Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
LANDASAN TEORI
Gambar 2.1 Sistem tenaga listrik [SMK Teknik Distribusi Tenaga Listrik Jilid]
pembangkit yang umum antara lain: PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air),
PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap), PLTG (Pembangkit Listrik Tenaga Gas),
PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir).
Berikut beberapa elemen yang terdapat pada pembangkit
a. Generator
Generator sinkron 3 fasa berfungsi untuk menghasilkan tegangan bolakbalik dengan cara mengubah energi mekanis menjadi energi listrik. Energi
mekanis diperoleh dari putaran rotor yang digerakkan oleh penggerak mula
(prime mover), sedangkan energi listrik diperoleh dari proses induksi
elektromagnetik yang terjadi pada kumparan stator dan rotornya.
-
Konstruksi generator sinkron terdiri atas 2 bagian utama yaitu stator dan
rotor. Stator merupakan bagian dari generator sinkron yang diam sedangkan rotor
adalah bagian yang berputar. Konstruksi generator sinkron 3 fasa ditunjukkan
pada gambar berikut.
Stator.
Stator terdiri dari beberapa komponen utama, yaitu :
a. Rangka Stator / Stator Frame.
Rangka stator merupakan rumah (kerangka) yang menyangga inti
jangkar generator.
b. Inti Stator / Stator Core.
Inti stator terbuat dari laminasi-laminasi baja campuran atau besi
magnetik khusus yang terpasang ke rangka stator.
c. Alur (slot) dan Gigi.
Alur dan gigi merupakan tempat meletakkan kumparan stator.
d. Kumparan Stator (Kumparan Jangkar) .
Kumparan jangkar biasanya terbuat dari tembaga. Kumparan ini
merupakan tempat timbulnya ggl induksi.
Rotor.
Rotor terdiri dari tiga komponen utama yaitu :
a. Slip Ring
Slip ring merupakan cincin logam yang melingkari poros rotor tetapi
dipisahkan oleh isolasi tertentu. Terminal kumparan rotor dipasangkan ke slip
ring ini kemudian dihubungkan ke sumber arus searah melalui sikat (brush)
yang letaknya menempel pada slip ring.
b. Kumparan Rotor (kumparan medan)
Kumparan medan merupakan unsur yang memegang peranan utama
dalam menghasilkan medan magnet. Kumparan ini mendapat arus searah dari
sumber eksitasi.
c. Poros Rotor
Poros rotor merupakan tempat meletakkan kumparan medan.
Gambar 2.4. Rotor generator sinkron jenis non salient pole [21]
Gambar 2.4 merupakan bentuk rotor kutub silinder / non salient pole.
Pada jenis rotor ini, konstruksi kutub magnet rata dengan permukaan rotor
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.3 diatas. Rotor silinder umumnya
digunakan pada generator sinkron dengan kecepatan putar tinggi yaitu 1500
atau 3000 rpm seperti yang terdapat pada pembangkit listrik tenaga uap.
Pemodelan Generator
(2.1)
(2.2)
(2.3)
10
Sementara itu, rangkaian ekivalen generator sinkron tiga fasa untuk tiap
jenis hubungan ditunjukkan oleh gambar berikut ini :
11
Gambar 2.8 Rangkaian Ekivalen Belitan Stato Tiga Fasa Generator Sinkron
(a) Hubungan Y (b) Hubungan
Governor
12
b. Transformator
Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan
mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian
listrik yang lain melalui gandengan magnet dan berdasarkan induksielektromagnet. [Zuhal dasar tenaga listrik]
Berikut rangkaian ekuivalen untuk transformator :
13
(2.4)
E2=V 2 + I 1 R1 + I 2 X 2
(2.5)
Jika
E1 N1
= =a atau E1=aE 2
E2 N2
Sehingga:
E1=a( I 2 Z L + I 2 R 2+ I 2 X 2)
Karena
Maka:
I '2 N 2 1
= = atau I 2=aI ' 2
I2 N 1 a
(2.6)
14
(2.7)
(2.8)
15
Daya Keluar
Daya Keluar
Rugi
=
=1
Daya Masuk Daya Keluar + Rugi
Daya Masuk
(2.9)
-Hubungan Bintang
Arus transformator tiga fasa dengan kumparan yang dihubungkan
secara bintang yaitu IA, IB, dan IC masing-masing berbeda fasa 120 derajat.
IN = IA + IB + IC = 0
(2.10)
-Hubungan Zig-Zag
Masing-masig lilitan tiga fasa pada sisi tegangan rendah dibagi menjadi
dua bagian dan masing-masing dihubungkan pada kaki yang berlainan.
c. Rel (Bus Bar) [Pembangkitan energi listrik djiteng marsudi]
Semua generator dalam pusat listrik menyalurkan energinya ke rel pusat
listrik. Demikian pula semua saluran yang mengambil maupun yang mengirim
energi dihubungkan ke rel ini. Berikut jenis-jenis bus bar :
1. Rel Tunggal
Ini adalah susunan rel yang paling sederhana dan paling murah.
Keandalan serta fleksibilitas operasinya sangat terbatas. Apabila ada kerusakan
rel, maka seluruh pusat listrik harus dipadamkan untuk dapat melakukan
perbaikan. Oleh sebab itu, rel tunggal sebaiknya hanya digunakan pada pusat
listrik yang tidak begitu penting peranannya dalam sistem.
16
17
Pemindahan beban dari rel 1 ke rel 2 dapat dilakukan tanpa pemadaman, tidak
seperti rel ganda dengan satu PMT.
18
penghantar yang biasa digunakan pada saluran transmisi adalah tembaga dengan
konduktivitas 97,5% (CU 97,5%) atau aluminium dengan konduktivitas 61% (Al
61%). Kawat penghantar aluminium terdiri dari berbagai jenis lambing sebagai
berikut :
19
AAC
AAAC
ACSR
ACAR
Aluminium
Conductor, Alloy-Reinforced,
yaitu
kawat
20
kondisi operasi dibawah normal dan dapat kembali mencapai keadaan yang
seimbang lagi setelah mengalami gangguan[5].
Masalah ketidakstabilan dapat muncul dalam bentuk yang berbeda dan
dipengaruhi oleh banyak faktor. Untuk mempermudah analisis stabilitas,
identifikasi faktor utama yang menyebabkan ketidakstabilan, maka diperlukan
klasifikasi stabilitas. Menurut IEEE definition and classification of power system
stability, kestabilan sistem tenaga listrik dibagi menjadi tiga kategori yaitu
kestabilan sudut rotor, kestabilan frekuensi, dan kestabilan tegangan. [3]
Salah satu faktor pada kestabilan sistem tenaga adalah stabilitas tegangan.
Stabilitas tegangan ialah kemampuan sistem tenaga untuk menjaga nilai tegangan
pada batas operasi yang ditentukan di semua bus pada sistem tenaga, saat sistem
berada pada kondisi normal dan tidak normal akibat terjadi gangguan.[1] Sistem
mengalami kondisi tidak stabil ketika terjadi gangguan, perubahan beban, dan
perubahan kondisi pada sistem.
Istilah-istilah yang terkait dengan stabilitas tegangan dapat didefinisikan
sebagai berikut:
a. Stabilitas tegangan (voltage stability) adalah kemampuan dari sistem
tenaga listrik untuk mempertahankan tegangan pada seluruh bus dalam sistem
agar tetap berada dalam batas toleransi tegangan, baik pada saat kondisi normal
maupun setelah terkena gangguan.
b.
Runtuh
tegangan
(voltage
collapse)
adalah
proses
dimana
ketidakstabilan tegangan berakhir pada nilai tegangan yang sangat rendah pada
bagian penting dari sistem tenaga listrik [1].
c. Keamanan Tegangan (Voltage security) adalah kemampuan dari sistem
tenaga listrik, tidak hanya untuk beroperasi stabil, tetapi juga tetap stabil (selama
sistem proteksi tetap bekerja untuk mempertahankan tegangan) setelah terjadi
gangguan atau perubahan keadaan sistem yang signifikan.
21
22
LD
(2.11)
Dengan menyatakan bahwa
~
~
Z ln=Z ln dan Z LD =Z LD
Maka Magnitude arus dinyatakan dengan
I=
ES
( Z
ln
(2.12)
atau
I=
1 ES
F Z ln
(2.13)
Dimana,
Z LD 2
Z
F=1+
+ 2 LD cos ( )
Z ln
Z ln
( ) ( )
1 Z LD
E
F Z ln S
(2.14)
Daya yang di suplai ke beban adalah
PR =V R I cos
2
Z
E
PR = LD S cos
F Z ln
( )
(2.15)
23
V sV r
sin
X
(2.16)
24
dV s
(2.19)
Persamaan diatas mengidentifikasikan titik kritis pada hubungan kurva
terhadap Vs. Analisis tersebut diasumsikan tegangan akhir sisi penerima Vr
konstan. Jika tegangan akhir sisi pengirim diasumsikan konstan, maka :
d tan
=
dV r
dV r
(2.20)
Hubungan daya reaktif sisi pengirim dan penerima :
dQ r 1 V s
=
2V r
dV r X cos
(2.21)
Hubungan daya dan tegangan digambarkan dalam bentuk kurva P-V dan
Q-V saluran transmisi.
a. Kurva P-V
Kurva P-V digunakan untuk analisis konseptual stabilitas tegangan dan
studi sistem radial. Metode ini juga digunakan pada jaringan melingkar (ring)
dimana P adalah total beban pada sebuah area dan V adalah tegangan pada bus
yang kritis atau representatif. P dapat juga berupa daya yang dikirim melalui
saluran transmisi. Tegangan pada beberapa bus dapat digambar. Kelebihan kurva
P-V lainnya adalah dapat digunakan untuk analisis karakteristik beban sebagai
fungsi dari tegangan. Sebagai contoh sebuah beban resistif murni dapat
25
digambarkan dengan persamaan Pload = V2/R. Sedangkan untuk beban dengan daya
konstan (tidak bergantung pada tegangan), kurva P-V berupa garis lurus vertikal.
Di sisi lain, penggunaan kurva P-V juga memiliki kelemahan, yakni simulasi
aliran daya akan divergen mendekati puncak atau titik daya maksimum kurva. Hal
ini menyebabkan setengah bagian kurva tidak dapat digambarkan.
b. Kurva Q-V
Untuk sistem tenaga listrik yang besar, kurva Q-V didapatkan dengan
beberapa kali simulasi aliran daya. Kurva V-Q menggambarkan tegangan pada bus
yang diuji atau bus yang kritis terhadap daya reaktif pada bus yang sama. Kurva
Q-V dibuat dengan menentukan beberapa nilai daya reaktif pada bus dan
disimulasikan untuk melihat nilai tegangan bus untuk setiap nilai Q yang berbeda.
Keadaan operasi normal dianggap sebagai titik daya reaktif nol.
\
Gambar 2.22 Kurva Karakteristik Tegangan-Daya Reaktif
26
2.2.2
Analisis Dinamik
Analisis dinamik biasanya dilakukan dengan memberikan gangguangangguan besar pada sistem, termasuk lepasnya generator dan gangguan tiga fasa
pada saluran transmisi. Analisis stabilitas tegangan gangguan besar pada sistem
dapat dilakukan dengan menngunakan simulasi domain waktu
[1]
. Sistem yang
diuji adalah sistem yang beroperasi pada keadaan normal dengan beberapa
gangguan besar untuk analisis beberapa aspek terkait dengan stabilitas tegangan,
termasuk tegangan bus generator, arus eksitasi, serta daya reaktif yang dihasilkan
generator.
2.3 Mekanisme Pengaturan Tegangan pada Sistem Tenaga
Pengaturan tegangan merupakan pemulihan/penormalan tegangan sistem
yang diakibatkan oleh ketidakstabilan tegangan yang berupa penurunan tegangan
(under voltage) sistem hingga melewati batas toleransi tegangan normalnya yaitu
+5% dan -10% dari tegangan nominalnya dalam hal ini tegangan tinggi 150 kV
dan 70 kV. Pemulihan/penormalan sistem dilakukan dengan cara melepaskan
beban. Dengan mempertimbangkan lokasi pelepasan beban yang tepat, maka
jumlah daya aktif beban (beban yang dipadamkan) diharapkan sekecil mungkin.
Berikut hubungan tegangan dengan daya reaktif.
2.3.1 Hubungan Tegangan dengan Daya Reaktif
Daya Reaktif sangat mempengaruhi tegangan pada sistem tenaga listrik.
Dalam saluran transmisi, aliran daya reaktif pada saluran tersebut sangat
mempengaruhi kondisi tingkat tegangan pada sisi penerima. Semakin besar
kebutuhan daya reaktif pada beban, semakin besar pula terjadinya penurunan
tegangan sistem tenaga listrik. Begitu pula sebaliknya, semakin kecil kebutuhan
daya reaktif pada beban, maka semakin kecil pula penurunan tegangan sistem
tenaga listrik. Daya reaktif adalah suatu besaran yang menunjukkan adanya
fluktuasi daya di saluran transmisi akibat digunakannya peralatan listrik yang
bersifat induktif (misalnya motor listrik, trafo, dan las listrik). Hubungan antara
penurunan tegangan dan daya reaktif dapat ditunjukkan pada persamaan berikut.
27
V = EV =
XQ
V
(2.22)
Dimana,jika penurunan tegangan bernilai besar, maka dapat disimpulkan
adanya penyaluran daya reaktif yang cukup besar ke beban. Untuk lebih jelas
mengenai hubungan antara tegangan dan daya reaktif pada beban akan dibahas
pada pembahasan selanjutnya. Hubungan tegangan dan daya reaktif dapat
dijadikan suatu faktor untuk perbaikan tegangan sistem tenaga listrik.
Beberapa metode dapat digunakan untuk mengurangi masalah stabilitas
tegangan [17], antara lain:
a. Pembangkit yang harus beroperasi.
Mengoperasikan generator cadangan (back up supply) untuk menyediakan
dukungan tegangan selama keadaan darurat atau ketika saluran baru atau
transformator terlambat beroperasi.
b. Kapasitor Seri
Penggunaan kapasitor seri bertujuan untuk seolah-olah memperpendek
saluran listrik yang panjang yang berarti mengurangi rugi daya reaktif. Selain itu,
saluran listrik tersebut dapat mengirim daya reaktif yang lebih banyak menuju
daerah yang kekurangan suplai daya reaktif.
c. Kapasitor Paralel
Walaupun penggunaan kapasitor paralel yang banyak dapat menjadi
bagian dari masalah stabilitas tegangan, terkadang kapasitor tambahan juga dapat
menyelesaikan masalah dengan menggantikan fungsi cadangan daya reaktif
berputar pada generator. Pada umumnya, hampir seluruh kebutuhan daya reaktif
disuplai secara lokal, sedangkan generator hanya menyuplai daya aktif.
d. Kompensator Statis (SVC dan STATCOM)
Kompensator statis, pasangan kondenser sinkron berdasarkan elektronika
daya, efektif dalam mengendalikan tegangan dan mencegah voltage collapse,
tetapi memiliki banyak keterbatasan yang harus diketahui. Voltage collapse yang
terjadi pada sistem bergantung pada kompensator statis ketika sebuah gangguan
yang melebihi kriteria perencanaan menyebabkan kompensator mencapai
batasnya.
e. Operasi pada Tegangan yang Lebih Tinggi
28
29
I i = Y ij V j
j=1
(2.23)
Persamaan diatas bila ditulis dalam bentuk polar adalah
n
I i = Y ij |V j| ij + j
j=1
(2.24)
(2.25)
PiJQi=V i i Y ij |V j|ij + j
j=1
(2.26)
30
(2.27)
j=1
(2.28)
j=1
Nilai-nilai P dan Q dapat diterapkan untuk semua bus kecuali slack bus
dan memperkirakan besar dan sudut tegangan pada setiap bus kecuali slack bus
yang mana besar dan sudut tegangan telah ditentukan. Nilai perkiraan ini akan
digunakan untuk menghitung nilai P dan Q dengan menggunakan persamaan
diatas, sehingga didapatkan
P=P
spec
Q=Q
spec
calc
(2.29)
calc
(2.30)
Pada slack bus nilai magnitude tegangan (V) dan sudut () adalah tetap,
sehingga tidak dilakukan perhitungan pada setiap iterasinya. Sedangkan pada
generator bus, daya aktif (P) dan magnitude tegangan (V) bernilai tetap. Sehingga
hanya daya reakti yang dihitung pada setiap iterasinya. Matrik Jacobian terdiri
dari turunan parsial P dan Q terhadap masing-masng variable dalam persamaan di
atas. Dapat dituliskan sebagai berikut
V
P = J 1 J2
Q
J 3 J4
[ ][
(2.31)
(2.32)
31
Pi
=|V i||V j||Y ij|sin( ij i + j ) J1
j
(2.33)
(2.34)
Pi
(2.35)
Nilai untuk elemen J3 adalah
Qi
=|V ||V ||Y | cos( ij i + j )
i j 1 i j ij
(2.36)
Qi
=|V i||V j||Y ij|cos (ij i+ j)
i
(2.37)
Nilai untuk elemen J4 adalah
V i=2|V i||Y ii|sin ii + |V j||Y ij|sin(ij i + j )
j 1
(2.38)
Qi
(2.39)
(2.40)
32
(2.41)
33
proteksi
e. Dapat diperburuk oleh penggunaan kompensasi kapasitor paralel secara
berlebihan.
2.5 Mekanisme Perbaikan Tegangan
Salah satu mekanisme perbaikan tegangan adalah dengan menggunakan
skema Unver Voltage Load Shedding (UVLS). Under Voltage Load Shedding
adalah mekanisme pelepasan beban akibat tegangan sistem yang rendah.
Rendahnya tegangan sistem bisa disebabkan oleh kondisi pembebanan yang
sangat tinggi dan atau tripnya satu atau beberapa pembangkit kapasitas kecil.
Kondisi rendahnya tegangan yang terjadi, dalam hal ini pada sistem transmisi
tegangan tinggi 150 kV dan 70 kV adalah di bawah batas toleransi tegangan
normalnya yaitu -10% dari nilai tegangan nominal. Kondisi tersebut dapat
mengganggu kestabilan sistem tenaga listrik dan dapat menyebabkan runtunya
tegangan dan bahkan berpotensi terjadinya pemadaman total (blackout) pada
sistem. Sehingga perlu adanya proteksi yang dapat mengatasi keaadan ini.UVLS
merupakan suatu skema proteksi yang bertujuan melepas beban pada
transformator distribusi agar tegangan sistem dapat naik ke kondisi normal.
Pelepasan beban pada transformator distribusi dengan skema UVLS memiliki
beberapa tahapan pelepasan. Hal ini mempertimbangkan kondisi beban
transformator distribusi. Pertimbangan tersebut meliputi dua aspek, yaitu aspek
teknis dan non teknis
Aspek Teknis
34
[ ][
][ ]
(2.42)
Dimana,
P = perubahan penambahan daya aktif pada bus
J 11 J 12
J 21 J 22
= Jacobian matriks
(2.43)
Dimana
J R =J QV J Q J P 1 J PV
Sehingga
(2.44)
35
1
V
=J
Q
R
(2.45)
Dapat dilihat dari persamaan 2.9, rumus untuk mencari nilai sensitivitas
bus. Sensitivitas V-Q bernilai positif mengindikasikan kestabilan operasi, semakin
kecil nilai sensitivitas maka semakin stabil sistem tersebut
[1]
. Nilai sensitivitas
tersebut digunakan sebagai acuan pemilihan lokasi pelepasan beban. Bus yang
memiliki nilai sensitivitas tertinggi pada sistem tersebut dianggap sebagai bus
terlemah. Maka pada bus tersebut akan dilakukan pelepasan beban. Semakin
banyak jumlah beban [MW] yang dilepas, maka semakin baik pula kondisi
tegangan sistem. Hal tersebut juga dapat dilihat dari nilai sensitivitasnya, semakin
baik tegangan sistem maka semakin kecil pula nilai sensitivitas busnya.
2.5.2 SURGE IMPEDANCE LOADING (SIL)
Penghantar akan bersifat kapasitif ketika diberi tegangan sehingga akan
menghasilkan daya reaktif. Ketika penghantar dibebani (mengalir arus) maka
timbul sifat induktif sehingga akan menyerap daya reaktif. Daya reaktif yang
dihasilkan dan diserap oleh penghantar dapat dirumuskan sebagai berikut :
Mvar dihasilkan = KV2/Xc
(2.46)
(2.47)
(2.48)
KV2/I2 = Xc. Xl
(2.49)
V/I =
SIL=
(2.50)
36
37
berikut ini diberikan dalam satu program executable tunggal DigSilent Power
Factory :
1. Fungsi inti Power Factory : Definisi, modifikasi, dan organisasi kasus, rutinitas
numerik inti, dan fungsi dokumentasi output.
2. Garis grafis dan data penanganan kasus tunggal interaktif terpadu.
3. Elemen daya sistem dan database pada studi kasus-kasus dasar.
4. Fungsi perhitungan terintegrasi (misalnya garis dan perhitungan parameter mesin
berdasarkan informasi geometris atau papan nama/nameplate).
5. Sistem tenaga konfigurasi jaringan dengan akses interaktif atau terhubung / online
ke sistem SCADA.
6. Interface yang generik untuk sistem pemetaan berbasis komputer.
Dengan menggunakan hanya satu database, yang berisi semua data yang
dibutuhkan untuk semua peralatan dalam sistem tenaga (misalnya data busbar,
data generator, data harmonik, data controller), Power Factory dapat dengan
mudah mengeksekusi salah satu atau semua fungsi yang tersedia, semua dalam
lingkup program yang sama. Beberapa fungsi yang tersedia dalam DigSilent
Power Factory adalah analisis aliran beban / load flow analysis, perhitungan arus
pendek / short-circuit analysis, koordinasi proteksi / protection coordination,
perhitungan stabilitas / stability calculation, dan analisis modal / modal analysis.
Berikut merupakan tampilan muka DIgSilent Power Factory 14.1.
38
39
40
4. Lalu akan muncul tampilan di bawah ini, dan pilih Next >.
41
42
43
44
2.6.2
Membuka Aplikasi
1. Tekan ganda pada icon di dekstop.
Untuk membuka aplikasi ini juga dapat melalui menu START lalu
pilih PowerFactory 14.1
2. Lalu akan tampil kotak dialog untuk mengisi Name dan
Password. Isi Name dengan Demo lalu pilih OK. Name dan
password juga dapat diisi seuai keinginan.
3. Maka akan tampil laman kerja seperti yang di bawah ini
45
2.6.3
daya pada sistem yang besar dengan jumlah bus yang tidak terbatas. Sistem
150kV PT PLN APB Jateng DIY merupakan sistem yang cukup besar dan
memiliki sekitar 23 bus, oleh karena itu Program DigSilent Power Factory 14.1
dapat digunakan untuk analisis aliran daya sistem PT PLN APB Jateng DIY.
Berikut adalah prosedur penggunaan DigSilent Power Factory 14.1:
1. Menjalankan Program DigSilent Power Factory 14.1
Program DigSilent Power Factory 14.1 dapat digunakan setelah di install
kedalam komputer, setelah itu program dapat digunakan dengan cara mengklik
program Power Factory 14.1.
Gambar 3.38 Simbol Perangkat Lunan DigSilent Power Factory
46
Pada tampilan awal DigSilent Power Factory 14.1, kita dianjurkan log on
dengan mengisi id/nama/name dan juga bisa memproteksi file yang dibuat dalam
program dengan password yang kita inginkan. Selanjutnya masuk ke tampilan
untuk memulai membuat project dan menggambar one line diagram dengan cara
File New Project.
Kemudian akan muncul halaman dimana kita dianjurkan memberikan
judul studi yang akan kita buat, yang nantinya akan menjadi judul untuk project
kita. Kemudian halaman selanjutnya kita diminta untuk mengisi grid name dan
frekuensi sistem yang aan kita studikan nantinya. PLN sendiri menggunakan
frekuensi sistem adalah 50 Hz, maka kita isi di bagian kolom Nominal
Frequency 50 Hz.
Setelah pengisian basic data sistem yang akan dijadikan studi, maka akan
muncul halaman dimana kita bisa menggambar one line diagram.
47
48
b.
Data Transformator
Data trafo yang yang penting dibutuhkan untuk melakukan sebuah analisis
antara lain type yang terdapat pada basic data (terdiri dari basic data dan load
flow).
c. Data Transmisi
Data transmisi/line yang penting dibutuhkan untuk melakukan sebuah
analisis antara lain type (terdiri dari basic data dan load flow) dan length of line
yang terdapat pada basic data. Yang perlu jadi perhatian adalah derating factor
yang harus di isi 1, karena jika tidak maka akan mempengaruhi rated current yang
ada pada resulting values.
d.
Data Bus
49
Data bus yang penting dibutuhkan untuk melakukan sebuah analisis antara
lain data pada Basic Data dan Load Flow. Untuk Basic data dapat nama dan
nominal voltage untuk di busbar serta nama dan nominal voltage untuk substation.
e.
Data Beban
Data beban yang penting dibutuhkan untuk melakukan sebuah analisis
antara lain data active power dan reactive power. Adjustion by load scaling ini
berfungsi untuk pengaturan beban jika menggunakan relay.
f. Data Grid
Data Grid yang penting dibutuhkan untuk melakukan sebuah analisis
antara lain bus type (PQ, PV, atau SL), dan operating point (active power dan
reactive power).
50
10.5.