Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Letak geografis Indonesia yang berada diantara dua benua besar dan pada
katulistiwa serta pada pertemuan tiga lempeng tektonik dunia mennghasilkan kekhasan
bentangalam yang jarang dimiliki oleh negara lain di dunia ini. Lokasi Indonesia
menyebabkan Indonesia mempunyai kekayaan sumberdaya alam yang tinggi serta
keanekaragaman hayati yang tinggi pula, namun berdasar lokasi Indonesia pula maka
mengakibatkan Indonesia mempunyai potensi besar terhadap bencana alam yang datang.
Kecamatan Gondangrejo merupakan bagian dari Kabupaten Karanganyar yang
terletak di bagian barat laut dan berbatasan dengan Kabupaten Sragen di bagian utara,
Kabupaten Boyolali di bagian barat,
Secara
geomorfologi Kecamatan Gondangrejo berada pada zona utara yang terdiri bentuklahan
denudasional tersebar pada bagian tengah dan timur serta bentuklahan fluvial yang
tersebar di bagian utara, sedangkan relief Kecamatan Gondangrejo bervariasi antara datar
hingga perbukitan, berdasar letak dan kondisi geografi Kecamatan Gondangrejo tersebut
serta berdasarkan pada bencana yang telah terjadi Kecamatan Gondangrejo, Badan
Nasional Penanggulanggan Bencana (2010) memasukkan Kecamatan Gondangrejo
dalam daerah yang memiliki tingkat kerawanan yang tinggi.
Memperhatikan kondisi diatas, maka kesadaran akan pengetahuan bencana
seharusnya mulai dikembangkan disegala lapisan masyarakat tak terkecuali di
lingkungan sekolah. Sekolah sebagai tempat menimbu ilmu para generasi muda
merupakan tempat tinggal kedua para siswa setelah rumah.Rata-rata per hari siswa
menghabiskan waktu sekitar 7 8 jam dalam sehari di sekolah. Hal tersebut berarti
apabila bencana alam datang sewaktu-waktu sangat mungkin terjadi pada saat jam
sekolah dimana siswa tidak berada di rumah/lingkungan keluarga namun berada di
sekolah.
Perlindungan terhadap bencana siswa di sekolah merupakan perlindungan yang
berlaku sama dengan di rumah, sehingga pihak sekolah merupakan pihak yang
bertanggungjawab
terhadap
pengurangan
resiko
bencana
yang
akan
timbul.Kesiapsiagaan perlu dilakukan selain dalam tindakan juga harus didukung dengan
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Bencana
Bencana sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
menggangu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik faktor
alam maupun faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia,kerusakan lingkungan,kerugian harta benda dan
dampak psikologis (UU No.21 Tahun 2007). Selanjutnya bencana atau hazard
didefinisikan sebagaisumber bahaya yang berpotensial membahayakan terhadap
masyarakat termasuk didalamnya penduduk, lingkungan, harta benda, infrastruktur
serta bisnis (Damon.P.Coppala, 2006).
Berdasar letak geografis Indonesia yang berpotensi besar terhadap terjadinya
berbagai
bencana
alam
maka
Badan
Nasional
Penanggulangan
Bencana
untuk
meningkatkan
kesadaran,
kepedulian,
kemampuan,
dan
B. Kesiapsiagaan Bencana
Undang-undang
Republik
Indonesia No.21
tentang
Penyelenggaraan
bencana.Sedangkan
Badan
Nasional
Penanggulangan
Bencana
ialah
mobilisasi
sumberdaya
antara
lain
berupa
personil
dan
mengembangkan
bidangpenanganan
bencana;
jejaringbersama
(2)
para
Meningkatkan
pemangkukepentingan
kapasitas
institusi
di
sekolah
danindividu dalam mewujudkan tempat belajar yang lebih aman bagi siswa, guru,
anggota
komunitassekolah
serta
komunitas
di
sekeliling
sekolah;
(3)
BAB III
METODE DAN TEKNIK PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam peneilitian ini ialah metode penelitian
diskriptif kuantitatif dimana langkah-langkah yang diambil dalam pemecahan masalah
menggambarkan keadaan subyek atau obyek penelitian pada saat sekarang berdasarkan
fakta- fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.
B. Teknik Penelitian
Teknik penilitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey lapangan untuk
mendapatkan data primer dan sekunder . Survey lapangan untuk mendapatkan data
primer dengan melakukan wawancara yang dilengkapi perangkat quisioner tertutup,
disamping itu dilakukan pula pengambilan data-data sekunder tentang diskripsi sekolah.
Data sekunder berupa data-data pendukung yang dimiliki oleh sekolah.
C. Data
Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini ialah data tentang ketersediaan
kesiapsiagaan infrastruktur sekolah yang dikelompokkan dalam beberapa bagian yaitu :
aksesibilitas, kesehatan, upaya tindakan perbaikan infrastruktur sekolah.Teknik
pengolahan data dilakukan dengan tabulasi dan selanjutnya dilakukan analisis data.
Penelitian dilakukan terhadap 10 sekolah-sekolah Muhammadiyah yang berada di
Kecamatan Gondangrejo meliputi 5 sekolah tingkat dasar, 3 sekolah tingkat menengah,
dan 2 sekolah tingkat atas.
Penilaian tingkat kesiapan sekolah terhadap Sekolah Siaga Bencana dilakukan
dengan membagi tiga kelas yang dihasilkan dengan menggunakan rumus :
Range =
1.
Rendah
0 < 33 %
2.
Sedang
33 % - < 66 %
3.
Tinggi
66% - 100 %
BAB IV
PEMBAHASAN
sekolah secara kolektif, untuk menghadapi bencana secara cepat dn tepat guna
(Konsorium Pendidikan Bencana.2011:11). Sikap dan pengetahuan diukur melalui
parameter sebagai berikut :
a. Tersedianya pengetahuan mengenai bahaya (jenis bahaya, sumber bahaya dan
besaran bahaya); kerentanan; kapasitas; resiko dan sejarah bencana yang terjadi di
lingkungan sekolah atau daerahnya.
1. Struktur dan muatan kurikulum (pada dokumen I KTSP) serta silabus dan RPP
dan SK KD (pada dokumen II KTSP) memuat pengetahuan mengenai bahaya
(jenis, sumber dan sasaran); Kerentanan; Kapasitas; Risiko dan sejarah yang
terjadi di lingkungan sekolah atau daerahnya.
2. Kegiatan sekolah bagi peserta didik untuk mengobservasi bahaya (jenis, sumber
dan besaran); kerentanan; kapasitas dan risiko yang ada di lingkungan sekolah,
termasuk yang bersumber pada lokasi dan infrastruktur sekolah.
b. Tersedianya pengetahuan mengenai upaya yang bisa dilakukan untuk mengurangi
risiko bencana di sekolah.
1
01
1. Struktur dan muatan kurikulum (pada dokumen I KTSP) serta silabus dan RPP
dari SKKD (pada dokumen II KTSP) yang memuat pengetahuan mengenai
upaya yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko bencana di sekolah.
2. Kegiatan sekolah untuk mengidentifikasi upaya mengidentifikasi upaya yang
bisa mengurangi risiko bencana termasuk didalam pilihan tindakan untuk
melakukan relokasi sekolah atau retrofit gedung dan infrastruktur sekolah jika
diperlukan.
3. Sekolah secara berkala menguji kualitas struktur bangunannya.
c. Ketrampilan seluruh komponen dalam menjalankan rencana tanggap darurat dalam
bentuk simulasi.
d. Terlaksananya sosialisasi mengenai pengetahuan PRB, SSB dan kesiapsiagaan
kepada warga sekolah dan pemangku kepentingan sekolah berupa akegiatan
sosialisasi rutin.
e. Terlaksananya pelatihan pengintegrasian PRB ke dalam KTSP (sesuai Kurikulum
yang digunakan) berupa jumlah pelatihan yang dilaksanakan oleh sekolah.
f. Terlaksananya kegiatan simulasi drill secara berkala di sekolah dengan melibatkan
masyarakat sekitar berupa frekuensi pelaksanaan simulasi drill dalam 1 tahun.
Tabel 4.1 Tingkat Kesiapan Sekolah di Kecamatan Gondangrejo terhadap
Sekolah Siaga Bencana berdasar Indikator Sikap dan Pengetahuan
Porosentase (%) Parameter SSB
NO
Tingkat Kesiapan
Sekolah terhadap
NAMA SEKOLAH
Memenuhi
Tidak
SSB
memenuhi
MI Mendungsari
22%
78%
Rendah
SD Krendowahono
50%
50%
Sedang
MI Wonorejo
33%
67%
Sedang
MI Cekel
25%
75%
Rendah
MIM Bulak
13%
88%
Rendah
SMP 1 Muhammadiyah
25%
75%
Rendah
MTS Muhammadiyah 1
25%
75%
Rendah
1
11
MTS Muhammadiyah 6
50%
50%
Sedang
SMA Muhammadiyah 3
13%
88%
Rendah
10
SMK Muhammadiyah 1
13%
88%
Rendah
100%
80%
60%
40%
20%
0%
Memenuhi
Tidak memenuhi
1
21
1. MIM Mendungsari
Hasil penilaian aspek sikap dan pengetahuan MIM Mendungsari menunjukkan
bahwa parameter pengetahuan mengenai bahaya, pengetahuan mengenai upaya
penanggulangan bencana, keterampilan sekolah dalam menjalankan rencana
tanggap darurat, sosialisasi pengetahuan sekolah siaga bencana, pelatihan PRB,
dan kegiatan simulasi hanya memenuhi syarat sebesar 22% yang memenuhi
dimana termuat dalam kurikulum yaitu dalam mata pelajaran IPA. Pelajaran IPA
secara implikatif mengajarkan tentang pengetahuan PRB pada siswa yang tertera
dalam kompetensi dasar. Sebaliknya, terdapat 78 % syarat yang tidak memenuhi
terhadap penilaian SSB dikarenakan belum adanya penerapan sosialisasi mengenai
PRB serta kegiatan simulasi yang berkala dalam pembelajaran atau kegiatan
extrakulikulernya.
2. MIM Wonorejo
Hal serupa dengan MIM Mendungsari terjadi pada MIM Wonorejo dimana sekolah
ini hanya memenuhi terhadap penilaian SSB sebesar 33 % yang terjadi pada
parameter muatan pengetahuan mengetahu bencana dan PRB termuat dalam
kurikulum. Sedangkan untuk paramater yang tidak memenuhi mencapai 67 %
pada parameter sosialisasi simulasi bencana serta belum adanya kegiatan simulasi
bencana secara berkala. Hal yang membedakan dengan MIM Mendungsari adalah
bahwa MIM Wonorejo telah melakukan pengujian struktur bangunan secara
berkala.
3. MIM Cekel
Hasil penilaian aspek sikap dan penegetahuan MIM Cekel menunjukkan
bahwa pengetahuan bencana termuat dalam kurikulum yakni dalam mata pelajaran
IPA dan sejarah bencana yang pernah terjadi di lingkungan sekolah MIM Cekel
tercatat adalah bencana angin putting beliung. Sejarah bencana tersebut ternyata
belum menciptakan usaha sekolah untuk melakukan kegiatan observasi tentang
bahaya bencana, dan kapasitas terjadinya bencana berkaitan dengan sejarah
bencana yang pernah terjadi di lingkungan sekolah MIM Cekel. Kegiatan sekolah
yang berkaitan dengan upaya pengurangan resiko bencana tidak dilakukan oleh
MIM Cekel, pihak sekolah tidak melakukan tindakan untuk merelokasi sekolah
PRB.
Tingkat
Kesiapan
Sekolah
terhadap
SSB
SMP
1
51
1
61
Kebijakan sekolah
Kebijakan sekolah adalah keputusan yang dibuat secara formal oleh sekolah mengenai
hal hal yang perlu didukung dalam pelaksanaan PRB di sekolah, baik secara khusus
maupun terpadu (Konsorium Pendidikan Bencana.2011:12). Aspek kebijakan sekolah
diukur melalui indikator sebagai berikut :
a.
1
71
Tingkat Kesiapan
Sekolah terhadap
NAMA SEKOLAH
Memenuhi
Tidak
SSB
memenuhi
MI Mendungsari
0%
100%
Rendah
SD Krendowahono
50%
50%
Sedang
MI Wonorejo
25%
75%
Rendah
MI Cekel
0%
100%
Rendah
MIM Bulak
0%
100%
Rendah
SMP 1 Muhammadiyah
25%
75%
Rendah
MTS Muhammadiyah 1
50%
50%
Sedang
MTS Muhammadiyah 6
50%
50%
Sedang
SMA Muhammadiyah 3
25%
75%
Rendah
10
SMK Muhammadiyah 1
25%
75%
Rendah
yang termasuk dalam katagori siap menjadi SSB, sedangkan yang lain berada pada
tingkat yang rendah.
100%
80%
60%
40%
20%
0%
Memenuhi
Tidak memenuhi
2
02
tersebut. Tingkat Kesiapan Sekolah terhadap SSB MIM Cekel masuk dalam
kategori rendah.
5. MIM Bulak
Hasil penilaian aspek kebijakan sekolah MIM Bulak menunjukkan bahwa
tidak ada kebijakan sekolah di sekolah tersebut, prosentase yang memenuhi 0%
dan prosentase yang tidak memenuhi 100%. Penilaian tersebut menunjukan bahwa
semua aspek penilaian mulai dari kebijakan sekolah berkaitan dengan visi dan
misi, dokumen kebijakan sekolah yang mengadopsi persyaratan konstruksi
bangunan, akses bagi seluruh komponen sekolah terhadap informasi, pengetahuan
dan pelatihan untuk meningkatkan kapasitas dalam hal PRB tidak ada di sekolah
tersebut. Tingkat Kesiapan Sekolah terhadap SSB MIM Bulak masuk dalam
kategori rendah.
6. SMP 1 Muhammadiyah
Hasil penilaian aspek kebijakan sekolah SMP 1 Muhammadiyah
menunjukkan bahwa hasil penilaian SBB yang memenuhi yaitu 25% dan 75%
tidak memenuhi persyaratan penilaian SBB. Prosentase yang memenuhi diperoleh
dari hasil penilaian adanya media informasi sekolah yang memuat pengetahuan dan
informasi PRB dan dapat diakses oleh warga sekolah ada di sekolah tersebut.
Prosentase yang tidak memenuhi disebabkan karena tidak adanya visi dan misi
berkaitan dengan upaya pengurangan risiko bencan di sekolah, tidak ada dokumen
kebijakan sekolah yang memuat dan/atau mengadopsi persyaratan konstruksi
bangunan dan panduan retrofit yang ada atau yang berlaku, jumlah kesempatan dan
keikutsertaan warga sekolah dalam pelatihan, musyawarah guru, pertemuan desa,
jambore murid, dan lain lain tidak ada di seklah tersebut. Tingkat Kesiapan
Sekolah terhadap SSB SMP 1 Muhammadiyah masuk dalam kategori rendah.
7. MTS Muhammadiyah 1
Hasil penilaian aspek kebijakan sekolah MITS Muhammadiyah 1
menunjukkan bahwa hasil penilaian SBB yang memenuhi yaitu 50% dan 50%
tidak memenuhi persyaratan penilaian SBB. Prosentase yang memenuhi diperoleh
dari hasil penilaian adanya Media informasi sekolah yang memuat pengetahuan
dan informasi PRB dan dapat diakses oleh warga sekolah dan kesempatan dan
2
12
2
22
jambore murid, dan lain lain tidak ada di sekolah tersebut. Tingkat Kesiapan
Sekolah terhadap SSB SMA Muhammadiyah masuk dalam kategori rendah.
10. SMK Muhammadiyah 1
Hasil penilaian aspek kebijakan sekolah SMA Muhammadiyah 3
menunjukkan bahwa hasil penilaian SBB yang memenuhi yaitu 25% dan 75%
tidak memenuhi persyaratan penilaian SBB. Prosentase yang memenuhi diperoleh
dari hasil penilaian adanya dokumen kebijakan sekolah yang memuat dan/atau
mengadopsi persyaratan konstruksi bangunan dan panduan retrofit yang ada atau
yang berlaku. Prosentase yang tidak memenuhi disebabkan karena tidak adanya
visi dan misi berkaitan dengan upaya pengurangan risiko bencan di sekolah,
media informasi sekolah yang memuat pengetahuan dan informasi PRB dan dapat
diakses oleh warga sekolah ada di sekolah tersebut, jumlah kesempatan dan
keikutsertaan warga sekolah dalam pelatihan, musyawarah guru, pertemuan desa,
jambore murid, dan lain lain tidak ada di sekolah tersebut. Tingkat Kesiapan
Sekolah terhadap SSB SMK Muhammadiyah masuk dalam kategori rendah.
3.
Perencanaan Kesiapsiagaan
Perencanaan kesiapsiagaan bertujuan unutk menjamin adanya tindakan cepat dan
tepat guna pada saat terjadi bencana dengan memadukan dan mempertimbangkan
sistem penanggulangan bencana di daerah dan disesuaikan kondisi wilayah setempat.
(Konsorium Pendidikan Bencana.2011:11). Parameter rencana kesiapsiagaan diukur
melalui indikator sebagai berikut :
a.
secara berkala, direview dan diperbaharui secara partisipatif dan siketahui oleh
dinas pendidikan setempat.
c.
dini.
Verivikasi
penilaianya
meliputi
PROTAP mengenai
pelaksanaan sistem peringatan dini yang telah diuji dan diperbaharui melalui
kegiatan simulasi/drill yang dilaksanakan secara berkala oleh sekolah.
d. Adanya Prosedur Tetap Kesiapsiagaan Sekolah yang disepakati dan dilaksanakan
oleh seluruh komponen sekolah dan direview secara rutin dan dimutakhirkan
secara partisipatif
e.
Adanya peta evakuasi sekolah, dengan tanda dan rambu yang terpasang, yang
mudah dipahami oleh seluruh komponen sekolah. Sekolah memiliki peta evakuasi
dengan tanda dan rambu yang terpasang yang mudah dipahami oelh seruluh
komponen sekolah dan dapat ditemukan dengan mudah di lingkungan sekolah.
f.
sekitar
dan
pemerintah
daerah.
Sekolah
memiliki
lokasi
2
42
h. Adanya peta evakuasi sekolah dengan tanda dan rambu yang terpasang, yang
mudah dipahami oleh seluruh komponen sekolah
1. Peta Evakuasi Sekolah yang dapat dilihat dan dipahami oleh seluruh warga
sekolah.
2. Rambu dan tanda jalur evakuasi yang dapat dilihat dan dipahami oleh warga
sekolah
i.
Tingkat Kesiapan
Sekolah terhadap
NAMA SEKOLAH
Memenuhi
Tidak
SSB
memenuhi
MI Mendungsari
0%
100%
Rendah
SD Krendowahono
9%
91%
Rendah
MI Wonorejo
9%
91%
Rendah
MI Cekel
45%
55%
Rendah
MIM Bulak
0%
100%
Rendah
SMP 1 Muhammadiyah
9%
91%
Rendah
MTS Muhammadiyah 1
9%
91%
Rendah
MTS Muhammadiyah 6
9%
91%
Rendah
2
52
SMA Muhammadiyah 3
18%
82%
Rendah
10
SMK Muhammadiyah 1
9%
91%
Rendah
Berdasar penilaian indikator kebijakan sekolah, kesiapan sekolah terhadap SSB yang
dilakukan sekolah sampel di Kecamatan Gondangrejo menunjukkan bahwa secara umum 10
sekolah tersebut semua sekolah masih belum siap sebagai SSB berada pada tingkat yang
rendah.
100%
80%
60%
40%
20%
0%
Memenuhi
Tidak memenuhi
Siaga
Bencana
berdasar
Aspek
Perencanaan
Kesiapsiagaan
1.
yang
berada
di
Kecamatan
Gondangrejo
Kabupaten
Karanganyar yang menjadi salah satu sekolah yang menjadi objek observasi
sekolah siaga bencana yang ada di Kecamatan Gondangrejo. Berkaitan dengan
prosentase aspek di atas maka kategori (penggolongan) Madrasah Ibtidaiyah
Mendungsari merupakan salah satu sekolah yang tergolong rendah dalam
2
62
3.
yang
berada
di
Kecamatan
Gondangrejo
Kabupaten
yang direview oleh pihak pihak tertentu, di MIM Cekel tidak terdapat peta
evakuasi dan juga rambu arahan yang terkait dengan keamanan para warga
sekolah jika terjadi bencana alam di lokasi MIM Cekel, namun di MIM Cekel
para warga sekolah di beri tahu secara lisan terkait arah untuk menyelamatkan
diri jika terjadi bencana alam di lokasi MIM Cekel, sehingga apabila di tanya
setiap warga sekolah, berbagai jawaban akan didapat dari jawaban tersebut,
karena tidak ada bukti autentik yang berupa peta evakuasi dan rambu arahan yang
terpasang di MIM Cekel.
5.
yang
berada
di
Kecamatan
Gondangrejo
Kabupaten
SMP Muhammadiyah 1
SMP Muhammadiyah 1 merupakan salah satu sekolah Muhammadiyah yang
berada di Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar yang menjadi salah
satu sekolah yang menjadi objek observasi terkait sekolah siaga bencana yang ada
di Kecamatan Gondangrejo. Berkaitan dengan prosentase diatas, SMP
Muhammadiyah 1 tergolong kedalam tingkat rendah dalam kesiapsiagaan sekolah
2
92
7.
MTs Muhammadiyah 1
MTs Muhammadiyah 1 merupakan salah satu sekolah Muhammadiyah yang
berada di Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar yang menjadi salah
satu sekolah yang menjadi objek observasi terkait sekolah siaga bencana yang ada
di Kecamatan Gondangrejo. Berkaitan dengan prosentase diatas,
MTs
MTs Muhammadiyah 6
MTs Muhammadiyah 6 merupakan salah satu sekolah Muhammadiyah yang
berada di Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar yang menjadi salah
satu sekolah yang menjadi objek observasi terkait sekolah siaga bencana yang ada
di Kecamatan Gondangrejo. Berkaitan dengan prosentase diatas,
Muhammadiyah 6
MTs
SMA Muhammadiyah 3
SMA Muhammadiyah 3 merupakan salah satu sekolah Muhammadiyah yang
berada di Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar yang menjadi salah
satu sekolah yang menjadi objek observasi terkait sekolah siaga bencana yang ada
di Kecamatan Gondangrejo. Berkaitan dengan prosentase diatas, SMA
Muhammadiyah 3 tergolong kedalam tingkat rendah dalam kesiapsiagaan sekolah
siaga bencana, dikatakan rendah dikarenakan perbandingan antara aspek yang
3
13
memenuhi dengan aspek yang tidak memenuhi sekolah siaga bencana lebih
banyak aspek yang tidak memenuhi, sebagian besar aspek dari indikator tidak
memenuhi kriteria dari penilaian sekolah siaga bencana, diantaranya adalah yang
tidak memenuhi adalah di SMA Muhammadiyah 3 adalah tidak terdapat simulasi
(rencana aksi) yang berkaitan dengan sebelum, saat dan setelah terjadi bencana
yang direview oleh dinas terkait, selain kedua hal tersebut masih ada aspek yang
tidak memenuhi terkait dengan kesiapsiagaan sekolah di SMA Muhammadiyah 3,
namun di beberapa aspek sudah tersedia dan tercapai dalam penilaian sikap siaga
bencana, diantaranya adalah di SMA Muhammadiyah 3 sudah terdapat shelter
dan juga sudah terdapat tempat evakuasi yang sudah bekerja sama dengan pihak
terkait.
10. SMK Muhammadiyah 1
SMK Muhammadiyah 1 merupakan salah satu sekolah Muhammadiyah yang
berada di Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar yang menjadi salah
satu sekolah yang menjadi objek observasi terkait sekolah siaga bencana yang ada
di Kecamatan Gondangrejo. Berkaitan dengan prosentase diatas, SMK
Muhammadiyah 1 tergolong kedalam tingkat rendah dalam kesiapsiagaan sekolah
siaga bencana, dikatakan rendah dikarenakan perbandingan antara aspek yang
memenuhi dengan aspek yang tidak memenuhi sekolah siaga bencana lebih
banyak aspek yang tidak memenuhi, diantara aspek yang memenuhi dan tersedia
adalah di SMK Muhammadiyah 1 sudah terdapat dokumen tentang kerentanan
gedung sekolah yang telah direview oleh dinas terkait yakni kurang lebih 5 bulan
skali di review oleh pihak dinas terkait, sedangkan utuk aspek yang tidak
memenuhi adalah di SMK Muhammadiyah 1 adalah tidak terdapat simulasi
(rencana aksi) yang berkaitan dengan sebelum, saat dan setelah terjadi bencana
yang direview oleh dinas terkait, selain kedua hal tersebut masih ada aspek yang
tidak memenuhi terkait dengan kesiapsiagaan sekolah di SMK Muhammadiyah 1,
yakni sekolah tidak memiliki prosedur tetap dan juga SMK Muhammadiyah 1
tidak memiliki peta evakuasi yang seharusnya ditempatkan di sekolah, sehingga
dapat dikatakan bahwa di sekolah tersebut tidak ada rambu yang menunujkan
arahan yang jelas ketika suatu saat di sekolah tersebut terjadi bencana alam,
3
23
selain itu di SMK Muhammadiyah 1 juga tidak memiliki prosedur tetap yang
berkaitan dengan kebencanaan di sekolah tersebut.
4.
Mobilisasi Sumberdaya
Parameter mobilisasi sumberdaya diukur melalui indikator sebagai berikut :
a.
b. Jumlah dan jenis perlengkapan, suplai dan kebutuhan dasara pasca bencana yang
dimiliki sekolah. Adanya perlengkapan dasar dan suplai kebutuhan dasar pasca
bencana yang dapat segera dipenuhi dan diakses oleh warga sekolah, seperti: alat
P3K dan evakuasi, terpal, tenda dan sumber air bersih.
c.
Adanya gugus siaga bencana sekolah yang melibatkan perwakilan peserta didik.
Adanya kerjasama anatra dewan guru sekolah dengan asosiasi profesi guru lainya
di wilayahnya seperti forum MGMP terkait upaya PRB di Sekolah. Frekwensi
dan jenis kegiatan kerjasama diantara gugus guru dan forum MGMP terkait upaya
PRB di sekolah.
Siaga
Bencana
Berdasar
Indikator
Perencanaan
Kebijakan Sekolah
3
33
Tingkat Kesiapan
Sekolah terhadap
NAMA SEKOLAH
Memenuhi
Tidak
SSB
memenuhi
MI Mendungsari
0%
100%
Rendah
SD Krendowahono
40%
60%
Rendah
MI Wonorejo
60%
40%
Sedang
MI Cekel
0%
100%
Rendah
MIM Bulak
40%
60%
Rendah
SMP 1 Muhammadiyah
20%
80%
Rendah
MTS Muhammadiyah 1
40%
60%
Rendah
MTS Muhammadiyah 6
40%
60%
Rendah
SMA Muhammadiyah 3
60%
40%
Sedang
10
SMK Muhammadiyah 1
40%
60%
Rendah
3
43
100%
80%
60%
40%
20%
0%
Memenuhi
Tidak
memenuhi
Ibtidaiyah
Mendungsari
berdasarkan
aspek
mobilitas
sosial
3.
terpisah dan juga tata letak kelas yang aman, dan juga sekolah memiliki
mekanisme pemantauan dan evaluasi secara partisipatif berkaitan dengan
kesiapsiagaan dan keamanan sekolah yang secara rutin.
4.
5.
6.
SMP Muhammadiyah 1
Berkaitan dengan aspek mobilitas sumber daya, prosentase SMP Muhammadiyah
1 menginformasikan bahwa di sekolah tersebut belum memenuhi sekolah siaga
bencana yang sesuai aspek sekolah siaga bencana, di sekolah tersebut hanya ada
beberapa aspek yang terpenuhi yakni diantaranya adalah perlengkapan dasar dan
suplai kebutuhan dasar pasca adanya bencana yang hasrus segera dipenuhi dan
dapat di akses oleh seluruh warga sekolah.
7.
MTs Muhammadiyah 1
Mts Muhammadiyah 1 pada dasarkan untuk aspek mobilitas sumber daya sudah
tergolong ke dalam kategori sedang, yakni dari 5 aspek dari indikator Mobilitas
Sumber daya, 3 di antaranya sudah memenuhi sekolah siaga bencana, dantaranya
adalah pada MTs Muhammadiyah sudah terdapat perlengkapan dasar dan
kebutuhan dasar pasca terjadinya bencana dapat di temui di lokasi sekolah
tersebut, selain itu hal lain yang dapat ditemukan dilokasi tersebut adalah MTs
Muhamadiyah 1 sudah melakukan kerja sama dengan beberapa pihak terkait
dengan indikator mobilitas sumber daya, diantara adalah dengan kepolisian,
Departemen Kesehatan, dan juga Puskesmas setempat.
8.
MTs Muhammadiyah 6
MT Muhammadiyah 6 memiliki prosentase hanya 40 % yang memenuhi kriteria
dari sekolah siaga bencana yang ada, artinya di sekolah tersebut sudah ada
beberapa aspek yang tersedia di MT Muhammadiyah 6 yang menjadi indikator
dari sekolah siaga bencana, diantarany adalah sekolah tersebut telah memenuhi
aspek yang berupa bangunan yang menyediakan keamanan bagi perserta didik,
dan juga letak dan kondisi bangunan sekolah sudah memiliki standarisasi seperti
Bank Dunia.
9.
SMA Muhammadiyah 3
Aspek Mobilitas Sumber Daya SMA Muhammadiyah 3 tergolong dalam kategori
sedang, dimana beberapa aspek sudah terpenuhi dan tersedia di SMA
Muhammadiyah 3 tesebut, diantaranya adalah di SMA Muhammadiyah tersebut
sudah memiliki bangunan yang terpisah dengan bangunan lainnya dan juga di
sekolah tersebut juga memiliki kerja sama dengan beberapa pihak terkait dengan
sekolah, dikarenakan lokasi sekolah yang sangat strategis yakni berkaitan dengan
lokasi pusat pemerintahan yang berupa kantor kecamatan yang ada, dan juga
dekat dengan posko kesehatan yakni dekat dengan puskesmas dan juga lokasi
sekolah dekat dengan posko trasnportasi yang berupa terminal.
4
04
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sekolah Siaga Bencana (SSB) yang terdiri dari empat indikator diatas, yang
setiap indikator terdiri dari beberapa aspek dan mempunyai keterkaitan dari satu aspek
dan aspek lainya. Hasil penilaian Indikatro Sekolah Siaga bencana di kecamatan
Gondangrejo Kabupaten Karanganyar dapat disimpulkan sebagi berikut :
1. Hasil penilaian dari empat indikator Sekolah Siaga Bencana di kecamatan
Gondangrejo kabupaten Karanganyar yang terdiri dari empat indikator
mempunyai tingkat yang berbeda, artinya tidak semua indikator yang ada dapat di
temui dan tersedia di setiap sekolah Muhammadiyah di kecamatan Gondangrejo
Kabupaten Karanganyar, namun secara umum penilaian terhadap empat indikator
tersebut masih rendah.
2. Indikator yang berkaitan dengan sikap dan pengetahuan bencana yang dikenalkan
kepada siswa belum disertai sikap, keterampilan dan tindakan sebagai upaya
kesiapsisagaan menghadapi bencana secara cepat dan tepat guna, sehingga
membuat penilaian terhadap indikator sikap dan pengetahuan bencana sebagian
besar tergolong ke dalam tingkat yang rendah.
3. Indikator yang berkaitan dengan kebijakan Sekolah Siaga Bencana di kecamatan
Gondangrejo kabupaten Karanganyar belum ada, sehingga belum
adanya
belum
mempersiapkan
rencana
kesiapsiagaan
terhadap
upaya
4
14
B. Saran
Sekolah merupakan publik area, dimana anak anak adalah objek yang paling
rentan jika terjadi bencana, Sekolah harus mampu melindungi anak-anak dari suatu
kejadian bencana alam. Pendidikan disekolah dasar dan menengah sangat membantu
dalam memainkan peranan penting untuk penyelamatan hidup dan perlindungan aset/
milik masyarakat pada saat kejadian bencana
sekolah dalam membangun sekolah siaga bencana dapat menyebabkan salah satu
penyebab menjadi rendahnyanya pengurangan resiko bencana ( PRB ).
Oleh karena itu hendaknya dapat dilakukan beberapa cara dalam pendidikan
pengurangan resiko bencana ( PPRB ), yaitu antara lain:
1. Integrasi pengurangan resiko bencana ( PRB ) dalam KTSP ( pendidikan formal )
2. Lingkungan yang mampu mencapai sekolah siaga bencana (SSB)
3. Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar segera mensosialisasikan terkait
dengan dokumen dokumen dan prosedur tetap yang berkaitan dengan upaya
bersifat Pengurangan Resiko Bencana ( PRB ), Sekolah siaga Bencana ( SSB ), dan
kesiapsiagaan kepada warga sekolah secara tepat dan akurat di Kabupaten
Karanganyar.
4. Disdakmen PDM Kabupaten Karanganyar segera mensosialisasikan terkait dengan
dokumen dokumen integrasi pengurangan resiko bencana ( PRB ) dalam KTSP
(pendidikan formal).
4
24
Diajukan Kepada
Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta
c.q Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
HALAMAN PENGESAHAN
USUL PENELITIAN REGULER
1. Diajukan kepada
: Rektor
c.,q. Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat Universitas Muhammadiyah Surakarta
2. a. Judul Penelitian
b. Bidang ilmu
: Kependidikan
c. Kategori Pengabdian
: Pengabdian Reguler
3. Ketua :
a. Nama
b. Jenis Kelamin
: Perempuan
c. Golongan/Pangkat
: III/A
d. NIP/NIK
:1244
e. Jabatan Fungsional
: Asisten Ahli
f. Fakultas Jurusan
5. Lokasi Peneltian
Mengetahui,
Ketua
Progam Studi Pendidikan Geografi UMS
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahirabbilalamin puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam
atas selesainya laporan kolaboratif yang berjudul Identifikasi Tingkat Kesiapan Sekolahsekolah Muhammadiyah di Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar sebagai
Sekolah Siaga Bencana. Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, yang kita tunggu syafaatnya di yaumul akhir kelak.
Tujuan disusun dari laporan kolaboratif ini adalah untuk mengetahui wawasan
pendidikan mitigasi bencana dan manajemen bencana yang dimiliki sekolah sekolah di
Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar, mengetahui manajemen sekolah, dan juga
memiliki pengalaman langsung lapangan dalam observasi perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran. Laporan ini ditulis dengan pemaparan yang sederhana, namun mudah untuk
dipahami.
Tim penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan laporan kolaboratif ini banyak
sekali kekurangan, walaupun tim penyusun telah berusaha dengan sebaik baiknya, oleh
karena itu tim penyusun akan menerima dengan senang hati dengan segala saran dan kritik
yang bersifat membangun dari pembaca demi penyempurnaan Laporan Kolaboratif tentang
Identifikasi Tingkat Kesiapan Sekolah-sekolah Muhammadiyah di Kecamatan Gondangrejo,
Kabupaten Karanganyar sebagai Sekolah Siaga Bencana ini. Akhirnya, penyusun berharap
semoga laporan kolaboratif ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin
iii
DAFTAR PUSTAKA
Akbar K Setiawan.
2010.
Yogyakarta.
Gugus Tugas pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana dalam Sistem Pendidkan Nasional.
2010.
di Sekolah. Jakarta.:
Pusat data, informasi dan humas. 2012. Definisi dan Jenis Bencana. Badan Nasional
Penanggulangan
Bencana
http://www.bnpb.go.id/page/read/5/definisi-dan-jenis-
http://karanganyarkab.bps.go.id/data/publikasi/publikasi_23/publikasi/files/search/searchtext.xml
http://www.karanganyarkab.go.id/20110105/sosial-ekonomi/
43
HALAMAN PENGESAHAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
ii
iii
iv
vi
vii
BAB I
PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
B. Perumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
C. Tujuan Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
D. Manfaat Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
TINJAUAN PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
A. Bencana . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
B. Kesiapsiagaan Bencana . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
A. Metode Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
B. Teknik Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
C. Data . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
PEMBAHASAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
BAB II
BAB III
BAB IV
B.
10
10
2. Kebijakan Sekolah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
17
3. Perencanaan kesiapsiagaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
23
33
i
vi
38
BAB V
PENUTUP . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
41
A. Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
41
B. Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
42
43
DAFTAR TABEL
TABEL 3.1
TABEL 4.1
TABEL 4.2
18
TABEL 4.4
11
TABEL 4.3
25
34
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 4.1
GAMBAR 4.2
GAMBAR 4.3
19
GAMBAR 4.4
12
26
35
GAMBAR 4.5
38
GAMBAR 4.6
39
GAMBAR 4.7
vii
40