Вы находитесь на странице: 1из 46

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Elemen Sistem Tenaga


Sistem tenaga listrik secara umum adalah sistem terintegrasi yang
memastikan energi listrik sampai tujuan. Suatu sistem tenaga listrik pada
umumnya terdiri atas empat unsur, yaitu pembangkitan, transmisi, distribusi, dan
pemakaian tenaga listrik. Sehingga jika berbicara tentang sistem tenaga listrik,
maka yang meliputi di dalamnya adalah mulai dari bagaimana listrik itu
dibangkitkan, ditransmisikan hingga didistribusikan sampai ke konsumen.

Gambar 2.1 Sistem tenaga listrik [SMK Teknik Distribusi Tenaga Listrik Jilid]

Secara umum sistem tenaga listrik terdiri dari:


1) Pusat Pembangkit Listrik (Power Plant);
Yaitu tempat energi listrik pertama kali dibangkitkan, dimana terdapat
turbin sebagai penggerak mula (prime mover) dan generator yang membangkitkan
listrik. Biasanya di pusat pembangkit listrik juga terdapat gardu induk (GI).
Peralatan utama pada gardu induk antara lain: Transformer, yang berfungsi untuk
menaikkan tegangan generator (11,5kV) menjadi tegangan transmisi / tegangan
tinggi (150 kV) dan juga peralatan pengaman dan pengatur. Jenis pusat
5

pembangkit yang umum antara lain: PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air),
PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap), PLTG (Pembangkit Listrik Tenaga Gas),
PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir).
Berikut beberapa elemen yang terdapat pada pembangkit
a. Generator
Generator sinkron 3 fasa berfungsi untuk menghasilkan tegangan bolakbalik dengan cara mengubah energi mekanis menjadi energi listrik. Energi
mekanis diperoleh dari putaran rotor yang digerakkan oleh penggerak mula
(prime mover), sedangkan energi listrik diperoleh dari proses induksi
elektromagnetik yang terjadi pada kumparan stator dan rotornya.
-

Konstruksi Generator Sinkron 3 Fasa

Konstruksi generator sinkron terdiri atas 2 bagian utama yaitu stator dan
rotor. Stator merupakan bagian dari generator sinkron yang diam sedangkan rotor
adalah bagian yang berputar. Konstruksi generator sinkron 3 fasa ditunjukkan
pada gambar berikut.

Gambar 2.2. Konstruksi generator [21]

Berdasarkan Gambar 2.2 maka konstruksi generator dapat dijelaskan


sebagai berikut :

Stator.
Stator terdiri dari beberapa komponen utama, yaitu :
a. Rangka Stator / Stator Frame.
Rangka stator merupakan rumah (kerangka) yang menyangga inti
jangkar generator.
b. Inti Stator / Stator Core.
Inti stator terbuat dari laminasi-laminasi baja campuran atau besi
magnetik khusus yang terpasang ke rangka stator.
c. Alur (slot) dan Gigi.
Alur dan gigi merupakan tempat meletakkan kumparan stator.
d. Kumparan Stator (Kumparan Jangkar) .
Kumparan jangkar biasanya terbuat dari tembaga. Kumparan ini
merupakan tempat timbulnya ggl induksi.
Rotor.
Rotor terdiri dari tiga komponen utama yaitu :
a. Slip Ring
Slip ring merupakan cincin logam yang melingkari poros rotor tetapi
dipisahkan oleh isolasi tertentu. Terminal kumparan rotor dipasangkan ke slip
ring ini kemudian dihubungkan ke sumber arus searah melalui sikat (brush)
yang letaknya menempel pada slip ring.
b. Kumparan Rotor (kumparan medan)
Kumparan medan merupakan unsur yang memegang peranan utama
dalam menghasilkan medan magnet. Kumparan ini mendapat arus searah dari
sumber eksitasi.
c. Poros Rotor
Poros rotor merupakan tempat meletakkan kumparan medan.

Jenis-Jensi Generator Sinkron

Konstruksi rotor generator sinkron dapat berupa salient pole (kutub


menonjol) dan non salient pole (kutub silinder).
a. Kutub Menonjol (Salient Pole).

Gambar 2.3. Rotor generator sinkron jenis salient pole [21]

Gambar 2.3 merupakan bentuk rotor kutub menonjol / salient pole.


Pada jenis rotor ini, kutub magnet menonjol keluar dari permukaan rotor
seperti yang ditunjukkan Gambar 2.2 diatas. Rotor kutub menonjol umumnya
digunakan pada generator sinkron dengan kecepatan putar rendah dan sedang
(120-400 rpm).
b. Kutub Silinder (Non Salient Pole)

Gambar 2.4. Rotor generator sinkron jenis non salient pole [21]

Gambar 2.4 merupakan bentuk rotor kutub silinder / non salient pole.
Pada jenis rotor ini, konstruksi kutub magnet rata dengan permukaan rotor
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.3 diatas. Rotor silinder umumnya
digunakan pada generator sinkron dengan kecepatan putar tinggi yaitu 1500
atau 3000 rpm seperti yang terdapat pada pembangkit listrik tenaga uap.

Pemodelan Generator

Stator merupakan group belitan jangkar yang terbuat dari tembaga.


Belitan-belitan ini diletakkan pada alur-alir (slot), dimana suatu belitan
konduktor akan mengandung tahanan (R) dan induktansi (L), maka stator akan
mengandung tahanan stator (Ra) dan induktansi sendiri (Lf). Akibat adanya
pengaruh reaktansi reaksi jangkar Xa dan reaktansi bocor jangkar X maka
rangkaian ekivalen suatu generator sinkron dapat dibuat seperti gambar
berikut :

Gambar 2.5 Rangkaian Ekivalen Generator Sinkron

Dengan melihat gambar diatas dapat ditulis persamaan tegangan


generator sinkron sebagai berikut :
Ea=V t + jX a I a + jXI a+ R a I a

(2.1)

Dan persamaan terminal generator sinkron dapat ditulis


V t =Ea jX a I a jXI aRa I a

(2.2)

Dengan menyatakan reaktansi reaksi jangkar dan reaktansi fluks bocor


sebagai reaktansi sinkron, atau Xs = Xa + X maka persamaan menjadi
V t =Ea jX s I aR a I a Volt
Dimana :
Vf = Tegangan Eksitas (Volt)
Rf = Tahanan Belitan Medan (Ohm)
Lf = Induktansi Belitan Medan (Henry)
Radj = Tahanan Variabel (Ohm)

(2.3)

10

Ea= Ggl yang dibangkitkan Generator Sinkron (Volt)


Vt= Tegangan Terminal Generator Sinkron (Volt)
Xa= Reaktansi Armatur (Ohm)
X= Reaktansi Bocor (Ohm)
Xs=Reaktansi Sinkron (Ohm)
Ia= Arus Jangkar (Ampere)

Gambar 2.6 Rangkaian Penyederhanaan Generator Sinkron

Karena tegangan yang dibangkitkan oleh generator sinkron adalah


tegangan bolak-balik tiga fasa maka gambar yang menunjukkan hubungan
tegangan induksi perfasa dengan tegangan terminal generator akan ditunjukkan
pada gambar berikut :

Gambar 2.7 Rangkaian Ekivalen Generator Sinkron Tiga Fasa

Sementara itu, rangkaian ekivalen generator sinkron tiga fasa untuk tiap
jenis hubungan ditunjukkan oleh gambar berikut ini :

11

Gambar 2.8 Rangkaian Ekivalen Belitan Stato Tiga Fasa Generator Sinkron
(a) Hubungan Y (b) Hubungan

Perangkat kontrol pada generator:


-

Governor

Governor adalah pengendali utama yang cepat bereaksi. Governor


bertugas mengatasi dinamika beban suatu pembangkit. Prinsip kerja governor
yaitu pengaturan frekuensi sistem,harus dilakukan dengan melakukan
pengaturan penyediaan daya aktif dalam sistem. Pengaturan penyediaan daya
aktif dilakukan dengan pengaturan besarnya kopel mekanis yang diperlukan
untuk memutar generator, hal ini berarti pengaturan pemberian uap pada turbin
uap atau pengaturan pemberian bahan bakar pada turbin gas dan mesin diesel
dan pengaturan banyaknya air yang masuk turbin air pada PLTA (Pembangkit
Listrik Tenaga Air). Berikut gambar governor

12

Gambar 2.9 Prinsip Kerja Governor

AVR (Auto Voltage Regulator)

AVR (Autimatic Voltage Regulator) adalah sebuah divais pengatur


tegangan yang digunakan pada generator sinkron untuk menyetabilkan
tegangan keluaran yang dihasilkan. Prinsip kerja yang digunakan pada sisitem
penyetabilan tegangan ini adalah dengan mengatur tegangan keluaran DC dari
exiter untuk kemudian diinjeksikan ke lilitan medan generator atau biasa
disebut dengan eksitasi atau penguatan.

Gambar 2.10 Prinsip Kerja AVR

b. Transformator
Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan
mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian
listrik yang lain melalui gandengan magnet dan berdasarkan induksielektromagnet. [Zuhal dasar tenaga listrik]
Berikut rangkaian ekuivalen untuk transformator :

13

Gambar 2.11 Rangkaian Ekivalen Transformator

Dari rangkaian di atas dapat dibuat vektor diagramnya sebagai terlukis


pada gambar dibawah ini.

Gambar 2.12 Diagram Vektor Rangkaian Ekivalen Transformator

Dari model rangkaian di atas dapat pula diketahui hubungan penjulahan


vector :
V 1=E1 +I 1 R1 +I 1 X 1

(2.4)

E2=V 2 + I 1 R1 + I 2 X 2

(2.5)

Jika

E1 N1
= =a atau E1=aE 2
E2 N2

Sehingga:
E1=a( I 2 Z L + I 2 R 2+ I 2 X 2)

Karena
Maka:

I '2 N 2 1
= = atau I 2=aI ' 2
I2 N 1 a

(2.6)

14

E1=a2 I ' 2 Z L + a2 I ' 2 R2 +a2 I ' 2 X 2


V 1=a 2 I '2 Z L +a 2 I '2 R2 +a2 I ' 2 X 2+ I 1 R1+ I 1 X 1

(2.7)
(2.8)

Persamaan terakhir mengandung pengertian, apabila parameter


rangkaian sekunder dinyatakan dalam harga rangkaian primer harganya perlu
dikalikan dengan faktor a2.
Sekarang model rangkaian menjadi sebagai berikut :

Gambar 2.13 Penyederhanaan Rangkaian Ekuivalen Transformator

Parameter yang terdapat pada model rangkaian (rangkaian ekuivalen)


Rc, Xm, Rek, dan Xek, dapat ditentukan besarnya dengan pengukuran beban
nol dan pengukuran hubung singkat.
Rugi dan efisiensi pada transformator :
1. Rugi Tembaga (Pcu)
Rugi yang disebabkan arus beban mengalir pada kawat tembaga, Pcu =
I2R. Karena arus beban berubah-ubah, rugi tembaga juga tidak tetap tergantung
pada beban.
2. Rugi Besi
Rugu besi terdiri dari rugi histerisis dan rugi arus eddy. Rugi histerisis
yaitu rugi yang disebabkan fluks bolak-balik pada inti besi. Rugi arus eddy
yaitu rugi yang disebabkan arus pusar pada besi inti.
Ph = Kh F Bmaks watt
Pe = Ke2f2
Rugi Besi (rugi inti) Pi = Ph+Pe
3. Efisiensi

15

Efisiensi merupakan presentasi daya keluar dibanding dengan daya


masuk.
=

Daya Keluar
Daya Keluar
Rugi
=
=1
Daya Masuk Daya Keluar + Rugi
Daya Masuk

Berikut adalah hubungan lilitan transformator tiga fasa:


-Hubungan Delta
Tegangan transformator tiga fasa dengan kumparan yang dihubungkan
secara delta, yaitu VAB, VBC, VCA, masing-masing berbeda fasa 120 derajat.
VAB + VBC + VCA = 0

(2.9)

-Hubungan Bintang
Arus transformator tiga fasa dengan kumparan yang dihubungkan
secara bintang yaitu IA, IB, dan IC masing-masing berbeda fasa 120 derajat.
IN = IA + IB + IC = 0

(2.10)

-Hubungan Zig-Zag
Masing-masig lilitan tiga fasa pada sisi tegangan rendah dibagi menjadi
dua bagian dan masing-masing dihubungkan pada kaki yang berlainan.
c. Rel (Bus Bar) [Pembangkitan energi listrik djiteng marsudi]
Semua generator dalam pusat listrik menyalurkan energinya ke rel pusat
listrik. Demikian pula semua saluran yang mengambil maupun yang mengirim
energi dihubungkan ke rel ini. Berikut jenis-jenis bus bar :
1. Rel Tunggal
Ini adalah susunan rel yang paling sederhana dan paling murah.
Keandalan serta fleksibilitas operasinya sangat terbatas. Apabila ada kerusakan
rel, maka seluruh pusat listrik harus dipadamkan untuk dapat melakukan
perbaikan. Oleh sebab itu, rel tunggal sebaiknya hanya digunakan pada pusat
listrik yang tidak begitu penting peranannya dalam sistem.

16

Gambar 2.14 Bus Bar Tunggal

2. Rel Ganda dengan Satu PMT


PMT pada rel ini disebut PMT kopel. Dengan rel ganda, sebagian
instalasi dapat dihubungkan ke rel 1 dn sebagian lagi ke rel 2. Kedua rel
tersebut dapat dihubungkan parallel atau terpisah dengan cara menutup atau
membuka PMT kopel.

Gambar 2.15 Bus Bar Ganda 1 PMT

3. Rel Ganda dengan Dua PMT


Rel ganda dengan dua PMT ini sama seperti rel ganda dengan satu
PMT, hanya saja di sini semua unsur dapat dihubungkan ke rel 1 atau rel 2 atau
dua-duanya melalui PMT sehingga fleksibilitas manuver menjadi lebih baik.

17

Pemindahan beban dari rel 1 ke rel 2 dapat dilakukan tanpa pemadaman, tidak
seperti rel ganda dengan satu PMT.

Gambar 2.16 Bus Bar Ganda 2 PMT

4. Rel dengan PMT 1,5


Pada dasarnya rel dengan PMT 1,5 adalah rel ganda dengan 3 buah
PMT diantara dua rel tersebut. Dibandingkan dengan rel-rel pada butir 1,2, dan
3 diatas, rel dengan PMT 1,5 ini mempunyai keandalan paling tinggi.

Gambar 2.17 Bus PMT 1,5

18

2) Saluran Transmisi (Transmission Line);


Letak pusat tenaga listrik seringnya jauh dari pusat-pusat pemakaian
tenaga listrik, seperti kota dan pusat industri. Sehingga energi listrik yang
dibangkitkan di pusat tenaga listrik harus ditransmisikan melalu jarak-jarak yang
jauh ke pusat-pusat pemakaian tenaga listrik.
Saluran trasmisi dibagi menjadi 3 macam menurut panjangnya, yaitu:
a. Saluran transmisi pendek (short line), adalah saluran transmisi
yang panjangnya kurang dari 80 km (50 mil).
b. Saluran transmisi menengah (medium line), adalah transmisi yang
panjangnya antara 80 km dan 240 km (50-150 mil).
c. Saluran transmisi panjang (long time), adalah saluran transmisi
yang panjangnya lebih dari 240 km (lebih dari 150 mil)
Saluran transmisi merupakan kawat-kawat yang di pasang pada menara
atau tiang dan bisa juga melalui kabel yang di pendam di bawah permukaan tanah.
Saluran transmisi berfungsi menyalurkan energi listrik dari pusat pembangkit ke
gardu induk penurun tegangan yang memiliki transformer penurun tegangan dari
tegangan transmisi ke tegangan distribusi. Saluran transmisi ini mempunyai
tegangan yang tinggi agar dapat meminimalkan rugi-rugi daya (power losses)
disaluran.
Sementara berdasarkan SPLN 1 tahun 1995, klasifikasi tegangan pada
saluran transmisi yang digunakan di Indonesia adalah sebagai berikut

Tegangan Tinggi, level tegangan sistem di atas 35.000 Volt sampai

245.000 Volt, biasa digunakan di saluran transmisi.


Tegangan Ekstra Tinggi, level tegangan sistem di atas 245000 Volt,
digunakan juga di sistem transmisi. Nilai-nilai tegangan di atas
merupakan level tegangan yang biasa digunakan di sistem tenaga
listrik Indonesia.
Berdasarkan buku transmisi daya listrik karangan Hutauruk, Jenis kawat

penghantar yang biasa digunakan pada saluran transmisi adalah tembaga dengan
konduktivitas 97,5% (CU 97,5%) atau aluminium dengan konduktivitas 61% (Al
61%). Kawat penghantar aluminium terdiri dari berbagai jenis lambing sebagai
berikut :

19

AAC

: All-Aluminium Conductor, yaitu kawat penghantar yang

seluruhnya terbuat dari aluminium.


-

AAAC

: All-Aluminium - Alloy Conductor, yaitu kawat penghantar

yang seluruhnya terbuat dari campuran aluminium.


-

ACSR

: Aluminium Conductor, Steel Reinforced, yaitu kawat

penghantar aluminium berkawat baja.


-

ACAR

Aluminium

Conductor, Alloy-Reinforced,

yaitu

kawat

penghantar aluminium yang diperkuat dengan logam campuran.


3) Sistem Distribusi;
Sistem distribusi merupakan subsistem tersendiri yang terdiri dari: Pusat
Pengatur Distribusi, Saluran tegangan menengah (6 kV dan 20 kV, biasa juga
disebut tegangan distribusi primer) yang merupakan saluran udara atau kabel
tanah, Gardu Distribusi (GD) tegangan menengah yang terdiri dari panel-panel
pengatur tegangan menengah dan trafo sampai dengan panel-panel distribusi
tegangan rendah (380 V, 220 V) yang menghasilkan tegangan kerja/tegangan jalajala untuk industri dan konsumen perumahan.
Sementara berdasarkan SPLN 1 tahun 1995, klasifikasi tegangan yang
digunakan di Indonesia adalah sebagai berikut:

Tegangan Rendah, level tegangan s i s t e m antara 100 Volt sampai


dengan 1.000 Volt, level tegangan ini biasa digunakan di konsumen-

konsumen, ada yang 220 ataupun 110 V


Tegangan Menengah, level tegangan sistem antara 1.000 Volt sampai
dengan 35.000 Volt, level tegangan ini biasa digunakan di sistem
distribusi, dengan nilai nominal 20000 V

2.2 Stabilitas Tegangan


Stabilitas sistem tenaga listrik didefinisikan sebagai properti dari sistem
tenaga yang memungkinkan untuk tetap berada dalam keadaan seimbang dalam

20

kondisi operasi dibawah normal dan dapat kembali mencapai keadaan yang
seimbang lagi setelah mengalami gangguan[5].
Masalah ketidakstabilan dapat muncul dalam bentuk yang berbeda dan
dipengaruhi oleh banyak faktor. Untuk mempermudah analisis stabilitas,
identifikasi faktor utama yang menyebabkan ketidakstabilan, maka diperlukan
klasifikasi stabilitas. Menurut IEEE definition and classification of power system
stability, kestabilan sistem tenaga listrik dibagi menjadi tiga kategori yaitu
kestabilan sudut rotor, kestabilan frekuensi, dan kestabilan tegangan. [3]
Salah satu faktor pada kestabilan sistem tenaga adalah stabilitas tegangan.
Stabilitas tegangan ialah kemampuan sistem tenaga untuk menjaga nilai tegangan
pada batas operasi yang ditentukan di semua bus pada sistem tenaga, saat sistem
berada pada kondisi normal dan tidak normal akibat terjadi gangguan.[1] Sistem
mengalami kondisi tidak stabil ketika terjadi gangguan, perubahan beban, dan
perubahan kondisi pada sistem.
Istilah-istilah yang terkait dengan stabilitas tegangan dapat didefinisikan
sebagai berikut:
a. Stabilitas tegangan (voltage stability) adalah kemampuan dari sistem
tenaga listrik untuk mempertahankan tegangan pada seluruh bus dalam sistem
agar tetap berada dalam batas toleransi tegangan, baik pada saat kondisi normal
maupun setelah terkena gangguan.
b.

Runtuh

tegangan

(voltage

collapse)

adalah

proses

dimana

ketidakstabilan tegangan berakhir pada nilai tegangan yang sangat rendah pada
bagian penting dari sistem tenaga listrik [1].
c. Keamanan Tegangan (Voltage security) adalah kemampuan dari sistem
tenaga listrik, tidak hanya untuk beroperasi stabil, tetapi juga tetap stabil (selama
sistem proteksi tetap bekerja untuk mempertahankan tegangan) setelah terjadi
gangguan atau perubahan keadaan sistem yang signifikan.

21

Gambar 2.18 Klasifikasi Stabilitas Tegangan [16]

Berdasarkan Gambar 1, rentang waktu terjadinya stabilitas tegangan dibagi


menjadi stabilitas tegangan transien (transient voltage stability) dan stabilitas
tegangan jangka panjang (longer-term stability) [16].
Gambar 3 menggambarkan sistem tenaga yang sederhana yang terdiri dari
dua terminal (bus). Sistem tersebut terdiri dari tegangan sumber (E s), impedansi
(ZLN), dan impedansi beban (ZLD). Ini merepresentasikan sistem radial di sistem
tenaga yang menyalurkan daya dari pembangkit ke sisi beban melalui suatu
penghantar.

Gambar 2.19 Representasi Sistem Tenaga Listrik Radial [1]

22

Arus (I) yang mengalir dalam sistem dirumuskan dengan persamaan


~
~I = ES
~
Z +~
Z
ln

LD

(2.11)
Dengan menyatakan bahwa
~
~
Z ln=Z ln dan Z LD =Z LD
Maka Magnitude arus dinyatakan dengan
I=

ES

( Z

ln

cos +Z LD cos ) + ( Z ln sin +Z LD sin )

(2.12)
atau
I=

1 ES
F Z ln

(2.13)

Dimana,
Z LD 2
Z
F=1+
+ 2 LD cos ( )
Z ln
Z ln

( ) ( )

Magnitudo tegangan sisi penerima adalah


V R =Z LD I
V R=

1 Z LD
E
F Z ln S

(2.14)
Daya yang di suplai ke beban adalah
PR =V R I cos
2

Z
E
PR = LD S cos
F Z ln

( )

(2.15)

23

2.2.1 Analisis Statis


Analisis statis (pada keadaan tunak) biasanya digunakan pada masalah
ketidakstabilan tegangan yang disebabkan oleh gangguan-gangguan kecil, seperti
kenaikan beban. Metode studi utama yang digunakan untuk analisis statis adalah
simulasi aliran daya. Metode ini terbagi menjadi dua, yakni: kurva P-V dan kurva
Q-V. Kedua metode tersebut dapat menentukan batas pembebanan pada keadaan
tunak yang terkait dengan stabilitas tegangan. Dengan mengetahui kurva P-V
maka kurva Q-V dapat dibuat dengan mengubah nilai P menjadi nilai Q dengan
faktor daya tertentu, begitu juga sebaliknya.
Hubungan daya dan tegangan menunjukkan karakteristik operasi dari
sistem / saluran transmisi. Hubungan ini menunjukkan perubahan yang terjadi
pada tegangan penerima karena perubahan pada besar daya yang ditrasnmisikan

Gambar 2.20 Saluran Transmisi Terhubung ke Beban

Pada gambar diatas diperlihatkan saluran trasnmisi dengan nilai X


reaktansi saluran. R, Vs, dan Vr merupakan tegangan pada sisi pengirim dan
penerima. Daya nyata pada Pr sisi penerima adalah
Pr=

V sV r
sin
X

Dengan adalah sudut phase Vs dan Vr.


dPr V r
V V
d
= sin + s r cos
dV s X
X
dV s
(2.17)

(2.16)

24

Rugi-rugi transmisi diabaikan, maka Ps = Pr. Jika pembangkitan daya


nyata konstan, maka :
d tan
=
dV s
dV s
(2.18)
Pada titik transfer daya maksimum =900, maka
d

dV s
(2.19)
Persamaan diatas mengidentifikasikan titik kritis pada hubungan kurva
terhadap Vs. Analisis tersebut diasumsikan tegangan akhir sisi penerima Vr
konstan. Jika tegangan akhir sisi pengirim diasumsikan konstan, maka :
d tan
=
dV r
dV r
(2.20)
Hubungan daya reaktif sisi pengirim dan penerima :
dQ r 1 V s
=
2V r
dV r X cos

(2.21)
Hubungan daya dan tegangan digambarkan dalam bentuk kurva P-V dan
Q-V saluran transmisi.
a. Kurva P-V
Kurva P-V digunakan untuk analisis konseptual stabilitas tegangan dan
studi sistem radial. Metode ini juga digunakan pada jaringan melingkar (ring)
dimana P adalah total beban pada sebuah area dan V adalah tegangan pada bus
yang kritis atau representatif. P dapat juga berupa daya yang dikirim melalui
saluran transmisi. Tegangan pada beberapa bus dapat digambar. Kelebihan kurva
P-V lainnya adalah dapat digunakan untuk analisis karakteristik beban sebagai
fungsi dari tegangan. Sebagai contoh sebuah beban resistif murni dapat

25

digambarkan dengan persamaan Pload = V2/R. Sedangkan untuk beban dengan daya
konstan (tidak bergantung pada tegangan), kurva P-V berupa garis lurus vertikal.
Di sisi lain, penggunaan kurva P-V juga memiliki kelemahan, yakni simulasi
aliran daya akan divergen mendekati puncak atau titik daya maksimum kurva. Hal
ini menyebabkan setengah bagian kurva tidak dapat digambarkan.

Gambar 2.21 Kurva Karakteristik Daya-Tegangan

b. Kurva Q-V
Untuk sistem tenaga listrik yang besar, kurva Q-V didapatkan dengan
beberapa kali simulasi aliran daya. Kurva V-Q menggambarkan tegangan pada bus
yang diuji atau bus yang kritis terhadap daya reaktif pada bus yang sama. Kurva
Q-V dibuat dengan menentukan beberapa nilai daya reaktif pada bus dan
disimulasikan untuk melihat nilai tegangan bus untuk setiap nilai Q yang berbeda.
Keadaan operasi normal dianggap sebagai titik daya reaktif nol.

\
Gambar 2.22 Kurva Karakteristik Tegangan-Daya Reaktif

26

2.2.2

Analisis Dinamik

Analisis dinamik biasanya dilakukan dengan memberikan gangguangangguan besar pada sistem, termasuk lepasnya generator dan gangguan tiga fasa
pada saluran transmisi. Analisis stabilitas tegangan gangguan besar pada sistem
dapat dilakukan dengan menngunakan simulasi domain waktu

[1]

. Sistem yang

diuji adalah sistem yang beroperasi pada keadaan normal dengan beberapa
gangguan besar untuk analisis beberapa aspek terkait dengan stabilitas tegangan,
termasuk tegangan bus generator, arus eksitasi, serta daya reaktif yang dihasilkan
generator.
2.3 Mekanisme Pengaturan Tegangan pada Sistem Tenaga
Pengaturan tegangan merupakan pemulihan/penormalan tegangan sistem
yang diakibatkan oleh ketidakstabilan tegangan yang berupa penurunan tegangan
(under voltage) sistem hingga melewati batas toleransi tegangan normalnya yaitu
+5% dan -10% dari tegangan nominalnya dalam hal ini tegangan tinggi 150 kV
dan 70 kV. Pemulihan/penormalan sistem dilakukan dengan cara melepaskan
beban. Dengan mempertimbangkan lokasi pelepasan beban yang tepat, maka
jumlah daya aktif beban (beban yang dipadamkan) diharapkan sekecil mungkin.
Berikut hubungan tegangan dengan daya reaktif.
2.3.1 Hubungan Tegangan dengan Daya Reaktif
Daya Reaktif sangat mempengaruhi tegangan pada sistem tenaga listrik.
Dalam saluran transmisi, aliran daya reaktif pada saluran tersebut sangat
mempengaruhi kondisi tingkat tegangan pada sisi penerima. Semakin besar
kebutuhan daya reaktif pada beban, semakin besar pula terjadinya penurunan
tegangan sistem tenaga listrik. Begitu pula sebaliknya, semakin kecil kebutuhan
daya reaktif pada beban, maka semakin kecil pula penurunan tegangan sistem
tenaga listrik. Daya reaktif adalah suatu besaran yang menunjukkan adanya
fluktuasi daya di saluran transmisi akibat digunakannya peralatan listrik yang
bersifat induktif (misalnya motor listrik, trafo, dan las listrik). Hubungan antara
penurunan tegangan dan daya reaktif dapat ditunjukkan pada persamaan berikut.

27

V = EV =

XQ
V

(2.22)
Dimana,jika penurunan tegangan bernilai besar, maka dapat disimpulkan
adanya penyaluran daya reaktif yang cukup besar ke beban. Untuk lebih jelas
mengenai hubungan antara tegangan dan daya reaktif pada beban akan dibahas
pada pembahasan selanjutnya. Hubungan tegangan dan daya reaktif dapat
dijadikan suatu faktor untuk perbaikan tegangan sistem tenaga listrik.
Beberapa metode dapat digunakan untuk mengurangi masalah stabilitas
tegangan [17], antara lain:
a. Pembangkit yang harus beroperasi.
Mengoperasikan generator cadangan (back up supply) untuk menyediakan
dukungan tegangan selama keadaan darurat atau ketika saluran baru atau
transformator terlambat beroperasi.
b. Kapasitor Seri
Penggunaan kapasitor seri bertujuan untuk seolah-olah memperpendek
saluran listrik yang panjang yang berarti mengurangi rugi daya reaktif. Selain itu,
saluran listrik tersebut dapat mengirim daya reaktif yang lebih banyak menuju
daerah yang kekurangan suplai daya reaktif.
c. Kapasitor Paralel
Walaupun penggunaan kapasitor paralel yang banyak dapat menjadi
bagian dari masalah stabilitas tegangan, terkadang kapasitor tambahan juga dapat
menyelesaikan masalah dengan menggantikan fungsi cadangan daya reaktif
berputar pada generator. Pada umumnya, hampir seluruh kebutuhan daya reaktif
disuplai secara lokal, sedangkan generator hanya menyuplai daya aktif.
d. Kompensator Statis (SVC dan STATCOM)
Kompensator statis, pasangan kondenser sinkron berdasarkan elektronika
daya, efektif dalam mengendalikan tegangan dan mencegah voltage collapse,
tetapi memiliki banyak keterbatasan yang harus diketahui. Voltage collapse yang
terjadi pada sistem bergantung pada kompensator statis ketika sebuah gangguan
yang melebihi kriteria perencanaan menyebabkan kompensator mencapai
batasnya.
e. Operasi pada Tegangan yang Lebih Tinggi

28

Operasi pada tegangan yang lebih tinggi tidak meningkatkan cadangan


daya reaktif, tetapi menurunkan permintaan daya reaktif. Sehingga dapat
mempertahankan generator jauh dari batas daya reaktifnya dan hal tersebut
membantu operator untuk menjaga kendali tegangan. Perbandingan dari kurva QV
pada sisi penerima untuk dua sisi pengirim menunjukkan nilai tegangan yang
lebih besar.
f. Pelepasan Beban Undervoltage
Sedikit pengurangan beban, walaupun sebesar 5% hingga 10% dapat
membuat perbedaan yang signifikan antara collapse atau bertahan. Saat ini,
pelepasan beban manual digunakan untuk tujuan ini (beberapa utility
menggunakan pengurangan tegangan distribusi melalui SCADA) walaupun
mungkin kurang efektif karena terlalu lambat jika terdapat kekurangan daya
reaktif yang cukup besar. Undervoltage rele invers time jarang digunakan tetapi
dapat menjadi sangat efektif. Pada sebuah jaringan radial, pelepasan beban
didasarkan pada tegangan sisi primer. Pada masalah stabilitas keadaan tunak,
pelepasan beban pada sisi penerima akan lebih efektif walaupun mungkin
tegangan paling rendah berada di dekat pusat beban.
g. Faktor Daya Generator yang Lebih Rendah
Ketika pembangkitan baru cukup dekat dengan daerah yang mungkin
membutuhkan cadangan daya reaktif yang besar, faktor daya geneartor sebesar 0,8
atau 0,85 terkadang mungkin lebih sesuai. Akan tetapi, kapasitor dengan sebuah
faktor daya generator yang tinggi dimana generator tersebut memiliki kemampuan
beban lebih daya reaktif akan lebih fleksibel dan ekonomis.
h. Menggunakan Kemampuan Beban Lebih Daya Reaktif Generator
Generator harus digunakan seefektif mungkin. Kemampuan beban lebih
dari generator dan eksiter dapat digunakan untuk menunda voltage collapse
hingga operator dapat mengubah pengiriman atau membatasi beban ketika terjadi
beban lebih (overload). Akan lebih baik jika kemampuan beban lebih didefiniskan
lebih lanjut, operator dilatih untuk menggunakannya, dan divais proteksi diatur
agar tidak mencegah penggunaanya.
2.3.2 Metode Aliran Daya

29

Analisis aliran daya digunakan dalam tugas akhir untuk mendapatkan


data-data tegangan, daya aktif, dan daya reaktif. Metode aliran daya yang
digunakan dalam pengerjaan tugas akhir ini adalah metode Newton Raphson. Hal
ini dikarenakan metode Newton Raphson telah diadopsi dalam perangkat lunak
komersial seperti DigSilent Power Factory dan ETAP (Electric Transient and
Analysis Program).
Perhitungan aliran daya menggunakan metode Newton-Raphson
1. Membentuk matrik admitansi Yrel sistem
2. Menentukan nilai awal V(0), (0), Pspec, Qspec
3. Menghitung daya aktif dan daya reaktif
4. Menghitung nilai P dan Q
5. Membuat matrik Jacobian
6. Menghitung nilai (k+1) dan |V(k+1)|
7. Mencari nilai P dan Q. Perhitungan akan konvergensi jika nilai
P dan Q10-4
8. Jika sudah konvergensi maka perhitungan selesai, jika belum
konvergensi maka perhitungan dilanjutkan untuk iterasi berikutnya.
Berikut adalah langkah langkah perhitungan aliran daya metode Newton
Raphosn :
Persamaan umum dari arus yang menuju arus adalah
n

I i = Y ij V j
j=1

(2.23)
Persamaan diatas bila ditulis dalam bentuk polar adalah
n

I i = Y ij |V j| ij + j
j=1

(2.24)

Daya kompleks pada bus i adalah


PiJQ i=V iI i

(2.25)

Sehingga dengan mensubstitusikan persamaan diatas didapatkan


n

PiJQi=V i i Y ij |V j|ij + j
j=1

(2.26)

30

Pisahkan bagian ril dan imajiner


n

Pi= |V i||V j||Y ij| cos(ij i + j )

(2.27)

j=1

Q i= |V i||V j||Y ij|sin (ij i + j)

(2.28)

j=1

Nilai-nilai P dan Q dapat diterapkan untuk semua bus kecuali slack bus
dan memperkirakan besar dan sudut tegangan pada setiap bus kecuali slack bus
yang mana besar dan sudut tegangan telah ditentukan. Nilai perkiraan ini akan
digunakan untuk menghitung nilai P dan Q dengan menggunakan persamaan
diatas, sehingga didapatkan
P=P

spec

Q=Q

spec

calc

(2.29)

calc

(2.30)

Pada slack bus nilai magnitude tegangan (V) dan sudut () adalah tetap,
sehingga tidak dilakukan perhitungan pada setiap iterasinya. Sedangkan pada
generator bus, daya aktif (P) dan magnitude tegangan (V) bernilai tetap. Sehingga
hanya daya reakti yang dihitung pada setiap iterasinya. Matrik Jacobian terdiri
dari turunan parsial P dan Q terhadap masing-masng variable dalam persamaan di
atas. Dapat dituliskan sebagai berikut

V
P = J 1 J2
Q
J 3 J4

[ ][

(2.31)

Submatrik J1, J2 , J3, dan J4 menunjukkan turunan parsial dari persamaan


di atas terhadap dan V yang bersesuaian, dan secara matematis dapat dituliskan
sebagai berikut :
Nilai untuk elemen J1 adalah :
Pi n
= |V ||V ||Y | sin(ij i + j)
i j 1 i j ij

(2.32)

31

Pi
=|V i||V j||Y ij|sin( ij i + j ) J1
j

(2.33)

Nilai untuk elemen J2 adalah


V i=2|V i||Y ii|cos ii + |V j||Y ij|cos (ij i + j )
j 1

(2.34)

Pi

V j=|V j||Y ij|cos (ij i + j )


Pi
J1

(2.35)
Nilai untuk elemen J3 adalah
Qi
=|V ||V ||Y | cos( ij i + j )
i j 1 i j ij

(2.36)

Qi
=|V i||V j||Y ij|cos (ij i+ j)
i
(2.37)
Nilai untuk elemen J4 adalah
V i=2|V i||Y ii|sin ii + |V j||Y ij|sin(ij i + j )
j 1

(2.38)

Qi

V i=|V i||Y ij|sin( ij i + j )


Qi
J1

(2.39)

Setelah seluruh persamaan diselesaikan, maka nilai koreksi magnitude dan


sudut tegangan ditambahkan ke nilai sebelumnya.
i(k+1) = ik + i k

(2.40)

32

|V i(k +1)|=|V ik|+|V i k|

(2.41)

2.4 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Buruknya Tegangan


Terdapat sejumlah insiden runtuh tegangan di seluruh dunia. Berdasarkan
insiden-insiden tersebut, hal yang memengaruhi buruknya tegangan dapat terjadi
karena hal berikut [1]:
a. Dapat dipicu oleh beberapa penyebab, antara lain: perubahan kecil pada
sistem secara bertahap, seperti kenaikan beban secara alami tanpa diikuti
oleh kemampuan suplai generator atau gangguan besar secara tiba-tiba,
misalnya hubung singkat dan kehilangan unit pembangkitan atau saluran
dengan pembebanan yang besar.
b. Ketidakmampuan sistem untuk memenuhi permintaan daya reaktif beban.
Biasanya runtuh tegangan terjadi pada sistem dengan kondisi saluran yang
pembebanannya besar. Ketika transportasi daya reaktif dari area terdekat
susah dilakukan, sedikit kenaikan permintaan beban akan daya reaktif
dapat mengakibatkan runtuh tegangan.
c. Merupakan penurunan tegangan secara perlahan dan hasil proses
akumulasi yang melibatkan aksi dan interaksi dari banyak divais, sistem
kendali, dan sistem proteksi. Jangka waktu terjadinya collapse dalam
sejumlah kasus adalah dalam satuan menit. Tetapi, dalam beberapa situasi,
durasi runtuh tegangan dinamik bisa lebih singkat, yakni dalam hitungan
detik. Sebagaimana telah didiskusikan pada Bagian 6.2, berdasarkan
rentang waktu terjadinya, stabilitas tegangan diklasifikasikan menjadi
rentang waktu jangka panjang dan transien.
d. Dipengaruhi oleh kondisi dan karakteristik sistem. Ketidakstabilan
tegangan juga dapat menyebabkan runtuh tegangan. Faktor-faktor yang
memiliki pengaruh besar terhadap ketidakstabilan tegangan, antara lain:
Jarak yang jauh antara pembangkitan dan beban
Aksi OLTC selama kondisi tegangan rendah
Karakteristik beban yang tidak baik

33

Koordinasi yang buruk antara sejumlah sistem kendali dan sistem

proteksi
e. Dapat diperburuk oleh penggunaan kompensasi kapasitor paralel secara
berlebihan.
2.5 Mekanisme Perbaikan Tegangan
Salah satu mekanisme perbaikan tegangan adalah dengan menggunakan
skema Unver Voltage Load Shedding (UVLS). Under Voltage Load Shedding
adalah mekanisme pelepasan beban akibat tegangan sistem yang rendah.
Rendahnya tegangan sistem bisa disebabkan oleh kondisi pembebanan yang
sangat tinggi dan atau tripnya satu atau beberapa pembangkit kapasitas kecil.
Kondisi rendahnya tegangan yang terjadi, dalam hal ini pada sistem transmisi
tegangan tinggi 150 kV dan 70 kV adalah di bawah batas toleransi tegangan
normalnya yaitu -10% dari nilai tegangan nominal. Kondisi tersebut dapat
mengganggu kestabilan sistem tenaga listrik dan dapat menyebabkan runtunya
tegangan dan bahkan berpotensi terjadinya pemadaman total (blackout) pada
sistem. Sehingga perlu adanya proteksi yang dapat mengatasi keaadan ini.UVLS
merupakan suatu skema proteksi yang bertujuan melepas beban pada
transformator distribusi agar tegangan sistem dapat naik ke kondisi normal.
Pelepasan beban pada transformator distribusi dengan skema UVLS memiliki
beberapa tahapan pelepasan. Hal ini mempertimbangkan kondisi beban
transformator distribusi. Pertimbangan tersebut meliputi dua aspek, yaitu aspek
teknis dan non teknis

Aspek Teknis

1. UVLS perlu mempertimbangkan level tegangan sistem minimum pada


pembangkit lain.
2. Lamanya waktu pembangkit bisa bertahan saat tegangan sistem turun secara terus
menerus.
3. Kemampuan exciter pembangkit terlemah.

Aspek non Teknis


Karena UVLS mengharuskan untuk melakukan pemadaman disisi
konsumen, maka sangat penting mempertimbangkan konsumen mana yang harus

34

dipadamkan. Konsumen dengan tingkat prioritas yang tinggi harus dijaga


kontinuitas penyaluran daya listriknya.
2.5.1 Sensitivitas Tegangan
Salah satu metode untuk menentukan lokasi pelepasan beban adalah
dengan menggunakan metode sensitivitas bus. Sensitivitas bus yang dimaksudkan
adalah V-Q Sensitivity analysis, dimana nilai dV/dQ akan dijadikan sebagai acuan
dalam menentukan lokasi pelepasan beban. Nilai dV/dQ dapat dicari dengan
penurunan rumus sebagai berikut. Kendala jaringan dapat direpresentasikan dalam
bentuk linear sebagai berikut :
P = J P J PV
Q
J Q J QV V

[ ][

][ ]

(2.42)

Dimana,
P = perubahan penambahan daya aktif pada bus

= perubahan penambahan daya reaktif pada bus

= perubahan sudut tegangan pada bus

= perubahan besar tegangan pada bus

J 11 J 12
J 21 J 22

= Jacobian matriks

Dengan asumsi bahwa P=0 maka didapat


Q=(J QV J Q J P 1 J PV ) V
V =(J QV J Q J P 1 J PV )1 Q
V =J R1 Q

(2.43)

Dimana
J R =J QV J Q J P 1 J PV
Sehingga

(2.44)

35

1
V
=J
Q
R

(2.45)

Dapat dilihat dari persamaan 2.9, rumus untuk mencari nilai sensitivitas
bus. Sensitivitas V-Q bernilai positif mengindikasikan kestabilan operasi, semakin
kecil nilai sensitivitas maka semakin stabil sistem tersebut

[1]

. Nilai sensitivitas

tersebut digunakan sebagai acuan pemilihan lokasi pelepasan beban. Bus yang
memiliki nilai sensitivitas tertinggi pada sistem tersebut dianggap sebagai bus
terlemah. Maka pada bus tersebut akan dilakukan pelepasan beban. Semakin
banyak jumlah beban [MW] yang dilepas, maka semakin baik pula kondisi
tegangan sistem. Hal tersebut juga dapat dilihat dari nilai sensitivitasnya, semakin
baik tegangan sistem maka semakin kecil pula nilai sensitivitas busnya.
2.5.2 SURGE IMPEDANCE LOADING (SIL)
Penghantar akan bersifat kapasitif ketika diberi tegangan sehingga akan
menghasilkan daya reaktif. Ketika penghantar dibebani (mengalir arus) maka
timbul sifat induktif sehingga akan menyerap daya reaktif. Daya reaktif yang
dihasilkan dan diserap oleh penghantar dapat dirumuskan sebagai berikut :
Mvar dihasilkan = KV2/Xc

(2.46)

Mvar diserap = I2Xl

(2.47)

Surge impedance/character impedance (Zo) adalah impedansi dimana


daya yang dihantarkan mempunyai power factor 1.0 atau bersifat resistif. SIL
adalah pembebanan daya aktif penghantar dimana daya reaktif di jaringan tersebut
mencapai keseimbangan. Sehingga

penghantar tidak menyerap maupun

menghasilkan daya reaktif. SIL dapat dirumuskan sebagai berikut :


KV2/Xc = I2 .Xl

(2.48)

KV2/I2 = Xc. Xl

(2.49)

V/I =
SIL=
(2.50)

L/C ) , V/I disebut sebagai surge impedance.


KV 2
L/C

36

Jika penghantar dibebani dibawah nilai SIL nya, maka penghantar


menyuplai daya reaktif ke sistem sehingga menaikkan tegangan. Sebaliknya , jika
penghantar dibebani dibawah nilai SIL, maka penghantar akan menyerap daya
reaktif sehingga menurunkan tegangan. Secara umum grafik SIL bisa dilihat
seperti berikut

Gambar 2.23 karakteristik SIL penghantar

2.6 Dasar Pengoperasian DigSilent Power Factory


Program perhitungan DigSilent Power Factory adalah perangkat lunak
yang berguna untuk analisis industri, utilitas, dan analisis sistem tenaga listrik.
Perangkat lunak ini telah dirancang sebagai paket perangkat lunak canggih yang
terintegrasi dan interaktif dan didedikasikan untuk sistem tenaga listrik dan
analisis kontrol dalam rangka mencapai tujuan utama perencanaan dan optimasi
operasi.
DigSilent merupakan singkatan dari Digital Simulation and Electrical
NeTwork Calculation Program. DigSilent Versi 7 adalah perangkat lunak analisis
sistem tenaga yang pertama di dunia yang terintegrasi dengan grafis antar muka
satu baris, diagram satu barus interaktif, juga termasuk fungsi menggambar,
kemampuan megedit dan semua relevean statis dan dinamis fitur perhitungan.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan analisis sistem kekuasaan saat ini,
kekuatan sistem paket perhitungan DigSilent dirancang sebagai rekayasa terpadu
yang menyediakan teknik lengkap walk-around melalui semua fungsi yang
tersedia, bukannya sekumpulan modul perangkat lunak yang berbeda. Fitur kunci

37

berikut ini diberikan dalam satu program executable tunggal DigSilent Power
Factory :
1. Fungsi inti Power Factory : Definisi, modifikasi, dan organisasi kasus, rutinitas
numerik inti, dan fungsi dokumentasi output.
2. Garis grafis dan data penanganan kasus tunggal interaktif terpadu.
3. Elemen daya sistem dan database pada studi kasus-kasus dasar.
4. Fungsi perhitungan terintegrasi (misalnya garis dan perhitungan parameter mesin
berdasarkan informasi geometris atau papan nama/nameplate).
5. Sistem tenaga konfigurasi jaringan dengan akses interaktif atau terhubung / online
ke sistem SCADA.
6. Interface yang generik untuk sistem pemetaan berbasis komputer.
Dengan menggunakan hanya satu database, yang berisi semua data yang
dibutuhkan untuk semua peralatan dalam sistem tenaga (misalnya data busbar,
data generator, data harmonik, data controller), Power Factory dapat dengan
mudah mengeksekusi salah satu atau semua fungsi yang tersedia, semua dalam
lingkup program yang sama. Beberapa fungsi yang tersedia dalam DigSilent
Power Factory adalah analisis aliran beban / load flow analysis, perhitungan arus
pendek / short-circuit analysis, koordinasi proteksi / protection coordination,
perhitungan stabilitas / stability calculation, dan analisis modal / modal analysis.
Berikut merupakan tampilan muka DIgSilent Power Factory 14.1.

Gambar 2.24 Tampilan Awal DIgSilent Power Factory

Aplikasi DIgSilent Power Factory secara garis besar berfungsi


sebagaimana yang tersedia dalam user manual seperti gambar berikut:

38

Gambar 2.25 Tampilan User Manual

Dalam pengerjaan Tugas Akhir ini beberapa vitur yang dipergunakan


adalah Calculate Load Flow, Virtual Instrument Panel, Stability, dan Load Flow
Sensitivities.

Gambar 2.26 Tampilan Vitur yang Dipergunakan dalam Tugas Akhir

1. Calculate Load Flow


Calculate Load Flow merupakan menu yang dipergunakan untuk
menjalankan aliran daya pada sistem yang telah dibuat. Didalam

39

calculate load flow kita bisa mengatur metode ataupun pertimbangan


apa yang dipergunakan ketika melakukan analisis. Didalam tugas akhir
ini metode aliran yang dipergunakan adalah Newton-Raphson (Power
Equations, classical). Cara untuk mengaktifkan menu ini adalah
dengan memilih Calculation pada menu bar kemudian memilih menu
load flow.
Metode aliran daya Newton Raphson
2. Virtual Instrument Panel
Virtual Instrument Panel merupakan salah satu vitur pada DigSilent
Power Factory yang berfungsi untuk menampilkan grafik (seperti
tegangan, frekuensi, ataupun arus) sesuai keperluan analisis yang kita
ingini. Cara mengaktifkan menu ini adalah dengan memilih File pada
menu bar kemudian memilih menu New kemudian Virtual Instrument
Panel.
3. Stability
Stability merupakan salah satu vitur yang berfungsi untuk menjalankan
fungsi stabilitas. Dari sini dapat dilakukan studi mengenai stabilitas
sistem. Cara mengaktifkan menu ini adalah dengan memilih icon
stability pada select toolbar kemudian aktifkan icon calculate initial
conditions untuk mengeksekusi stabilitas dan start simulation untuk
menjalankan simulasi yang telah di setting.
4. Load Flow Sensitivities
Load Flow Sensitivities merupakan salah satu menu yang berfungsi
untuk menampilkan nilai sensitivitas setiap bus bar. Cara mengaktifkan
menu ini adalah dengan memilih additional tools pada select toolbar
kemudian aktifkan icon load flow sensitivities.
2.6.1

Cara Menginstal DigSilent PowerFactory 14.1


1. Run master dari program yang anda miliki yang sesuai dengan
system type komputer anda.
2. Tekan setuju atau OK saat muncul laman dialog yang pertama
3. Terdapat 3 pilihan untuk install digsilent sesuai dengan kebutuhan,
misalnya untuk permlaan dan penggunaan evaluasi dan test
memilih PowerFactory-Demo.

40

Gambar 2.27 Tampilan awal instal DIgSILENT

4. Lalu akan muncul tampilan di bawah ini, dan pilih Next >.

Gambar 2.28 Tampilan proses menginstal DIgSILENT

5. Setelah itu, muncul dialog persetujuan, centang pada bagian


bawah dan pilih Next >.

41

Gambar 2.29 Tampilan proses menginstal DIgSILENT

6. Lalu pilih Next> saat muncul kolom seperti di bawah ini.

Gambar 2.30 Tampilan proses menginstal DIgSILENT

7. Pilih bahasa yang ingin digunakan, misalnya English, lalu tekan


Next >.

42

Gambar 2.31 Tampilan proses menginstal DIgSILENT

8. Pilih tipe instalasi, lalu tekan Next >.

Gambar 2.32 Tampilan proses menginstal DIgSILENT

9. Pilih folder pada Start Menu, lalu tekan Next >.

43

Gambar 2.33 Tampilan proses menginstal DIgSILENT

10. Maka proses penginstalan akan berjalan, tunggu sampai semua


prosesnya selesai.

Gambar 2.34 Tampilan proses menginstal DIgSILENT

11. Proses penginstalan selesai, lalu tekan Finish.

44

Gambar 2.35 Tampilan proses menginstal DIgSILENT

Menyalin digadm.dll ke dalam folder License Server di folder DIgSILENT


yang ada di Local Disk (C:).

2.6.2

Membuka Aplikasi
1. Tekan ganda pada icon di dekstop.

Gambar 2.36 Icon DigSILENT

Untuk membuka aplikasi ini juga dapat melalui menu START lalu
pilih PowerFactory 14.1
2. Lalu akan tampil kotak dialog untuk mengisi Name dan
Password. Isi Name dengan Demo lalu pilih OK. Name dan
password juga dapat diisi seuai keinginan.
3. Maka akan tampil laman kerja seperti yang di bawah ini

45

Gambar 2.37 Tampilan Awal DigSILENT

2.6.3

Langkah-Langkah Pembuatan Single Line Diagram pada DigSilent


Program DigSilent Power Factory 14.1 dapat digunakan untuk studi aliran

daya pada sistem yang besar dengan jumlah bus yang tidak terbatas. Sistem
150kV PT PLN APB Jateng DIY merupakan sistem yang cukup besar dan
memiliki sekitar 23 bus, oleh karena itu Program DigSilent Power Factory 14.1
dapat digunakan untuk analisis aliran daya sistem PT PLN APB Jateng DIY.
Berikut adalah prosedur penggunaan DigSilent Power Factory 14.1:
1. Menjalankan Program DigSilent Power Factory 14.1
Program DigSilent Power Factory 14.1 dapat digunakan setelah di install
kedalam komputer, setelah itu program dapat digunakan dengan cara mengklik
program Power Factory 14.1.
Gambar 3.38 Simbol Perangkat Lunan DigSilent Power Factory

Setelah program dijalankan maka akan tampak tampilan seperti pada


gambar merupakan tampilan pertama program DigSilent Power Factory 14.1.

46

Gambar 3.29 Tampilan Awal Program DigSilent Power Factory

Pada tampilan awal DigSilent Power Factory 14.1, kita dianjurkan log on
dengan mengisi id/nama/name dan juga bisa memproteksi file yang dibuat dalam
program dengan password yang kita inginkan. Selanjutnya masuk ke tampilan
untuk memulai membuat project dan menggambar one line diagram dengan cara
File New Project.
Kemudian akan muncul halaman dimana kita dianjurkan memberikan
judul studi yang akan kita buat, yang nantinya akan menjadi judul untuk project
kita. Kemudian halaman selanjutnya kita diminta untuk mengisi grid name dan
frekuensi sistem yang aan kita studikan nantinya. PLN sendiri menggunakan
frekuensi sistem adalah 50 Hz, maka kita isi di bagian kolom Nominal
Frequency 50 Hz.
Setelah pengisian basic data sistem yang akan dijadikan studi, maka akan
muncul halaman dimana kita bisa menggambar one line diagram.

47

Gambar 3.40 Tampilan Utama One Line Diagram

Gambar 3.5 merupakan tampilan utama untuk memulai menggambar one


line diagram. Pada gambar terdapat ruang untuk menggambar one line diagram
dengan menggunakan template yang terdapat pada toolbar terletak di sebelah
kanan. One line diagram yang telah dibuat seperti pada gambar berikut.

Gambar 3.41 Pembuatan One Line Diagram

2. Data load flow


Setelah menggambarkan one line diagram (sebagai contoh jaringan 150
kV PLN APB Jateng DIY), kemudian dilakukan pemasukan data. Data yang
dibutuhkan adalah data pada generator, bus, transmisi, tranformator, beban, dan
grid.
a. Data Generator
Data generator yang paling dibutuhkan untuk melakukan sebuah analis
adalah Type Generator yang terdiri dari Basic Data (Nominal Apparent Power,
Nominal Voltage, Power Factor, dan Connection), dan Load Flow (Synchronous
Reactances, Reactive Power Limits, Zero Sequence, dan Negative Sequence).
Kemudian yang penting untuk diisi juga adalah data load flow yang terdiri dari
Dispatch, Reactive Power Limirs, Operational Limits, dan Active Power Ratings.

48

Gambar 3.42 Data Generator pada DigSilent Power Factory

b.

Data Transformator
Data trafo yang yang penting dibutuhkan untuk melakukan sebuah analisis
antara lain type yang terdapat pada basic data (terdiri dari basic data dan load
flow).

Gambar 3.43 Data Transformator pada DigSilent Power Factory

c. Data Transmisi
Data transmisi/line yang penting dibutuhkan untuk melakukan sebuah
analisis antara lain type (terdiri dari basic data dan load flow) dan length of line
yang terdapat pada basic data. Yang perlu jadi perhatian adalah derating factor
yang harus di isi 1, karena jika tidak maka akan mempengaruhi rated current yang
ada pada resulting values.

Gambar 3.44 Data Transmisi pada DigSilent Power Factory

d.

Data Bus

49

Data bus yang penting dibutuhkan untuk melakukan sebuah analisis antara
lain data pada Basic Data dan Load Flow. Untuk Basic data dapat nama dan
nominal voltage untuk di busbar serta nama dan nominal voltage untuk substation.

Gambar 3.45 Data Bus Bar pada DigSilent Power Factory

e.

Data Beban
Data beban yang penting dibutuhkan untuk melakukan sebuah analisis
antara lain data active power dan reactive power. Adjustion by load scaling ini
berfungsi untuk pengaturan beban jika menggunakan relay.

Gambar 3.46 Data Load pada DigSilent Power Factory

f. Data Grid
Data Grid yang penting dibutuhkan untuk melakukan sebuah analisis
antara lain bus type (PQ, PV, atau SL), dan operating point (active power dan
reactive power).

50

Gambar 3.47 Data External Grid pada DigSilent Power Factory

3. Simulasi Aliran Daya


Metode analisa aliran daya yang digunakan pada DigSilent Power Factory
ada 2 metode yaitu metode Newton-Raphson (Current Equations) dan NewtonRaphson (Power Equations, Classical). Current Equations berfungsi untuk
menganalisa sistem distribusi yang tidak seimbang, sedangkan Power Equation
berfungsi untuk menganalisa sistem transmisi yang seimbang, terutama sistem
dengan beban besar.
Adapun jendela translasi load flow dapat dilihat pada gambar berikut yang
diterapkan untuk topologi sistem kelistrikan sub sistem Tanjung Jati.

Gambar 3.48 Tampilan Menu Load Flow Calculation

10.5.

Вам также может понравиться