Вы находитесь на странице: 1из 52

IDENTIFIKASI TINGKAT KESIAPAN SEKOLAH-SEKOLAH

MUHAMMADIYAH DI KECAMATAN GONDANGREJO,


KABUPATEN KARANGAYAR SEBAGAI SEKOLAH SIAGA
BENCANA
Oleh
Siti Azizah Sisilawati, S. Si, MP
Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl A. Yani Pabelan Kartasura Tromos Pos I, Surakarta 57162, Telp (0271) 717417 Psw. 367
ABSTRAK
Penelitian Kolaboratif ini dilakukan di Kecamatan Gondangrejo Kabupaten
Karanganyar yang mana sesuai dengan indeks kerawanan bencana oleh BNPB bahwa di
Karanganyar mempunyai potensi kebencanaan yang tergolong tinggi. Penelitian ini
menekankan kepada para warga sekolah Muhammadiyah yang tersebar di Kecamatan
Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar.
Tujuan dari penelitan kolaboratif ini adalah untuk mengetahui tentang tingkat
kesiapsiagaan sekolah sekolah Muhammadiyah di Kecamatan Gondangrejo Kabupaten
Karanganyar dan juga mengetahui persebaran tingkat kesiapsiagaan sekolah sekolah
Muhammadiyah di Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar.
Adapun hasil yang diperoleh adalah (1) secara umum tingkat sekolah siaga bencana di
sekolah sekolah Muhammadiyah Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar masih
rendah, dari empat indikator sebagian besar sekolah tempat observasi memiliki tingkat yang
rendah. (2) Indikator mengenai sikap dan Pengetahuan terhadap sekolah Siaga Bencana di
kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar sebagian besar sekolah tempat observasi
mempunyai tingkat kesiapan sekolah siaga bencana yang rendah, dikarenakan sebanyak 8
dari 10 sekolah di Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar mempunyai tingkat
kesiapan yang rendah. (3) Aspek Kebijakan Sekolah terkait dengan sekolah Siaga Bencana
sebagian besar Sekolah sekolah Muhammadiyah di Kecamatan Gondangrejo Kabupaten
Karanganyar masih tergolong kedalam kategori rendah, namun pada indokator ini lebih baik
dari indikator sekolah siaga yang lain, karena sebanyak 4 dari 10 sekolah Muhammadiyah
yang di survey yang berada di Kecamatan Gondangrejo mempunyai tingkat kesiapsiagaan
tingkat sedang. (4) Aspek perencanaan kesiapsiagaan terkait dengan sekolah siaga bencana di
sekolah Muhammadiyah Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar semua sekolah
Muhammadiyah mempunyai tingkat yang rendah. Semua sekolah Muhammadiyah yang di
survey tidak mempunyai perencanaan kesiapsiagaan yang memadai dan tidak menunjukkan
bahwa masing masing sekolah sudah siap dalam menghadapi bencana yang sewaktu
waktu datang mengancam. (5) Aspek Mobilitas Sumber Daya terkait dengan sekolah siaga
bencana yang berada di Kecamatan Gondangrejo Kabupaten karanganyar sebanyak 8 dari 10
sekolah Muhammadiyah di Lokasi Survey tergolong kedalam kategori rendah, dari penilaian
tersebut jelas bahwa sebagian besar sekolah di Muhammadiyah masih belum siap dalam
menghadapi ancaman bencana, sehingga perlu di galakkan terkait dengan perngurangan
resiko bencana di lokasi sekolah, mengingat bahwa sekolah merupakan lokasi public area
sehingga perlu di siapkan agar resiko korban dapat di kurangi.
Kata kunci : kesiapsiagaan, kebijakan sekolah, perencanaan, mobilitas sumber daya, sekolah
siaga bencana.

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Letak geografis Indonesia yang berada diantara dua benua besar dan pada
katulistiwa serta pada pertemuan tiga lempeng tektonik dunia mennghasilkan kekhasan
bentangalam yang jarang dimiliki oleh negara lain di dunia ini. Lokasi Indonesia
menyebabkan Indonesia mempunyai kekayaan sumberdaya alam yang tinggi serta
keanekaragaman hayati yang tinggi pula, namun berdasar lokasi Indonesia pula maka
mengakibatkan Indonesia mempunyai potensi besar terhadap bencana alam yang datang.
Kecamatan Gondangrejo merupakan bagian dari Kabupaten Karanganyar yang
terletak di bagian barat laut dan berbatasan dengan Kabupaten Sragen di bagian utara,
Kabupaten Boyolali di bagian barat,

dan Kota Surakarta di bagian selatan.

Secara

geomorfologi Kecamatan Gondangrejo berada pada zona utara yang terdiri bentuklahan
denudasional tersebar pada bagian tengah dan timur serta bentuklahan fluvial yang
tersebar di bagian utara, sedangkan relief Kecamatan Gondangrejo bervariasi antara datar
hingga perbukitan, berdasar letak dan kondisi geografi Kecamatan Gondangrejo tersebut
serta berdasarkan pada bencana yang telah terjadi Kecamatan Gondangrejo, Badan
Nasional Penanggulanggan Bencana (2010) memasukkan Kecamatan Gondangrejo
dalam daerah yang memiliki tingkat kerawanan yang tinggi.
Memperhatikan kondisi diatas, maka kesadaran akan pengetahuan bencana
seharusnya mulai dikembangkan disegala lapisan masyarakat tak terkecuali di
lingkungan sekolah. Sekolah sebagai tempat menimbu ilmu para generasi muda
merupakan tempat tinggal kedua para siswa setelah rumah.Rata-rata per hari siswa
menghabiskan waktu sekitar 7 8 jam dalam sehari di sekolah. Hal tersebut berarti
apabila bencana alam datang sewaktu-waktu sangat mungkin terjadi pada saat jam
sekolah dimana siswa tidak berada di rumah/lingkungan keluarga namun berada di
sekolah.
Perlindungan terhadap bencana siswa di sekolah merupakan perlindungan yang
berlaku sama dengan di rumah, sehingga pihak sekolah merupakan pihak yang
bertanggungjawab

terhadap

pengurangan

resiko

bencana

yang

akan

timbul.Kesiapsiagaan perlu dilakukan selain dalam tindakan juga harus didukung dengan
1

kesiapsiagaan terhadap infrastruktur yang ada. Kemampuan sekolah dalam melindungi


siswanya baik secara struktural dan non struktural sekolah di daerah rawan bencana
sebenarnya merupakan sarana yang mendukung terhadap terlaksananya kegiatan belajar
mengajar di sekolah. Berdasar hal tersebut maka diperlukan identifikasi kesiapan
sekolah-sekolah di Kecamatan Gondangrejo untuk menjadi Sekolah Siaga Bencana yang
tertuang dalam penelitian ini dalam judul IDENTIFIKASI TINGKAT KESIAPAN
SEKOLAH DI KECAMATAN GONDANGREJO SEBAGAI SEKOLAH SIAGA
BENCANA.
B. Perumusan Masalah
1. Bagaimanakah tingkat kesiapan sekolah-sekolah Muhammadiyah di Kecamatan
Gondangrejo sebagai Sekolah Siaga Bencana ?
2. Bagaimana persebaran kesiapan sekolah-sekolah Muhammadiyah di Kecamatan
Gondangrejo sebagai Sekolah Siaga Bencana ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui tingkat kesiapan sekolah - sekolah Muhammadiyah di Kecamatan
Gondangrejo Kabupaten Karanganyar terkait Sekolah Siaga Bencana.
2. Untuk mengetahui persebaran sekolah-sekolah Muhammadiyah di Kecamatan
Gondangrejo Kabupaten Karanganyar terkait Sekolah Siaga Bencana.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak sekolah dan Pemerintah Daerah
terhadap peningkatan kesiapsiagaan bencana di sekolah.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Bencana
Bencana sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
menggangu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik faktor
alam maupun faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia,kerusakan lingkungan,kerugian harta benda dan
dampak psikologis (UU No.21 Tahun 2007). Selanjutnya bencana atau hazard
didefinisikan sebagaisumber bahaya yang berpotensial membahayakan terhadap
masyarakat termasuk didalamnya penduduk, lingkungan, harta benda, infrastruktur
serta bisnis (Damon.P.Coppala, 2006).
Berdasar letak geografis Indonesia yang berpotensi besar terhadap terjadinya
berbagai

bencana

alam

maka

Badan

Nasional

Penanggulangan

Bencana

menganggap perlu adanyan penataan atau perencanaan yang matang dalam


penanggulangan bencana sehingga dapat dilaksanakan secara terarah dan terpadu.
Undang-undang Republik Indonesia No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana pada pasal 35 dan 36 menyebutkan bahwa agar setiap daerah dalam upaya
penanggulangan bencana, mempunyai perencanaan penanggulangan bencana, dan
telah diturunkan dalam Peraturan Pemerintah No.21 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan penanggulangan Bencana. Peraturan Pemerintah lebih lanjut
menyebutkan bahwa penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi kegiatan
(1) perencanaan penanggulangan bencana, (2) pengurangan resiko bencana, (3)
pencegarahan, (4) pemanduan dalam perencanaan pembangunan, (5) persyaratan
analisis rencana bencana, (6) pelaksananaan dan penegakan tata ruang, (7)
pendidikan dan pelatihan, dan (7) persyaratan standar teknis penanggulangan
bencana.Selanjutkan dirincikan dalam pasal 14 bahwa pendidikan dan pelatihan
ditujukan

untuk

meningkatkan

kesadaran,

kepedulian,

kemampuan,

dan

kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana.

B. Kesiapsiagaan Bencana
Undang-undang

Republik

Indonesia No.21

tentang

Penyelenggaraan

Penanggulangan Bencana menyebutkan bahwa kesiapsiagaan ialah serangkaian


kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan resiko bencana,
baik melalui pengurangan ancaman bencana maupun kerentanan pihak yang
terancam

bencana.Sedangkan

Badan

Nasional

Penanggulangan

Bencana

menyebutkan bahwa kesiapsiagaan dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinan


terjadinya bencana guna menghindari jatuhnya korban jiwa, kerugian harta benda,
dan berubahnya tata kehidupan masyarakat.
Lebih lanjut Badan Nasional Penanggulangan Bencana dalam Pedoman
Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana yang tertuang dalam Peraturan
Kepala BNPB No.4 Tahun 2008 menjelaskan bahwa upaya kesiapsiagaan dilakukan
ketika bencana mulai terindentifikasi akan terjadi dimana salah satu yang dapat
dilakukan

ialah

mobilisasi

sumberdaya

antara

lain

berupa

personil

dan

prasarana/sarana peralatan. Salah satu upaya kesiapsiagaan bencana di sekolah


adalah kesiapsiagaan infrastruktur atau disebut juga sebagai mitigasi aktif karena
melakukan tindakan pencegahan dengan melakukan perbaikan di bidang sarana dan
prasarana sekolah.
Upaya kesiapsiagaan di sekolah telah dibahas dalam konferensi World
Conference on Disaster Reduction (WCDR) kesebelasmenghasilkan kerangka kerja
Framework For Action/HFA 2005-2015 berupa usaha-usaha antara lain: (1)
menggalakkan dimasukkannya pengetahuan tentang pengurangan risiko bencana
sebagai bagian yang relevan dalam kurikulum pendidikan di semua tingkat dan
menggunakan jalur formal dan informal lainnya untuk menjangkau anak-anak muda
dan anak anak dengan informasi; menggalakkan integrasi pengurangan risiko
bencana sebagai suatu elemen instrinsik dalam dekade 20052014 untuk Pendidikan
bagi Pembangunan Berkelanjutan (United Nations Decade of Education for
Sustainable Development); (2) menggalakkan pelaksanaan penjajagan risiko tingkat
lokal dan program kesiapsiagaan terhadap bencana di sekolah-sekolah dan
lembagalembaga pendidikan lanjutan; (3) menggalakkan pelaksanaan program dan
aktivitas di sekolah-sekolah untuk pembelajaran tentang bagaimana meminimalisir
efek bahaya; (4) mengembangkan program pelatihan dan pembelajaran tentang
4

pengurangan risiko bencana dengan sasaran sektor-sektor tertentu, misalnya: para


perancang pembangunan, penyelenggara tanggap darurat, pejabat pemerintah tingkat
lokal, dan sebagainya; (5) menggalakkan inisiatif pelatihan berbasis masyarakat
dengan mempertimbangkan peran tenaga sukarelawan sebagaimana mestinya untuk
meningkatkan kapasitas lokal dalam melakukan mitigasi dan menghadapi bencana;
(6) memastikan kesetaraan akses kesempatan memperoleh pelatihan dan pendidikan
bagi perempuan dan konstituen yang rentan; dan (7) menggalakkan pelatihan tentang
sensitivitas gender dan budaya sebagai bagian tak terpisahkan dari pendidikan dan
pelatihan tentang pengurangan risiko bencana.
Pembahasan tentang kesiapsiagaan bencana di sekolah lebih lanjut
dikampayekan oleh UN/ISDR (United Nations/International Strategy for Disaster
Reduction) hingga penghujung tahun 2007 dengan didasari berbagai pertimbangan
bahwa anak-anak adalah kelompok yang paling rentan selama kejadian bencana,
terutama yang sedang bersekolah pada saat berlangsungnya kejadian. Pada saat
bencana, gedung sekolah hancur, mengurangi usia hidup murid sekolah dan guru
yang sangat berharga dan terganggunya hak memperoleh pendidikan sebagai
dampak bencana. Pembangunan kembali sekolah juga memerlukan waktu yang tidak
sebentar dan pastilah sangat mahal.
C. Sekolah Siaga Bencana
Sekolah Siaga Bencana (SSB) merupakan upaya membangun kesiapsiagaan
sekolah terhadap bencana dalam rangka menggugah kesadaran seluruh unsur-unsur
dalam bidang pendidikan baik individu maupun kolektif di sekolah dan lingkungan
sekolah baik itu sebelum, saat maupun setelah bencana terjadi. Sekolah Siaga
Bencana bertujuan : (1) Membangun budaya siaga dan budaya aman disekolah
dengan

mengembangkan

bidangpenanganan

bencana;

jejaringbersama
(2)

para

Meningkatkan

pemangkukepentingan
kapasitas

institusi

di

sekolah

danindividu dalam mewujudkan tempat belajar yang lebih aman bagi siswa, guru,
anggota

komunitassekolah

serta

komunitas

di

sekeliling

sekolah;

(3)

Menyebarluaskan dan mengembangkan pengetahuan kebencanaan ke masyarakat


luas melalui jalur pendidikan sekolah.
Indikator Sekolah Siaga Bencana (SSB) yang digunakan dalam penilitian ini
diadopsi dari penilaian Sekolah Siaga Bencana Departemen Pekerjaan Umum yang
5

meliputi : (1)Indikator untuk Parameter Pengetahuan dan Keterampilan (2) Indikator


untuk Parameter Kebijakan, (3) Indikator untuk Parameter Rencana Tanggap
Darurat, (4) Indikator untuk Parameter Mobilisasi Sumberdaya.

BAB III
METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam peneilitian ini ialah metode penelitian
diskriptif kuantitatif dimana langkah-langkah yang diambil dalam pemecahan masalah
menggambarkan keadaan subyek atau obyek penelitian pada saat sekarang berdasarkan
fakta- fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.

B. Teknik Penelitian
Teknik penilitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey lapangan untuk
mendapatkan data primer dan sekunder . Survey lapangan untuk mendapatkan data
primer dengan melakukan wawancara yang dilengkapi perangkat quisioner tertutup,
disamping itu dilakukan pula pengambilan data-data sekunder tentang diskripsi sekolah.
Data sekunder berupa data-data pendukung yang dimiliki oleh sekolah.
C. Data
Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini ialah data tentang ketersediaan
kesiapsiagaan infrastruktur sekolah yang dikelompokkan dalam beberapa bagian yaitu :
aksesibilitas, kesehatan, upaya tindakan perbaikan infrastruktur sekolah.Teknik
pengolahan data dilakukan dengan tabulasi dan selanjutnya dilakukan analisis data.
Penelitian dilakukan terhadap 10 sekolah-sekolah Muhammadiyah yang berada di
Kecamatan Gondangrejo meliputi 5 sekolah tingkat dasar, 3 sekolah tingkat menengah,
dan 2 sekolah tingkat atas.
Penilaian tingkat kesiapan sekolah terhadap Sekolah Siaga Bencana dilakukan
dengan membagi tiga kelas yang dihasilkan dengan menggunakan rumus :
Range =

Sehingga didapatkan tingkat kesiapan sebagai berikut :


Tabel. 3.1. Tabel Tingkat Kesiapan Sekolah Terhadap SSB
No

Tingkat Kesiapan Sekolah terhadap


SSB

Prosentase Pemenuhan Indikator

1.

Rendah

0 < 33 %

2.

Sedang

33 % - < 66 %

3.

Tinggi

66% - 100 %

Sumber : hasil perhitungan

BAB IV
PEMBAHASAN

A. Kondisi Geografi Daerah Penelitian


Berdasarkan inserprestasi peta topografi lembar 47/XL-C skala 1:50.000
Kecamatan Gondangrejo secara astronomis terletak 110 48 16,3 - 110 534,36 BT dan
dan 7 32 42,16 LS, sedangkan secara administratif Kecamatan Gondangrejo dibatasi
Kecamatan Kebakramat di sebelah timur, Kabupaten Sragen di sebelah utara, Kabupaten
Boyolali di sebelah barat dan Kota Surakarta di sebelah selatan. Luas daerah penelitian
adalah 5.679,96 ha atau 59.796 km. Adapun letak dan batas daerah penelitian dapat
dilihat pada peta administrasi (lampiran).
Letak geografis Kecamatan Gondangrejo yang berada di daerah katulistiwa
menyebabkan daerah ini beriklim tropis, sementara daerah penelitian berada pada
ketinggian tempat 133-183 meter dpal. Berdasarkan penelitian (Susilowati,H.I, 2008)
diketahui temperatur tahunan Kecamatan Gondangrejo berkisar antara 25,2 C - 25,5 C.
Berdasar data curah hujan curah Kecamatan Gondangrejo selama 10 tahun, yaitu tahun
1977 6006 diketahui daerah penelitian mempunyai curah hujan rerata tahunan sebesar 2.
170,1 mm.
Berdasarkan pembagian menurut Pannekoek (1949 dalam Nunik Sumaryani, 1993)
Kecamatan Gondangrejo termasuk zone utara, Kecamatan Gondangrejo secara garis besar
mempunyai dua bentuk lahan asal, yaitu bentuk lahan denudasional dan fluvial. Bentuk
lahan asal denudasional terbasar di sebelah tengah dan timur daerah penelitian sedangkan
bentuk lahan asal fluvial tersebar di sebelah utara. Sementara itu, topografi Kecamatn
Gondangrejo yang bervariasi dari datar hingga berbukit dengan kemiringan lereng 2 - > 30
%. Proses geomorfologi yang terjadi di daerah penelitian mempunyai intensitas sedang
hingga berat. Proses geomorfologi yang terjadi dari pelapukan, erosi, dan proses gerak
massa.

B. Tingkat Kesiapan Sekolah di Kecamatan Gondangrejo terhadap Sekolah Siaga


Sekolah siaga bencana adalah sekolah yang memiliki kemampuan untuk mengelola
risiko bencana di lingkungannya. Kemampuan tersebut diukur dengan dimilikinya
perencanaan penanggulangan bencana (sebelum, saat dan sesudah bencana), ketersediaan
logistik, keamanan dan kenyamanan di lingkungan pendidikan, infrastruktur, serta system
kedaruratan, yang didukung oleh adanya pengetahuan dan kemampuan kesiapsiagaan,
prosedurtetap (standard operational procedure), dan system peringatan dini. Kemampuan
tersebut untuk mentransformasikan pengetahuan dan praktik penanggulangan bencana dan
pengurangan risiko bencana kepada seluruh warga sekolah sebagai konsituen lembaga
pendidikan. (Konsorsium Pendidikan Bencana.2011:10). Sekolah Siaga Bencana (SSB)
dapat dinilai dengan menggunakan 4 (empat) aspek yaitu sikap dan pengetahuan,
kebijakan sekolah, perencanaan kesiapsiagaan, mobilisasi sumberdaya. Penilaian kesiapan
sekolah di Kecamatan Gondangrejo terhadap Sekolah Siaga Bencana menghasilkan data
sebagai berikut :
1.

Sikap dan Pengetahuan


Sekolah siaga bencana dalam indikator sikap dan tindakan, dimaksudkan untuk
membangun kemampuan

seluruh warga sekolah, baik individu maupun warga

sekolah secara kolektif, untuk menghadapi bencana secara cepat dn tepat guna
(Konsorium Pendidikan Bencana.2011:11). Sikap dan pengetahuan diukur melalui
parameter sebagai berikut :
a. Tersedianya pengetahuan mengenai bahaya (jenis bahaya, sumber bahaya dan
besaran bahaya); kerentanan; kapasitas; resiko dan sejarah bencana yang terjadi di
lingkungan sekolah atau daerahnya.
1. Struktur dan muatan kurikulum (pada dokumen I KTSP) serta silabus dan RPP
dan SK KD (pada dokumen II KTSP) memuat pengetahuan mengenai bahaya
(jenis, sumber dan sasaran); Kerentanan; Kapasitas; Risiko dan sejarah yang
terjadi di lingkungan sekolah atau daerahnya.
2. Kegiatan sekolah bagi peserta didik untuk mengobservasi bahaya (jenis, sumber
dan besaran); kerentanan; kapasitas dan risiko yang ada di lingkungan sekolah,
termasuk yang bersumber pada lokasi dan infrastruktur sekolah.
b. Tersedianya pengetahuan mengenai upaya yang bisa dilakukan untuk mengurangi
risiko bencana di sekolah.

1
01

1. Struktur dan muatan kurikulum (pada dokumen I KTSP) serta silabus dan RPP
dari SKKD (pada dokumen II KTSP) yang memuat pengetahuan mengenai
upaya yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko bencana di sekolah.
2. Kegiatan sekolah untuk mengidentifikasi upaya mengidentifikasi upaya yang
bisa mengurangi risiko bencana termasuk didalam pilihan tindakan untuk
melakukan relokasi sekolah atau retrofit gedung dan infrastruktur sekolah jika
diperlukan.
3. Sekolah secara berkala menguji kualitas struktur bangunannya.
c. Ketrampilan seluruh komponen dalam menjalankan rencana tanggap darurat dalam
bentuk simulasi.
d. Terlaksananya sosialisasi mengenai pengetahuan PRB, SSB dan kesiapsiagaan
kepada warga sekolah dan pemangku kepentingan sekolah berupa akegiatan
sosialisasi rutin.
e. Terlaksananya pelatihan pengintegrasian PRB ke dalam KTSP (sesuai Kurikulum
yang digunakan) berupa jumlah pelatihan yang dilaksanakan oleh sekolah.
f. Terlaksananya kegiatan simulasi drill secara berkala di sekolah dengan melibatkan
masyarakat sekitar berupa frekuensi pelaksanaan simulasi drill dalam 1 tahun.
Tabel 4.1 Tingkat Kesiapan Sekolah di Kecamatan Gondangrejo terhadap
Sekolah Siaga Bencana berdasar Indikator Sikap dan Pengetahuan
Porosentase (%) Parameter SSB
NO

Tingkat Kesiapan
Sekolah terhadap

NAMA SEKOLAH
Memenuhi

Tidak

SSB

memenuhi

MI Mendungsari

22%

78%

Rendah

SD Krendowahono

50%

50%

Sedang

MI Wonorejo

33%

67%

Sedang

MI Cekel

25%

75%

Rendah

MIM Bulak

13%

88%

Rendah

SMP 1 Muhammadiyah

25%

75%

Rendah

MTS Muhammadiyah 1

25%

75%

Rendah

1
11

MTS Muhammadiyah 6

50%

50%

Sedang

SMA Muhammadiyah 3

13%

88%

Rendah

10

SMK Muhammadiyah 1

13%

88%

Rendah

Sumber : Data Primer Peneliti, 2014


Berdasar penilaian indikator sikap dan pengetahuan, kesiapan sekolah terhadap SSB
yang dilakukan sekolah sampel di Kecamatan Gondangrejo menunjukkan bahwa
secara umum 10 sekolah tersebut masih belum siap sebagai SSB, hanya 3 sekolah
yang termasuk dalam katagori siap menjadi SSB, sedangkan yang lain berada pada
tingkat yang rendah.

100%
80%
60%
40%
20%
0%

Memenuhi
Tidak memenuhi

Gambar.4.1. Tingkat Kesiapan Sekolah di Kecamatan Gondangrejo terhadap


Sekolah Siaga Bencana berdasar Aspek Sikap dan Pengetahuan

1
21

1. MIM Mendungsari
Hasil penilaian aspek sikap dan pengetahuan MIM Mendungsari menunjukkan
bahwa parameter pengetahuan mengenai bahaya, pengetahuan mengenai upaya
penanggulangan bencana, keterampilan sekolah dalam menjalankan rencana
tanggap darurat, sosialisasi pengetahuan sekolah siaga bencana, pelatihan PRB,
dan kegiatan simulasi hanya memenuhi syarat sebesar 22% yang memenuhi
dimana termuat dalam kurikulum yaitu dalam mata pelajaran IPA. Pelajaran IPA
secara implikatif mengajarkan tentang pengetahuan PRB pada siswa yang tertera
dalam kompetensi dasar. Sebaliknya, terdapat 78 % syarat yang tidak memenuhi
terhadap penilaian SSB dikarenakan belum adanya penerapan sosialisasi mengenai
PRB serta kegiatan simulasi yang berkala dalam pembelajaran atau kegiatan
extrakulikulernya.
2. MIM Wonorejo
Hal serupa dengan MIM Mendungsari terjadi pada MIM Wonorejo dimana sekolah
ini hanya memenuhi terhadap penilaian SSB sebesar 33 % yang terjadi pada
parameter muatan pengetahuan mengetahu bencana dan PRB termuat dalam
kurikulum. Sedangkan untuk paramater yang tidak memenuhi mencapai 67 %
pada parameter sosialisasi simulasi bencana serta belum adanya kegiatan simulasi
bencana secara berkala. Hal yang membedakan dengan MIM Mendungsari adalah
bahwa MIM Wonorejo telah melakukan pengujian struktur bangunan secara
berkala.
3. MIM Cekel
Hasil penilaian aspek sikap dan penegetahuan MIM Cekel menunjukkan
bahwa pengetahuan bencana termuat dalam kurikulum yakni dalam mata pelajaran
IPA dan sejarah bencana yang pernah terjadi di lingkungan sekolah MIM Cekel
tercatat adalah bencana angin putting beliung. Sejarah bencana tersebut ternyata
belum menciptakan usaha sekolah untuk melakukan kegiatan observasi tentang
bahaya bencana, dan kapasitas terjadinya bencana berkaitan dengan sejarah
bencana yang pernah terjadi di lingkungan sekolah MIM Cekel. Kegiatan sekolah
yang berkaitan dengan upaya pengurangan resiko bencana tidak dilakukan oleh
MIM Cekel, pihak sekolah tidak melakukan tindakan untuk merelokasi sekolah

gedung dan infrastruktur sekolah dan

MIM Cekel tidak pernah melakukan

pengujian kualitas struktur bangunan secara berkala.


Parameter ketrampilan dalam menjalankan rencana tanggap darurat di MIM Cekel
belum terlaksana, MIM Cekel

belum pernah mengadakan kegiatan simulasi

bencana alam dan belum pernah melakukan sosialisasi meneganai pengetahuan


PRB, SSB dan kesiapsiagaan warga sekolah dan pemangku kepentingan sekolah
serta pihak sekolah belum pernah mengadakan pelatihan dan kegiatan simulasi drill
secara berkala dalam pengintegrasian PRB.
4. MIM Bulak
Hasil penilaian parameter sikap dan pengetahuan menunjukan bahwa penilaian
SSB yang memenuhi yaitu 13%. Prosentese tersebut didukung dengan adanya
struktur dan muatan kurikulum dalam bentuk RPP yang memuat SK dan KD yang
memuat tentang pengetahuan mengenai bencana, RPP tersebut digunakan dalam
matapelajaran IPS. Hasil penilaian SSB yang tidak memenuhi dengan prosentase
88%, prosentase tersebut tidak memenuhi parameter penilian sikap dan
pengetahuan karena tidak adanya tindakan yang menginformasikan tentang sejarah
bencana yang pernah terjadi dilingkunganya, tidak adanya kegiatan untuk
mengurangi resiko bencana seperti relokasi sekolah atau retrofit gedung dan
infrastruktur sekolah, tidak adanya sosialisasi, pelatihan simulasi sebagai upaya
tanggap bencana. Tingkat Kesiapan sekolah terhadap SSB MI Bulak masuk dalam
kategori rendah.
5. MIM Krendowahono
MIM Krendowahono, dari hasil penilaian parameter sikap dan pengetahuan,
penialian yang memenuhi yaitu 50%. MIM Krendowahono dalam pembelajaran
sudah menyertakan suatu informasi tentang bahaya terjadinya bencana, tetapi tidak
ada mata pelajaran khusus untuk membahas tentang bahaya bencana dan
mempelajari tentang kesiapsiagaan bencana hanya sekedar dasar-dasar dari
bencana dan langkah yang akan dilakukan. Pengecekan bangunan sekolah dan
melakukan perbaikan dan membangun ruang kelas baru serta adanya sosialisasi.
Kurangnya pengetahuan tentang sejarah bencana yang pernah terjadi serta tidak
adanya praktik simulasi dan pelatihan dalam pengurangan resiko bencana
menjadikan MIM Krendowahono tidak memenuhi penilaian SSB dengan
1
41

prosentase 50%. Tingkat Kesiapan Sekolah terhadap SSB MI Krendowahono


masuk dalam kategori sedang.
6. SMP 1 Muhammadiyah Godangrejo
Hasil penilaian aspek sikap dan pengetahuan SMP 1 Muhammadiyah
Gondangrejo menunjukkan bahwa parameter pengetahuan mengenai bahaya,
pengetahuan mengenai upaya penanggulangan bencana, keterampilan sekolah
dalam menjalankan rencana tanggap darurat, sosialisasi pengetahuan sekolah siaga
bencana, pelatihan PRB, dan kegiatan simulasi, prosentase penialian yang
memenuhi penilaian SSB yaitu 25%, prosentase tersebut termuat dalam kurikulum
dan adanya tenaga ahli dalam infrastruktur bangunan sekolah. SMP 1
Muhammadiyah Gondangrejo tidak memenuhi terhadap penilaian SSB sebesar
75%, tidak ada tindakan yang mengarahkan untuk mengobservasi bencana dan
bahaya bencana di lingkungan sekolahnya, tidak adanya ketrampilan dalam
menjalankan rencana tanggap darurat, SMP 1 belum pernah mengadakan kegiatan
simulasi bencana, sosialisasi meneganai pengetahuan PRB, SSB dan kesiapsiagaan
warga sekolah dan pemangku kepentingan sekolah serta pihak sekolah belum
pernah mengadakan pelatihan dan kegiatan simulasi drill secara berkala dalam
pengintegrasian

PRB.

Tingkat

Kesiapan

Sekolah

terhadap

SSB

SMP

Muhammadiyah 1 masuk dalam kategori rendah.


7. MTs Muhammadiyah 1
Hasil penilaian parameter sikap dan pengetahuan MTS Muhammadiyah 1,
prosentase penilaian SSB yang memenuhi yaitu 25%, sekolah tersebut mengadakan
sosialisasi dan pelatihan pengintegrasian PRB yang dilakukan melalui kegiatan
ekstrakulikuler. Prosentase penilaian yang tidak memenuhi penilaian SSB cukup
tinggi yaitu 75%, hal tersebut bekaitan dengan tidak adanya pengethuan bencana
yang diintregasikan dalam kurikulum, tidak adanya pengujian kualitas struktur
bangunan sekolah secara berkala, tidak adanya Keterampilan seluruh komponen
sekolah dalam menjalankan rencana tanggap darurat, dan belum terlaksananya
kegiatan simulasi sebagai upaya pengurangan risiko bencana. Tingkat Kesiapan
Sekolah terhadap SSB MTS Muhammadiyah 1 masuk dalam kategori rendah.

1
51

8. MTS Muhammdiyah 6 Gondangrejo


Penilaian parameter sikap dan pengetahuan MTS Muhammadiyah 6,
prosentase penilaian SSB yang memenuhi yaitu 50%, tersedianya pengetahuan
tentang bahaya dalam Struktur dan Muatan Kurikulum yang ditunujukan dengan
adanya pengetahuan tentang bencana oleh siswa, artinya telah ada pengintegrasian
pengetahuan kebencanaan dalam kurikulum di sekolah tersebut. Sekolah secara
berkala menguji kualitas struktur bangunannya, dilakukan sosialisasi dan pelatihan
berkaitan dengan bahaya bahaya bencana sosial dan bencana alam yang
dilakukan setiap 6 bulan sekali sebagai upaya pengurangan risiko bencana. 50%
dari total prosentase penilaian SBB tidak memenuhi syarat penilaian karena MTS
Muhammadiyah 6 tidak ada Kegiatan sekolah bagi peserta didik untuk
mengobservasi Bahaya, Kegiatan sekolah untuk mengidentifikasi upaya yang bisa
mengurangi risiko bencana, rencana tanggap darurat pada saat simulasi dan tidak
adanya pelaksanaan simulasi drill dalam 1 tahun sebagai upaya pengurangan risiko
bencana. Tingkat Kesiapan Sekolah terhadap SSB MTS Muhammadiyah 6 masuk
dalam kategori sedang.
9. SMA Muhammadiyah 3 Gondangrejo
Penilaian parameter sikap dan pengetahuan SMA Muhammadiyah 3,
prosentase penilaian SSB yang memenuhi sangat rendah yaitu 13%, hal tersebut
dikarenakan dari total seluruh penilaian pada parameter sikap dan pengetahuan
sekolah tersebut hanya memiliki pengetahuan mengenai Bahaya dalam kurikulum,
hasil penilaian lainya tidak memenuhi yaitu sebesar 88% , karena semua penilaian
SSB di SMA Muhammadiyah 3 tidak ada, mulai dari Kegiatan sekolah bagi peserta
didik untuk mengobservasi Bahaya jenis bahaya, tersedianya pengetahuan
mengenai upaya yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko bencana di sekolah,
keterampilan seluruh komponen sekolah dalam menjalankan rencana tanggap
darurat, sosialisasi mengenai pengetahuan PRB, SSB dan kesiapsiagaan kepada
warga sekolah dan pemangku kepentingan sekolah serta tidak adanya pelatihan
pengintegrasian PRB ke dalam KTSP. Tingkat Kesiapan Sekolah terhadap SSB
SMA Muhammadiyah 3 masuk dalam kategori sedang.

1
61

10. SMK Muhammadiyah 1 Gondangrejo


Penilaian parameter sikap dan pengetahuan SMK Muhammadiyah 1,
prosentase penilaian SSB yang memenuhi sangat rendah yaitu 13%, hal tersebut
dikarenakan dari total seluruh penilaian pada parameter sikap dan pengetahuan
sekolah tersebut hanya memiliki 1 penialaian yang memenuhi yaitu Sekolah
secara berkala menguji kualitas struktur bangunannya. Hasil penilaian lainya
tidak memenuhi yaitu sebesar 88% , prosentase tersebut sangat tinggi karena
semua penilaian SSB di SMK Muhammadiyah 1 tidak ada, mulai dari tidak
tersedianya pengetahuan mengenai bahaya (jenis bahaya, sumber bahaya dan
besaran bahaya); Kerentanan; Kapasitas; risiko dan sejarah bencana yang terjadi
di lingkungan sekolah atau daerahnya, kegiatan sekolah bagi peserta didik untuk
mengobservasi Bahaya jenis bahaya, tersedianya pengetahuan mengenai upaya
yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko bencana di sekolah, keterampilan
seluruh komponen sekolah dalam menjalankan rencana tanggap darurat, serta
tidak adanya pelatihan pengintegrasian PRB ke dalam KTSP. Tingkat Kesiapan
Sekolah terhadap SSB SMK Muhammadiyah 1 masuk dalam kategori sedang.
2.

Kebijakan sekolah
Kebijakan sekolah adalah keputusan yang dibuat secara formal oleh sekolah mengenai
hal hal yang perlu didukung dalam pelaksanaan PRB di sekolah, baik secara khusus
maupun terpadu (Konsorium Pendidikan Bencana.2011:12). Aspek kebijakan sekolah
diukur melalui indikator sebagai berikut :
a.

Adanya kebijakan, kesepakatan dan/atau peraturan sekolah yang mendukung


upaya pengurangan risiko bencana di sekolah.
1. Dokumen I KTSP (termasuk didalamnya visi, misi dan tujuan sekolah) yang
memuat dan atau mendukung upaya pengurangan risiko bencana di sekolah.
2. Dokumen kebijakan sekolah yang memuat dan/atau mengadopsi persyaratan
bangunan dan panduan retrofit yang ada atau yang berlaku.

b. Tersedianya akses bagi seluruh komponen sekolah terhadap informasi,


pengetahuan dan pelatihan untuk meningkatkan kapasitas dalam hal PRB (materi
acuan, ikut serta dalam pelatihan, musyawarah guru, pertemuan desa, jambore
murid, dan sebagainya.

1
71

1. Media informasi sekolah (contoh ; majalah dinding, perpustakaan, buku,


modul yang memuat pengetahuan dan informasi PRB dan dapat diakses oleh
warga sekolah.
2. Jumlah kesempatan dan keikutsertaan warga sekolah dalam pelatihan,
musyawarah guru, pertemuan desa, jambore murid, dan lain lain.
Data hasil penilaian indikator kebijakan Sekolah di Kecamatan Gondangrejo sebagai
berikut :
Tabel 4.2. Tingkat Kesiapan Sekolah di Kecamatan Gondangrejo terhadap
Sekolah Siaga Bencana Berdasar Indikator Kebijakan Sekolah
Porosentase (%) Parameter SSB
NO

Tingkat Kesiapan
Sekolah terhadap

NAMA SEKOLAH
Memenuhi

Tidak

SSB

memenuhi

MI Mendungsari

0%

100%

Rendah

SD Krendowahono

50%

50%

Sedang

MI Wonorejo

25%

75%

Rendah

MI Cekel

0%

100%

Rendah

MIM Bulak

0%

100%

Rendah

SMP 1 Muhammadiyah

25%

75%

Rendah

MTS Muhammadiyah 1

50%

50%

Sedang

MTS Muhammadiyah 6

50%

50%

Sedang

SMA Muhammadiyah 3

25%

75%

Rendah

10

SMK Muhammadiyah 1

25%

75%

Rendah

Sumber : Data Primer Peneliti, 2014


Berdasar penilaian indikator kebijakan sekolah, kesiapan sekolah terhadap SSB yang
dilakukan sekolah-sekolah Muhammadiyah di Kecamatan Gondangrejo menunjukkan
bahwa secara umum 10 sekolah tersebut masih belum siap sebagai SSB, hanya 3
sekolah yaitu MIM Krendowahono, MTS Muhammadiyah 1, MTS Muhammadiyah 6
1
81

yang termasuk dalam katagori siap menjadi SSB, sedangkan yang lain berada pada
tingkat yang rendah.

100%
80%
60%
40%
20%
0%

Memenuhi
Tidak memenuhi

Gambar.4.2. Tingkat Kesiapan Sekolah di Kecamatan Gondangrejo terhadap


Sekolah Siaga Bencana berdasar Aspek Kebijakan Sekolah
1. MIM Mendungsari
Hasil penilaian aspek kebijakan sekolah MIM Mendungsari menunjukkan
bahwa tidak ada kebijakan sekolah di sekolah tersebut, prosentase yang memenuhi
0% dan prosentase yang tidak memenuhi 100%. Penilaian tersebut menunjukan
bahwa semua aspek penilaian mulai dari kebijakan sekolah berkaitan dengan visi
dan misi, dokumen kebijakan sekolah yang mengadopsi persyaratan konstruksi
bangunan, akses bagi seluruh komponen sekolah terhadap informasi, pengetahuan
dan pelatihan untuk meningkatkan kapasitas dalam hal PRB tidak ada di sekolah
tersebut. Tingkat Kesiapan Sekolah terhadap SSB MI Mendungsari masuk dalam
kategori rendah.
2. MIM Krendowahono
Hasil penilaian aspek kebijakan sekolah MIM Krendowahono menunjukkan
bahwa hasil penilaian SBB yang memenuhi yaitu 50% dan 50% tidak memenuhi
1
91

persyaratan penilaian SBB. Prosentase yang memenuhi diperoleh dari hasil


penilaian adanya dokumen kebijakan sekolah yang memuat dan/atau mengadopsi
persyaratan konstruksi bangunan dan panduan retrofit yang ada atau yang berlaku,
media informasi sekolah yang memuat pengetahuan dan informasi PRB dan dapat
diakses oleh warga sekolah ada di sekolah tersebut. Prosentase yang tidak
memenuhi disebabkan karena tidak adanya visi dan misi berkaitan dengan upaya
pengurangan risiko bencan di sekolah, jumlah kesempatan dan keikutsertaan warga
sekolah dalam pelatihan, musyawarah guru, pertemuan desa, jambore murid, dan
lain lain tidak ada. Tingkat Kesiapan Sekolah terhadap SSB MIM Krendowahono
masuk dalam kategori sedang.
3. MIM Wonorejo
Hasil penilaian aspek kebijakan sekolah MIM Wonorejo menunjukkan
bahwa hasil penilaian SBB yang memenuhi yaitu 25% dan 75% tidak memenuhi
persyaratan penilaian SBB. Prosentase yang memenuhi diperoleh dari hasil
penilaian adanya media informasi sekolah yang memuat pengetahuan dan
informasi PRB dan dapat diakses oleh warga sekolah ada di sekolah tersebut.
Prosentase yang tidak memenuhi disebabkan karena tidak adanya visi dan misi
berkaitan dengan upaya pengurangan risiko bencan di sekolah, tidak ada dokumen
kebijakan sekolah yang memuat dan/atau mengadopsi persyaratan konstruksi
bangunan dan panduan retrofit yang ada atau yang berlaku, jumlah kesempatan dan
keikutsertaan warga sekolah dalam pelatihan, musyawarah guru, pertemuan desa,
jambore murid, dan lain lain tidak ada. Tingkat Kesiapan Sekolah terhadap SSB
MIM Wonorejo masuk dalam kategori rendah.
4. MIM Cekel
Hasil penilaian aspek kebijakan sekolah MIM Cekel menunjukkan bahwa
tidak ada kebijakan sekolah di sekolah tersebut, prosentase yang memenuhi 0%
dan prosentase yang tidak memenuhi 100%. Penilaian tersebut menunjukan bahwa
semua aspek penilaian mulai dari kebijakan sekolah berkaitan dengan visi dan
misi, dokumen kebijakan sekolah yang mengadopsi persyaratan konstruksi
bangunan, akses bagi seluruh komponen sekolah terhadap informasi, pengetahuan
dan pelatihan untuk meningkatkan kapasitas dalam hal PRB tidak ada di sekolah

2
02

tersebut. Tingkat Kesiapan Sekolah terhadap SSB MIM Cekel masuk dalam
kategori rendah.
5. MIM Bulak
Hasil penilaian aspek kebijakan sekolah MIM Bulak menunjukkan bahwa
tidak ada kebijakan sekolah di sekolah tersebut, prosentase yang memenuhi 0%
dan prosentase yang tidak memenuhi 100%. Penilaian tersebut menunjukan bahwa
semua aspek penilaian mulai dari kebijakan sekolah berkaitan dengan visi dan
misi, dokumen kebijakan sekolah yang mengadopsi persyaratan konstruksi
bangunan, akses bagi seluruh komponen sekolah terhadap informasi, pengetahuan
dan pelatihan untuk meningkatkan kapasitas dalam hal PRB tidak ada di sekolah
tersebut. Tingkat Kesiapan Sekolah terhadap SSB MIM Bulak masuk dalam
kategori rendah.
6. SMP 1 Muhammadiyah
Hasil penilaian aspek kebijakan sekolah SMP 1 Muhammadiyah
menunjukkan bahwa hasil penilaian SBB yang memenuhi yaitu 25% dan 75%
tidak memenuhi persyaratan penilaian SBB. Prosentase yang memenuhi diperoleh
dari hasil penilaian adanya media informasi sekolah yang memuat pengetahuan dan
informasi PRB dan dapat diakses oleh warga sekolah ada di sekolah tersebut.
Prosentase yang tidak memenuhi disebabkan karena tidak adanya visi dan misi
berkaitan dengan upaya pengurangan risiko bencan di sekolah, tidak ada dokumen
kebijakan sekolah yang memuat dan/atau mengadopsi persyaratan konstruksi
bangunan dan panduan retrofit yang ada atau yang berlaku, jumlah kesempatan dan
keikutsertaan warga sekolah dalam pelatihan, musyawarah guru, pertemuan desa,
jambore murid, dan lain lain tidak ada di seklah tersebut. Tingkat Kesiapan
Sekolah terhadap SSB SMP 1 Muhammadiyah masuk dalam kategori rendah.
7. MTS Muhammadiyah 1
Hasil penilaian aspek kebijakan sekolah MITS Muhammadiyah 1
menunjukkan bahwa hasil penilaian SBB yang memenuhi yaitu 50% dan 50%
tidak memenuhi persyaratan penilaian SBB. Prosentase yang memenuhi diperoleh
dari hasil penilaian adanya Media informasi sekolah yang memuat pengetahuan
dan informasi PRB dan dapat diakses oleh warga sekolah dan kesempatan dan
2
12

keikutsertaan warga sekolah dalam pelatihan, musyawarah guru, pertemuan desa,


jambore murid disekolah tersebut. Prosentase yang tidak memenuhi disebabkan
karena tidak adanya visi dan misi berkaitan dengan upaya pengurangan risiko
bencan di sekolah, dan tidak adanya dokumen kebijakan sekolah yang memuat
dan/atau mengadopsi persyaratan konstruksi bangunan dan panduan retrofit yang
ada atau yang berlaku. Tingkat Kesiapan Sekolah terhadap SSB MTS
Muhammadiyah 1 masuk dalam kategori sedang.
8. MTs Muhammadiyah 6
Hasil penilaian aspek kebijakan sekolah MTS Muhammadiyah 6
menunjukkan bahwa hasil penilaian SBB yang memenuhi yaitu 50% dan 50%
tidak memenuhi persyaratan penilaian SBB. Prosentase yang memenuhi diperoleh
dari hasil penilaian adanya Media informasi sekolah yang memuat pengetahuan
dan informasi PRB dan dapat diakses oleh warga sekolah dan kesempatan dan
keikutsertaan warga sekolah dalam pelatihan, musyawarah guru, pertemuan desa,
jambore murid disekolah tersebut. Prosentase yang tidak memenuhi disebabkan
karena tidak adanya visi dan misi berkaitan dengan upaya pengurangan risiko
bencan di sekolah, dan tidak adanya dokumen kebijakan sekolah yang memuat
dan/atau mengadopsi persyaratan konstruksi bangunan dan panduan retrofit yang
ada atau yang berlaku. Tingkat Kesiapan Sekolah terhadap SSB MTS
Muhammadiyah 6 masuk dalam kategori sedang.
9. SMA Muhammmadiyah 3
Hasil penilaian aspek kebijakan sekolah SMA Muhammadiyah 3
menunjukkan bahwa hasil penilaian SBB yang memenuhi yaitu 25% dan 75%
tidak memenuhi persyaratan penilaian SBB. Prosentase yang memenuhi diperoleh
dari hasil penilaian adanya media informasi sekolah yang memuat pengetahuan dan
informasi PRB dan dapat diakses oleh warga sekolah ada di sekolah tersebut.
Prosentase yang tidak memenuhi disebabkan karena tidak adanya visi dan misi
berkaitan dengan upaya pengurangan risiko bencan di sekolah, tidak ada dokumen
kebijakan sekolah yang memuat dan/atau mengadopsi persyaratan konstruksi
bangunan dan panduan retrofit yang ada atau yang berlaku, jumlah kesempatan dan
keikutsertaan warga sekolah dalam pelatihan, musyawarah guru, pertemuan desa,

2
22

jambore murid, dan lain lain tidak ada di sekolah tersebut. Tingkat Kesiapan
Sekolah terhadap SSB SMA Muhammadiyah masuk dalam kategori rendah.
10. SMK Muhammadiyah 1
Hasil penilaian aspek kebijakan sekolah SMA Muhammadiyah 3
menunjukkan bahwa hasil penilaian SBB yang memenuhi yaitu 25% dan 75%
tidak memenuhi persyaratan penilaian SBB. Prosentase yang memenuhi diperoleh
dari hasil penilaian adanya dokumen kebijakan sekolah yang memuat dan/atau
mengadopsi persyaratan konstruksi bangunan dan panduan retrofit yang ada atau
yang berlaku. Prosentase yang tidak memenuhi disebabkan karena tidak adanya
visi dan misi berkaitan dengan upaya pengurangan risiko bencan di sekolah,
media informasi sekolah yang memuat pengetahuan dan informasi PRB dan dapat
diakses oleh warga sekolah ada di sekolah tersebut, jumlah kesempatan dan
keikutsertaan warga sekolah dalam pelatihan, musyawarah guru, pertemuan desa,
jambore murid, dan lain lain tidak ada di sekolah tersebut. Tingkat Kesiapan
Sekolah terhadap SSB SMK Muhammadiyah masuk dalam kategori rendah.

3.

Perencanaan Kesiapsiagaan
Perencanaan kesiapsiagaan bertujuan unutk menjamin adanya tindakan cepat dan
tepat guna pada saat terjadi bencana dengan memadukan dan mempertimbangkan
sistem penanggulangan bencana di daerah dan disesuaikan kondisi wilayah setempat.
(Konsorium Pendidikan Bencana.2011:11). Parameter rencana kesiapsiagaan diukur
melalui indikator sebagai berikut :
a.

Tersedianya dokumen penilaian risiko bencana yang disusun bersama secara


partisipatif dengan warga sekolah dan pemangku kepentingan sekolah.
1. Dokumen penilaian risiko bencana yang disusun secara berkala sesuai dengan
kerentanan sekolah.
2. Dokumen penilaian kerentanan gedung sekolah yang dinilai/diperiksa secara
berkala oleh pemerintah dan atau pemda (catatan : kerentanan sekolah yang
dinilai berdasarkan aspek struktur dan non-struktur).

b. Tersedianya rencana aksi sekolah dalam penanggulangan bencana (sebelum, saat,


dan sesudah terjadi bencana), berupa dokumen rencana aksi sekolah yang dibuat
2
32

secara berkala, direview dan diperbaharui secara partisipatif dan siketahui oleh
dinas pendidikan setempat.
c.

Tersedianya sistem peringatan didni yang dipahami oleh seluruh komponen


sekolah, meliputi :
1. Akses terhadap bahaya, baik dari tanda alam, informasi dari lingkungan, dan
dari pihak berwenang (pemerintah daerah dan BMKG).
2. Alat peringatan serta biaya pemeliharaannya dan tanda bahaya yang disepakati
dan dipahami seluruh komponen sekolah.
3. PROTAP penyebarluasan informasi peringatan bahaya di lingkungan sekolah.
4. Petugas yang bertanggung jawab dan berwenang mengoprasikan alat
peringatan

dini.

Verivikasi

penilaianya

meliputi

PROTAP mengenai

pelaksanaan sistem peringatan dini yang telah diuji dan diperbaharui melalui
kegiatan simulasi/drill yang dilaksanakan secara berkala oleh sekolah.
d. Adanya Prosedur Tetap Kesiapsiagaan Sekolah yang disepakati dan dilaksanakan
oleh seluruh komponen sekolah dan direview secara rutin dan dimutakhirkan
secara partisipatif
e.

Adanya peta evakuasi sekolah, dengan tanda dan rambu yang terpasang, yang
mudah dipahami oleh seluruh komponen sekolah. Sekolah memiliki peta evakuasi
dengan tanda dan rambu yang terpasang yang mudah dipahami oelh seruluh
komponen sekolah dan dapat ditemukan dengan mudah di lingkungan sekolah.

f.

Kesepakatan dan ketersediaan lokasi evakuasi/shelter terdekat dengan sekolah,


disosialisasikan kepada seluruh komponen sekolah dan orangtua murid,
masyarakat

sekitar

dan

pemerintah

daerah.

Sekolah

memiliki

lokasi

evakuasi/shelter terdekat yang tersosialisasikan serta disepakati oleh seluruh


komponen sekolah, orangtua murid, masyarakat sekitar dan pemerintah daerah
g. Kesepakatan prosedur tetap kesiapsiagaan sekolah yang disepakati dan
dilaksanakan oleh seluruh komponene sekolah, diantaranya meliputi/contohnya :
1. Penggandaan dan penyimpanan dokumen penting sekolah pada tempat yang
aman.
2. Pencatatan nomor telepon penting yang mudah diakses seluruh komponene
sekolah (puskesmas/rumah sakit terdekat, pemadam kebakaran, dan aparat
terkait) dan PROTAP kesiapsiagaan sekolah yang direview dan dimutakhrkan
secara rutin dan partisipatif.

2
42

h. Adanya peta evakuasi sekolah dengan tanda dan rambu yang terpasang, yang
mudah dipahami oleh seluruh komponen sekolah
1. Peta Evakuasi Sekolah yang dapat dilihat dan dipahami oleh seluruh warga
sekolah.
2. Rambu dan tanda jalur evakuasi yang dapat dilihat dan dipahami oleh warga
sekolah
i.

Adanya lokasi evakuasi/shelter terdekat dengan sekolah yang disepakati dan


disosialisasikan kepada seluruh komponen sekolah, orang tua siswa, masyarakat
dan pemda. Lokasi evakuasi/shelter terdekat yang diketahui oleh seluruh warga
sekolah sebagai tempat evakuasi saat terjadi bencana.

Data hasil penilaian indikator dan verifikasi perencanaan kesiapsiagaan sebagai


Sekolah Siaga Bencana di MI Muhammadiyah, MTS Muhammadiyah, SMA
Muhammadiyah dan SMK Muhammadiyah yang berada di Kecamatan Gondangrejo
sebagai berikut :

Tabel.4.3 Tingkat Kesiapan Sekolah di Kecamatan Gondangrejo terhadap


Sekolah Siaga Bencana Berdasar Indikator Perencanaan Kesiapsiagaan
Porosentase (%) Parameter SSB
NO

Tingkat Kesiapan
Sekolah terhadap

NAMA SEKOLAH
Memenuhi

Tidak

SSB

memenuhi

MI Mendungsari

0%

100%

Rendah

SD Krendowahono

9%

91%

Rendah

MI Wonorejo

9%

91%

Rendah

MI Cekel

45%

55%

Rendah

MIM Bulak

0%

100%

Rendah

SMP 1 Muhammadiyah

9%

91%

Rendah

MTS Muhammadiyah 1

9%

91%

Rendah

MTS Muhammadiyah 6

9%

91%

Rendah

2
52

SMA Muhammadiyah 3

18%

82%

Rendah

10

SMK Muhammadiyah 1

9%

91%

Rendah

Sumber : Data Primer Peniliti, 2014

Berdasar penilaian indikator kebijakan sekolah, kesiapan sekolah terhadap SSB yang
dilakukan sekolah sampel di Kecamatan Gondangrejo menunjukkan bahwa secara umum 10
sekolah tersebut semua sekolah masih belum siap sebagai SSB berada pada tingkat yang
rendah.

100%
80%
60%
40%
20%
0%

Memenuhi
Tidak memenuhi

Gambar.4.2. Tingkat Kesiapan Sekolah di Kecamatan Gondangrejo terhadap


Sekolah

Siaga

Bencana

berdasar

Aspek

Perencanaan

Kesiapsiagaan
1.

Madrasah Ibtidaiyah Mendungsari


Madrasah Ibtidaiyah mendungsari merupakan salah satu sekolah sekolah
Muhammadiyah

yang

berada

di

Kecamatan

Gondangrejo

Kabupaten

Karanganyar yang menjadi salah satu sekolah yang menjadi objek observasi
sekolah siaga bencana yang ada di Kecamatan Gondangrejo. Berkaitan dengan
prosentase aspek di atas maka kategori (penggolongan) Madrasah Ibtidaiyah
Mendungsari merupakan salah satu sekolah yang tergolong rendah dalam
2
62

indikator perencaan kesiapsiagaan, adapaun yang menjadikan MIM Mendungsari


tergolong rendah adalah tidak adanya penilaian terhadap bencana yang ada di
sekitar lokasi sekolah, selain itu juga tidak adanya dokumen tentang kerentanan
bencana yang ada di lokasi sekitar sekolah dan juga pihak sekolah juga tidak
menyediakan prosedur tetap yang terkait dengan peringatan dini dan prosedur
tetap yang berkaitan dengan kesiapsiagaan sekolah yang berkaitan dengan
bencana yang mengancam di sekitar MIM Mendungsari. Di MIM Mendungsari
juga tidak memiliki lokasi evakuasi yang berkaitan dengan peta evakuasi
bencana, sehingga ketika bencana terjadi sewaktu waktu tidak ada arah yang
bersifat menunjukkan kemana para korban harus menyelamatkan diri.
2.

Sekolah Dasar Krendowahono


Sekolah Dasar Krendowahono merupakan salah satu sekolah Muhammadiyah
yang berada di Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar yang menjadi
salah satu sekolah yang menjadi objek observasi terkait sekolah siaga bencana
yang ada di Kecamatan Gondangrejo. Berkaitan dengan prosentase diatas, SD
Krendowahono tergolong kedalam tingkat rendah dalam kesiapsiagaan sekolah
siaga bencana, SD Krendowahono dikatakan rendah dikarenakan perbandingan
antara aspek yang memenuhi dengan aspek yang tidak memenuhi sekolah siaga
bencana lebih banyak aspek yang tidak memenuhi, diantara aspek yang
memenuhi dan tersedia di SD Krendowahono adalah di lokasi SD Krendowahono
sudah mendapat dokumen dari PEMDA terkait dengan konstruksi sekolah yang
mana pada dokumen tersebut merupakan dokumen tentang kelayakan yang terkait
dengan kondisi tanah yang berada di lokasi, sedangkan utuk aspek yang tidak
memenuhi adalah di SD Krendowahono adalah tentang dokumen yang berkaitan
dengan penilaian resiko bencana yang disusun oleh sekolah, selain itu di SD
Krendowahono juga tidak terdapat simulasi (rencana aksi) yang berkaitan dengan
sebelum, saat dan setelah terjadi bencana yang direview oleh dinas terkait, selain
kedua hal tersebut masih ada aspek yang tidak memenuhi terkait dengan
kesiapsiagaan sekolah di SD Krendowahono, yakni sekolah tidak memiliki
prosedur tetap dan juga SD Krendowahono tidak memiliki peta evakuasi yang
seharusnya ditempatkan di sekolah, sehingga dapat dikatakan bahwa di sekolah
tersebut tidak ada rambu yang menunujkan arahan yang jelas ketika suatu saat di
sekolah tersebut terjadi bencana alam.

3.

Madrasah Ibtidaiyah Wonorejo


Madrasah Ibtidaiyah (MI) Wonorejo merupakan salah satu sekolah
Muhammadiyah
Karanganyar

yang

berada

di

Kecamatan

Gondangrejo

Kabupaten

yang menjadi salah satu sekolah yang menjadi objek observasi

terkait sekolah siaga bencana yang ada di Kecamatan Gondangrejo. Berkaitan


dengan prosentase diatas, MI Wonorejo tergolong sekolah yang mempunyai
tingkat rendah dalam kesiapsiagaan sekolah siaga bencana, dikatakan rendah
dikarenakan perbandingan antara aspek yang memenuhi dengan aspek yang tidak
memenuhi sekolah siaga bencana lebih banyak aspek yang tidak memenuhi,
diantara aspek yang memenuhi dan tersedia di MI Wonorejo adalah di lokasi
sudah mendapat dokumen dari PEMDA setempat terkait dengan konstruksi
sekolah, sedangkan utuk aspek yang tidak memenuhi adalah di MI Wonorejo
adalah tentang dokumen yang berkaitan dengan penilaian resiko bencana yang
disusun oleh sekolah, selain itu di MI Wonorejo juga tidak terdapat simulasi
(rencana aksi) yang berkaitan dengan sebelum, saat dan setelah terjadi bencana
yang direview oleh dinas terkait, selain kedua hal tersebut masih ada aspek yang
tidak memenuhi terkait dengan kesiapsiagaan sekolah di MI Wonorejo, yakni
sekolah tidak memiliki prosedur tetap dan juga MI Wonorejo tidak memiliki peta
evakuasi yang seharusnya ditempatkan di sekolah, sehingga dapat dikatakan
bahwa di sekolah tersebut tidak ada rambu yang menunjukkan arahan yang jelas
ketika suatu saat di sekolah tersebut terjadi bencana alam.
4.

Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Cekel


Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) Cekel

merupakan salah satu

sekolah Muhammadiyah yang berada di Kecamatan Gondangrejo Kabupaten


Karanganyar

yang menjadi salah satu sekolah yang menjadi objek observasi

terkait sekolah siaga bencana yang ada di Kecamatan Gondangrejo, berkaitan


dengan prosentase yanga ada di atas, maka MIM Cekel tergolong kedalam tingkat
yang rendah terkait dengan sekolah siaga bencana, beberapa aspek yang tersedia
di MIM Cekel tidak mendukung dari penilaian sekolah siaga bencana, diantara
aspek yang tidak mendukung adalah aspek penilaian terhadap penilaian resiko
bencana, tidak adanya penilaian terhadap kerentanan konstruksi sekolah yang
dinilai oleh pihak terkait, misalnya PEMDA. Selain itu tidak adanya dokumen
rencana aksi atau sejenisnya yang berkaitan dengan sekolah siap siaga bencana
2
82

yang direview oleh pihak pihak tertentu, di MIM Cekel tidak terdapat peta
evakuasi dan juga rambu arahan yang terkait dengan keamanan para warga
sekolah jika terjadi bencana alam di lokasi MIM Cekel, namun di MIM Cekel
para warga sekolah di beri tahu secara lisan terkait arah untuk menyelamatkan
diri jika terjadi bencana alam di lokasi MIM Cekel, sehingga apabila di tanya
setiap warga sekolah, berbagai jawaban akan didapat dari jawaban tersebut,
karena tidak ada bukti autentik yang berupa peta evakuasi dan rambu arahan yang
terpasang di MIM Cekel.
5.

Madrasah Ibtidaiyah Bulak


Madrasah Ibtidaiyah (MI) Bulak merupakan salah satu sekolah sekolah
Muhammadiyah
Karanganyar

yang

berada

di

Kecamatan

Gondangrejo

Kabupaten

yang menjadi salah satu sekolah yang menjadi objek observasi

sekolah siaga bencana yang ada di Kecamatan Gondangrejo. Berkaitan dengan


prosentase aspek di atas maka kategori (penggolongan) Madrasah Ibtidaiyah (MI)
Bulak merupakan salah satu sekolah yang tergolong rendah dalam indikator
perencaan kesiapsiagaan, adapaun yang menjadikan Madrasah Ibtidaiyah (MI)
Bulak tergolong rendah adalah tidak adanya penilaian terhadap bencana yang ada
di sekitar lokasi sekolah, selain itu juga tidak adanya dokumen tentang kerentanan
bencana yang ada di lokasi sekitar sekolah dan juga pihak sekolah juga tidak
menyediakan prosedur tetap yang terkait dengan peringatan dini dan prosedur
tetap yang berkaitan dengan kesiapsiagaan sekolah yang berkaitan dengan
bencana yang mengancam di sekitar MI Bulak. Di Madrasah Ibtidaiyah (MI)
Bulak juga tidak memiliki lokasi evakuasi yang berkaitan dengan peta evakuasi
bencana, sehingga ketika bencana terjadi sewaktu waktu tidak ada arah yang
bersifat menunjukkan kemana para korban harus menyelamatkan diri.
6.

SMP Muhammadiyah 1
SMP Muhammadiyah 1 merupakan salah satu sekolah Muhammadiyah yang
berada di Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar yang menjadi salah
satu sekolah yang menjadi objek observasi terkait sekolah siaga bencana yang ada
di Kecamatan Gondangrejo. Berkaitan dengan prosentase diatas, SMP
Muhammadiyah 1 tergolong kedalam tingkat rendah dalam kesiapsiagaan sekolah
2
92

siaga bencana, dikatakan rendah dikarenakan perbandingan antara aspek yang


memenuhi dengan aspek yang tidak memenuhi sekolah siaga bencana lebih
banyak aspek yang tidak memenuhi, diantara aspek yang memenuhi dan tersedia
adalah di SMP Muhammadiyah 1 sudah terdapat lokasi shelter, sedangkan utuk
aspek yang tidak memenuhi adalah di SMP Muhammadiyah 1 adalah tentang
dokumen yang berkaitan dengan penilaian resiko bencana yang disusun oleh
sekolah, selain itu di SMP Muhammadiyah 1 juga tidak terdapat simulasi
(rencana aksi) yang berkaitan dengan sebelum, saat dan setelah terjadi bencana
yang direview oleh dinas terkait, selain kedua hal tersebut masih ada aspek yang
tidak memenuhi terkait dengan kesiapsiagaan sekolah di SMP Muhammadiyah 1,
yakni sekolah tidak memiliki prosedur tetap dan juga SMP Muhammadiyah 1
tidak memiliki peta evakuasi yang seharusnya ditempatkan di sekolah, sehingga
dapat dikatakan bahwa di sekolah tersebut tidak ada rambu yang menunujkan
arahan yang jelas ketika suatu saat di sekolah tersebut terjadi bencana alam,
selain itu di SMP Muhammadiyah 1 juga tidak memiliki prosedur tetap yang
berkaitan dengan kebencanaan di sekolah tersebut.

7.

MTs Muhammadiyah 1
MTs Muhammadiyah 1 merupakan salah satu sekolah Muhammadiyah yang
berada di Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar yang menjadi salah
satu sekolah yang menjadi objek observasi terkait sekolah siaga bencana yang ada
di Kecamatan Gondangrejo. Berkaitan dengan prosentase diatas,

MTs

Muhammadiyah 1 tergolong kedalam tingkat rendah dalam kesiapsiagaan sekolah


siaga bencana, dikatakan rendah dikarenakan perbandingan antara aspek yang
memenuhi dengan aspek yang tidak memenuhi sekolah siaga bencana lebih
banyak aspek yang tidak memenuhi, diantara aspek yang memenuhi dan tersedia
adalah di MTs Muhammadiyah 1 sudah terdapat dokumen tentang kerentanan
gedung sekolah yang telah direview oleh dinas terkait, ,sedangkan utuk aspek
yang tidak memenuhi adalah di MTs Muhammadiyah 1 adalah tidak terdapat
simulasi (rencana aksi) yang berkaitan dengan sebelum, saat dan setelah terjadi
bencana yang direview oleh dinas terkait, selain kedua hal tersebut masih ada
aspek yang tidak memenuhi terkait dengan kesiapsiagaan sekolah di MTs
Muhammadiyah 1, yakni sekolah tidak memiliki prosedur tetap dan juga MTs
3
03

Muhammadiyah 1 tidak memiliki peta evakuasi yang seharusnya ditempatkan di


sekolah, sehingga dapat dikatakan bahwa di sekolah tersebut tidak ada rambu
yang menunujkan arahan yang jelas ketika suatu saat di sekolah tersebut terjadi
bencana alam, selain itu di MTs Muhammadiyah 1 juga tidak memiliki prosedur
tetap yang berkaitan dengan kebencanaan di sekolah tersebut.
8.

MTs Muhammadiyah 6
MTs Muhammadiyah 6 merupakan salah satu sekolah Muhammadiyah yang
berada di Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar yang menjadi salah
satu sekolah yang menjadi objek observasi terkait sekolah siaga bencana yang ada
di Kecamatan Gondangrejo. Berkaitan dengan prosentase diatas,
Muhammadiyah 6

MTs

tergolong kedalam tingkat rendah dalam kesiapsiagaan

sekolah siaga bencana, dikatakan rendah dikarenakan perbandingan antara aspek


yang memenuhi dengan aspek yang tidak memenuhi sekolah siaga bencana lebih
banyak aspek yang tidak memenuhi, sebagian besar aspek dari indikator tidak
memenuhi kriteria dari penilaian sekolah siaga bencana, diantaranya adalah yang
tidak memenuhi adalah di MTs Muhammadiyah 6 adalah tidak terdapat simulasi
(rencana aksi) yang berkaitan dengan sebelum, saat dan setelah terjadi bencana
yang direview oleh dinas terkait, selain kedua hal tersebut masih ada aspek yang
tidak memenuhi terkait dengan kesiapsiagaan sekolah di MTs Muhammadiyah 6,
yakni sekolah tidak memiliki prosedur tetap dan juga MTs Muhammadiyah 6
tidak memiliki peta evakuasi yang seharusnya ditempatkan di sekolah, sehingga
dapat dikatakan bahwa di sekolah tersebut tidak ada rambu yang menunujkan
arahan yang jelas ketika suatu saat di sekolah tersebut terjadi bencana alam,
selain itu di MTs Muhammadiyah 6 juga tidak memiliki prosedur tetap yang
berkaitan dengan kebencanaan di sekolah tersebut.
9.

SMA Muhammadiyah 3
SMA Muhammadiyah 3 merupakan salah satu sekolah Muhammadiyah yang
berada di Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar yang menjadi salah
satu sekolah yang menjadi objek observasi terkait sekolah siaga bencana yang ada
di Kecamatan Gondangrejo. Berkaitan dengan prosentase diatas, SMA
Muhammadiyah 3 tergolong kedalam tingkat rendah dalam kesiapsiagaan sekolah
siaga bencana, dikatakan rendah dikarenakan perbandingan antara aspek yang
3
13

memenuhi dengan aspek yang tidak memenuhi sekolah siaga bencana lebih
banyak aspek yang tidak memenuhi, sebagian besar aspek dari indikator tidak
memenuhi kriteria dari penilaian sekolah siaga bencana, diantaranya adalah yang
tidak memenuhi adalah di SMA Muhammadiyah 3 adalah tidak terdapat simulasi
(rencana aksi) yang berkaitan dengan sebelum, saat dan setelah terjadi bencana
yang direview oleh dinas terkait, selain kedua hal tersebut masih ada aspek yang
tidak memenuhi terkait dengan kesiapsiagaan sekolah di SMA Muhammadiyah 3,
namun di beberapa aspek sudah tersedia dan tercapai dalam penilaian sikap siaga
bencana, diantaranya adalah di SMA Muhammadiyah 3 sudah terdapat shelter
dan juga sudah terdapat tempat evakuasi yang sudah bekerja sama dengan pihak
terkait.
10. SMK Muhammadiyah 1
SMK Muhammadiyah 1 merupakan salah satu sekolah Muhammadiyah yang
berada di Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar yang menjadi salah
satu sekolah yang menjadi objek observasi terkait sekolah siaga bencana yang ada
di Kecamatan Gondangrejo. Berkaitan dengan prosentase diatas, SMK
Muhammadiyah 1 tergolong kedalam tingkat rendah dalam kesiapsiagaan sekolah
siaga bencana, dikatakan rendah dikarenakan perbandingan antara aspek yang
memenuhi dengan aspek yang tidak memenuhi sekolah siaga bencana lebih
banyak aspek yang tidak memenuhi, diantara aspek yang memenuhi dan tersedia
adalah di SMK Muhammadiyah 1 sudah terdapat dokumen tentang kerentanan
gedung sekolah yang telah direview oleh dinas terkait yakni kurang lebih 5 bulan
skali di review oleh pihak dinas terkait, sedangkan utuk aspek yang tidak
memenuhi adalah di SMK Muhammadiyah 1 adalah tidak terdapat simulasi
(rencana aksi) yang berkaitan dengan sebelum, saat dan setelah terjadi bencana
yang direview oleh dinas terkait, selain kedua hal tersebut masih ada aspek yang
tidak memenuhi terkait dengan kesiapsiagaan sekolah di SMK Muhammadiyah 1,
yakni sekolah tidak memiliki prosedur tetap dan juga SMK Muhammadiyah 1
tidak memiliki peta evakuasi yang seharusnya ditempatkan di sekolah, sehingga
dapat dikatakan bahwa di sekolah tersebut tidak ada rambu yang menunujkan
arahan yang jelas ketika suatu saat di sekolah tersebut terjadi bencana alam,

3
23

selain itu di SMK Muhammadiyah 1 juga tidak memiliki prosedur tetap yang
berkaitan dengan kebencanaan di sekolah tersebut.
4.

Mobilisasi Sumberdaya
Parameter mobilisasi sumberdaya diukur melalui indikator sebagai berikut :
a.

Adanya bangunan sekolah yang tahan terhadap bencana.Bangunan Sekolah yang


berkarakteristik sebagai berikut: struktur bangunan sekolah sesuai dengan standar
bangunan aman bencana, tata letak dan desain bangunan utama terpisah dari
bangunan UKS. - Tata letak dan desain kelas yang aman. Desain dan tata letak
yang aman untuk penempatan sarana dan prasarana kelas dan sekolah.

b. Jumlah dan jenis perlengkapan, suplai dan kebutuhan dasara pasca bencana yang
dimiliki sekolah. Adanya perlengkapan dasar dan suplai kebutuhan dasar pasca
bencana yang dapat segera dipenuhi dan diakses oleh warga sekolah, seperti: alat
P3K dan evakuasi, terpal, tenda dan sumber air bersih.
c.

Adanya gugus siaga bencana sekolah yang melibatkan perwakilan peserta didik.
Adanya kerjasama anatra dewan guru sekolah dengan asosiasi profesi guru lainya
di wilayahnya seperti forum MGMP terkait upaya PRB di Sekolah. Frekwensi
dan jenis kegiatan kerjasama diantara gugus guru dan forum MGMP terkait upaya
PRB di sekolah.

d. Adanya kerjasama dengan pihak- pihak terkait penyelenggaraan penanggulangan


bencana baik setempat (desa/kelurahan dan kecamatan) maupun dengan
BPBD/Lembaga pemerintah yang bertanggung jawab terhadap koordinasi dan
penyelenggaraan penanggulangan bencana di kota/kabupaten.Jumlah pihak dan
kegiatan kerjasama untuk upaya PRB yang dilakukan oleh sekolah.
e.

Pemantauan dan evaluasi partisipatif mengenai Kesiapsiagaan dan keamanan


sekolah secara rutin (menguji atau melatih kesiapsiagaan sekolah secara berkala).
Sekolah memiliki mekanisme pemantauan dan evaluasi partisipatif mengenai
Kesiapsiagaandan keamanan sekolah secara rutin.

Tabel.4.4 Tingkat Kesiapan Sekolah di Kecamatan Gondangrejo terhadap


Sekolah

Siaga

Bencana

Berdasar

Indikator

Perencanaan

Kebijakan Sekolah
3
33

Porosentase (%) Parameter SSB


NO

Tingkat Kesiapan
Sekolah terhadap

NAMA SEKOLAH
Memenuhi

Tidak

SSB

memenuhi

MI Mendungsari

0%

100%

Rendah

SD Krendowahono

40%

60%

Rendah

MI Wonorejo

60%

40%

Sedang

MI Cekel

0%

100%

Rendah

MIM Bulak

40%

60%

Rendah

SMP 1 Muhammadiyah

20%

80%

Rendah

MTS Muhammadiyah 1

40%

60%

Rendah

MTS Muhammadiyah 6

40%

60%

Rendah

SMA Muhammadiyah 3

60%

40%

Sedang

10

SMK Muhammadiyah 1

40%

60%

Rendah

Sumber : Data Primer Peneliti, 2014


Secara umum aspek mobilitas sumber daya yang berkaitan dengan sekolah
siaga bencana di kecamatan Gondangrejo mempunyai tingkat rendah, hanya
beberapa sekolah yang mempunyai prosentase diatas 60%, sehingga dapat
dikatakan bahwa aspek mobilitas sumber daya sekolah tersebut mempunyai
beberapa aspek yang tersedia, namun dari aspek aspek yang tersedia tersebut
belum tentu dapat digunakan sebagaimana mestinya, mungkin hanya sebagai alat
pelengkap dari sekolah tersebut

3
43

100%
80%
60%
40%
20%
0%
Memenuhi
Tidak
memenuhi

Gambar.4.4. Tingkat Kesiapan Sekolah di Kecamatan Gondangrejo terhadap


Sekolah Siaga Bencana berdasar Aspek Mobilisasi Sumberdaya
1.

Madrasah Ibtidaiyah Mendungsari


Madrasah

Ibtidaiyah

Mendungsari

berdasarkan

aspek

mobilitas

sosial

disimpulkan bahwa sebagian besar sekolah MI Mendungsari, dari beberapa aspek


indikator yang ada tidak ada satupun indikator yang berkaitan dengan mobilisasi
sumber daya.
2.

Sekolah Dasar Krendowahono


Sekolah Dasar Krendowahono berdasarkan aspek mobilitas sosial yang berkaitan
dengan sekolah siaga bencana mempunyai 2 aspek yang memenuhi dari sekolah
siaga bencana, diantaranya memiliki alat P3K dan juga tenda, selain itu ada juga
indikator yang berkaitan dengan bangunan sekolah yang terpisah dan juga tata
letak kelas yang aman.

3.

Madrasah Ibtidaiyah Wonorejo


Madrasah Ibtidaiyah Wonorejo berdasarkan aspek mobilitas sosial yang berkaitan
dengan sekolah siaga bencana mempunyai 3 aspek yang memenuhi dari sekolah
siaga bencana, diantaranya memiliki alat P3K, tenda dan juga sumber air bersih,
selain itu ada juga indikator yang berkaitan dengan desain bangunan sekolah yang
3
53

terpisah dan juga tata letak kelas yang aman, dan juga sekolah memiliki
mekanisme pemantauan dan evaluasi secara partisipatif berkaitan dengan
kesiapsiagaan dan keamanan sekolah yang secara rutin.
4.

Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Cekel


Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Cekel berdasarkan prosentase diatas tidak
ada aspek yang mendukung yang dari indikator mobilitas sumberdaya, hal ini
tentu akan sangat merugikan bagi pihak sekolah yang mana seharusnya aspek ini
juga berpengaruh dan bermanfaat bagi sekolah terkait dengan indikator ini.

5.

Madrasah Ibtidaiyah Bulak


Madrasah Ibtidaiyah Bulak berdasarkan aspek Mobilitas, mempunyai prosentase
yang tergolong rendah, yakni sekitar 40%, adapaun yang tergolong kedalam
kategori tersebut adalah diantaranya adalah di Madrasah Ibtidaiyah Bulak sudah
memiliki bangunan yang di rancang secara terpisah dan juga sudah ada
kelengkapan kelengkapan tertentu yang berkaitan dengan kebencanaan, namun
dari semua perlengkapan perlengkapan yang tersedia, tidak semua perlengkapan
tersebut di sediakan untuk keleangkapan bencana namun juga ukntuk
kelengkapan kesehatan terhadap seluruh warga sekolah.

6.

SMP Muhammadiyah 1
Berkaitan dengan aspek mobilitas sumber daya, prosentase SMP Muhammadiyah
1 menginformasikan bahwa di sekolah tersebut belum memenuhi sekolah siaga
bencana yang sesuai aspek sekolah siaga bencana, di sekolah tersebut hanya ada
beberapa aspek yang terpenuhi yakni diantaranya adalah perlengkapan dasar dan
suplai kebutuhan dasar pasca adanya bencana yang hasrus segera dipenuhi dan
dapat di akses oleh seluruh warga sekolah.

7.

MTs Muhammadiyah 1
Mts Muhammadiyah 1 pada dasarkan untuk aspek mobilitas sumber daya sudah
tergolong ke dalam kategori sedang, yakni dari 5 aspek dari indikator Mobilitas
Sumber daya, 3 di antaranya sudah memenuhi sekolah siaga bencana, dantaranya
adalah pada MTs Muhammadiyah sudah terdapat perlengkapan dasar dan
kebutuhan dasar pasca terjadinya bencana dapat di temui di lokasi sekolah

tersebut, selain itu hal lain yang dapat ditemukan dilokasi tersebut adalah MTs
Muhamadiyah 1 sudah melakukan kerja sama dengan beberapa pihak terkait
dengan indikator mobilitas sumber daya, diantara adalah dengan kepolisian,
Departemen Kesehatan, dan juga Puskesmas setempat.
8.

MTs Muhammadiyah 6
MT Muhammadiyah 6 memiliki prosentase hanya 40 % yang memenuhi kriteria
dari sekolah siaga bencana yang ada, artinya di sekolah tersebut sudah ada
beberapa aspek yang tersedia di MT Muhammadiyah 6 yang menjadi indikator
dari sekolah siaga bencana, diantarany adalah sekolah tersebut telah memenuhi
aspek yang berupa bangunan yang menyediakan keamanan bagi perserta didik,
dan juga letak dan kondisi bangunan sekolah sudah memiliki standarisasi seperti
Bank Dunia.

9.

SMA Muhammadiyah 3
Aspek Mobilitas Sumber Daya SMA Muhammadiyah 3 tergolong dalam kategori
sedang, dimana beberapa aspek sudah terpenuhi dan tersedia di SMA
Muhammadiyah 3 tesebut, diantaranya adalah di SMA Muhammadiyah tersebut
sudah memiliki bangunan yang terpisah dengan bangunan lainnya dan juga di
sekolah tersebut juga memiliki kerja sama dengan beberapa pihak terkait dengan
sekolah, dikarenakan lokasi sekolah yang sangat strategis yakni berkaitan dengan
lokasi pusat pemerintahan yang berupa kantor kecamatan yang ada, dan juga
dekat dengan posko kesehatan yakni dekat dengan puskesmas dan juga lokasi
sekolah dekat dengan posko trasnportasi yang berupa terminal.

10. SMK Muhammadiyah 1


SMK Muhammadiyah 1 untuk aspek Mobilitas Sumber daya tergolong dalam
kategori yang rendah, hal ini dikarenakan pada aspek ini hanya 2 aspek yang
tersedia di lokasi survey yakni terkait dengan bentuk bangunan sekolah yang
terpisah dengan bangunan lainnya dan juga tersedianya perlengkapan dasar dan
suplai yang dibutuhkan ketika terjadi bencana alam terjadi, walaupun dari
beberapa perlengkapan belum memenuhi sesuai dengan standar yang seharusnya.

C. Persebaran Kesiapan Sekolah-sekolah Muhammadiyah di Kecamatan


Gondangrejo sebagai Sekolah Siaga Bencana

Gambar 4.5 Peta Administrasi Kecamatan Gondangrejo


Peta administrasi Gondangrejo berisikan tentang peta lokasi dari Kecamatan
Gondangrejo Kabupaten Karanganyar. Peta ini menginformasikan lokasi, jarak,
dan juga tata letak pusat pemerintahan daerah setempat. Peta Administrasi ini
menunjukkan posisi atau lokasi relatif terhadap titik lokasi lainnya, selain itu juga
peta administratif juga menunjukkan luas suatu daerah dan juga peta tersebut
menunjukkan jarak suatu lokasi dengan lokasi lain, selain itu melalui peta
administrasi ini juga menginformasikan tentang sumber daya alam di suatu daerah
tertentu.

Gambar 4.6 Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Gondangrejo


Berdasarkan peta penggunaan lahan kecamatan Gondangrejo Kabupaten
Karanganyar, maka sebagian besar persebaran sekolah sekolah Muhammadiyah
berada di penggunaan lahan pemukiman, dikarenakan sekolah merupakan salah
satu sarana umum yang disediakan oleh pemerintah daerah guna mencerdaskan
anak anak bangsa Indonesia, sehingga persebaran sekolah perlu ditempatkan di
lokasi lokasi yang dapat dijangkau oleh masyarakat sekitar, sehingga
masyarakat dapat menuju lokasi sekolah dengan mudah. Daerah pemukiman juga
menyediakan sarana prasarana yang mendukung sekolah tersebut misalnya toko
buku, toko fotocopy, dan lain sebagainya.

Gambar 4.7 Peta Sebaran sekolah Muhammadiyah berdasarkan Penggunaan


Lahan Kecamatan Gondangrejo
Berdasarkan perpaduan antara peta administrasi dan juga peta penggunaan lahan,
maka di dapatkan informasi bahwa sebanyak 4 dari 10 sekolah di Kecamatan
Gondangrejo berada di sekitar pusat kantor kecamatan Gondangrejo, hal ini
dikarenakan pada sekitar lokasi kantor Kecamatan dipastikan bahwa prasarana
dan juga sarana sekolah lebih memadahi ketimbang sekolah sekolah yang
berada jauh dari kantor Kecamatan, namun juga tidak menutup kemungkinan
bahwa sekolah yang berada jauh dari Kantor Kecamatan Gondangrejo mempunyai
kualitas yang lebih baik dari dari sekolah - sekolah yang berada di sekitar kantor
Kecamatan Gondangrejo.

4
04

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sekolah Siaga Bencana (SSB) yang terdiri dari empat indikator diatas, yang
setiap indikator terdiri dari beberapa aspek dan mempunyai keterkaitan dari satu aspek
dan aspek lainya. Hasil penilaian Indikatro Sekolah Siaga bencana di kecamatan
Gondangrejo Kabupaten Karanganyar dapat disimpulkan sebagi berikut :
1. Hasil penilaian dari empat indikator Sekolah Siaga Bencana di kecamatan
Gondangrejo kabupaten Karanganyar yang terdiri dari empat indikator
mempunyai tingkat yang berbeda, artinya tidak semua indikator yang ada dapat di
temui dan tersedia di setiap sekolah Muhammadiyah di kecamatan Gondangrejo
Kabupaten Karanganyar, namun secara umum penilaian terhadap empat indikator
tersebut masih rendah.
2. Indikator yang berkaitan dengan sikap dan pengetahuan bencana yang dikenalkan
kepada siswa belum disertai sikap, keterampilan dan tindakan sebagai upaya
kesiapsisagaan menghadapi bencana secara cepat dan tepat guna, sehingga
membuat penilaian terhadap indikator sikap dan pengetahuan bencana sebagian
besar tergolong ke dalam tingkat yang rendah.
3. Indikator yang berkaitan dengan kebijakan Sekolah Siaga Bencana di kecamatan
Gondangrejo kabupaten Karanganyar belum ada, sehingga belum

adanya

dukungan yang mendorong dalam usaha pengurangan resiko bencana di


sekolahnya.
4. Indikator yang berkaitan dengan Perencanaan kesiapsiagaan Sekolah Siaga
Bencana di kecamatan Gondangrejo kabupaten Karanganyar sebagian besar
sekolah

belum

mempersiapkan

rencana

kesiapsiagaan

terhadap

upaya

pengurangan resiko bencana.


5. Indikator yang berkaitan dengan Mobilisasi sumberdaya sebagai indikator sekolah
siaga bencana sebagian besar belum dilakukan sekolah di kecamatan Gondangrejo
kabupaten Karanganyar sebagai upaya pengurangan resiko bencana.

4
14

B. Saran
Sekolah merupakan publik area, dimana anak anak adalah objek yang paling
rentan jika terjadi bencana, Sekolah harus mampu melindungi anak-anak dari suatu
kejadian bencana alam. Pendidikan disekolah dasar dan menengah sangat membantu
dalam memainkan peranan penting untuk penyelamatan hidup dan perlindungan aset/
milik masyarakat pada saat kejadian bencana

Kurangnya upaya yang dilakukan

sekolah dalam membangun sekolah siaga bencana dapat menyebabkan salah satu
penyebab menjadi rendahnyanya pengurangan resiko bencana ( PRB ).
Oleh karena itu hendaknya dapat dilakukan beberapa cara dalam pendidikan
pengurangan resiko bencana ( PPRB ), yaitu antara lain:
1. Integrasi pengurangan resiko bencana ( PRB ) dalam KTSP ( pendidikan formal )
2. Lingkungan yang mampu mencapai sekolah siaga bencana (SSB)
3. Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar segera mensosialisasikan terkait
dengan dokumen dokumen dan prosedur tetap yang berkaitan dengan upaya
bersifat Pengurangan Resiko Bencana ( PRB ), Sekolah siaga Bencana ( SSB ), dan
kesiapsiagaan kepada warga sekolah secara tepat dan akurat di Kabupaten
Karanganyar.
4. Disdakmen PDM Kabupaten Karanganyar segera mensosialisasikan terkait dengan
dokumen dokumen integrasi pengurangan resiko bencana ( PRB ) dalam KTSP
(pendidikan formal).

4
24

LAPORAN PENELITIAN KOLABORATIF

IDENTIFIKASI TINGKAT KESIAPAN SEKOLAH-SEKOLAH


MUHAMMADIYAH DI KECAMATAN GONDANGREJO,
KABUPATEN KARANGAYAR SEBAGAI SEKOLAH SIAGA
BENCANA
Oleh :
Siti Azizah Susilawati, S.Si, MP.
Ikhsan Nur Rasyidin
Fitri Indriani

Diajukan Kepada
Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta
c.q Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
i

HALAMAN PENGESAHAN
USUL PENELITIAN REGULER

1. Diajukan kepada

: Rektor
c.,q. Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat Universitas Muhammadiyah Surakarta

2. a. Judul Penelitian

: Identifikasi Tingkat Kesiapan Sekolah-sekolah


Muhammadiyah di Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten
Karanganyar sebagai Sekolah Siaga Bencana.

b. Bidang ilmu

: Kependidikan

c. Kategori Pengabdian

: Pengabdian Reguler

3. Ketua :
a. Nama

: Siti Azizah Susilawati, S.Si,MP.

b. Jenis Kelamin

: Perempuan

c. Golongan/Pangkat

: III/A

d. NIP/NIK

:1244

e. Jabatan Fungsional

: Asisten Ahli

f. Fakultas Jurusan

: KIP/ Prodi Pendidikan Geografi

5. Lokasi Peneltian

: Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar

Mengetahui,
Ketua
Progam Studi Pendidikan Geografi UMS

Surakarta, 24 Juni 2014


Pengusul

(Drs. Suharjo, M.S.)


NIK. 254

(Siti Azizah Susilawati, S.Si,MP.)


NIK. 1244
Menyetujui,

(Prof.Dr.Harun Joko Prayitno)


NIP 19650428 199303 1 001
ii

KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahirabbilalamin puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam
atas selesainya laporan kolaboratif yang berjudul Identifikasi Tingkat Kesiapan Sekolahsekolah Muhammadiyah di Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar sebagai
Sekolah Siaga Bencana. Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, yang kita tunggu syafaatnya di yaumul akhir kelak.
Tujuan disusun dari laporan kolaboratif ini adalah untuk mengetahui wawasan
pendidikan mitigasi bencana dan manajemen bencana yang dimiliki sekolah sekolah di
Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar, mengetahui manajemen sekolah, dan juga
memiliki pengalaman langsung lapangan dalam observasi perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran. Laporan ini ditulis dengan pemaparan yang sederhana, namun mudah untuk
dipahami.
Tim penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan laporan kolaboratif ini banyak
sekali kekurangan, walaupun tim penyusun telah berusaha dengan sebaik baiknya, oleh
karena itu tim penyusun akan menerima dengan senang hati dengan segala saran dan kritik
yang bersifat membangun dari pembaca demi penyempurnaan Laporan Kolaboratif tentang
Identifikasi Tingkat Kesiapan Sekolah-sekolah Muhammadiyah di Kecamatan Gondangrejo,
Kabupaten Karanganyar sebagai Sekolah Siaga Bencana ini. Akhirnya, penyusun berharap
semoga laporan kolaboratif ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin

Surakarta, Juni 2014


Tim Penyusun

iii

DAFTAR PUSTAKA

Akbar K Setiawan.

2010.

Pengembaangan Model Siaga Bencana Melalui Integrasi

Pengurangan Risiko Bencana Dalam Kurikulum.

Yogyakarta:LPKM Universitas Negeri

Yogyakarta.
Gugus Tugas pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana dalam Sistem Pendidkan Nasional.
2010.

Strategi Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana

di Sekolah. Jakarta.:

Derektorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menegah Kementrian Pendidikan


Nasional.
Hadi Sabari Y .2010. Metode Peneltian Wilayah Kontemporer. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Konsorsium Pendidikan Bencana Indonesia. 2011. Kerangka Kerja Sekolah Siaga Bencana.
Konsorsium Pendidikan Bencana Indonesia
Panduan Kuliah Kerja Lapang III, 2012, FKIP Geografi UMS

Pusat data, informasi dan humas. 2012. Definisi dan Jenis Bencana. Badan Nasional
Penanggulangan

Bencana

http://www.bnpb.go.id/page/read/5/definisi-dan-jenis-

bencana diakses tanggal 5 Januari 2014 jam 22:45 WIB )


Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana 2006-2009. 2006. Kementrian Negara
Perencanaan Pembangunan Nasional / Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dengan
Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana. Jakarta
Susilowati, H.I. 2008. Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Tebu di Kecamatan Gondangrejo
Kabupaten Karanganyar Provinsi Jawa Tengah, Universitas Muhamadiyah Surakarta.

http://karanganyarkab.bps.go.id/data/publikasi/publikasi_23/publikasi/files/search/searchtext.xml
http://www.karanganyarkab.go.id/20110105/sosial-ekonomi/

43

HALAMAN DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

HALAMAN PENGESAHAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

ii

HALAMAN KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

iii

HALAMAN DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

iv

HALAMAN DAFTAR TABEL . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

vi

HALAMAN DAFTAR GAMBAR . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

vii

BAB I

PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

A. Latar Belakang Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

B. Perumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

C. Tujuan Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

D. Manfaat Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

TINJAUAN PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

A. Bencana . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

B. Kesiapsiagaan Bencana . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

C. Sekolah Siaga Bencana . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

METODE DAN TEKNIK PENELITIAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

A. Metode Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

B. Teknik Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

C. Data . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

PEMBAHASAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

A. Kondisi Geografi Daerah penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

BAB II

BAB III

BAB IV

B.

Tingkat kesiapsiagaan Sekolah di Kecamatan Gondangrejo terhadap


sekolah siaga . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

10

1. Sikap dan Pengetahuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

10

2. Kebijakan Sekolah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

17

3. Perencanaan kesiapsiagaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

23

4. Mobilitas Sumber Daya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

33

C. Persebaran Kesiapsiagaan Sekolah sekolah Muhammadiyah di


Kecamatan Gondangrejo sebagai sekolah siaga bencana . . . . . . . . . . . .

i
vi

38

BAB V

PENUTUP . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

41

A. Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

41

B. Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

42

HALAMAN DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

43

DAFTAR TABEL
TABEL 3.1

Tabel Tingkat Kesiapan Sekolah Terhadap SSB . . . . . . . . . . . . . . . . . .

TABEL 4.1

Tingkat Kesiapan Sekolah di Kecamatan Gondangrejo terhadap Sekolah


Siaga Bencana berdasar Indikator Sikap dan Pengetahuan. ..

TABEL 4.2

18

Tingkat Kesiapan Sekolah di Kecamatan Gondangrejo terhadap Sekolah


Siaga Bencana Berdasar Indikator Perencanaan Kesiapsiagaan. . . . . . . . . .

TABEL 4.4

11

Tingkat Kesiapan Sekolah di Kecamatan Gondangrejo terhadap Sekolah


Siaga Bencana Berdasar Indikator Kebijakan Sekolah. . . . . .

TABEL 4.3

25

Tingkat Kesiapan Sekolah di Kecamatan Gondangrejo terhadap Sekolah


Siaga Bencana Berdasar Indikator Perencanaan Kebijakan Sekolah . .

34

DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 4.1

Tingkat Kesiapan Sekolah di Kecamatan Gondangrejo terhadap


Sekolah Siaga Bencana berdasar Aspek Sikap dan Pengetahuan . . . . .

GAMBAR 4.2

Tingkat Kesiapan Sekolah di Kecamatan Gondangrejo terhadap


Sekolah Siaga Bencana berdasar Aspek Kebijakan Sekolah. . . . . . . . .

GAMBAR 4.3

19

Tingkat Kesiapan Sekolah di Kecamatan Gondangrejo terhadap


Sekolah Siaga Bencana berdasar Aspek Perencanaan Kesiapsiagaan....

GAMBAR 4.4

12

26

Tingkat Kesiapan Sekolah di Kecamatan Gondangrejo terhadap


Sekolah Siaga Bencana berdasar Aspek Mobilisasi Sumberdaya. . . . . .

35

GAMBAR 4.5

Peta Administrasi Kecamatan Gondangrejo . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

38

GAMBAR 4.6

Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Gondangrejo . . . . . . . . . . . . . . . . .

39

GAMBAR 4.7

Peta Sebaran sekolah Muhammadiyah berdasarkan Penggunaan Lahan


Kecamatan Gondangrejo . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

vii

40

LAPORAN PENELITIAN KOLABORATIF

IDENTIFIKASI TINGKAT KESIAPAN SEKOLAH-SEKOLAH


MUHAMMADIYAH DI KECAMATAN GONDANGREJO,
KABUPATEN KARANGAYAR SEBAGAI SEKOLAH SIAGA
BENCANA
Oleh :
Siti Azizah Susilawati, S.Si, MP. (NIDN.0610087404)
Ikhsan Nur Rasyidin (NI.A610110083)
Fitri Indriani (NIM.A610110120)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014

Вам также может понравиться