Вы находитесь на странице: 1из 9

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pendapatan Negara merupakan suatu hal yang sangat penting guna
membiayai pembangunan dan menjalankan roda pemerintahan. Pendapatan
Negara mempunyai berbagai macam sumber, baik dari sektor migas maupun
nonmigas. Penerimaan dari sektor migas sangat besar, tetapi sektor migas tidak
dapat kita andalkan sepenuhnya sebagai sumber utama pendapatan Negara
secara terus menerus karena persediaan sumber daya migas dari waktu ke
waktu semakin menipis, oleh karena itu pemerintah harus berusaha
memaksimalkan atau mengoptimalkan penerimaan dari sektor nonmigas, yaitu
penerimaan melalui sektor pajak dapat dikatakan sebagai kunci bagi
pembangunan di masa sekarang dan di masa yang akan dating. Pajak
penghasilan (PPh) merupakan pajak yang dipungut kepada objek pajak atas
penghasilan yang diperolehnya. PPh akan selalu dikenakan terhadap orang atau
badan usaha selaku wajib pajak yang memperoleh penghasilan.
Sebuah perusahaan didirikan atau dibentuk pada dasarkan mempunyai
tujuan tujuan tertentu yang ingin dicapai. Adapun tujuan tersebut terdiri dari
2, yaitu tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek

perusahaan adalah untuk memaksimalkan laba atau keuntungan yang akan


diperolehnya, sedangkan untuk tujuan jangka panjangnya yaitu untuk going
concern atau keberlangsungan perusahaan tersebut untuk ke depan. Untuk
mencapai tujuan tujuan tersebut, perusahaan sering kali melakukan penekanan
terhadap biaya produksi dan juga 1menekan biaya biaya lain yang dapat
memperkecil atau meminimalkan pengeluaran dari perusahaan, sehingga laba
atau keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan akan semakin besar dan
meningkat.
Salah satu usaha penghematan pajak lainnya dapat dilakukan dengan
penyelundupan pajak (tax evasion) dan penghindaran pajak (tax avoidance).
Harry Graham Balter (dalam Moh.Zain 2003 : 49), mengatakan bahwa
penyelundupan pajak mengandung arti sebagai usaha yang dilakukan wajib
pajak apakah berhasil atau tidak untuk mengurangi atau sama sekali menghapus
utang pajak yang berdasarkan ketentuan yang berlaku sebagai pelanggaran
terhadap Undang undang perpajakan, seperti meninggikan harga pembelian,
merendahkan penghasilan yang diperoleh, meninggikan beban usaha atau
melakukan pembayaran deviden secara diam diam.
Berlainan dengan penyelundupan pajak, penghematan melalui
penghindaran pajak menurut Harry Graham Balter (dalam Moh.Zain 2003:49)
adalah merupakan usaha yang sama, yang tidak melanggar ketentuan Undang
undang perpajakan. Misalnya dengan memanfaatkan pengecualian dan
potongan yang diperkenankan atau memanfaatkan hal hal yang belum diatur
dalam peraturan perpajakan yang berlaku. Untuk melakukan tujuan-tujuan di
ini, perusahaan harus memiliki Tax Planning (Perencanaan Pajak) yang
bertujuan untuk meminimalkan jumlah pajak yang akan dibayar dan untuk
meningkatkan laba atau keuntungannya. Salah satu contoh perncanaan pajak
tersebut adalah dengan cara meminimalkan besarnya jumlah Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) terhutang. Dan ini hanya mungkin dilakukan apabila pihak
manajemen
perusahaan
memahami
ketentuan
perpajakan
serta
menyelenggarakan kebijakan kebijakan akuntansi dan pembukuan yang
memenuhi syarat.

Dalam hal pemungutan pajak, sistem yang dianut Indonesia saat ini
adalah Self Assessment System, dengan pengertian bahwa wajib pajak
bertanggung jawab atas segala pembukuan dan pencatatan yang diperlukan
untuk menetapkan besarnya pajak yang terutang, yang dilakukannya dalam
Surat Pemberitahuan (SPT). Wajib pajak menetapkan sendiri jumlah pajak yang
terutang dengan cara mengalikan tarif orisinil dengan Dasar Pengenaan
pajaknya, kemudian memperhitungkan berapa besar pajak yang akan dilunasi
dalam tahun berjalan yang dikenal dengan istilah Kredit Pajak, yang akan
menghasilkan pajak yang Kurang Bayar atau Nihil Bayar atau Lebih Bayar.
Sehingga dengan system self assessement system yang diterapkan dii
Indonesia, maka perusahaan perusahaan di Indonesia sebagai pemotong pajak
atas penghasilan karyawan hendaknya memiliki strategi perhitungan pajak yang
dapat menguntungkan perusahaan, tetapi tidak merugikan karyawan perusahaan
dan juga tidak merugikan Negara.
Berdasarkan karakteristik Pajak Pertambahan Nilai, maka suatu
perusahaan dapat melakukan tax planning (perencanaan pajak) dengan cara
antara lain, yaitu dengan cara memaksimalkan pajak masukan yang dapat
dikreditkan, memperoleh Barang Kena Pajak (BKP) atau Jasa Kena Pajak
(JKP) dari Pengusaha Kena Pajak (PKP) dan menunda pembuatan faktur pajak
atas penjualan Barang Kena Pajak (BKP) atau Jasa Kena Pajak (JKP) yang

pembayaran belum diterima, selambat lambatnya akhir bulan setelah masa


pajak berakhir.
Definisi Perencanaan Pajak (tax planning) itu sendiri menurut Moh.Zain
(2003:43) adalah : Proses mengorganisasi usaha wajib pajak atau kelompok
wajib pajak sedemikian rupa sehingga pajak terhutangnya, baik itu pajak
penghasilan ataupun pajak pajak lainnya berada pada posisi yang paling
minimal, sepanjang hal itu dimungkinkan baik oleh ketentuan peraturan
perundang undangan perpajakan maupun secara komersial. Adapun hal hal
yang perlu diperhatikan dalam tax planning (perencanaan pajak) yaitu (1)
memahami ketentuan pajak, (2) mempertimbangkan cost dan benefit dari
perencanaan pajak yang dilakukan, (3) memahami bidang usaha dan keadaan
indsutri suatu bisnis yang digeluti, dan (4) melakukan perencaaan pajak dengan
itidad yang baik (ika ; 2004).
Pada perusahaan perusahaan produsen, Pajak masukan yang dapat
dikreditkan ini dapat dilakukan misalnya dengan melakukan ekspor Barang
Kena Pajak (BKP). Pengusaha Kena Pajak (PKP) juga dapat meminimalkan
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) terhutang dari penggunaan barang modal serta
pembelian bahan baku yang berhubungan dengan hasil usahanya. Penggunaan
barang modal oleh perusahaan antara lain adalah penggunaan mesin mesin
untuk menghasilkan barang baik untk ekspor maupun barang barang yang
akan dijual di dalam negeri. Atas perolehan mesin mesin tersebut maka pajak
masukan dapat dikreditkan.
Dengan

melakukan

kegiatan

ekspor,

maka

perusahaan

dapat

meminimalkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) terhutangnya dengan cara


meminta kembali pajaknya (retribusi) atau mengkompensasikan pajaknya untuk

pembayaran pajak masa berikutnya, karena dalam kegiatan ekspor ditentukan


tarif 0%.
Selain untuk meminimalkan Pajak Pertambahan Nilai Terhutang, Tax
Planning juga dapat dilakukan perusaahaan untuk menunjukkan efisiensi
pembayaran Pajak Pertambahan Nilai itu sendiri. Hal ini dikarenakan dengan
adanya Tax Planning, setiap perusahaan dapat menunda pembayaran jumlah
Pajak Pertambahan Nilai Terhutangnya. Selain itu juga untuk mendorong
ekspor (atas penyerahan dikenakan 0%) dan mendorong investasi (pajak yang
dibayarkan atas peroleh atau impor barang modal, dibebaskan atau dapat
diminta kembali).
Untuk perhitungan PPh pasal 21 yang ditanggung oleh sebuah
perusahaan, dalam hal perusahaan akan menanggung PPh pasal 21 atas
penghasilan yang diterima oleh karyawan. Karyawan akan menerima
penghasilan (gaji) secara utuh tanpa potongan PPh pasal 21. Berdasarkan pasal
9 atay 1 (b) undang undang no.36 tahun 2008. PPh 21 yang ditanggung oleh
perusahaan tidak dapat dibebankan segala biaya.
Dalam perhitungan laba rugi, PPh yang ditanggung perusahaan tidak
boleh dimasukkan sebagai unsur biaya. Hal ini akan menyebabkan laba
perusahaan akan menjadi lebih besar, sehingga pajak terhutang perusahaan akan
menjadi besar pula. Masalah tersebut dapat diatasi dengan cara menggunakan

metode lainnya, yaitu pajak atas penghasilan karyawan yang dipotongkan dari
gaji bersih karyawan ditambah dengan tunjangann pajak. Tunjangan pajak
tersebut besarnya sama dengan pajak yang dipotongkan dari karyawan, metode
ini dikenal dengan metode gross up. Tambahan penghasilan ini disebut
tunjangan PPh pasal 21.
Pemberian tunjangan PPh pasal 21 kepada karyawan merupakan benefitin-cash dan telah dikenakan potongan PPh pasal 21, maka biaya ini merupakan
pengeluaran yang dapat dibebankan sebagai biaya. Tunjangan dapat diakui
sebagai biaya oleh perusahaan akan menjadi lebih kecil atau jumlahnya dapat
diminimalkan. Metode gross up merupakan salah satu metode yang dapat
dilakukan untuk meminimalkan pajak yang akan dibayarkan kepada
pemerintah.
Pada PT. Cipta Kobentindo, usaha untuk meminimalisasi pajak yang
terhutang dapat dilakukan dengan cara mengefisienkan jumlah PPh pasal 21
yang terhutang. Berdasarkan data yang diperoleh dari internal perusahaan, pada
tahun 2010 jumlah PPh pasal 21 terhutang yang ditanggung perusahaan adalah
sebesar Rp 9.075.863, pada tahun 2011 sebesar Rp 10.461.089 dan pada tahun
2012 sebesar Rp 12.124.639. Dari data tersebut terlihat bahwa dari tahun ke
tahun PPh pasal 21 yang ditanggung perusahaan akan selalu mengalami
kenaikan.

Dari data di atas dengan kenaikan pajak terhutang yang ditanggung


perusahaan selalu meningkat dari tahun ke tahun membuat penulis merasa
tertarik untuk mengkaji atau meneliti permasalahan perencanaan pajak tersebut.
Untuk itu penulis mengambil keputusan untuk menyusun skripsi ini dengan
judul : Analisis Perencanaan Pajak dalam Rangka Meminimalisasi Pajak
Terhutang pada PT. Cipta Kobentindo Palembang.

1.2 Perumusan Masalah


Adapun yang menjadi perumusan masalah yang berhubungan dengan
judul di atas adalah sebagai berikut :
Bagaimana pemberlakukan Perencanaan Pajak (Tax Planning) yang
dapat diterapkan oleh perusahaan untuk melakukan efisiensi terhadap
pembayaran Pajak Penghasilannya dalam rangka meminimalkan Pajak
terhutangnya yang sesuai dengan Undang Undang Perpajakan ?

1.3 Batasan Masalah


Sehubungan

dengan

perumusan

masalah

yang

telah

diuraikan

sebelumnya, maka penulis mencoba membuat batasan masalah dalam penulisan


skirpsi ini agar tidak menyimpang, yaitu :

Analisis hanya difokuskan pada laporan keuangan pada tahun 2010


sampai 2012 saja yaitu laporan laba/rugi dan neraca. Dan meneliti perhitungan
Pajak Penghasilan (PPh pasal 21) yang diterapkan oleh perusahaan.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian


1.4.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan diadakannnya penelitian ini adalah : untuk menentukan
Tax Planning (Perencanaan Pajak) yang tepat dalam rangka mengefisiensikan
penerapan PPh pasal 21 dalam hal meminimalisasi pajak terhutang pada PT.
Cipta Kobentindo Palembang.
1.4.2

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi banyak

pihak, antara lain :


a. Bagi penulis, dapat mengetahui perhitungan PPh pasal 21 yang benar
dalam suatu perusahan dan memberi pengalaman belajar demi
menumbuhkan kemampuan dan keterampilan dalam bidang perpajakan.
b. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan
kepada perusahaan untuk dapat melakukan tax planning (perencanaan
pajak) yang tepat dalam meminimalisasi pajak terhutang sesuai dengan
undang undang yang perpajakan yang berlaku.
c. Bagi pembaca, menambah wawasan bagi pihak pembaca sehingga dapat

berguna jika menghadapi masalah yang sama dalam hal tax planning

(perencanaan pajak) atau menjadi bahan masukan bagi rekan mahasiswa


yang ingin melanjutkan penelitian ini.

Вам также может понравиться