khususnya pada waktu
haid; (4) poli- dan hipermenorea; (5) infertilitas.(7)
Dua keluhan tersering pasien endoetriosis ialah nyeri dan infertilitas. (8)
Tabel. Keluhan pasien endometriosis di RSCM
KELUHAN

Presentase (%)

Nyeri Panggul

82.5

Disminorea

81

Infertilitas

33.7

Low back pain

32.5

Dispareunia

20.9

Konstipasi

13.9

Disuria

6.9

Dischezia

4.6

Diare

2.3

Mekanisme Nyeri dan infertilisasi pada endometriosis


Terdapat banyak teori yang mencoba menjelaskan mengenai patofisiologi
endometriosis, namun yang paling banyak diterima adalah teori regurgitasi
menstruasi. Menurut teori ini, jaringan endometrium pada darah ahid berbalik
melalui tuba dan melekat pada rongga peritoneum membentuk vaskulrisasi dan
menginvasi struktur di sekitarnnya. Jaringan ini juga diinfiltrasi oleh saraf
sensorik, simpatik dan parasimpatik serta menyebabkan proses peradangan pada
daerah tersebut dan menginduksi rangsang nyeri.(8)
Jaringan endometrium ektopik tersebut mensekresikan estradiol (E2) dan juga
prostaglandin E2 (PGE2), suatu agen inflamasi yang memicu mkrofag seperti
monocyte chemotactic protein I (MCPI). Peptide neurotropic seperti nerve growth

18

factor (NGF), enzim-enzim pembentuk jaringan yaitu matrix metalloproteinase


dan tissue inhibitor of MMP (TIMP) serta zat-zat pembentuk pembuluh darah
seperti vascular endothelial growth factor (VEGF) dan interleukin-8. Lesi yang
sudah melekat tersebut juga melepaskan haptoglobin yang berperan dalam
mencegah penempatan makrofag dan menurunkan fungsi fagositosis agar lesi
yang sudah terbentuk ini tidak tereliminasi.(8)
Jaringan endometrium ektopik dan juga makrofag yang teraktivasi tersebut akan
melepaskan sitokin-sitokin proinflamasi, yaitu interleukin-1, interleukin-8,
interleukin-6 dan tumor necrosis factor- (TNF-). Estradiol lokal dan juga
sistemik merangsang PGE2 yang akan mengaktivasi serat saraf, meningkatkan
invasi neuron dengan merangsang pengeluaran NGF dan neurotropin lainnya serta
memicu penyebaran reseptor nyeri di sekitar lesi yang berkontribusi pada
timbulnya nyeri inflamasi persisten dan menghambat apoptosis neuron.(7)
Mekanisme timbulnya infertilitas akibat endometrium amat bervariasi dan masih
banyak diperdebatkan. Namun demikian berbagai teori yang dapat menjelaskan
hal ini antara lain : (8)
Abnormalitas folikulogenesis
Peningkatan stress oksidatif
Perubahan fungsi imun
Perubahan lingkungan hormonal di dalam folikel dan di peritoneum
Penurunan reseptivitas endometrium
Penurunan fungsi fimbriae dan tuba
Keseluruhan perubahan ini akan menyebabkan penurunan kualitas oosit,
terganggunya proses fertilisasi, dan implantasi.
Diagnosis
Diagnosis biasanya dibuat atas dasar anamnesis dan pemeriksaan fisik, dipastikan
dengan pemeriksaan laparoskopi. Semua asien yang mengalami nyeri haid, nyeri
panggul dan infertilitas sebaiknya ditelusisri apakah memiliki endometriosis atau

19

tudak. Penelusuran ini termasuk pemeriksaan panggul yng lengkap, pmeriksaan


panggul yan gteliti, serta pemeriksaan pencitraan panggul dan laboratorium yang
mendukung. Hingga saat ini belum ditemukan metode diagnosis akurat selain
melihat langsung kedalam panggul dan memastikannya dengan pemeriksaan
patologi anatomi. Hingga saat ini belum ada satu biomarker yang mempunyai
sensitifitas dan spesifisitas yang memuaskan unutk menegakkan diagnosis
endometriosis.(7,8)
Pada pemeriksaan panggul inspeksi daerah forniks posterior menggunakan dua
speculum terpisah wajib dikerjakan unutk melihat endometriosis lesi dala fornix
posterior. Peeriksan biannual rektovaginal ajib dikrjakan dengan konsentrasi pada
daerah

septum

rektovaginal

dan

ligamentum

sakrouterina.

Pemeriksaan

Ultrasonografi juga diarahkan unutk mecari lesi di daerah muskularis rectum


anterior dan daerah ligamentum sakrouterina. Pembuatan foto rontgen dengan
memasukkan barium dalam kolom dapat memberi gambaran dengan filling defect
pada rektosigmoid dengan batas-batas yang jelas dan mukosa yang utuh.
Laparoskopi merupakan pemeriksaan yang sangat berguna untuk membedakan
endometriosis dari kelainan-kelainan di pelvis.(7)
Penatalaksanaan
Tatalaksana pasien endometriosis sangat individual. Tujuan utama tatalaksana
endometriosis adalah menghilangkan keluhan (terutama nyeri), mempetahankan
atau meningkatkan fungsi fertilitas serta mencegah kekambuhan penyakit. Karena
sifat penyakitnya yang kronik dan besar kemungkinan terjadinya rekurensi, maka
diperlukan perencanaan tatalaksana jangka panjang pada pasien endometriosis.
Pilihan terapi pada endometriosis mempertimbangkan hal-hal berikut :

Umur pasien

Keluhan pasien

Ada infertilitas atau tidak

Lama infertilitas

(8)

20

Jenis dan perkiraan beratnya endometriosis

Penanganan endometriosis terdiri atas pencegahan, pengawasan saja terapi


hormonal, pembedahan dan radiasi.(7)
a. Pencegahan
Kehamilan adalah cara pencegahan yang paling baik unutk endometriosis.
Gejala-gejala endometriosis memang berkurang atau hilang pada waktu dan
sesudah kehamilan karena regresi endometrium dalam sarang-sarang
endometriosis. Oleh sebab itu hendaknya perkawinan jangan ditunda terlalu
lama dan sesudah perkawinan hendaknya diusahkan supaya endapat anak yang
diinginkan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Sikap demikian itu tidak
hanya merupakan profilaksis yang baik terhadap endometriosis, melainkan
menghindari terjadinya infertilitas sesudah endometriosis timbul.(7)
b. Observasi dan pemberian analgetika
Pengobatan ini akan berguna pada wanita-wnita engna gejala dan kelainan fisik
yang ringan. Ada wanita yang sudah agak berumur, pengawasan itu bias
dilanjutkan sampai menopause, karena sesudah itu gejala-gejala endometriosis
hilang sendiri. Sikap yang sama dapat diambil pada wanita yang lebih muda,
yang tidak mempunyai persoalan tentang infertilitas, akan tetapi pada wanita
yang ingin mempunyai anak, jika setelah ditunggu 1 tahun tidak terjadi
kehamilan, perlu dilakukan pemeriksaan terhadap infertilitas dan diambil sikap
yang lebih aktif. Pada observasi seperti diterangkan di atas, harus dilakukan
peeriksaan secara periodic dan teratur unutk meneliti perkembangan
penyakitnya dan jika perlu mengubah sikap ekspektatif. Dalam masa observasi
ini dapat diberi pengobatan paliatif berupa pemberian analgetika untuk
mengurangi rasa nyeri. (7)
c. Pengobatan hormonal
Sebagai dasar pengobtan hormonal endometriosis ialah bahwa pertumbuhan
dan fungsi jaringan endometriosis, seperti jaringan endometrium yang normal,
dikontrol oleh hormon-hormon steroid. (7)
21

Androgen
Pemakaian androgen untuk terapi endometriosis pertama kali dilaporkan
oleh Hirst pada tahun 1947. Preparat yang dipakai adalah metiltestosteron
sublingual dengan dosis 5 sampai 10 mg per hari. Biasanya diberikan 10
mg per hari pada bulan pertama dilanjutkan dengan 5 mg per hari selaa 2-3
bulan berikutnya. Pada keadaan-keadaan tertentu androgen masih dapat
diberikan. Pertama, untuk terapi endometriosis stadium dini dengan gejala
menonjol: nyeri atau dispareuni. Jika rasa nyeri disebabkan oleh
endometriosis, maka nyeri tersebut biasanya akan berkurang atau hilang
setelah pengobatan dengan androgen selama satu bulan. (7)
Estrogen-progesteron
Penggunaan kombinasi estrogen-progesteron yang dikenal dengan pseudopregnancy pertama kali dilaporkan oleh Kistner pada tahun 1962. Pertama
kali, preparat yang digunakan pil kontrasepsi merk Enovid yang
mengandung 0,15 mg mestranol dan 10 mg noretinodrel. Berdasarkan
prinsip terapi yang telah diuraikan, pil kontrasepsi yang dipilih sebaiknya
yang mengandung estrogen rendah dan mengandung progesteron yang kuat
atau yang mempunyai efek androgenik yang kuat. Pada saat ini, norgestrel
dianggap sebagai senyawa progesteron yang poten dan empunyai efek
androgenic yang paling kuat. Terapi standar yang dianjurkan adalah 0,03 mg
etinil estradiol dan 0,3 mg norgestrel per hari. Bila terjadi breakthrough
bleeding, dosis ditingkatkan menjadi 0,05 mg estradiol dan 0,5 mg
norgestrel per hari atau maksimal 0,08 mg estradiol dan 0,8 mg norgestrel
per hari. Pemberian tersebut terus menerus setiap hari selama 6-9 bulan,
bahkan ada yang menganjurkan minimal satu tahun dan bila perlu
dilanjutkan sampai 2-3 tahun. Meskipun hasil pengobatan dengan kombinasi
estrogen-progesteron kurang begitu

memuaskan, pil kontrasepsi dapat

merupakan pilihan bagi penderita yang kurang mampu. (7)

22

Progesteron
Progesterone daapt dikelompokkan menjdi 3 golongan, yakni: (1) pregnan;
(2) Estran; dan (3) gonan. Berbagai jenis progesteron tersebut
(medroksiprogesteron asetat, noretisteron asetat, norgestrel asetat,
linestrenol) pernah digunakan sebagai obat tunggal untuk terapi
endometriosis. Dengan mengenal sifat-sifatnya, kita dapat memilih
senyawa mana yang paling sesuai dengan prinsip terapi endometriosis dan
efek samping apa yang mungkin terjadi. Dosis yang diberikan adalah
medroksiprogesteron asetat 30-50 mg per hari atau noretisteron asetat 30
mg

per

hari.

Pemberian

parenteral

dapat

menggunakan

medroksiprogesteron asetat 150 mg setiap 3 bulan sapai 150 mg setiap


bulan. Penghentian terapi parenteral dapat diikuti dengan anovulasi selama
6-12 bulan, sehingga cara pengobatan ini tidak menguntungkan bagi
mereka yang ingin segera mempunyai anak. Lama pengobatan dengan
progestogen yang dianjurkan sama dengan lama pengobatan dengan pil
kontrasepsi non-siklik yakni 6-9 bulan. (7)
Danazol
Danazol adalah turunan isokazol dari 17 alfa etiniltestosteron. Danazol
menimbulkan keadaan asiklik, androgen tinggi dan estrogen rendah. Dosis
yang dianjurkan untuk endometriosis ringan (stadium II) atau sedang
(stadium III) adalah 400 mg per hari sedangkan untuk endometriosis berat
(stadium IV) dapat diberikan sampai dengan 800 mg per hari. Pada dosis
400-80 mg. danazol merupakan kontrasepsi yang poten dengan insidensi
ovulasi kurang dari 1%. Lama pemberian minimal 6 bulan, dapat pula
diberikan selama 12 minggu sebelum terapi pembedahan konservatif.
Danazol dapat mengurangi ukuran endometrioma, namun sangat jarang
menyebabkan regresi yang sempurna. Rekurensi keluhan dan gejala setelah
pengobatan Danazol sebesar 5-20% per tahun. Pada saat ini Danazol
merupakan obat yang paling efektif unutk endometriosis yang diijinkan
oleh US FDA (Federal Drug Administration). (7)
23

d. Pengobatan dengan pembedahan


Pada operasi konservatif, perlu pula dilakukan suspense uterus, dan
pengangkatan kelainan-kelainan patologik pervis. Pada endometriosis yang
terdapat bersama-sama dengna mioma uteri, kistoma ovarii, atau lain-lain
kelainan panggul, terapi dilakukan untuk endometriosis dan untuk kelainan lain
itu. Lima belas persen dari penderita dengan endometriosis menderita mioma
uteri, tergantung dari berbagai faktor harus dipilih antra pembedahan
endometriosis secara konservatif dan mmiomektomi, atau histerektomi.
Pembedahan konservatif ini dapat dilakukan dengan dua cara pendekatan,
yakni : laparotomi atau laparoskopi operatif. Pembedahan radikal dilakukan
pada wanita dengan endometriosis yang umurnya hampir 40 tahun atau lebih,
dan yang menderita penyakit yang luas disertai dengan banyak keluhan.
Operasi yang paling radikal ialah histerektomi total, salpingo-ooforektomi
bilateral, dan pengangkatan semua sarang-sarang endometriosis yang
ditemukan. Akan tetapi wanita yang kurang dari 40 tahun dapat
dipertimbangkan untuk meninggalkan jangan sampai terlalu cepat timbul
gejala-gejala pramenopause dan menopause dan juga mengurangi kecepatan
timbulnya osteoporosis. (7)
e. Pengobatan dengan radiasi
Pengobatan ini yang bertujuan menghentikan fungsi ovarium tidak dialkukan
lagi, kecuali ada kontraindikasi terhadap pembedahan. (7)

24

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Hormon adalah getah yang dihasilkan oleh suatu kelenjar yang mempunyai fungsi
sungguh penting dalam kehidupan manusia, walaupun jumlahnya hanya sedikit dari
hormon yang dibutuhkan namun mempunyai pengaruh yang cukup besar. Hormon
berfungsi dalam banyak proses pertumbuhan, metabolisme, reproduksi, dan tingkah
laku. Namun hormon lebih banyak dibutuhkan pada saat reproduksi. Hormon
dibutuhkan sangat besar pada saat reproduksi manusia, yaitu pada saat pembentukan sel
gamet, siklus mentruasi, kehamilan, dan kelahiran pada wanita.
Hormon juga dibutuhkan pada saat pertumbuhan alat alat reproduksi manusia,
antara lain pertumbuhan sex primer pada wanita dan pria, juga pertumbuhan sex
sekunder pada wanita dan pria. Hormon banyak berpengaruh dalam tubuh manusia baik
laki laki ataupun perempuan, hormon yang mempengaruhi reproduksi laki laki
adalah testoterone, dan hormon juga sangat berpengaruh terutama pada wanita. Hormon
estrogen merupakan hormone yang alling banyak pada wanita dan berfungsi sebagai
hormone pertumbuhan primer dan sekunder pada wanita. Adapun beberapa contoh
penyakit yang bisa disebabkan oleh gangguan hormon estrogen pada wanita, seperti;
Osteoporosis, Sindrom Polikistik Ovarium, dan Endometriosis.

Saran
Hormon sangat penting dalam pertumbuhan makhluk hidup khususnya Hormon
estrogen pada wanita, oleh karena itu kita harus menjaga kondisi tubuh kita agar kerja
hormon dalam tubuh kita tidak terganggu.

25

DAFTAR PUSTAKA
1. Indryawati R.Pengaruh Hormon Seksual Terhadap Wanita. Jakarta: Universitas
Gunadarma; 2007
2. Baziad A.

Kontrasepsi

Hormonal.

Jakarta:

PT Bina

Pustaka

Sarwono

Prawirohardjo; 2008
3. Speroff L, Fritz M A. Clinical Gynecologic Endocrinology & Infertility, 7th ed.
New York: Lippincott William & Wilkins; 2005.
4. Guyton, Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC; 2006
5. Djuwantono T, Bayuaji H, Permadi W. Step By Step Penanganan Kelainan
Endokrinologi Reproduksi dan Fertilitas dalam Praktik Sehari-hari. Jakarta:
Sagung Seto; 2008. p. 305-10, 323-43
6. Hestiantoro A, Natadisastra M, et.al. Current Updates on Polycistic Ovary
Syndrome Endometriosis Adenomiosis. Jakarta: Sagung Seto; 2008, p.
7. Wiknjosastro H, Saifuddin A B, Rachmadhi. Ilmu Kandungan Edisi Kedua Jakarta :
PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2009. p. 320-5
8. Situmorang H, Mutia K. Penuntun Praktis Diagnosis dan Tatalaksana
Endometriosis. Jakarta: Sagung Seto; 2010. p. 65-74

26

Вам также может понравиться