Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Dendrit
Dendrit adalah serabut sel saraf pendek dan bercabang- cabang. Dendrit merupakan perluasan
dari badan sel. Dendrit berfungsi untuk menerima dan mengantarkan rangsangan ke badan
sel.
Badan sel
Badan sel saraf merupakan bagian yang paling besar dari sel saraf Badan sel berfungsi untuk
menerima rangsangan dari dendrit dan meneruskannya ke akson.
Akson
Akson disebut juga neurit. Neurit adalah serabut sel saraf panjang yang merupakan
penjuluran sitoplasma badan sel.
Hubungan antara sel saraf
Hubungan antara saraf tersebut disebut sinapsis. Sinapsis ini terletak antara dendrit
dan neurit. Sinapsis merupakan hubungan antar sela saraf, terjadi antara akson saraf pertama
dengan dendrit atau badan sel kedua disebut sel saraf prasinaps.
Hubungan divergensuatu sel saraf prasinaps tunggal dapat bersinaps dengan ratusan
sel saraf pascasinaps.
Hubungan konvergen suatu sel saraf pascasinaps dapat menerima sinaps dari
sinapsis ratusan sel saraf prasinaps.
Berdasarkan fungsinya ada 3 macam sel saraf
Sel saraf sensorik, adalah sel saraf yang berfungsi menerima rangsangan dari
reseptor yaitu alat indera.
Sel saraf motorik, adalah sel saraf yang berfungsi mengantarkan rangsangan ke
efektor yaitu otot dan kelenjar. Rangsangan yang diantarkan berasal atau diterima dari otak
dan sumsum tulang belakang.
Sel saraf penghubung, adalah sel saraf yang berfungsi menghubungkan sel saraf satu
dengan sel saraf lainnya. Sel saraf ini banyak ditemukan di otak dan sumsum tulang
belakang. Sel saraf yang dihubungkan adalah sel saraf sensorik dan sel saraf motorik. Saraf
yang satu dengan saraf lainnya saling berhubungan..1
Masa refrakter
Masa reflakter ialah periode waktu tertentu saat sel saraf tidak dapat menanggapi
rangsang yang diberikan untuk kedua kalinya. Untuk dapat menanggapi rangsang , sel harus
sudah kembali ke dalam keadaan polar, refrakter yaitu otot yang kehilangan sistem
irritabilitas untuk sementara, ada 2 macam periode refrakter dibagi menjadi 2 yakni :
Terdapat 2 jenis masa refrakter, yaitu:
1. Masa
refrakterabsolut,
ialahsuatu
masa
terjadikarenapenurunankepekaansuatuambang
letup
yang
yang
begiturendahnyasehinggapadapemberianrangsangsebesarapapuntidakmemberikanse
buahpotensialaksi.
2. Masa
refrakterrelatif,
sampaimendekati
ialahsuatu
normal
masa
atau
dimanakepekaanmulainaiklagi,
normal
kembali.
inidiakibatkanadanyaperangsangan
Hal
yang
cukupbesarsehinggadapatmeningkatkankepekaanmenjadi 100%.
Perioderefraktermemastikanpenjalaranpotensialaksi
yang
satuarah
di
sepanjangaksonmenjauhitempatawalpengaktifan.1,5
potensial ambang .
2. Potensial pascasinaps inhibitorik (IPSP) yang timbul pengaktifan masukan
prasinaps inhibitorik menyebakan neuron pascasinaps semakin menjauhi potensial
ambang .6
Kesimpulan
Secara umum, sistem saraf bertanggung jawab untuk mengkoordinasi respon yang
cepat san cermat. Sinyal - sinyal saraf dalam bentuk potensial aksi secara cepat merambat di
sepanjang serat-serat sel saraf, menyebabkan pelepasan suatu neurotransmitter di ujung saraf
yang akan berdifusi hanya dalam jarak yang sangat dekat ke sel sasarannya sebelum respon
timbul.Komunikasi saraf dalam tubuh kita ini sangat penting dalam tubuh kita. Jika proses
komunikasi di dalam tubuh kita terganggu maka tubuh kita tidak berada dalam kondisi yang
normal.
6
Daftar pustaka
1. Sherwood L.Fisiologi manusia: dari sel ke sistem.Ed-6.Jakarta:Penerbit Buku
Kedokteran EGC;2011.h.95-137
2. http://www.medicinesia.com/kedokteran-dasar/neurosains/mekanisme-impuls-saraf/
di unduh tanggal 26 Januari 2015
3. Sherwood L.Fisiologi manusia: dari sel ke sistem.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran
EGC;2001.h.78-100
4. http://www.physiologyweb.com/lecture_notes/neuronal_action_potential/neuronal_act
ion_potential_important_features.html#wu8F4AFWa0UMIVPS96TvtNzefAQJBUo6
Di unduh pada tanggal 27 Januari 2015
5. Ganong, William F.Fisiologi Kedokteran.Ed-22.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran
EGC;2008.h.80-7
6. Snell RS. Neuroanatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. In: Dimanti A,Editors.
Pendahuluan dan Organisasi Susunan Saraf, 5th ed. Jakarta: EGC; 2007;p.4-31