Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
Hormon adalah getah yang dihasilkan oleh suatu kelenjar dan langsung diedarkan oleh
darah. Kelenjar tersebut tidak mempunyai saluran khusus sehingga sering disebut sebagai
kelenjar buntu atau kelenjar endokrin. Jadi, kelenjar ini menghasilkan hormon yang
merupakan sekrit internal. Kata hormon berasal dari kata hormaeni yang berarti memacu
atau menggiatkan. Hormon diperlukan oleh tubuh dalam jumlah sedikit, namun mempunyai
pengaruh yang amat besar. Bila kekurangan dapat ditambah dengan hormon sejenis dari
luar. Bila kelebihan akan mengakibatkan berbagai gangguan kerja organ tubuh.(1)
Hormon berfungsi untuk mengatur homeostatis, memacu pertumbuhan, reproduksi,
metabolisme, dan tingkah laku. Beberapa jenis kelenjar adalah, kelenjar hipofisis, kelenjar
adrenalin atau suprarenalis, dan kelenjar kelamin atau kelenjar gonad dimana ketiga jenis
kelenjar ini mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap perkembang biakan seksual
pada manusia.
Hormon seks dibagi dala tiga kelompok besar, yaitu steroid seks, gonadotropin, dan
neurohormon. Hormon jenis ini berfungsi mengatur fungsi-fungsi organ reproduksi, baik
pada perempuan maupun laki-laki, serta berperan juga terhadap pembentukan sifat seks
sekunder pada manusia. Hormon steroid seks yang terpeting adalah Estrogen, Gestagen
(Progesteron), Androgen.(2)
Seorang wanita dipengaruhi oleh banyak hormon pada saat pertumbuhannya, sejak dia kecil
sampai dia dewasa atau bahkan sampai tua. Hormon tersebut adalah estrogen dan
progesteron yang banyak mempengaruhi dan membantu wanita pada saat menstruasi,
proses kehamilan dan pada saat proses kelahiran, bahkan ketika seorang wanita mengalami
masa menopause pun hormon masih mempengaruhi walaupun dalam jumlah sedikit.
Sedangkan androgen adalah hormon seks laki-laki. Hormon seks wanita dalam jumlah keil
ditemukan juga pada laki-laki, dan sebaliknya hormon seks laki-laki dijumpai dalam jumlah
kecil pada wanita.(1,2)
BAB 1I
TINJAUAN PUSTAKA
I. Definisi
Estrogen adalah hormon steroid dengan 18 atom C dan dibentuk terutama dari 17ketosteroid androstenedion. Estrogen menjadi dua jenis, yaitu estrogen alamiah dan
sintetik. Jenis Estrogen alamiah yang terpenting adalah estradiol (E 2), estriol (E3), dan
Estron (E4). Untuk penghantaran dalam darah estrogen diikat oleh protein yang khas,
yaitu Sex Hormon Binding Globulin (SHBG). Estrogen baru akan dapat bekerja secara
aktif setelah terlebih dahulu diubah menjadi estradiol.(2)
II. Biosintesis Hormon Seks
Keseluruhan jalur biosintesis steroid ditunjukkan pada gambar yang utamanya
didasarkan pada karya perintis dari Kenneth J. Ryan. Jalur tersebut mengikuti pola dasar
yang ditampilkan oleh semua organ endokrin steroid yang memproduksi. Sehingga, hal
ini tidak mengejutkan bahwa ovarium yang normal pada manusia menghasilkan tiga
kelas steroid seks: estrogen, progestin, dan androgen. Androgen ovarium merupakan
hormon yang penting, tidak hanya sebagai prekursor obligat untuk estrogen, tetapi juga
sebagai produk sekretori yang utama secara klinis.(3)
Ovarium dibedakan dari kelenjar adrenal dalam hal ini adalah kekurangan 21hidroksilase dan reaksi 11-hidroksilase. Glukokortikoid dan mineralokortikoid, oleh
karena itu, tidak diproduksi dalam jaringan ovarium yang normal. Selama
steroidogenesis, jumlah atom karbon kolesterol atau molekul steroid lainnya dapat
dikurangi tetapi tidak pernah meningkat.(3)
Sebagian besar kolesterol digunakan untuk sintesis steroid yang berasal dari mobilisasi
dan transportasi intraseluler. Dehidrogenase 17-hidroksisteroid dan 5- reaksi
reduktase diakibatkan oleh non-P450 enzim. Dehidrogenase 17-hidroksisteroid terikat
pada retikulum endoplasma dan 5-reduktase ke membran nuklir. Enzim
dehidrogenase
17-hidroksisteroid
mengkonversi
estrone
estradiol,
testosteron
androstenedion, dan DHA untuk androstenediol, dan sebaliknya. Enzim tipe 1 aktif
2
membentuk
androstenedion dan estron dari testosteron dan estradiol, dan enzim tipe 3 dan 5 dalam
testis mengurangi androstenedion untuk testosteron. Enzim tipe 6 dapat ditemukan
hanya pada tikus, dan enzim tipe 7 dan 8 yang luas, tetapi aktivitas terbatas. Jadi tipe 1,
3, dan 5 bentuk aktif daari estrogen dan androgen, sedangkan tipe 2 dan 4 menghasilkan
produk yang lebih lemah, bentuk inaktivasi. Sel spesifik produksi masing-masing
isoform ini adalah metode untuk mengatur konsentrasi lokal estrogen dan androgen.(3)
Kolestrol merupakan bahan terpenting unutk memproduksi hormon seks. Proses sintesis
itu sendiri sangat bergantung pada fase siklus haid seorang wanita. Pada fase folikuler,
progesteron yang terbentuk merupakan hasil antara pada saat sintesis androgen. Jadi,
dengan kata lain, bahwa ovarium tidak secara khusus memproduksi progesteron,
melainkan dihasilkan pada saat ovarium melakukan sintesis homon androgen.
Sebaliknya, ovarium harus secara khusus melakukan sintesis estrogen. Bahan yang
diperlukan untuk sintesis estrogen adalah hormone androstendion dan testosteron.
Kedua jenis hormon tersebut merupakan prekusor untuk memproduksi estrogen. Proses
sintesisnya terjadi melalui dua cara, yaitu : (2)
1. Estradiol dihasilkan dari androsteron melalui testosteron
2. Estron dihasilkan dari androstendion
Perubahan androgen menjadi estrogen terjadi melalui proses enzimatik. Progesteron
dihasilkan dalam jumlah sangat banyak pada fase luteal. Pada fase luteal juga dijumpai
kadar estrogen dalam jumah tertentu. Estrogen tersebut terbentuk dari hasil perubahan
progesteron menjadi estrogen.(2)
Androgen
adalah
prekursor
umum
estrogen.
Aktivitas
dehidrogenase
17-
Umumnya metaboilsme hormon seks berlangsung di hati. Hormon seks susah larut
dalam air, maka unutk memudahkan pengeluarannya harus diikat terlebih dahulu
dengan glukoronoid dan sulfat. Bentuk ikatan seperti ini dapat dikeluarkan dengan udah
leh tubuh melalui urin dan feses. Estrogen akan didegradasi menjdi estriol dan
dikeluarkan dalam bentuk glukoronoid sulfat.(2)
Gambar 1.
Konversi steroid pada jaringan perifer tidak selalu merupakan bentuk inaktivasi.
Androgen bebas perifer dikonversi menjadi estrogen bebas, misalnya, dalam sel-sel
kulit dan lemak. Lokasi sel adiposa mempengaruhi aktivitas mereka. Wanita dengan
obesitas sentral (daerah perut) menghasilkan androgen yang lebih. Karya Siiteri dan
MacDonald menunjukkan bahwa estrogen yang cukup dapat diturunkan dari sirkulasi
androgen untuk memproduksi pendarahan pada wanita pascamenopause. Kelenjar
adrenal pada wanita tetap menjadi sumber utama androgen sirkulasi, dalam
androstenedion tertentu. Pada pria, hampir semua estrogen beredar berasal dari konversi
androgen perifer.(3)
Gambar 2.
III.Fisiologi Estrogen
Fungsi primer dari estrogen adalah untuk menimbulkan proliferasi sel dan pertumbuhan
jaringan organ-organ kelamin dan jaringan lain yang berkaitan dengan reproduksi.
luar
menyelesaikan
payudara
tugasnya
wanita
yaitu
dewasa. Akan
mengubah
payudara
tetapi,
estrogen
menjadi
organ
tidak
yang
laju pertumbuhan tinggi badannya menjadi cepat selama beberapa tahun. Akan
tetapi, estrogen juga mempunyai efek poten lainnya terhadap pertumbuhan tulang
rangka. Estrogen menyebabkan
batang tulang panjang. Efek estrogen ini lebih kuat dibandingkan dengan efek
serupa dari testosteron pada pria. Sebagai akibatnya, pertumbuhan wanita biasanya
terhenti beberapa tahun lebih cepat daripada pertumbuhan pria. Wanita kasim
(eunuch), yang sama sekali tidak memproduksi estrogen biasanya tumbuh beberapa
inci lebih tinggi daripada wanita dewasa yang normal. Karena epifisisnya tidak
menyatu pada waktu yang normal. (4)
tubuh pada tubuh wanita dianggap lebih besar dibandingkan pada tubuh pria, yang
mengandung lebih banyak protein. Selain simpanan lemak pada payudara dan
jaringan subkutan, estrogen juga menyebabkan simpanan lemak pada bokong dan
paha, yang merupakan karakteristik sosok feminisme. (4)
Definisi
Menurut World Health Organization (WHO), osteoporosis didefenisikan sebagai :(5)
tulang
dan
kerusakan
mikroarsitektur
jaringan
tulang
yang
kepadatan massa tulang/bone mineral density (BMD) kurang dari atau sama
dengan -2.5 pada bagian tulang panggul total, leher tulang paha, atau ruas tulnag
belakang (posterior-anterior, bukan lateral).
Epidemiologi
Osteoporosis dapat menyerang pria dan wanita. Namun prevalensi lebih tinggi
ditemukan pada perempuan terutama usia lanjut, yaitu mencapai 80% kasus
osteoporosis di Negara-negara berkembang didiagnosis terjadi pada perempuan.(5)
Klasifikasi
1. Osteoporosis Primer Tipe 1 (Postmenopausal Osteoporosis)
Osteoporosis primer tipe 1 adalah jenis osteoporosis yang umum menyerang
perempuan setelah mengalami menopause. Osteoporosis pascamenopause ini
berhubungan dengan menurunnya kadar estrogen akibat terhentinya aktivitas
folikel di dalam ovarium pada perempuan pascamenopause. (5)
2. Osteoporosis Primer Tipe II (Senile osteoporosis)
Osteoporosis primer tipe II seringkali disebur sebagai senile osteoporosis, yaitu
osteoporosis yang terjadi karena faktor usia yang sudah lanjut, yaitu lebih dari
75 tahun dan dapat terjadi baik pada perempuan maupun pada laki-laki dengan
rasio 2:1. (5)
3. Osteoporosis Sekunder (semua usia), karena penyakit lain atau karena kelainan
Osteoporosis sekunder merupakan osteoporosis yang dapat terjadi pada semua
kalangan usia dan mempenaruhi perempuan maupun laki-laki secara sama rata.
9
Patofisiologi
Osteoblast dan osteoklast merupakan sel-sel pada tulang yang berperan dala
remodeling
tulang.
Osteoporosis
terjadi
sebagai
hasil
dari
paratiroid,
kalsitonin,
insulin,
hormon
pertumbuhan,
1,25-
dihidroksivitamin D3 dan hormon steroid seks, yaitu estrogen dan androgen. (5)
Defisisensi Estrogen menjadi penyebab signifikan hilangnya massa tulang secara
cepat. Defisiensi estrogen secara progresif meningkatkan kada sitokin-sitokin
tertentu seperti IL-1, tumor necrosis factor- (TNF-), granulocyte-macrophage
colony stimulating factor, dan IL-6. Sitokin-sitokin proinfalmasi tersebut
merupakan sitokin yang dapat memodulasi diferensiasi progenitor osteoklast
menjadi osteoklast sehingga osteoklast teraktivasi. Osteoklast yang teraktivasi
kemudian akan mensekresikan enzim proteolitik unutk mendegradasi matriks
organik yang sudah mengalami mineralisasi sehingga tulang kehilangan mineral
penyusunnya dan menjadi rapuh. Peningkatan defisiensi estrogen juga diketahui
menigkatkan apoptosis osteoblast yang berperan dalam pembentukan tulang. Hal itu
mengakibatkan jumlah osteoklast menjadi lebih banyak daripada osteoblast
sehingga laju resorpsi akan lebih besar daripada pembentukan tulang. Estrogen
memiliki aksi secara langsung pada sel-sel osteoblast untuk menginduksi sinyalsinyal pertahanan hidup melalui jalur pensinyalan Src/Shc/Erk dan penurunan
regulasi JNK. Osteoporosis pada perempuan pascamenopause merupakan tipe
osteoporosis yang disebabkan karena defisiensi estrogen akibat penurunan fungsi
ovarium. (5)
10
Alkoholisme
Gagal ginjal
Olahraga berat (seperti lari marathon) karena dapat menurunkan kadar estrogen
Periode bed rest yang lama karena penyakit yang serius yang dapat mepercepat
kehilangan kalsium dari tulang
11
terjatuh, mengangkat beban, melompat, atau bahkan hanya karena batuk. Fraktur
osteoporosis, biasanya terjadi pada tulang panggul, ujung tulang paha, pergelangan
tangan, ataupun pada ruas-ruas tulang belakang. (5)
12
3. Setelah minum pasien harus dalam posisi tegak 30-60 menit hingga ada
makanan yang masuk.
c. Selective Estrogen Receptor Modulator (SERM), merupakan obat-obatan
yang memiliki aksi pada tulang serupa dengan estrogen, membantu
mempertahankan kepadatan tulang dan menurunkan angka fraktur terutama
fraktur ruas tulang belakang.
d. Hormon paratiroid yang dapat menstimulasi pembentukan tulang baru dan
secara signifikan meningkatkan kepadatan mineral tulang dan menurunkan
angka fraktur.
e. Terapi sulih hormon, merupakan terapi pemberian estrogen untuk
perempuan menopause yang dapat membantu mempertahankan kepadatan
tulang dan menurunkan angka fraktur selama durasi terapi.
Penelitian-penelitian menunjukkan bahwa dosis estrogen terkonjugasi
sebesar 0.625 mg diperlukan untuk menjaga kepadatan tulang. Kebijakan
konvensional telah menyatakan bahwa kadar estradiol dari sebesar 40-60
pg/ml diperlukan unutk melindungi tulang dari kemungkinan terjadinya
kehilangan tulang. Kadar estradiol yang kurang dari 5 pg/ml.
Untuk menghindari osteoporosis, maka perlu dilakukan tindakan-tindakan yang
bertujuan menyokong kesehatan tulang sejak dini. Beberapa tindakan yang
diketahui dapat mencegah terjadinya osteoporosis antara lain : (5)
Menjaga gaya hidup yang sehat yang dapat melindungi tulang dari
kemungkinan risiko fraktur tulang pada masa yang akan datang
13
14
Untuk mendiagnosis SOPK dibutuhkan minimal 2 dari 3 kriteria tersebut dan tidak
ditemukannya kelainan-kelainan endokrinologiis lainnya, seperti congenital adrenal
hyperplasia (CAH), hiperprolaktinemia, kelainan kelenjar tiroid, ataupun tumor
yang menghasilkan hormon androgen
Oligo-atau anovulasi
Siklus menstruasi normal mencerminkan fungsi ovulasi yang normal. Sekitar 6085% pasien SOPK memiliki gangguan menstruasi dan jenis yang paling sering
adalah oligomenore dan amenore. Pemeriksaan awal pada perempuan dengan gejala
FSH dan E2 serum untuk mengeklusi hipogonadisme hipogonadotropik (gangguan
sentral) dan premature ovarian failure. SOPK termasuk pada kategori anovulasi
normogonadotropik noroestrogenik (kelas 2 WHO). Meskipun demikian, perlu
diingat bahwa kadar LH serum pasien SOPK seringkali meningkat. (6)
Hiperandrogenisme
Hiperandrogenisme pada Kriteria Rotterdam 2003 mencakup tanda-tanda klinis dan
atau biokimiawi, yang dijelaskan sebagai berikut : (6)
1. Hiperandrogenisme klinis
Mencakup hirsutisme, akne, alopesia androgenik, dan tanda-tanda lain yang
tidak terbatas pada gejala yang disebutkan sebelumnya. Penilaian hirsutisme
dilakukan dengan menggunakan skor Ferriman-Galwey yang dimodifikasi
(mFG)
2. Hiperandrogenisme biokimiawi
Tanda biokimiawi hiperandrogenisme adalah penigkatan kadar androgen di
sirkulasi. Androgen terpenting yang biasanya digunakan untuk diagnosis adalah
testosteron. Androgen lain yang menigkat mencakup androstenedion, DHEA,
dan DHEA-S. Di antara androgen tersebut, yang lebih sensitive unutk
mendiagnosis hiperandrogenisme adalah testosterone bebas (free T) atau free
androgen index (FAI).
Penatalaksanaan
15
Hirsutisme yang bersifat fokal dan ringan dapat ditangani dengan upaya
kosmetik, seperti mencukur, mencabut, atau waxing. Terapi medikamentosa
untuk hirsutisme bertujuan untuk mengurangi produksi androgen, menurunkan
jumlah tetosteron bebas, dan menekan bioaktivitas androgen pada folikel
rambut. Regimen yang dapat digunakan adalah pil kontrasepsi dengan
golongan anti-androgen. Untuk melihat respon terapi dibutuhkan waktu terapi
selama 6 bulan karena pergantian rambut terminal berlangsung dengan sangat
lambat. (6)
Pil kontrasepsi kombinasi adalah terapi yang efektif untuk hirsutisme karena
akan menekan produksi androgen pada ovarium yang distimulasi LH dan
menstimulasi produksi SHBG di hati. (6)
Anti-androgen (spironolakton, flutaide, finasteride) juga merupakan regimen
yang efektif untuk hirsutisme karena dapat menghalangi kerja androgen pada
folikel rambut. Golongan anti-androgen harus digunakan bersama dengan
metode kontrasepsi yang efektif karena sifatnya yang teratogenik atau toksik
kepada fetus. (6)
3. Endometriosis
Definisi
Endometriosis adalah satu keadaan di mana jaringan endometrium yang masih
berfungsi terdapat di luar kavum uteri.(7)
Epidemiologi
Endometriosis selama kurang lebih 30 tahun terakhir ini menunjukkan angka
kejadian yang meningkat. Angka kejadian antara 5-15% dapat diteukan di antara
semua operasi pelvik. Endometriosis jarang didapatkan pada orang Negro, dan
lebih sering didapatkan pada wanita-wanita dari golongan sosio-ekonomi yang
kuat. Yang menarik perhatian adalah bahwa endometriosis lebih sering ditemukan
pada wanita yang tidak menikah pada umur muda, dan yang tidak mempunyai
banyak anak. Rupanya fungsi ovarium secara siklis yang terus menerus tanpa
diselingi oleh kehailan, memegng peranan dalam terjadinya endometriosis. (7)
17
Gejala Klinis
Gejala-gejala yang sering ditemukan pada penyakit ini adalah (1) nyeri perut
bawah yang progresif dan dekat paha yang terjadi pada dan selama haid
(dismenorea); (2) Dispareunia; (3) nyeri waktu defekasi, khususnya pada waktu
haid; (4) poli- dan hipermenorea; (5) infertilitas.(7)
Dua keluhan tersering pasien endoetriosis ialah nyeri dan infertilitas. (8)
Tabel. Keluhan pasien endometriosis di RSCM
KELUHAN
Presentase (%)
Nyeri Panggul
82.5
Disminorea
81
Infertilitas
33.7
32.5
Dispareunia
20.9
Konstipasi
13.9
Disuria
6.9
Dischezia
4.6
Diare
2.3
18
19
septum
rektovaginal
dan
ligamentum
sakrouterina.
Pemeriksaan
Umur pasien
Keluhan pasien
Lama infertilitas
(8)
20
Androgen
Pemakaian androgen untuk terapi endometriosis pertama kali dilaporkan
oleh Hirst pada tahun 1947. Preparat yang dipakai adalah metiltestosteron
sublingual dengan dosis 5 sampai 10 mg per hari. Biasanya diberikan 10
mg per hari pada bulan pertama dilanjutkan dengan 5 mg per hari selaa 2-3
bulan berikutnya. Pada keadaan-keadaan tertentu androgen masih dapat
diberikan. Pertama, untuk terapi endometriosis stadium dini dengan gejala
menonjol: nyeri atau dispareuni. Jika rasa nyeri disebabkan oleh
endometriosis, maka nyeri tersebut biasanya akan berkurang atau hilang
setelah pengobatan dengan androgen selama satu bulan. (7)
Estrogen-progesteron
Penggunaan kombinasi estrogen-progesteron yang dikenal dengan pseudopregnancy pertama kali dilaporkan oleh Kistner pada tahun 1962. Pertama
kali, preparat yang digunakan pil kontrasepsi merk Enovid yang
mengandung 0,15 mg mestranol dan 10 mg noretinodrel. Berdasarkan
prinsip terapi yang telah diuraikan, pil kontrasepsi yang dipilih sebaiknya
yang mengandung estrogen rendah dan mengandung progesteron yang kuat
atau yang mempunyai efek androgenik yang kuat. Pada saat ini, norgestrel
dianggap sebagai senyawa progesteron yang poten dan empunyai efek
androgenic yang paling kuat. Terapi standar yang dianjurkan adalah 0,03 mg
etinil estradiol dan 0,3 mg norgestrel per hari. Bila terjadi breakthrough
bleeding, dosis ditingkatkan menjadi 0,05 mg estradiol dan 0,5 mg
norgestrel per hari atau maksimal 0,08 mg estradiol dan 0,8 mg norgestrel
per hari. Pemberian tersebut terus menerus setiap hari selama 6-9 bulan,
bahkan ada yang menganjurkan minimal satu tahun dan bila perlu
dilanjutkan sampai 2-3 tahun. Meskipun hasil pengobatan dengan kombinasi
estrogen-progesteron kurang begitu
22
Progesteron
Progesterone daapt dikelompokkan menjdi 3 golongan, yakni: (1) pregnan;
(2) Estran; dan (3) gonan. Berbagai jenis progesteron tersebut
(medroksiprogesteron asetat, noretisteron asetat, norgestrel asetat,
linestrenol) pernah digunakan sebagai obat tunggal untuk terapi
endometriosis. Dengan mengenal sifat-sifatnya, kita dapat memilih
senyawa mana yang paling sesuai dengan prinsip terapi endometriosis dan
efek samping apa yang mungkin terjadi. Dosis yang diberikan adalah
medroksiprogesteron asetat 30-50 mg per hari atau noretisteron asetat 30
mg
per
hari.
Pemberian
parenteral
dapat
menggunakan
24
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Hormon adalah getah yang dihasilkan oleh suatu kelenjar yang mempunyai fungsi
sungguh penting dalam kehidupan manusia, walaupun jumlahnya hanya sedikit dari
hormon yang dibutuhkan namun mempunyai pengaruh yang cukup besar. Hormon
berfungsi dalam banyak proses pertumbuhan, metabolisme, reproduksi, dan tingkah
laku. Namun hormon lebih banyak dibutuhkan pada saat reproduksi. Hormon
dibutuhkan sangat besar pada saat reproduksi manusia, yaitu pada saat pembentukan sel
gamet, siklus mentruasi, kehamilan, dan kelahiran pada wanita.
Hormon juga dibutuhkan pada saat pertumbuhan alat alat reproduksi manusia,
antara lain pertumbuhan sex primer pada wanita dan pria, juga pertumbuhan sex
sekunder pada wanita dan pria. Hormon banyak berpengaruh dalam tubuh manusia baik
laki laki ataupun perempuan, hormon yang mempengaruhi reproduksi laki laki
adalah testoterone, dan hormon juga sangat berpengaruh terutama pada wanita. Hormon
estrogen merupakan hormone yang alling banyak pada wanita dan berfungsi sebagai
hormone pertumbuhan primer dan sekunder pada wanita. Adapun beberapa contoh
penyakit yang bisa disebabkan oleh gangguan hormon estrogen pada wanita, seperti;
Osteoporosis, Sindrom Polikistik Ovarium, dan Endometriosis.
Saran
Hormon sangat penting dalam pertumbuhan makhluk hidup khususnya Hormon
estrogen pada wanita, oleh karena itu kita harus menjaga kondisi tubuh kita agar kerja
hormon dalam tubuh kita tidak terganggu.
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Indryawati R.Pengaruh Hormon Seksual Terhadap Wanita. Jakarta: Universitas
Gunadarma; 2007
2. Baziad A.
Kontrasepsi
Hormonal.
Jakarta:
PT Bina
Pustaka
Sarwono
Prawirohardjo; 2008
3. Speroff L, Fritz M A. Clinical Gynecologic Endocrinology & Infertility, 7th ed.
New York: Lippincott William & Wilkins; 2005.
4. Guyton, Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC; 2006
5. Djuwantono T, Bayuaji H, Permadi W. Step By Step Penanganan Kelainan
Endokrinologi Reproduksi dan Fertilitas dalam Praktik Sehari-hari. Jakarta:
Sagung Seto; 2008. p. 305-10, 323-43
6. Hestiantoro A, Natadisastra M, et.al. Current Updates on Polycistic Ovary
Syndrome Endometriosis Adenomiosis. Jakarta: Sagung Seto; 2008, p.
7. Wiknjosastro H, Saifuddin A B, Rachmadhi. Ilmu Kandungan Edisi Kedua Jakarta :
PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2009. p. 320-5
8. Situmorang H, Mutia K. Penuntun Praktis Diagnosis dan Tatalaksana
Endometriosis. Jakarta: Sagung Seto; 2010. p. 65-74
26