Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Surveilans Epidemiologi adalah kegiatan pengamatan secara sistematis dan terus menerus
terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan serta kondisi yang mempengaruhi resiko
terjadinya penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut agar dapat melakukan tindakan
penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan, pengolahan data dan
penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan.
Pada awalnya surveilans epidemiologi banyak dimanfaatkan pada upaya pemberantasan
penyakit menular, tetapi pada saat ini surveilans mutlak diperlukan pada setiap upaya kesehatan
masyarakat, baik upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, maupun terhadap
upaya kesehatan lainnya.
Pelaporan Penyakit Menular hanya salah satu bagian saja namun yang paling penting dari
suatu system surveilans kesehatan masyarakat. Bertambahnya jumlah penduduk dan
overcrowding mempercepat terjadinya penularan penyakit dari orang ke orang. Faktor
pertumbuhan dan mobilitas penduduk ini juga memperngaruhi perubahan gambaran
Epidemiologis serta virulensi dari penyakit menular tertentu.
Perpindahan penduduk dari satu wilayah ke wilayah baru yang mempunyai ekologi lain
membawa konsekuensi orang-orang yang pindah tersebut mengalami kontak dengan agen
penyakit tertentu yang dapat menimbulkan masalah penyakit baru. Apapun jenis penyakitnya,
apakah dia penyakit yang sangat prevalens di suatu wilayah ataukah penyakit yang baru muncul
ataupun penyakit yang digunakan dalam bioteririsme, yang paliang penting dalam upaya
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian, Tujuan Dan Jenis Surveilans Epidemiologi
2.1.1 Pengertian Surveilans
Surveilans kesehatan masyarakat adalah pengumpulan, analisis, dan analisis data
secara terus-menerus dan sistemis yang kemudian disebarluaskan kepada pihak-pihak yan
g bertanggung jawab dalam pencegahan penyakit dan masalah kesehatan lainnya. (DCP2,
2008)
Surveilans memantau terusmenerus kejadian dan kecenderungan penyakit, mendeteksi dan memprediksi outbreak pa
da populasi,mengamati faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit, seperti peru
bahan-perubahan biologis pada agen, vektor, dan reservoir. Selanjutnya surveilans mengh
ubungkan informasi tersebut kepada pembuat keputusan agar dapat dilakukan langkahlangkah pencegahan dan pengendalian penyakit. (Last, 2001)
Kadang digunakan istilah surveilans epidemiologi. Baik surveilans kesehatan mas
yarakat maupun surveilans epidemiologi hakikatnya sama saja, sebab menggunakan meto
de yang sama, dan tujuan epidemiologi adalah untuk mengendalikan masalah kesehatan
masyarakat, sehingga epidemiologi dikenal sebagai sains inti kesehatan masyarakat. (cor
e science of public health)
Ada beberapa definisi surveilans, diantaranya adalah :
- Menurut The Centers for Disease Control, surveilans kesehatan masyarakat adalah :
The ongoing systematic collection, analysis and interpretation of health data essential to t
he planning, implementation, and evaluation of public health practice, closely integrated
with the timely dissemination of these data to those who need to know. The final link of t
he surveillance chain is the application of these data to prevention and control.
- Menurut Karyadi (1994), surveilans epidemiologi adalah :
Pengumpulan data epidemiologi yang akan digunakan sebagai dasar dari kegiatankegiatan dalam bidang penanggulangan penyakit, yaitu :
densi kasus penyakit pada sumbu Y dapat digunakan untuk memonitor dan mendeteksi o
utbreak. Kecurigaan outbreak terjadi pada kuartal ke 4 tahun 2008, ketika insidensi menc
apai 3 kali rata-rata per kuartal.
Surveilans dapat juga digunakan untuk memantau efektivitas program kesehatan.
Gambar
5.3. menyajikan contoh penggunaan surveilans untuk memonitor performa dan efektivitas
program pengendalian TB. Perhatikan, dengan statistik deskriptif sederhana surveilans m
ampu memberikan informasi tentang kinerja program TB yang meningkat dari tahun ke t
ahun, baik jumlah kasus TB yang dideteksi, ketuntasan pengobatan kasus, maupun kesem
buhan kasus. Perhatikan pula peran penting data time-series dalam analisis data surveilan
s yang dikumpulkan dari waktu ke waktu dengan interval sama.
2.1.3 Jenis Surveilans
Dikenal beberapa jenis surveilans:
1. Surveilans Individu
Surveilans individu (individual surveillance) mendeteksi dan memonitor individuindividu yang mengalami kontak dengan penyakit serius, misalnya pes, cacar, tuberkulosi
s, tifus, demam kuning, sifilis. Surveilans individu memungkinkan dilakukannya isolasi i
nstitusional segera terhadap kontak, sehingga penyakit yang dicurigai dapat dikendalikan.
Sebagai contoh, karantina merupakan isolasi institusional yang membatasi gerak dan akti
vitas orang-orang atau binatang yang sehat tetapi telah terpapar oleh suatu kasus penyakit
menular selama periode menular. Tujuan karantina adalah mencegah transmisi penyakit s
elama masa inkubasi seandainya terjadi infeksi (Last, 2001).
Isolasi institusional pernah digunakan kembali ketika timbul AIDS 1980an dan S
ARS. Dikenal dua jenis karantina: (1) Karantina total; (2) Karantina parsial. Karantina tot
al membatasi kebebasan gerak semua orang yang terpapar penyakit menular selama masa
inkubasi, untuk mencegah kontak dengan orang yang tak terpapar. Karantina parsial mem
batasi kebebasan gerak kontak secara selektif, berdasarkan perbedaan tingkat kerawanan
dan tingkat bahaya transmisi penyakit. Contoh, anak sekolah diliburkan untuk mencegah
penularan penyakit campak, sedang orang dewasa diperkenankan terus bekerja. Satuan te
ntara yang ditugaskan pada pos tertentu dicutikan, sedang di pospos lainnya tetap bekerja.
Dewasa ini karantina diterapkan secara terbatas, sehubungan dengan masalah lega
l, politis,etika, moral, dan filosofi tentang legitimasi, akseptabilitas, dan efektivitas langka
h-langkah pembatasan tersebut untuk mencapai tujuan kesehatan masyarakat (Bensimon
dan Upshur, 2007).
2. Surveilans Penyakit
Surveilans penyakit (disease surveillance) melakukan pengawasan terus-menerus
terhadap distribusi dan kecenderungan insidensi penyakit, melalui pengumpulan sistemati
s, konsolidasi, evaluasi terhadap laporan-laporan penyakit dan kematian, serta data releva
n lainnya. Jadi fokus perhatian surveilans penyakit adalah penyakit, bukan individu. Di b
anyak negara, pendekatan surveilans penyakit biasanya didukung melalui program vertik
al (pusat-daerah). Contoh, program surveilans tuberkulosis, program surveilans malaria.
Beberapa dari sistem surveilans vertikal dapat berfungsi efektif, tetapi tidak sedikit yang t
idak terpelihara dengan baik dan akhirnya kolaps, karena pemerintah kekurangan biaya.
Banyak program surveilans penyakit vertikal yang berlangsung paralel antara satu penyak
it dengan penyakit lainnya, menggunakan fungsi penunjang masing-masing, mengeluarka
n biaya untuk sumberdaya masingmasing, dan memberikan informasi duplikatif, sehingg
a mengakibatkan inefisiensi.
3. Surveilans Sindromik
Syndromic surveillance (multiple disease surveillance) melakukan pengawasan ter
us-menerus terhadap sindroma (kumpulan gejala) penyakit, bukan masing-masing penyak
it. Surveilans sindromik mengandalkan deteksi indikator-indikator kesehatan individual
maupun populasi yang bisa diamati sebelum konfirmasi diagnosis. Surveilans sindromik
mengamati indikator-indikator individu sakit, seperti pola perilaku, gejala-gejala, tanda, a
tau temuan laboratorium, yang dapat ditelusuri dari aneka sumber, sebelum diperoleh kon
firmasi laboratorium tentang suatu penyakit.
Surveilans sindromik dapat dikembangkan pada level lokal, regional, maupun nas
ional.
Sebagai contoh, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menerapkan kegiatan
surveilans sindromik berskala nasional terhadap penyakit-penyakit yang mirip influenza (
flu-like illnesses) berdasarkan laporan berkala praktik dokter di AS. Dalam surveilans ter
sebut, para dokter yang berpartisipasi melakukan skrining pasien berdasarkan definisi kas
us sederhana (demam dan batuk atau sakit tenggorok) dan membuat laporan mingguan te
ntang jumlah kasus, jumlah kunjungan menurut kelompok umur dan jenis kelamin, dan ju
mlah total kasus yang teramati. Surveilans tersebut berguna untuk memonitor aneka peny
akit yang menyerupai influenza, termasuk flu burung, dan antraks, sehingga dapat membe
rikan peringatan dini dan dapat digunakan sebagai instrumen untuk memonitor krisis yan
g tengah berlangsung. (Mandl et al., 2004; Sloan et al., 2006)
Suatu sistem yang mengandalkan laporan semua kasus penyakit tertentu dari fasili
tas
kesehatan, laboratorium, atau anggota komunitas, pada lokasi tertentu, disebut surveilans
sentinel. Pelaporan sampel melalui sistem surveilans sentinel merupakan cara yang baik u
ntuk memonitor masalah kesehatan dengan menggunakan sumber daya yang terbatas. (D
CP2, 2008; Erme dan Quade, 2010)
4. Surveilans Berbasis Laboratorium
Surveilans berbasis laboartorium digunakan untuk mendeteksi dan menonitor pen
yakit infeksi. Sebagai contoh, pada penyakit yang ditularkan melalui makanan seperti sal
monellosis, penggunaan sebuah laboratorium sentral untuk mendeteksi strain bakteri terte
ntu memungkinkan deteksi outbreak penyakit dengan lebih segera dan lengkap daripada s
istem yang mengandalkan pelaporan sindroma dari klinik-klinik. (DCP2, 2008)
5. Surveilans Terpadu
Surveilans terpadu (integrated surveillance) menata dan memadukan semua kegiat
an surveilans di suatu wilayah yurisdiksi (negara/ provinsi/ kabupaten/ kota) sebagai sebu
ah pelayanan publik bersama. Surveilans terpadu menggunakan struktur, proses, dan pers
onalia yang sama, melakukan fungsi mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk tuj
uan pengendalian penyakit. Kendatipun pendekatan surveilans terpadu tetap memperhatik
an perbedaan kebutuhan data khusus penyakitpenyakit tertentu. (WHO, 2001, 2002; Sloa
n et al., 2006).
Karakteristik pendekatan surveilans terpadu:
a. Memandang surveilans sebagai pelayanan bersama (common services);
b. Menggunakan pendekatan solusi majemuk;
ut akan di aplikasikan dalam bentuk suatu tindakan. Dalam hal ini akan adanya proses fe
edback (umpan balik). Setelah itu, tindakan yang telah dilakukan akan di evaluasi. Apaka
h program telah berhasil atau tidak sampai pencapaian tujuan sehingga didapatkan kemba
li data baru untuk penelitian selanjutnya. Alur atau proses dari awal hingga akhir tersebut
berjalan secara terus-menerus tanpa memutuskan bagian yang ada didalamnya.
Data
Dalam surveilans epidemiologi, data yang di dapat biasanya berupa masalah kesehatan se
perti kesakitan, sindrom, gangguan lingkungan sekitar atau masalah kesehatan lainnya. S
etelah itu data dapat dikumpulkan dengan dukungan berbagai sumber seperti laporan pus
kesmas, laporan rumah sakit, survey, laporan laboratorium. Pengumpulan data ini harus
memperhatikan beberapa indicator, diantaranya jumlah atau rate ,angka kesakitan & angk
a kematian, variabel yang diperlukan dan numerator serta denumerator yang dipakai. Sete
lah dikumpulkan, data akan dilaporkan ke pemerintah bidang kesehatan masyarakat. Pela
poran data bisa dalam bentuk laporan harian, mingguan dan bulanan.
Informasi
Setelah data diperoleh dan telah diolah akan menghasilkan sebuah informasi. Lalu, akan
dilanjutkan dalam proses analisa dan interpretasi. Proses ini harus memperhatikan karakte
ristik data (sumber data, kualitas, pembaharuan data apakah data berubah atau tidak), vali
dasi data (apakah ada nilai yang kurang atau data tidak lengkap, kebenaran data, duplikas
i atau ada kesamaan), analisis deskriptif (analisis berdasarkan orang, tempat ,dan waktu),
dan hipotesis mengambil keputusan yang biasanya berupa program intervensi dalam upay
a penyelesaian masalah kesehatan.
Aksi atau tindakan
Keputusan yang telah diambil diharapkan dapat diaplikasikan dalam bentuk tindakan. Tin
dakan bisa dilakukan dengan pengendalian (rapid response, case management, pencegah
an), umpan balik (bulletin epidemiologi, laporan, website), kebijakan.
2.2.2 Fungsi
Kegunaan surveilans epidemiologi
1. Mendeteksi perubahan masalah kesehatan sedini mungkin sehingga dapat dilakukan tindak
an kontrol atau preventif terhadap perubahan tersebut.
2. Pengumpulan data
Pengumpulan data merupakan awal dari rangkaian kegiatan untuk memproses dat
a selanjutnya. Data yang dikumpulkan memuat informasi epidemiologi yang dilaksanaka
n secara teratur dan terus-menerus dan dikumpulkan tepat waktu. Pengumpulan data dapa
t bersifat pasif yang bersumber dari Rumah sakit, Puskesmas dan lain-lain, maupun aktif
yang diperoleh dari kegiatan survey.
Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan pencatatan insidensi terhadap o
rang-orang yang dianggap penderita malaria atau population at risk melalui kunjungan ru
mah (active surveillance) atau pencatatan insidensi berdasarkan laporan sarana pelayanan
kesehatan yaitu dari laporan rutin poli umum setiap hari, laporan bulanan Puskesmas desa
dan Puskesmas pembantu, laporan petugas surveilans di lapangan, laporan harian dari lab
oratorium dan laporan dari masyarakat serta petugas kesehatan lain (pasive surveillance).
Atau dengan kata lain, data dikumpulkan dari unit kesehatan sendiri dan dari unit kesehat
an yang paling rendah, misalnya laporan dari Pustu, Posyandu, Barkesra, Poskesdes.
Proses pengumpulan data diperlukan sistem pencatatan dan pelaporan yang baik.
Secara umum pencatatan di Puskesmas adalah hasil kegiatan kunjungan pasien dan kegiat
an luar gedung. Sedangkan pelaporan dibuat dengan merekapitulasi data hasil pencatatan
dengan menggunakan formulir tertentu, misalnya form W1 Kejadian Luar Biasa (KLB) ,
form W2 (laporan mingguan) dan lain-lain.
3. Pengolahan dan penyajian data
Data yang sudah terkumpul dari kegiatan diolah dan disajikan dalam bentuk tabel,
grafik (histogram, poligon frekuensi), chart (bar chart, peta/map area). Penggunaan komp
uter sangat diperlukan untuk mempermudah dalam pengolahan data diantaranya dengan
menggunakan program (software).
4. Analisis data
Analisis merupakan langkah penting dalam surveilans epidemiologi karena akan d
ipergunakan untuk perencanaan, monitoring dan evaluasi serta tindakan pencegahan dan
penanggulangan penyakit. Kegiatan ini menghasilkan ukuran-ukuran epidemiologi sepert
i rate, proporsi, rasio dan lain-lain untuk mengetahui situasi, estimasi dan prediksi penyak
it.
Data yang sudah diolah selanjutnya dianalisis dengan membandingkan data bulan
an atau tahun-tahun sebelumnya, sehingga diketahui ada peningkatan atau penurunan, da
n mencari hubungan penyebab penyakit malaria dengan faktor resiko yang berhubungan
dengan kejadian malaria.
5. Penyebarluasan informasi
Penyebarluasan informasi dapat dilakukan ketingkat atas maupun ke bawah. Dala
m rangka kerja sama lintas sektoral instansi-instansi lain yang terkait dan masyarakat jug
a menjadi sasaran kegiatan ini. Untuk diperlukan informasi yang informatif agar mudah d
ipahami terutama bagi instansi diluar bidang kesehatan.
Penyebarluasan informasi yang baik harus dapat memberikan informasi yang mud
ah dimengerti dan dimanfaatkan dalam menentukan arah kebijakan kegiatan, upaya peng
endalian serta evaluasi program yang dilakukan. Cara penyebarluasan informasi yang dila
kukan yaitu membuat suatu laporan hasil kajian yang disampaikan kepada atasan, membu
at laporan kajian untuk seminar dan pertemuan, membuat suatu tulisan di majalah rutin,
memanfaatkan media internet yang setiap saat dapat di akses dengan mudah.
6. Umpan balik
Kegiatan umpan balik dilakukan secara rutin biasanya setiap bulan saat menerima
laporan setelah diolah dan dianalisa melakukan umpan balik kepada unit kesehatan yang
melakukan laporan dengan tujuan agar yang mengirim laporan mengetahui bahwa lapora
nnya telah diterima dan sekaligus mengoreksi dan memberi petunjuk tentang laporan yan
g diterima. Kemudian mengadakan umpan balik laporan berikutnya akan tepat waktu dan
benar pengisiannya. Cara pemberian umpan balik dapat melalui surat umpan balik, penjel
asan pada saat pertemuan serta pada saat melakukan pembinaan/suvervisi.
Bentuk dari umpan balik bisa berupa ringkasan dari informasi yang dimuat dalam
buletin (news letter) atau surat yang berisi pertanyaan-pertanyaan sehubungan dengan ya
ng dilaporkan atau berupa kunjungan ke tempat asal laporan untuk mengetahui keadaan y
ang sebenarnya. Laporan perlu diperhatikan waktunya agar terbitnya selalu tepat pada wa
ktunya, selain itu bila mencantumkan laporan yang diterima dari eselon bawahan, sebalik
nya yang dicantumkan adalah tanggal penerimaan laporan.
7. Investigasi penyakit
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Surveilans didefinisikan sebagai observasi medis pada seorang atau lebih karier at
au populasi terancam oleh penyakit infeksi. Yang diobservasi adalah gejala-gejala dari pe
nyakit yang bersangkutan. Surveilans kesehatan masyarakat adalah pengumpulan, analisi
s, dan analisis data secara terus-menerus dan sistemis yang kemudian disebarluaskan kep
ada pihak-pihak yang bertanggung jawab dalam pencegahan penyakit dan masalah keseh
atan lainnya. (DCP2, 2008)
Tujuan surveilans adalah untuk diagnosis dan pengobatan sedini mungkin sehingg
a tidak terjadi penularan penyakit. Teknik observasi adalah dengan melakukan pengamata
n atau pemantauan secara terus-menerus selama masa inkubasi atau dengan memasukkan
penderita ke rumah sakit. Jenis-jenis surveilans epidemiologi yaitu, Surveilans individu,
Surveilans penyakit, Surveilans sindromik, Surveilans Berbasis Laboratorium, Surveilans
terpadu, dan Surveilans kesehatan masyarakat global.
Prinsip bisa berarti pedoman, kaidah, pegangan. Terdapat langkah-langkah dalam
prinsip umum surveilans epidemiologi, yaitu pengumpulan data dari berbagai sumber, dat
a diolah sehingga menghasilkan informasi, informasi diolah sehingga mendapatkan keput
usan, kemudian keputusan diimplementasikan dengan tindakan.
Fungsi dari surveilans adalah untuk mendapatkan data, dimana data tersebut akan
digunakan untuk menentukan keputusan dan diimplementasikan hasilnya. Langkahlangkah surveilans yaitu perencanaan surveilans, pengumpulan data, pengolahan dan pen
yajian data, analisis data, penyebarluasan informasi, umpan balik, investigasi penyakit, ti
ndakan penanggulangan, dan evaluasi data sistem surveilans.
Ruang lingkup surveilans epidemiologi yaitu surveilans penyakit menular, penyak
it tidak menular, kesehatan lingkungan dan perilaku, masalah kesehatan, dan kesehatan m
atra.
DAFTAR PUSTAKA
Sulistyaningsih. 2011. Epidemiologi Dalam Praktik Kebidanan. Yogyakarta : Graha Ilmu
NN, Kegiatan dan Ruang Lingkup Surveilans Epidemiologi. Artikel diakses pada 28 M
ei 2013 dari https://www.google.com/#q=ruang+lingkup+surveilans&hl=id&source=lnms
&sa=X&ei=WekUYfLC43zrQey3IGIBg&ved=0CAYQ_AUoAA&bav=on.2,or.r_cp.r_qf.&bvm=bv.4
7008514,d.bmk&fp=e4b5826b4b07e05e&biw=1366&bih=630
NN, Ruang Lingkup Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan. Arti
kel diakses pada 28 Mei 2013 dari http://surveilanssumedang.blogspot.com/2008/07/ruang-lingkup-penyelenggaraan-sistem.html