Вы находитесь на странице: 1из 84

HUBUNGAN PENGETAHUAN KESEHATAN TENTANG

PENULARAN HIV/AIDS DENGAN STIGMA


MASYARAKAT PADA ORANG DENGAN
HIV/AIDS (ODHA) KECAMATAN
DEWANTARA KABUPATEN
ACEH UTARA
TAHUN 2015
Skripsi
Diajukan ke Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh sebagai pemenuhan
salah satu syarat untuk melaksanakan penelitian skripsi Sarjana Kedokteran

Oleh:

MOCH. GIZKY BADAWI


NIM. 110610036

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
2015

ABSTRAK

Pengetahuan kesehatan tentang penularan HIV/AIDS adalah salah satu faktor


yang mempengaruhi stigma di masyarakat pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA).
Stigma pada ODHA yang terjadi di masyarakat ini masih menjadi masalah yang
mengganggu kehidupan sosial para ODHA. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan pengetahuan kesehatan tentang penularan HIV/AIDS dengan
stigma masyarakat pada ODHA Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara tahun
2015. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional.
Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling sebanyak 77 orang.
Data dianalisis dengan menggunakan software statistik dengan Uji Chi Square.
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan nilai p = 0,226 (p>0,005) yang berarti tidak
terdapat hubungan antara pengetahuan kesehatan tentang penularan HIV/AIDS
dengan stigma masyarakat pada ODHA di Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh
Utara tahun 2015.
Kata Kunci : HIV/AIDS, Pengetahuan Kesehatan, ODHA, Stigma pada ODHA

ABSTRACT

Health knowledge about the transmission of HIV/AIDS is one of the factors


that affect people living with HIV/AIDS (PLWHA) stigma in society. Stigma on
PLWHA that occurs in the community is still a problem that interfere social life of the
PLWHA. This study aims to determine the relationship of health knowledge about the
transmission of HIV/AIDS and stigma on PLWHA at Kecamatan Dewantara
Kabupaten Aceh Utara in 2015. This research was analytic study with cross sectional
approach. Purposive sampling method was used in this study (total 77 people). Data
were analyzed using statistic software by the Chi Square test. Based on the research
results, p value was = 0.226 (p> 0.005) which means there was no relationship
between health knowledge about the transmission of HIV/AIDS and stigma on
PLWHA at Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara 2015.
Keyword : HIV/AIDS, Health Knowledge, PLWHA, Stigma on People Living with
HIV/AIDS

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulias panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat, karunia
serta izin-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi
yang berjudul : Hubungan pengetahuan kesehatan tentang penularan
HIV/AIDS dengan stigma masyarakat pada orang dengan HIV/AIDS
Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara 2015 sebagai salah satu syarat
untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran dan menyelesaikan pendidikan di
Program Studi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh. Shalawat dan
salam penulis sampaikan kepada nabi Muhammad SAW, keluarga dan para
sahabatnya karena melalui perantara penulis dapat menikmati hidup didalam islam
yang penuh pengetahuan ini.
Skripsi ini penulis persembahkan bagi orang-orang tercinta yang senantiasa
mendukung penulis :
1.

Kedua orang tua tercinta Ayahanda Amir Jaya Badawi dan Ibunda Rita
Rovaida, sumber kehidupan dan pembimbing utama dalam kehidupan penulis
yang selalu memberikan doa, cinta, kasih sayang, dukungan dan perhatian serta
pengorbanan yang begitu besar baik berupa materi maupun moril. Dorongan dan
motivasi ayahanda serta ibundalah yang membuat penulis dapat penulis dapat

menyelesaikan tahapan pendidikan ini, sehingga ucapan terima kasih ini tidaklah
cukup untuk menggambarkan wujud penghargaan penulis kepada mereka.
2. Adik Tercinta Gesya Gebinne yang selalu memberi semangat agar penulis selalu
sukses dan selalu memberika yang terbaik untuk orang tua.
Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak, untuk itu penulis ingin menyampaikan terima kasih dan
penghargaan kepada :
1. dr. Ibrahim Puteh, Sp.KJ, sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Malikussaleh memberikan petunjuk, saran dan masukan untuk kelengkapan
penelitian ini.
2. Ibu Harvina Sawitri, SKM. MKM, selaku pembimbing satu yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
3. dr. Cut Khairunnisa, M.Kes, sebagai sekretaris prodi dan pembimbing dua
yang juga telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. dr. Sri Wahyuni, M.Sc, selaku penguji satu yang telah memberikan petunjuk,
saran dan masukan untuk kelengkapan penelitian ini.
5. dr. Cut Sidrah Nadira M.Sc, sebagai penguji dua yang juga telah membrikan
petunjuk, saran dan masukan untuk kelengkapan penelitian ini.

6. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas


Malikussaleh.
7. Bapak Camat, staf beserta warga Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara
yang telah turut membantu dan memberika izin penelitian skripsi.
8. Teman-teman

mahasiswa

Fakultas

Kedokteran

Universitas

Malikussaleh

khususnya angkatan 2011 yang telah banyak memberikan dukungan kepada


penulis hingga akhir masa pendidikan.
9. Seluruh pihak yang telah membantu baik secara langsung ataupun tidak langsung
yang tidak dapat disebutkan satu per satu dalam pengantar ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna bagi dari segi isi
maupun penulisan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan masukan yang
membangun demi kesempurnaan skripsi ini dan pengembangan di masa yang akan
datang.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi siapapun yang membacanya. Amin Ya Rabbal
Alamin.

Lhokseumawe, 20 Januari 2016

Penulis

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Aquired Immuno Deficiency

Syndrom (AIDS) adalah penyakit menular seksual menurut United Nations


Programme on HIV/AIDS (UNAIDS) dan World Health Organization (WHO).
Diperkirakan HIV telah menginfeksi 25 juta orang sejak ditemukan pada tanggal 5
Juni 1981, sehingga dalam kurun waktu yang singkat telah menjadi pandemi di
seluruh negara. Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) didefinisikan sebagai seseorang
yang telah terinfeksi oleh virus HIV atau yang telah mulai menampakkan satu atau
lebih gejala AIDS (United Nation Programme on HIV/AIDS (UNAIDS), 2006).
Waktu munculnya gejala bisa saja terjadi lebih cepat (kurang dari 2 tahun)
atau lebih lama (lebih dari 10 tahun). Kowalak (2011) mengatakan bahwa sekitar
10% orang yang terinfeksi virus HIV akan berkembang menjadi AIDS dalam waktu
2 sampai 3 tahun, dan sekitar 10% pengidap HIV tidak akan berkembang menjadi
AIDS bahkan setelah 10 tahun. Rentang waktu dari seseorang terinfeksi sampai
muncul gejala klinis bisa sangat bervariasi antara 8 sampai 10 tahun, yang bisa
disebut sebagai masa inkubasi, atau dalam terminologi penyakit HIV/AIDS biasa
disebut juga sebagai windows period. Pembuktikan seseorang telah terinfeksi HIV,

harus melewati pemeriksaan atau tes HIV yang biasa dilakukan menggunakan metode
pengujian Western Blot dalam mendeteksi antibodi HIV pada serum, plasma, cairan
mulut, darah kering, maupun urine pasien. Seseorang harus mendapatkan penyuluhan
(konseling) sebelum dan setelah melakukan tes HIV. Tes HIV tidak boleh dilakukan
tanpa adanya persetujuan dan berdasarkan informasi lengkap (informed consent) dari
yang bersangkutan (Kowalak, 2011).
Stigma buruk terhadap ODHA dan diskriminasi tidak saja dilakukan oleh
masyarakat awam yang tidak mempunyai pengetahuan yang cukup tentang penyakit
HIV/AIDS, tetapi dapat juga dilakukan oleh petugas kesehatan. Saat ini tercatat,
sekitar 34 juta orang di dunia mengidap Virus HIV penyebab AIDS dan kebanyakan
dari mereka hidup dalam kemiskinan dan di negara berkembang. Data WHO terbaru
juga menunjukkan peningkatan jumlah pengidap HIV

yang mendapatkan

pengobatan. Tahun 2012 tercatat 9,7 juta orang dan angka ini meningkat 300.000
orang lebih banyak dibandingkan satu dekade sebelumnya (WHO, 2012). Data
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia melaporkan bahwa sejak pertama kali
kasus HIV/AIDS ditemukan pada tahun 1987 sampai dengan 30 Juni 2012, telah
tercatat 32.103 kasus AIDS dan 86.762 kasus terinfeksi HIV serta 8.235 kasus
kematian akibat HIV/AIDS di 33 Provinsi di Indonesia (Kemenkes RI, 2012).
Data Komisi Penanggulangan HIV/AIDS Provinsi (KPAP) Aceh, kasus
HIV/AIDS di Provinsi Aceh dari tahun 2007 hingga akhir bulan Desember 2012 telah
terdapat 161 kasus HIV/AIDS di 23 Kabupaten/Kota. Dari 23 Kabupaten/Kota
tersebut, Kabupaten Aceh Utara merupakan daerah tertinggi penderita HIV/AIDS

dengan jumlah kasus sebanyak 33 orang, tetapi yang diakui oleh Kementerian
Kesehatan berjumlah 19 kasus HIV/AIDS (KPAP, 2013).

Data terakhir sejak 2004 hingga Oktober 2014, HIV/AIDS di Aceh mencapai
303 kasus. Dari jumlah tersebut, 94 penderita meninggal dunia. Kabupaten/kota
tertinggi terjangkitnya virus itu adalah Aceh Utara dengan 35 kasus, disusul Aceh
Tamiang 32 kasus, Bireuen dan Banda Aceh masing-masing 27 kasus, dan
Lhokseumawe 23 kasus. Kecamatan Dewantara sendiri termasuk yang tertinggi di
Kabupaten Aceh Utara dengan jumlah 14 kasus November 2013 (KPAP Aceh, 2014).
Stigma masyarakat aceh yang buruk pada ODHA juga termasuk yang tertinggi
di Kabupaten dan kota di Aceh seperti, Kuala simpang, Bireuen, Banda Aceh dan
Lhokseumawe. Salah satu kendala dalam pengendalian penyakit HIV/AIDS adalah
stigma dan diskriminasi terhadap penderita HIV/AIDS (ODHA) (Kemenkes, 2012).
Herek & Capitiano (1999) mengatakan bahwa timbulnya stigma dan diskriminasi
terhadap ODHA disebabkan oleh faktor risiko penyakit ini yang terkait dengan
perilaku seksual yang menyimpang dan penyalahgunaan narkotika dan obat
berbahaya atau narkoba. Penyuluhan kesehatan terutama tentang HIV/AIDS di Aceh
Utara sering dilakukan oleh Dinas Kesehatan, KPAK dan juga Yayasan terkait, namun
masyarakat masih saja takut dan memberi perlakuan tidak adil (diskriminasi) dan
stigma karena penyakit yang mereka derita. Hal ini mungkin dikarenakan semakin
besarnya kasus di daerah tersebut maka semakin besar pula stigma yang buruk dari
masyarakat Aceh terhadap ODHA (YPAP Lhokseumawe, 2014)

1.2

Rumusan Masalah
Tingginya angka kejadian HIV/AIDS masih menimbulkan stigma buruk di

masyarakat meskipun sering dilakukannya penyuluhan kesehatan. Atas dasar itulah


peneliti tertarik untuk meneliti tentang hubungan pengetahuan kesehatan tentang
penularan HIV/AIDS dengan stigma masyarakat pada orang dengan HIV/AIDS
(ODHA) Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015.

1.3

Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana karakteristik masyarakat yang mendiskriminasi ODHA Aceh
Utara?
2. Apakah pengetahuan kesehatan tentang penularan HIV/AIDS berhubungan
dengan stigma di masyarakat pada ODHA Aceh Utara?

1.4

Tujuan Penelitian

1.4.1

Tujuan umum
Mengetahui hubungan pengetahuan kesehatan tentang penularan HIV/AIDS

dengan stigma masyarakat pada ODHA Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh


Utara tahun 2015.

1.4.2

Tujuan khusus

1. Mengetahui karakteristik masyarakat yang mendiskriminasi ODHA di


Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara 2015.
2. Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan masyarakat tentang penularan
HIV/AIDS dengan stigma pada ODHA di Kecamatan Dewantara Kabupaten
Aceh Utara 2015.

1.5

Manfaat Penelitian

1.5.1

Manfaat teoritis

Untuk menambah pengetahuan dan pemahaman peneliti tentang hubungan


pengetahuan kesehatan tentang penularan HIV/AIDS dengan stigma
masyarakat pada orang dengan HIV/AIDS.

Untuk menambah pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang


pentingnya pengetahuan kesehatan tentang penularan HIV/AIDS dalam upaya
pencegahan stigma pada ODHA.

Sebagai penyedia data untuk penelitian lebih lanjut khususnya dalam


mengetahui hubungan pengetahuan kesehatan tentang penularan HIV/AIDS
dengan munculnya stigma masyarakat pada ODHA.

1.5.2

Manfaat praktis

1.

Menambah informasi bagi Dinas Kesehatan Aceh Utara tentang pentingnya


pengetahuan kesehatan penularan HIV/AIDS dalam upaya pencegahan
munculnya stigma masyarakat pada ODHA.

2.

Menambah informasi KPAP Aceh tentang manfaat pengetahuan kesehatan


penularan HIV/AIDS dalam upaya pencegahan stigma masyarakat pada
ODHA.

3.

Menambah informasi bagi masyarakat dan mampu menurunkan stigma yang


buruk terhadap ODHA.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Konsep HIV/AIDS

2.1.1

Pengertian
Human immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus dari famili lentivirus

yang termasuk golongan virus ribonucleic acid (RNA) dengan bentuk sferis dan
berdiameter 1000 angstrom. Sebagai retrovirus, HIV memiliki sifat khas karena
memiliki enzim reverse transcriptase, yaitu enzim yang memungkinkan virus
mengubah informasi genetiknya yang berada dalam RNA ke dalam bentuk
deoxyribonucleic acid (DNA) yang kemudian diintegrasikan ke dalam informasi
genetik sel limfosit yang diserang. Virus HIV dapat memanfaatkan mekanisme sel
limfosit untuk memperbanyak dirinya. Virus ini pertama kali ditemukan pada tahun
1983 oleh Luc Montaigner di Perancis pada seorang pasien limfadenopati (Jawetz,
2008).
2.1.2

Epidemiologi
Menurut laporan data statistik The Joint United Nations Programme on

HIV/AIDS (UNAIDS), pada tahun 2010 terdapat 35,5 juta kasus HIV/AIDS dan pada

tahun 2011 lebih dari 34 juta orang hidup dengan HIV/AIDS yang di antaranya 3,3
juta orang berada di bawah usia 15 tahun. Angka ini menunjukkan penurunan
insidensi kasus HIV/AIDS sebanyak hampir 50% di tiap negara, khususnya di
negara-negara sedang berkembang seperti kawasan Afrika (Afrika Sub-Sahara,
Malawi, Zimbabwe) dan kawasan Asia (India, Nepal, Thailand, Papua New Guinea)
tetapi sebagian negara di kawasan tersebut malah mengalami peningkatan kasus
(UNAIDS, 2012).
Kawasan Afrika, Eropa, Amerika, dan Australia, penyebab utama cara
penularan virus HIV/AIDS adalah seks antara kaum homoseksual tanpa perlindungan
sebanyak 60% dan sisanya para pekerja seks komersial dan penyalahgunaan narkoba
suntik. Hal berbeda terdapat pada kawasan Asia termasuk Indonesia dimana penyebab
utama cara penularannya adalah melalui hubungan
kemudian

seks bebas heteroseksual,

penyalahgunaan narkoba suntik, dan yang terakhir seks antara kaum

homoseksual (Timreck, 2006).


Kasus HIV/AIDS sejak tahun 2006 2014 terus mengalami peningkatan.
Peningkatan jumlah kasus terbanyak pada tahun 2010 2014, meskipun terdapat
penurunan jumlah kasus seperti pada tahun 2007, 2009, dan 2012. Total kasus HIV
dari tahun 2006 sampai 5 September 2014 sebanyak 265,21 kasus. Berikut tabel
jumlah kasus HIV menurut Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan (Kemenkes, 2012).
Tabel 2.1 Jumlah Kasus HIV Menurut Tahun di Indonesia
No.
Tahun
Jumlah Kasus HIV

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Total
(Sumber: Kemenkes, 2012)

7.195
6.045
10.362
9.793
21.581
21.031
9.883
29.037
150.29
265.21

Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Aceh Utara mendapatkan jumlah kasus


HIV/AIDS di Kabupaten Aceh Utara terus meningkat sampai akhir tahun 2012. Pada
tahun 2007 terdapat 3 kasus HIV/AIDS, tahun 2009 ditemukan 5 kasus, tahun 2010
dijumpai 2 kasus, tahun 2011 dijumpai 7 kasus, tahun 2012 terdapat 13 kasus,
sehingga totalnya adalah 30 kasus HIV/AIDS. Dari 30 kasus tersebut, 21 kasus
diantaranya masih stadium HIV sedangkan yang telah terdeteksi mengidap AIDS ada
9 kasus, 6 diantaranya masih tergolong usia dewasa muda (30 tahun) dan 8 orang
diantaranya telah meninggal dunia (KPA Aceh Utara, 2013).
2.1.3

Etiologi
Human immunodeficiency Virus (HIV) yang termasuk dalam famili retrovirus

genus lentivirus diketemukan oleh LucMontagnier, seorang ilmuwan Perancis


(Institute Pasteur, Paris 1983), yang mengisolasi virus dari seorang penderita dengan
gejala limfadenopati, sehingga pada waktu itu dinamakan Lymphadenopathy
Associated Virus (LAV). Gallo (National Institute of Health, USA 1984) menemukan
Virus HTLV-III (Human T Lymphotropic Virus) yang juga adalah penyebab AIDS.

Pada

penelitian

lebih

lanjut

dibuktikan

bahwa

kedua

virus

ini

sama,

sehingga berdasarkan hasil pertemuan International Committee on Taxonomy of


Viruses (1986) WHO memberi nama resmi HIV. Pada tahun 1986 di Afrika
ditemukan virus lain yang dapat pula menyebabkan AIDS, disebut HIV-2, dan
berbeda dengan HIV-1 secara genetik maupun antigenik. Virus HIV-2 dianggap
kurang patogen dibandingkan dengan HIV-1. Untuk memudahkan, kedua virus itu
disebut sebagai HIV saja (Kowalak, 2011).
Virus HIV-1 memiliki 10 subtipe yang diberikan kode A sampai J. Virus
subtipe B merupakan prevalen di Amerika Serikat dan Eropa Barat, ditemukan
terutama pada pria homoseksual dan penggunaan obat suntik. Subtipe C dan E
ditularkan melalui hubungan seksual. Subtipe C merupakan prevalen di Afrika

sub-

Sahara, juga ditemukan di Amerika Utara. Subtipe E, yang merupakan penyebab


epidemi di Thailand, memiliki daya afinitas yang lebih kuat terhadap sel epitel baik
saluran reproduksi pria maupun wanita. Subtipe B tidak mudah ditularkan melalui sel
epitel saluran reproduksi, tetapi langsung masuk ke dalam tubuh melalui kontak pada
darah. Subtipe E telah ditemukan hanya pada isolasi di Amerika Serikat dan Eropa
Barat. Subtipe C dan E mempunyai afinitas tinggi pada sel epital saluran reproduksi,
epidemi HIV yang baru dapat terjadi pada populasi heteroseksual (Kowalak, 2014).
2.1.4

Cara Penularan
Human immunodeficiency Virus sendiri dapat ditularkan melalui beberapa

cara, adapun di antaranya (Kowalak, 2014);


a. Menggunakan jarum suntik secara bergantian, bekas pakai atau tidak steril

b. Hubungan seks berganti-gantian pasangan


c. Dari ibu ke bayi saat melahirkan, maupun menyusui
Namun HIV tidak dapat ditularkan melalui;
a. Gigitan nyamuk atau serangga lain
b. Berenang bersama
c. Memakai toilet umum
d. Bersalaman, pelukan atau ciuman
e. Terpapar batuk atau bersin
f. Berbagi makanan atau menggunakan alat makan bersama
g. Air kotor dan udara
2.1.5

Patofisiologi
Human immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menggunakan

RNA sebagai genom. Untuk masuk ke dalam sel, virus ini berikatan dengan reseptor
(CD4) yang ada di permukaan sel. Artinya, virus ini hanya akan menginfeksi sel yang
memiliki reseptor CD4 pada permukaannya. Karena biasanya yang diserang adalah
sel T limposit (sel yang berperan dalam sistem imun tubuh), maka sel yang diinfeksi
oleh HIV adalah sel T yang mengekspresikan CD4 di permukaannya (CD4+ T cell)
(Pricen, 2012).
Setelah berikatan dengan reseptor, virus berfusi dengan sel (fusion) dan
kemudian melepaskan genomnya ke dalam sel. Di dalam sel, RNA mengalami proses
reverse transcription, yaitu proses perubahan RNA menjadi DNA. Proses ini
dilakukan oleh enzim reverse transcriptase. Proses sampai step ini hampir sama

dengan beberapa virus RNA lainnya. Yang menjadi ciri khas dari retrovirus ini adalah
DNA yang terbentuk kemudian bergabung dengan DNA genom dari sel yang
diinfeksinya. Proses ini dinamakan integrase (integration). Proses ini dilakukan oleh
enzim integrase yang dimiliki oleh virus itu sendiri. DNA virus yang terintegrasi ke
dalam genom sel dinamakan provirus (Pricen, 2012).
Spesifikasi HIV terhadap CD4+ T cell ini membuat virus ini bisa digunakan
sebagai vektor untuk pengobatan gen (gene therapy) yang efisien bagi pasien
HIV/AIDS. Soalnya vektor HIV yang membawa gen anti-HIV hanya akan masuk ke
dalam sel yang sudah dan akan diinfeksi oleh virus HIV itu sendiri. Limfosit CD4+
merupakan target utama infeksi HIV karena virus mempunyai afinitas terhadap
molekul permukaan CD4. Limfosit CD4+ berfungsi mengkoordinasikan sejumlah
fungsi imunologis yang penting. Hilangnya fungsi tersebut menyebabkan gangguan
respon imun yang progresif. Kejadian infeksi HIV primer dapat dipelajari pada model
infeksi akut Simian Immunodeficiency Virus (SIV). Virus SIV dapat menginfeksi
limfosit CD4+ dan monosit pada mukosa vagina (Notoadmojo, 2010).
2.1.6

Manifestasi klinis
Diagnosis HIV AIDS dapat ditegakkan berdasarkan klasifikasi klinis WHO

dan atau CDC. Di Indonesia diagnosis HIV AIDS untuk keperluan surveilans
epidemiologi dibuat bila menunjukkan tes HIV positif dan sekurang-kurangnya
didapatkan 2 gejala minor dan satu gejala mayor (Kemenkes, 2011).
a. Gejala Mayor;
1. Berat badan menurun lebih dari 10 % dalam 1 bulan

2. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan


3. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
4. Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis
5. Ensefalopati HIV

b. Gejala Minor;
1. Bentuk menetap lebih dari 1 bulan
2. Dermatitis generalisata
3. Herpes zooster multisegmental berulang
4. Kandidiasis oropahringeal
5. Herpes simplex kronis progresif
6. Limfadenopati
7. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
8. Retinitis oleh sitomegalo virus
2.1.7

Penatalaksanaan
Pedoman World Health Organitation (WHO), untuk penanganan HIV/AIDS,

pemberian pengobatan bagi penderita HIV dewasa harus segera diberikan, jika
didapatkan hasil pemeriksaan tes CD4+ menunjukkan kadar virus dalam darah
mencapai <500 sel/mm3, ini berfungsi untuk menghambat virus merusak sistem imun
pasien lebih awal (WHO, 2013). Food and Drug Administration (FDA) telah
menyetujui tiga golongan obat untuk infeksi HIV yaitu Nukleosida Reverse

Transcriptase Inhibitor (NRTI), Non-Nukleosida Reverse Transcriptase Inhibitor


(NNRTI), dan Protease Inhibitor (PI) (Louisa, 2009).
Mekanisme kerja dari NRTI adalah menghambat enzim DNA polimerase
dependen RNA HIV (reverse transcriptase) dan menghentikan pertumbuhan untai
DNA, contoh obatnya

adalah zidovudin, didanosin, zalsitabin,

stavudin,

lamivudin, dan abakavir. NNRTI menghambat transkripsi RNA HIV-1 menjadi


DNA, suatu langkah penting dalam replikasi virus. Obat tipe ini menurunkan jumlah
HIV dalam darah dan meningkatkan CD4+, contoh obatnya adalah nevirapin,
delaviridin, dan efavirenz. Protease Inhibitor (PI) menghambat aktivitas protease
HIV dan mencegah pemutusan poliprotein HIV yang esensial untuk pematangan HIV
sehingga yang akan terbentuk bukan HIV matang tetapi partikel virus imatur yang
tidak menular, contoh obatnya adalah indinavir, ritonavir, nelfinavir, dan lopinavir
(Louisa, 2009).
Paduan pemilihan obat ARV lini pertama yang ditetapkan oleh pemerintah,
yaitu 2 NRTI + 1 NNRTI dengan paduan (Kemenkes, 2012):
a. Zidovudine + lamivudine + nevirapine
b. Zidovudine + lamivudine + efavirenz
c. Tenofovir + lamivudine atau emtricitabine + nevirapine

2.2

Pengetahuan

2.2.1

Pengertian

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia
yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Dewi, 2010).
Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses
pembelajaran. Proses belajar ini dipengaruhi beberapa faktor dari dalam seperti
motivasi dan faktor luar berupa sarana informasi yang tersedia serta keadaan sosial
budaya (KBBI).
2.2.2

Jenis-jenis Pengetahuan
Pada umumnya pengetahuan dibagi dalam beberapa jenis, diantaranya (Dewi,

2010):
1. Pengetahuan langsung (immediate) adalah pengetahuan langsung yang
hadir dalam jiwa tanpa melalui proses penafsiran dan pikiran. Kaum realis
(penganut paham Realisme) mendefinisikan pengetahuan seperti itu. Umumnya
dibayangkan bahwa kita mengetahui sesuatu itu sebagaimana adanya, khususnya
perasaan ini berkaitan dengan realitas-realitas yang telah dikenal sebelumnya
seperti pengetahuan tentang pohon, rumah, binatang, dan beberapa individu
manusia.
2. Pengetahuan tidak langsung (mediate) adalah hasil dari pengaruh interpretasi dan
proses berpikir serta pengalaman-pengalaman yang lalu. Apa yang kita ketahui
dari benda-benda eksternal banyak berhubungan dengan penafsiran dan
penyerapan pikiran kita.

3. Pengetahuan indrawi (perceptual) adalah sesuatu yang dicapai dan diraih melalui
indra-indra lahiriah. Sebagai contoh, kita menyaksikan satu pohon, batu, atau
kursi, dan objek-objek ini yang masuk ke alam pikiran melalui indra penglihatan
akan membentuk pengetahuan kita. Tanpa diragukan bahwa hubungan kita
dengan alam eksternal melalui media indra-indra lahiriah ini, akan tetapi pikiran
kita tidak seperti klise foto dimana gambar-gambar dari apa yang diketahui lewat
indra-indra tersimpan didalamnya. Pada pengetahuan indrawi terdapat beberapa
faktor yang berpengaruh, seperti adanya cahaya yang menerangi objek-objek
eksternal, sehatnya anggota-angota indra badan (seperti mata, telinga, dan lainlain), dan pikiran yang mengubah benda-benda partikular menjadi konsepsi
universal, serta faktor-faktor sosial (seperti adat istiadat).
4. Pengetahuan konseptual (Conseptual) adalah pengetahuan yang juga tidak
terpisah dari pengetahuan indrawi. Pikiran manusia secara langsung tidak dapat
membentuk suatu konsepsi-konsepsi tentang objek-objek dan perkara-perkara
eksternal tanpa berhubungan dengan alam eksternal. Alam luar dan konsepsi
saling berpengaruh satu dengan lainnya dan pemisahan di antara keduanya
merupakan aktivitas pikiran.
5. Pengetahuan partikular (particular) adalah pengetahuan yang berkaitan dengan
satu individu, objek-objek tertentu, dan realitas-realitas khusus. Misalnya ketika
kita membicarakan satu kitab atau individu tertentu, maka hal ini berhubungan
dengan pengetahuan partikular itu sendiri.
6. Pengetahuan keseluruhan (universal) adalah pengetahuan yang meliputi

keseluruhan yang ada, seluruh hidup manusia.


2.2.3

Faktor-faktor yang memepengaruhi pengetahuan


Pada umumnya ada beberapa hal yang mempengaruhi tingakat pengetahuan

itu sendiri, berikut faktor-faktor yang dapat mempegaruhi (Wawan, 2010):

1. Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan


kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang
makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan
tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari
orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk
semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan
sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan
pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya.
Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti
mutlak berpengetahuan rendah pula.

2. Media masa yang didisain secara khusus untuk mencapai masyarakat yang sangat
luas. Jadi contoh dari media massa ini adalah televisi, radio, koran, dan majalah.
Pengertian informasi menurut Oxford English Dictionary, adalah "that of which
one is apprised or told: intelligence, news". Kamus lain menyatakan bahwa
informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui, namun ada pula yang menekankan
informasi sebagai transfer pengetahuan. Selain itu istilah informasi juga memiliki

arti yang lain sebagaimana diartikan oleh RUU teknologi informasi yang
mengartikannya sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan,
menyimpan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisa, dan menyebarkan
informasi dengan tujuan tertentu.

3.

Sosial budaya dan ekonomi juga mempengaruhi, kebiasaan dan tradisi yang
dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau
buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun
tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya
suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial
ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

4. Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik lingkungan
fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses
masuknya pengetahuan kedalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut.
Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan
direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

5. Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh


kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang
diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman
belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan

pengetahuan dan

keterampilan professional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat


mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi

dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata
dalam bidang kerjanya.

6.

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya,
sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya,
individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta
lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri
menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan
banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah,
dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini.

2.2.4

Sumber pengetahuan
Pengetahuan yang kita ketahui ini memiliki sumber (source) diataranya adalah

(Wawan, 2010):
1. Intuisi adalah sebuah pemikiran eksperiman, coba-coba yang berawal dari sebuah
pertanyaan akan keraguan dan lahirlah insting. Daya atau kemampauan untuk
mengetahui atau memahami sesuatu tampa ada dipelajari terlebih dahulu.
2. Rasional atau pengetahuan yang bersumber dari akal adalah suatu pengetahuan
yang dihasilkan dari proses belajar dan mengajar, diskusi ilmiah, pengkajian
buku, pengajaran seorang guru, dan sekolah. Hal ini berbeda dengan pengetahuan
intuitif atau pengetahuan yang berasal dari hati. Pengetahuan ini tidak akan
didapatkan dari suatu proses pengajaran dan pembelajaran resmi, akan tetapi,

jenis pengetahuan ini akan terwujud dalam bentuk-bentuk kehadiran dan


penyingkapan langsung terhadap hakikat-hakikat yang dicapai melalui
penapakan mistikal, penitian jalan-jalan keagamaan, dan penelusuran tahapantahapan spiritual.

3. Emperikal atau indra manusia merupakan alat dan sumber pengetahuan, dan
manusia mengenal objek-objek fisik dengan perantaraanya. Setiap orang yang
kehilangan salah satu dari indranya akan sirna kemampuannya dalam mengetahui
suatu realitas secara partikular. Misalnya seorang yang kehilangan indra
penglihatannya maka dia tidak akan dapat menggambarkan warna dan bentuk
sesuatu yang fisikal, dan lebih jauh lagi orang itu tidak akan mempunyai suatu
konsepsi universal tentang warna dan bentuk. Begitu pula orang yang tidak
memiliki kekuatan mendengar maka dapat dipastikan bahwa dia tidak mampu
mengkonstruksi suatu pemahaman tentang suara dan bunyi dalam pikirannya.
2.2.5

Pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah suatu usaha atau kegiatan untuk membantu

individu, keluarga dan masyarakat dalam meningkatkan kemampuannya untuk


mencapai kesehatan secara optimal. Pendidikan kesehatan adalah komponen program
kesehatan dan kedokteran yang terdiri atas upaya terencana untuk mengubah perilaku
individu, keluarga dan masyarkat yang merupakan cara perubahan berfikir, bersikap
dan berbuat dengan tujuan membantu pengobatan, rehabilitasi, pencegahan penyakit
dan promosi hidup sehat (Sudikno, 2011).

2.2.6

Tujuan pendidikan kesehatan


Tujuan pendidikan kesehatan yang paling pokok adalah tercapainya

perubahan perilaku individu, keluarga, dan masyarakat dalam memelihara perilaku


sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Banyak
faktor yang perlu diperhatikan dalam keberhasilan pendidikan kesehatan, antara lain
tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, adat istiadat, kepercayaan masyarakat,
dan ketersediaan waktu dari masyarakat (Notoadmojo, 2012).
Materi yang disampaikan hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan kesehatan
mulai dari individu, keluarga, dan masyarakat sehingga dapat langsung dirasakan
manfaatnya. Sebaiknya saat memberikan pendidikan kesehatan menggunakan bahasa
yang mudah dipahami dalam bahasa kesehariaannya dan menggunakan alat peraga
untuk mempermudah pemahaman serta menarik perhatian sasaran (Purnomo, 2013).
2.2.7

Sasaran dan tempat pelaksanaan pendidikan kesehatan


Sasaran pendidikan kesehatan dibagi dalam 3 kelompok, yaitu pendidikan

kesehatan individual dengan sasaran individu, pendidikan kesehatan kelompok


dengan sasaran kelompok dan pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran
masyarakat (Notoadmojo, 2012).
Tempat penyelenggaraan pendidikan kesehatan dapat dilakukan di institusi
pelayanan antara lain puskesmas, rumah bersalin, klinik dan sekolah serta di
masyarakat berupa keluarga masyarakat binaan. Hasil yang diharapkan dalam
pendidikan kesehatan masyarakat adalah terjadinya perubahan sikap dan perilaku
individu, keluarga, dan masyarakat untuk dapat menanamkan prinsip-prinsip hidup

sehat dalam kehidupan sehari-hari demi mencapai derajat kesehatan yang optimal
(Purnomo, 2013).

2.3

Stigma

2.3.1

Pengertian
Stigma adalah fenomena negatif yang kuat yang terjadi di masyarakat, dan

terkait erat dengan nilai dan norma yang ditempatkan pada beragam identitas sosial
(Kesrepro, 2007). Stigma sebagai suatu isyarat atau petanda yang dianggap sebagai
gangguan dan karenanya dinilai kurang dibanding orang-orang normal. Individuindividu yang diberi stigma yang dianggap sebagai individu yang cacat,
membahayakan, dan agak kurang dibandingkan orang lain pada umunya (KPA,
2013).
2.3.2

Stigmatisasi
Stigmatisasi adalah kata keterangan yang artinya merupakan noda atau

menodai, maka perbedaan stigma dan stigmatisasi adalah stigma kata benda
sedangkan stigmatisasi kata keterangan. Proses pemberian stigma yang masyarakat
terjadi dalam tiga tahap yaitu (Kesrepro, 2007);
a. Proses interpretasi, pelanggaran norma yang terjadi dalam masyarakat tidak
semuanya mendapatkan stigma dari masyarakat, tetapi hanya pelanggaran
norma yang diinterpretasikan oleh masyarakat sebagai suatu penyimpangan
perilaku yang dapat menimbulkan stigma.

b. Proses pendefinisian, orang yang dianggap berperilaku menyimpang, setelah


pada tahap pertama dilakukan dimana terjadinya interpretasi terhadapa
perilaku yang menyimpang, maka tahap selanjutnya adalah proses
pendefinisian orang yang dianggap berperilaku menyimpang oleh masyarakat.
c. Perilaku diskriminasi, tahap selanjutnya pada proses kedua dilakukan, maka
masyarakat memberikan perlakuan yang bersifat membedakan.
2.3.3

Tipe-tipe dan dimensi stigma


Tindakan stigamtisasi kepada orang lain dapat memberikan beberapa fungsi

bagi inidividu termasuk meningkatkan harga diri, meningkatkan kendali sosial,


menaham kecemasan. Menurut Jones membedakan dalam 6 jenis stigma, atau kondisi
stigmatisasi, diantaranya (Kesrepro, 2007);
a. Penyembunyian, yang mencakup karakteristik stigmatisasi sedapat mungkin
bisa dilihat (seperti cacat wajah vs. homoseksualitas).
b. Rangkaian Penandaan, berhubung dengan apakh tanda tersebut sangat
mencolok mata atau makin melemah dari waktu ke waktu (seperti multiple
sclerosis vs. kebutaan).
c. Kekacauan, yang menyangkut pada tingkat stigmatisasi dalam menganggu
dalam interaksi interpersonal (seperti gagap dalam berbicara).
d. Estetika, yang berhubungan dengan reaksi subjektif yang dapat memunculkan
stigma karena suatu hal yang kurang menarik.

e. Asal-usul, tanda stigmatisasi (seperti cacat bawaan, kecelakaan, atau


kesengajaan) yang juga terkait dengan tanggung jawab seseorang dalam
bentuk stigma.
f. Risiko, yang mencakup perasaan bahaya dari stigmatisasi dari orang lain
(seperti memliki penyakit yang mematikan atau membahayakan vs. memiliki
kelebihan berat badan).
2.3.4

Stigma masyarakat terhadap ODHA


Stigma terhadap ODHA yang masih melekat di dalam masyarakat yang

membuat diskriminasi terhadap ODHA semakin kuat. Masih banyak masyarakat baik
yang berasal dari kelas bawah sampai dengan seorang dokter sekalipun
mendiskriminasi ODHA seperti yang terjadi di Yogyakarta seorang dokter di sebuah
rumah sakit terkemuka yang mengganggap bahwa ODHA itu adalah manusia yang
kotor yang melakukan hal-hal yang tidak bermoral seperti pengguna narkoba, PSK
(Penjaja Seks Komersil), wanita simpanan, dll, sehingga ketika ia mendapatkan
pasien ODHA ia tidak mau merawatnya (KPA, 2013).
Hasil penelitian ditemukan bahwa stigma terhadap status HIV/AIDS yang
didapatkan oleh ODHA lebih tinggi di lingkungan masyarakat (71,4%), selanjutnya di
tempat pelayanan kesehatan (35,5%) dan yang terendah adalah di lingkungan
keluarga (18,5%). Berdasarkan persentase tersebut terlihat adanya perbandingan yang
cukup signifikan, dalam hal ini dapat dilihat masih kentalnya pandangan negatif
mengenai ODHA di lingkungan masyarakat karena kurangnya informasi mengenai
HIV/AIDS (KPA, 2013).

BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL

3.1

Kerangka Konseptual
Dari hasil tinjauan teoritis dan telaah kepustakaan maka disimpulkan kerangka

konsep hubungan pengetahuan kesehatan tentang penularan HIV/AIDS dengan


stigma masyarakat pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA) Kecamatan Dewantara
Kabupaten Aceh Utara tahun 2015 adalah sebagai berikut:
Variabel Independen

Pengetahuan Kesehatan
Tentang Penularan
HIV/AIDS

Variabel Dependen

Stigma Masyarakat Pada


Orang Dengan
HIV/AIDS (ODHA)

Gambar 3.1 Kerangka Konsep


3.2

Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H0:

Tidak terdapat hubungan pengetahuan kesehatan tentang penularan


HIV/AIDS dengan stigma masyarakat pada orang dengan HIV/AIDS
(ODHA) di Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara tahun 2015.

Ha:

Terdapat hubungan pengetahuan kesehatan tentang penularan HIV/AIDS


dengan stigma masyarakat pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di
Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara tahun 2015.

BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian


Penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross sectional yaitu penelitian
dilakukan dengan cara pengukuran atau pengumpulan secara simultan variabel bebas
dan variabel terikat pada saat yang bersamaan/point time to approach.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh


Utara dan waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2015 November
2015.

4.3

Populasi, Sampel, Besar Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

4.3.1

Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh masyarakat berusia 21-51 tahun

berdasarkan pengelompokan usia profil kesehatan di Kecamatan Dewantara


Kabupaten Aceh Utara yang berjumlah 46.834 orang.
4.3.2

Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat yang ada pada saat peneliti

melakukan penelitian dengan jumlah dan kriteria yang sudah ditentukan sebagai
berikut:

Kriteria inklusi
1. Individu yang berusia antara 21-51 tahun di Kecamatan Dewantara Kabupaten
Aceh Utara.
2. Bersedia menjadi sampel penelitian dan bisa membaca.
Kriteria eksklusi
1. Individu dalam kondisi sakit sehingga sulit untuk menjawab pertanyaan
penelitian.

2. Individu yang tidak koperatif.


3. Invidu yang menderita HIV/AIDS.
4. Individu yang tidak bisa membaca.
4.3.3

Besar sampel
Penentuan besar sampel dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan

rumus Lameshow (1997), sebagai berikut:


N.Z21-/2.P.q
n=
d2 (N-1) + Z21-/2.P.q
Keterangan :
n

: Besar sampel

: Besar populasi

Z21-/2

: Standar deviasi normal (1,96)

: Perkiraan populasi (prevalensi) variabel dependen


pada populasi (95%)

: 1-P

: delta presisi absolut atau margin of error yang


diinginkan pada kedua sisi proporsi (5%)
Berdasarkan rumus tersebut, maka besarnya sampel minimal yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
N.1,962.0,95 (0,05)
n=
0,052 (N-1) + 1,962.0,95 (0,05)
46.834.(3,8416).(0,0475)
n=

(0,0025) 46.834+ (3,8416).(0,0475)


8546,08
n=
117,27
n = 72,9 dibulatkan menjadi 73.
Proporsi berdasarkan bobot desa adalah;
4476
Desa A (Paloh Gadeng)

X 73 = 12,35 dibulatkan menjadi 13 orang.


26441
5956

Desa B (Tambon Baroh)

X 73 = 16,44 dibulatkan menjadi 17 orang.


26441
1825

Desa C (Pulo Rungkon)

X 73 = 5,03 dibulatkan menjadi 6 orang.


26441
1135

Desa D (Ulee Reuleng)

X 73 = 3,13 dibulatkan menjadi 4 orang.


26441
4896

Desa E (Lancang Barat)

X 73 = 13,51 dibulatkan menjadi 14 orang.


26441
4255

Desa F (K.K. Geukueh)

X 73 = 11,74 dibulatkan menjadi 12 orang.


26441
3898

Desa G (Bangka Jaya)

X 73 = 10,76 dibulatkan menjadi 11.


26441

Total jumlah sampel adalah 77 orang.


4.3.4

Teknik pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling dilakukan secara


subjektif sehingga peneliti menentukan sendiri siapa yang dapat menjadi sampel
penelitian.

4.4

Variabel Penelitian, Cara Pengukuran dan Definisi Operasional


4.4.1

Variabel penelitian

1. Variabel bebas
Variabel bebas yaitu variabel yang diduga sebagai faktor yang mempengaruhi
variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengetahuan
masyarakat tentang penularan HIV/AIDS.

2.

Variabel terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas.
Variabel terikat pada penelitian ini adalah stigma masyarakat pada orang
dengan HIV/AIDS (ODHA).

4.4.2

Cara pengukuran variabel


Pengukuran variabel bebas dalam penelitian ini menggunakan mean yaitu

nilai rata-rata hitung atau jumlah semua hasil pengamatan dibagi banyaknya
pengamatan (Budiarto, 2002).

1.

Variabel pengetahuan tentang HIV/AIDS


Cara pengukuran variabel ini dengan menggunakan kuesioner yang ditujukan
kepada responden. Pengetahuan baik jika responden dapat menjawab lebih
dari 3 soal dengan benar, sedang jika 2 sampai 3 soal benar, dan buruk jika 0
atau 1 soal benar.

2.

Variabel stigma terhadap ODHA


Cara pengukuran variabel ini dengan menggunakan kuesioner yang ditujukan
kepada responden. Setiap pertanyaan dapat di jawab dengan pilihan jawaban
Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Setuju (S), dan Sangat Setuju
(SS). Jika responden menjawab STS maka skornya adalah 0, TS dengan skor
1, S dengan skor 2, dan SS skornya adalah 3. Total skor menentukan tingkatan
stigma masyarakat terhadap ODHA. Stigma rendah jika total skor 0-30,
sedang jika total skor 31-60, dan tinggi jika total skor 61-90.

4.4.3

Definisi oprasional

No

Variabel

1.

Pengetahuan
Tentang
HIV/AIDS

Definisi
operasional
Pengetahuan
kesehatan
tentang
penularan
HIV/AIDS

Alat ukur
Kuesioner

Hasil ukur
1. Baik
2. Sedang
3. Buruk

Skala
Ordina
l

2.

Stigma
Masyarakat
Pada Orang
Dengan
HIV/AIDS
(ODHA)

4.5

Segala
pemikiran dan
perilaku
negatif
masyarakat
terhadap
ODHA yang
dapat
mempengaruhi
aktivitas
ODHA dalam
kehidupan
sosial
bermasyarakat

Kuesioner

1. Rendah
2. Sedang
3. Tinggi

Ordina
l

Instrumen Penelitian
Kuesioner berisi pertanyaan yang berhubungan dengan variabel yang diteliti.

Data tersebut nantinya merupakan data primer yang dikumpulkan langsung dari
lokasi penelitian. Kuesioner terdiri dari dua bagian yaitu :
a.

Kuesioner A berupa data demografi responden dan pengetahuan tentang


penularan HIV/AIDS.

b.

Kuesioner B berisikan pertanyaan tentang stigma masyarakat terhadap


ODHA.

4.5.1

Uji validitas
Notoatmodjo (2010), validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat

ukur benar-benar mengukur apa yang diukur. Sebuah instrumen dikatakan valid bila
mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data variabel yang
diteliti secara tepat. Uji validitas akan dilakukan di Kecamatan Muara Dua Kabupaten

Aceh Utara dengan sampel yang dibutuhkan 10% dari besar sampel yaitu 7,7
digenapkan menjadi 8 orang.
4.5.2

Uji reliabilitas
Uji reliabilitas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui adanya

konsistensi alat ukur dalam penggunaannya atau dengan kata lain alat ukur tersebut
mempunyai hasil yang konsisten apabila digunakan berkali-kali pada waktu yang
berbeda (Notoadmojo, 2010).

4.6

Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan Data


Teknik pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan data primer dan

data sekunder. Data primer didapatkan dengan membagikan kuesioner kepada


responden sedangkan data sekunder diperoleh saat pengambilan data jumlah populasi
diawal penelitian.
Pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan pengisian lembar kuesioner.
Sebelum dimulai penelitian, peneliti meminta izin melakukan penelitian ke
Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara. Responden dijelaskan bahwa mereka
diikutkan dalam penelitian ini dan diminta kesediannya untuk ikut dalam penelitian.
Responden diberi penjelasan bahwa akan dilakukan pengisian kuesioner untuk
penelitian Hubungan Pengetahuan Kesehatan Tentang Penularan HIV/AIDS Terhadap
Stigma Masyarakat Pada Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) Aceh Utara Tahun 2015.
Setelah kuesioner diisi, peneliti memeriksa kelengkapan jawabannya, jika belum

lengkap akan dilengkapi pada saat itu juga dan jika sudah lengkap dapat mengakhiri
pertemuan.

4.7 Pengolahan Data


Menurut Budiarto (2002), data yang telah dikumpulkan diolah dengan cara
manual serta langkah prosedur sebagai berikut :
1.

Editing adalah kegiatan melakukan pengecekan kelengkapan pengisian


kuesioner, kejelasan jawaban, relevansi jawaban terhadap pertanyaan dan
konsistensi jawaban pada isian kuesioner. Apabila ada jawaban yang
kurang/tidak lengkap atau tidak relevan dengan pertanyaan maka akan
diperbaiki.

2.

Coding adalah kegiatan pemberian kode yang dilakukan peneliti untuk


mengubah data yang sudah terkumpul ke bentuk yang lebih ringkas dan
memudahkan proses pengolahan data.

3.

Tabulating adalah memasukkan data yang telah dikoreksi dalam bentuk tabel.

4.

Computing adalah memasukkan data ke komputer dan mengolahnya dengan


menggunakan software statistik.

4.8

Analisis Data
Analisis data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa analisis univariat dan
bivariat menggunakan Uji Chi-Square yang diolah menggunakan software
statistik. Hasil akan disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.

BAB 5
HASIL PENELITIAN

5.1

Gambaran Karakteristik Responden

5.1.1

Frekuensi usia responden


Gambaran frekuensi usia responden penelitian di Kecamatan Dewantara

Kabupaten Aceh Utara dapat dilihat pada Tabel 5.1.


Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Usia Responden
Usia

Frekuensi (f)

Persentase (%)

21-25

12

15,6%

26-35

27

35,1%

36-45

25

32,5%

46-51

13

16,9%

77

100%

Total
(Sumber: Data primer, 2015)

Berdasarkan Tabel 5.1 dapat dilihat berdasarkan pembagian usia menurut


Depkes RI usia remaja akhir (21-25) adalah 12 orang (15,6%), usia dewasa awal (2635) adalah 27 orang (35,1%), usia dewasa akhir (36-45) adalah 25 orang (32,5%), dan
usia untuk lansia awal (46-51) adalah 13 orang (16,9%).

5.1.2 Frekuensi jenis kelamin responden


Gambaran frekuensi jenis kelamin responden penelitian di Kecamatan
Dewantara Kabupaten Aceh Utara dapat dilihat pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden


Jenis Kelamin

Frekuensi (f)

Persentase (%)

Laki-Laki

36

46,8%

Perempuan

41

53,2%

Total

77

100%

(Sumber: Data primer, 2015)


Berdasarkan Tabel 5.2 dapat dilihat bahwa responden perempuan lebih banyak
dengan jumlah 41 orang (53,2%) daripada laki-laki yaitu 36 orang (46,8%).
5.1.3

Frekuensi agama responden


Gambaran frekuensi agama responden penelitian di Kecamatan Dewantara

Kabupaten Aceh Utara dapat dilihat pada Tabel 5.3.


Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Agama Responden
Agama

Frekuensi (f)

Persentase (%)

Muslim

74

96,1%

Non Muslim

3,9%

Total

77

100%

(Sumber: Data primer, 2015)


Berdasarkan Tabel 5.3 dapat dilihat bahwa responden yang beragama muslim
merupakan mayoritas yaitu 74 orang (96,1%) daripada nonmuslim yaitu 3 orang
(3,9%).

5.1.4 Frekuensi status responden


Gambaran frekuensi status responden penelitian di Kecamatan Dewantara

Kabupaten Aceh Utara dapat dilihat pada Tabel 5.4.


Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Status Responden
Status

Frekuensi (f)

Persentase (%)

Menikah

57

74,0%

Belum Menikah

20

26,0%

Total

77

100%

(Sumber: Data primer, 2015)


Berdasarkan Tabel 5.4 dapat dilihat bahwa status responden yang sudah
menikah lebih banyak dengan jumlah 57 orang (74,0%) daripada yang belum
menikah 20 orang (26,0%).
5.1.5

Frekuensi pekerjaan responden


Gambaran frekuensi pekerjaan responden penelitian di Kecamatan

Dewantara Kabupaten Aceh Utara dapat dilihat pada Tabel 5.5.


Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden
Pekerjaan
Frekuensi (f)

Persentase (%)

Tidak Berkerja

46

59,7%

Berkerja

31

40,3%

Total

77

100%

(Sumber: Data primer, 2015)


Berdasarkan Tabel 5.5 dapat dilihat bahwa responden yang tidak berkerja
lebih banyak dengan jumlah 46 orang (59,7%) dari pada yang berkerja 31 orang
(40,3%).

5.1.6

Frekuensi pendidikan terakhir responden


Gambaran frekuensi pendidikan terakhir responden penelitian di

Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara dapat dilihat pada Tabel 5.6
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Pendidikan Terakhir Responden
Pendidikan Terakhir
Frekuensi (f)
Persentase (%)
Tidak Sekolah

1,3%

SD

3,9%

SMP

11

14,3%

SMA

44

57,1%

Sarjana

18

23,4%

Total

77

100%

(Sumber: Data primer, 2015)


Berdasarkan

Tabel

5.6

dapat

dilihat

bahwa

mayoritas

responden

menyelesaikan pendidikan SMA yaitu 44 orang (57,1%) dan yang tidak bersekolah
yaitu 1 orang (1,3%).

5.2

Karakteristik Responden yang Memiliki Stigma


Gambaran karakteristik responden yang memiliki stigma di Kecamatan

Dewantara Kabupaten Aceh Utara dapat dilihat pada Tabel 5.7.

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden yang Melakukan


Stigma
Stigma Masyarakat pada Orang Dengan
HIV/AIDS (ODHA)
Varibel
No
Tinggi
Rendah
Sedang
Responden
Usia
21-25
26-35
36-45
46-51
2
Jenis Kelamin
Laki-Laki
Perempuan
3
Agama
Muslim
Non-muslim
4
Status
Belum Menikah
Menikah
5
Pekerjaan
Tidak Berkerja
Berkerja
6
Pendidikan Terakhir
Tidak Sekolah
SD
SMP
SMA
Sarjana
(Sumber: Data primer, 2015)

(n)

(%)

(n)

(%)

(n)

(%)

2
4
6
1

16,7%
14,8%
24,0%
7,7%

9
22
18
8

75,0%
81,5%
72,0%
61,5%

1
1
1
4

8,3%
3,7%
4,0%
30,8%

6
7

16,7%
17,1%

27
30

75,0%
73,2%

3
4

8,3%
9,8%

13
0

17,6%
0,0%

54
3

73,0%
100,0%

7
0

9,5%
0,0%

10
3

17,5%
15,0%

41
16

71,9%
80,0%

6
1

10,5%
5,0%

11
2

23,9%
6,5%

30
27

65,2%
87,1%

5
2

10,9%
6,5%

0
0
2
6
5

0,0%
0,0%
18,2%
13,6%
27,8%

1
3
8
32
13

100,0%
100,0%
72,7%
72,7%
72,2%

0
0
1
6
0

0,0%
0,0%
9,1%
13,6%
0,0%

Berdasarkan Tabel 5.7 dapat dilihat responden dengan usia yang memiliki
stigma rendah paling banyak adalah usia (36-45) 6 orang (24,0%), yang memiliki

stigma sedang paling banyak adalah usia (26-35) 22 orang (81,5%), dan yang
berstigma tinggi paling banyak adalah usia (46-51) 4 orang (30,8%). Berdasarkan
tabel 5.7 dapat dilihat responden dengan jenis kelamin yang memiliki stigma rendah
paling banyak adalah perempuan yaitu 7 orang (17,1%), yang memiliki stigma sedang
paling banyak adalah perempuan yaitu 30 orang (73,2%), dan yang berstigma tinggi
paling banyak adalah perempuan yaitu 4 orang (9,8%).
Berdasarkan Tabel 5.7 dapat dilihat responden dengan agama yang memiliki
stigma rendah paling banyak adalah muslim yaitu 13 orang (17,6%), yang memiliki
stigma sedang paling banyak adalah muslim yaitu 54 orang (78,0%), dan yang
berstigma tinggi paling banyak adalah muslim 7 orang (9,5%). Berdasarkan tabel 5.7
dapat dilihat responden dengan status yang memiliki stigma rendah paling banyak
adalah yang belum menikah yaitu 10 orang (17,5%), yang memiliki stigma sedang
paling banyak adalah yang belum menikah yaitu 41 orang (71,9%), yang memiliki
stigma tinggi paling banyak adalah yang belum menikah yaitu 6 orang (10,5%).
Berdasarkan Tabel 5.7 dapat dilihat responden dengan status pekerjaan yang
memiliki rendah paling banyak adalah yang tidak berkerja yaitu 11 orang (23,9%),
yang memiliki stigma sedang adalah yang tidak berkerja yaitu 30 orang (65,2%),
yang memiliki stigma tinggi paling banyak adalah yang tidak berkerja yaitu 5 orang
(10,9%). Berdasarkan tabel 5.7 dapat dilihat responden dengan pendidikan terakhir
yang memiliki stigma rendah paling banyak adalah SMA yaitu 6 orang (13,6%), yang
memiliki stigma sedang paling banyak adalah SMA yaitu 32 orang (72,7%), yang
memiliki stigma tinggi paling banyak adalah SMA yaitu 6 orang (13,6%).

5.3

Hasil Penelitian Pengetahuan HIV/AIDS


Hasil penelitian Pengetahuan kesehatan tentang penularan HIV/AIDS di

Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara dapat dilihat pada Tabel 5.8.
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Kesehatan tentang Penularan
HIV/AIDS
Pengetahuan kesehatan
tentang penularan
Frekuensi (f)
Persentase (%)
HIV/AIDS
Baik

63

81,8%

Sedang

10

13,0%

Buruk

5,2%

Total

77

100%

(Sumber: Data primer, 2015)


Berdasarkan Tabel 5.8 dapat dilihat responden yang berpengetahuan baik 63
orang (81,8%), berpengetahuan sedang 10 orang (13,0%) dan yang berpengetahuan
buruk 4 orang (5,2%).

5.4

Hasil Penelitian Stigma Masyarakat


Hasil penelitian stigma masyarakat pada orang dengan HIV/AIDS di

Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara dapat dilihat pada Tabel 5.9.
Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Stigma Masyarakat Pada ODHA
Stigma Masyarakat
Frekuensi (f)
Persentase (%)
Pada ODHA
Rendah

13

16,9%

Sedang

57

74,0%

Tinggi

9,1%

Total

77

100%

(Sumber: Data primer, 2015)


Berdasarkan Tabel 5.9 dapat dilihat responden yang berstigma rendah 13
orang (16,9%), berstigma sedang 57 orang (74,0%), dan yang berstigma tinggi 7
orang (9,1%).

5.5

Analisis Pengetahuan Kesehatan tentang Penularan HIV/AIDS


dengan Stigma Masyarakat pada Orang dengan HIV/AIDS (ODHA)
Hasil analisa Pengetahuan kesehatan tentang penularan HIV/AIDS dengan

stigma masyarakat pada orang dengan HIV/AIDS di Kecamatan Dewantara


Kabupaten Aceh Utara dapat dilihat pada Tabel 5.10.
Tabel 5.10 Hubungan Pengetahuan Kesehatan tentang Penularan HIV/AIDS
dengan Stigma Masyarakat pada Orang dengan HIV/AIDS (ODHA)
Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara 2015
Pengetahuan
Stigma Masyarakat pada Orang
Total
Kesehatan
Dengan HIV/AIDS (ODHA)
p-value
Tinggi
No
Tentang
Rendah
Sedang
Penularan
(n)
(%) (n)
(%)
(n)
(%)
(n)
(%)
HIV/AIDS
9,5% 63 100%
1 Baik
9 14,3% 48 76,2% 6
2 Sedang
4 40,0% 5
50,0% 1 10,0% 10 100%
0,226
0
0,0%
3 Buruk
0
0,0%
4
100%
4
100%
9,1% 77 100%
Jumlah
13 16,9% 57 74,0% 7
(Sumber: Data primer, 2015)

Pada Tabel 5.10 terlihat bahwa total responden 77 orang (100%). Responden
berpengetahuan baik berjumlah 63 orang (100%) dengan stigma rendah 9 orang
(14,3%), stigma sedang 48 orang (76,2%) dan stigma tinggi 6 orang (9,5%).
Responden berpengetahuan sedang berjumlah 10 orang (100%) dengan stigma rendah
4 orang (40,0%), stigma sedang 5 orang (50,0%), dan stigma tinggi 1 orang (10,0%).
Responden berpengetahuan buruk berjumlah 4 orang (100%) dan semua memiliki
stigma sedang.
Berdasarkan hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai signifikansi (pvalue) sebesar 0,226, nilai ini lebih dari level of significance () yaitu 0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa Ha ditolak dan Ho diterima, berarti tidak ada hubungan yang
bermakna antara pengetahuan kesehatan tentang penularan HIV/AIDS dengan stigma
masyarakat pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Kecamatan Dewantara
Kabupaten Aceh Utara tahun 2015.
BAB 6
PEMBAHASAN
6.1

Karakteristik Responden yang Memiliki Stigma


Stigma adalah fenomena negatif yang kuat yang terjadi di masyarakat, dan

terkait erat dengan nilai dan norma yang ditempatkan pada beragam identitas sosial
(Kesrepro, 2007). Stigma pun terbagi atas tiga bentuk yaitu stigma rendah yang
membuat seseorang mendiskriminasi melalui pikirannya, stigma sedang yang
membuat seseorang sudah mendiskriminasi melalui tindakan secara langsung dan
stigma tinggi yang membuat sudah mendiskriminasi secara langsung hingga

mengganggu kehidupan dari ODHA sendiri. Berdasarkan data yang didapatkan


bahwa mayoritas usia yang memiliki stigma sedang adalah usia dewasa (26-35)
sebanyak 22 orang (81,5%). Hal ini mungkin dikarenakan pada usia dewasa
seseorang sudah bisa memilih keputusannya sendiri. Usia dewasa adalah usia
produktif bagi seseorang untuk mengambil setiap keputusan dari apa yang dia tahu
dan apa yang dia percaya (Wawan, 2010). Hasil penelitian Cipto (2006) juga
mengatakan bahwa stigma terhadap status HIV/AIDS yang didapatkan oleh ODHA
lebih tinggi di lingkungan masyarakat dewasa (71,4%), daripada masyarakat remaja
dan lansia.
Berdasarkan data yang didapatkan bahwa wanita lebih banyak memiliki
stigma rendah 7 orang (17,1%), sedang 30 orang (73,2%) dan tinggi 4 orang (9,8%).
Hal ini mungkin dikarenakan wanita memiliki rasa kekhawatiran yang lebih tinggi
seperti penelitian Hastjarjo (2008) yang menyatakan wanita memiliki pemikiran yang
rumit sehingga menyebabkan kecemasan yang tinggi ini diakibatkan karena hormon
yang meningkat atau dilepaskan pada saat tertentu. Herek (2012) juga menemukan
bahwa ekspresi nyata dari stigmatisasi HIV/ AIDS di Amerika pada tahun 2009, 1
dari 5 wanita dewasa yang disurvei mengatakan mereka "takut" dan jijik
berhubungan dengan ODHA. Hasil ini juga sejalan dengan penelitian Diaz (2011)
yang mengambil data 5000 anak muda umur 14 tahun sampai 22 tahun di Cape
Town, Afrika

Selatan mengemukakan bahwa

determinan yang potensial untuk

munculnya stigma ODHA diantaranya adalah jender, hasil analisisnya menunjukkan

bahwa laki- laki rata-rata menunjukkan tingkat stigma yang lebih rendah dari
pada perempuan.
Berdasarkan data didapatkan bahwa mayoritas masyarakat tidak berkerja
memiliki stigma rendah sebanyak 11 orang (23,9%), sedang 30 orang (65,2%), tinggi
5 orang (10,9%). Seseorang yang tidak berkerja mungkin akan mempengaruhi pola
pikir seseorang itu sendiri sehubungan

dengan penelitian Chen (2007) yang

menyatakan tidak berkerja mempengaruhi stigma dan diskriminasi karena sesorang


yang berkerja atau lama berkerja cenderung mempunyai wawasan yang lebih luas dan
pengalaman yang lebih banyak dimana hal ini memegang peranan penting dalam
merubah perilaku seseorang. Kesalahpahaman atau kurang lengkapnya pengetahuan
masyarakat tentang HIV/AIDS seringkali berdampak pada stigmatisasi (sangat buruk)
terhadap ODHA (Kristina, 2005). Hal ini juga berhubungan dengan faktor ekonomi
sejalan dengan penelitian Goffman (2012) bahwa dukungan ekonomi mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap diskriminasi kepada ODHA.
Berdasarkan data didapatkan bahwa masyarakat dengan tamatan SMA paling
banyak memiliki stigma dengan stigma rendah 6 orang (13,6%), stigma sedang 32
orang (72,7%) dan stigma tinggi 6 orang (13,6%) terhadap orang dengan HIV/AIDS.
Tamatan SMA mungkin mempengaruhi dari tingkat pengetahuan masyarakat tersebut.
Hal ini sejalan dengan penelitian Sudikno (2011) yang menyatakan semakin tingginya
pendidikan seseorang akan mempengaruhi tindakan dan pemikiran orang tersebut.
Kristina (2005) menunjukkan bahwa 72% orang yang berpendidikan cukup (SMU)
kurang menerima ODHA dan hanya 5% yang cukup menerima.

6.2

Hubungan Pengetahuan Kesehatan Tentang Penularan HIV/AIDS


Dengan Stigma Masyarakat Pada Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA)
Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara tahun 2015
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna

antara pengetahuan kesehatan tentang penularan HIV/AIDS dengan stigma


masyarakat pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Hal ini disebabkan karena
pengetahuan kesehatan tentang penularan HIV/AIDS tidak menjadi faktor utama
yang mempengaruhi stigma masyarakat, namun masih ada faktor-faktor lain yang
bisa juga mempengaruhi stigma seseorang seperti faktor perilaku dan faktor adat, dll.
Goffman (2012) juga mengemukakan istilah stigma merujuk pada keadaan suatu
kelompok sosial yang membuat identitas terhadap seseorang atau kelompok tidak
hanya berdasarkan pengetahuan namun juga sifat fisik, perilaku, ataupun sosial yang
dipersepsikan menyimpang dari norma-norma dalam komunitas tersebut.
Menurut penelitian Herek (2012) stigma yang terjadi pada ODHA bukan saja
karena infeksi yang dialaminya atau lebih sering dikarenakan perilaku seperti
penyalahgunaan narkotika dan seksual yang menyimpang yang dianggap penyebab
orang tersebut terinfeksi. Faktor lain yang berpengaruh terhadap stigma dan
diskriminasi adalah faktor kepatuhan terhadap agama. Kepatuhan terhadap nilai-nilai
agama para petugas kesehatan dan para pemimpin agama mempunyai peran dalam
pencegahan dan pengurangan penularan HIV (Diaz, 2011).
Namun berbeda dengan penelitian Bradley (2009) yang menyatakan
pengetahuan tentang HIV/AIDS sangat mempengaruhi bagaimana individu tersebut

akan bersikap terhadap penderita HIV/AIDS. Stigma dan diskriminasi terhadap


ODHA muncul berkaitan dengan ketidaktahuan tentang mekanisme penularan HIV,
perkiraan risiko tertular yang berlebihan melalui kontak biasa dan sikap negatif
terhadap kelompok sosial yang tidak proporsional yang dipengaruhi oleh epidemi
HIV/AIDS juga dinyatakan oleh Herek (2009) yang mungkin dikarenakan oleh
perbedaan sampel dan waktu pengambilan sampel.

BAB 7
PENUTUP
7.1

Kesimpulan
Dari hasil penelitian hubungan pengetahuan kesehatan tentang penularan

HIV/AIDS dengan stigma masyarakat pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA)

Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara tahun 2015 diperoleh kesimpulan


sebagai berikut:
1.

Responden berusia (21-25) yang memiliki stigma rendah 2 orang (16,7%),


stigma sedang 9 orang (75,0%), stigma tinggi 1 orang (8,3%). Responden
berusia (26-35) yang memiliki stigma rendah 4 orang (14,8%), stigma sedang
22 orang (81,5%), stigma tinggi 1 orang (4,0%). Responden berusia (36-45)
yang memiliki stigma rendah 6 orang (24,0%), stigma sedang 18 orang
(72,0%), stigma tinggi 1 orang (4,0%). Responden berusia (46-51) yang
memiliki stigma rendah 1 orang (7,7%), stigma sedang 8 orang (61,5%),
stigma tinggi 4 orang (30,8%). Responden laki-laki yang memiliki stigma
rendah 6 orang (16,7%), stigma sedang 27 orang (75,0%), stigma tinggi 3
orang (8,3%). Responden wanita yang memiliki stigma rendah 7 orang
(17,1%), stigma sedang 30 orang (73,2%), stigma tinggi 4 orang (9,8%).
Responden beragama muslim yang memiliki stigma rendah 13 orang (17,6%),
stigma sedang 54 orang (73,0%), stigma tinggi 7 orang (9,5%). Responden
beragama non muslim hanya memiliki stigma sedang 3 orang (100,0%).
Responden berstatus belum menikah yang memiliki stigma rendah 10 orang
(17,5%), stigma sedang 41 orang (71,9%), stigma tinggi 6 orang (10,5%).
Responden berstatus menikahn yang memiliki stigma rendah 3 orang (15,0%),
stigma sedang 16 orang (80,0%), stigma tinggi 1 orang (5,0%). Responden
yang tidak berkerja yang memiliki stigma rendah 11 orang (23,9%), stigma
sedang 30 orang (65,2%), stigma tinggi 5 orang (10,9%). Responden yang

berkerja yang memiliki stigma rendah 2 orang (6,5%), stigma sedang 27


orang (87,1%), stigma tinggi 2 orang (6,5%). Responden yang tidak sekolah 1
orang dan tamatan SD 3 orang hanya memiliki stigma sedang (100,0%).
Responden dengan pendidikan terakhir SMP yang memiliki stigma rendah 2
orang (18,2%), stigma sedang 8 orang (72,7%), stigma tinggi 1 orang (9,1%).
Responden denagn pendidikan terakhir SMA yang memiliki stigma rendah 6
orang (13,6%), stigma sedang 32 orang (72,7%), stigma tinggi 6 orang
(13,6%). Responden dengan pendidikan terakhir sarjana yang hanya memiliki
stigma rendah 5 orang (27,8%), stigma sedang 13 orang (72,2%).
2. Tidak terdapat hubungan antara pengetahuan kesehatan tentang penularan
HIV/AIDS dengan stigma masyarakat pada orang dengan HIV/AIDS
(ODHA) (p>0,05).

7.2

Saran
Saran sebagai berikut
1. Bagi Pemerintah Daerah, melalui instansi terkait diharapkan agar terus
mempertahankan sosialisasi informasi tentang penularan HIV/AIDS dan juga
menjaga penularan agar tidak meluas dengan menjauhkan generasi muda dari
narkoba dan seks bebas.
2. Bagi Masyarakat, diharapkan lebih simpati dan membuka diri untuk para
ODHA, dan lebih mengerti tentang bagaimana penularan HIV/AIDS itu
sendiri.

3. Bagi Peneliti Lain, diharapkan dapat melakukan penelitian lebih lanjut


terhadap faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi stigma masyarakat pada
orang dengan HIV/AIDS (ODHA).

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S., 2010, Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta.


Bradley, J., 2009, Changes in HIV knowledge, South India: BMC Public Health

Chen, WT., 2007, Nurses, attitudes and practice related to HIV transmission
innortheastern China, AIDS patient care, Cina: Webber GC
Cipto, 2006, Pengaruh Penyuluhan Terhadap Penurunan Stigma Masyarakat Tentang
HIV/AIDS, Surabaya: PSIK FK Unair
Diaz, 2011, Religion and HIV/AIDS Stigma. (Jurnal Elektronik) diakses 18 oktober
2015; http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20087809
Dinas kesehatan kota lhokseumawe, 2012, Badan statistic dan seksi penanggulangan
penyakit menular : sebaran kasus HIV/AIDS di kota lhokseumawe 2006-2011
Depkes RI, 2009, Profil Kesehatan Indonesia, Jakarta: Departemen Republik
Indonesia
Dupas, P., 2011, Do Teenagers Respond to HIV Risk Information? Evidence from
Field
Experiment in Kenya. American economic journal, volume 3.
Goffman, E., 2012, Notes on the Management of Spoiled Identity, Uninted Kingdom:
Prentecie Hall
Hastjarjo, 2008, Mengintegrasikan Psikologi Wanita, Yogyakarta: FP UGM
Imron, M., 2010, Metodologi Penelitian, Jakarta: Sagung Seto
Jawetz dkk, 2008, Mikrobiologi Kedokteran, Jakarta: EGC
Kemenkes RI, 2010 Riset Kesehatan Dasar (RisKsdas 2010), Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
Kemenekes, 2011, Pedoman Nasional Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi
Retroviral, Jakarta: Ditjen PP & PL Kemenkes.
Kesrepro, 2007. Lawanlah Stigma dan Diskriminasi Untuk Memenangi Perang
Melawan HIV/AIDS. (Jurnal Eletronik) diakses 1 AGUSTUS 2014
http://www.kesrepro.info/?q=node/305
Kowalak, 2011 Buku Ajar Patofisiologi, Jakarta: EGC
KPA, 2007, Cara Penularan dan Pencegahan HIV/AIDS, Jakarta: KPA nasional

KPA, 2010, Laporan KPA Nasional Tahun 2010. (Jurnal Elektronik) diakses 2 mei
2013; http://www.aidsindonesia.or.id/.
KPA, 2013, Data Tentang Jumlah Kasus HIV/AIDS, Kabupaten Aceh Utara 2012
2013
KPAP, 2012, Laporan KPA Provinsi Aceh Tahun 2012. (jurnal Elektronik) diaskes 2
mei 2013; http://www.aidsprovinsiaceh.or.id/.
Kristina, 2005, Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap
Pengetahuan dan Sikap Siswa/I Mengenai stigma Pada Orang Dengan
HIV/AIDS (ODHA) di SMU Imanuel Samarinda, Surabaya: PSIK FK Unair
Kumar, V., Cotran, RS., Robbins, SL., 2007, Buku Ajar Patologi edisi 7, Jakarta:
EGC.
Louisa, 2009 Farmakologi dan Terapi FK UI edisi 5, Jakarta: Balai penerbit FKUI.
Mishra, RC., 2005, HIV/AIDS Education. New Delhi : A.P.H, New Delhi: publishing
corporation
Notoatmodjo, S., 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta
Notoatmodjo, 2007, Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni, Jakarta: Rineka Cipta
Notoatmojo, 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta
Pricen SA., Wilson LMC., 2012, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit
edisi6, Jakarta: EGC
Purnomo KI, 2013, Perbandingan Pegaruh Metode Ceramah Terhadap Pengetahuan
dan Sikap Pengendalian HIV/AIDS pada Mahasiswa Fakultas Olahraga dan
Kesehatan Universitas Pendidikan Ganesha. Skripsi Universitas Pedidikan
Ganesha
Sastroasmoro, S., 2011, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis edisi ke-4, Jakarta:
Sagung Seto
Sudikno, BS., 2011, Pengetahuan HIV dan AIDS pada Remaja Indonesia (analisa
data RisKesdas 2010). Jurnal kesehatan reproduksi Vol 1 No 2, Agustus 2011 :
145-154
Timreck, TC., 2006, Epidemiologi : Suatu pengantar, Jakarta: EGC

UNAIDS 2006, Global AIDS Epidemic Continues to Grow. (Jurnal Elektronik)


diakses 2 Mei 2013; http:www.who.int.
UNAIDS, 2010, Youth and HIV/AIDS : challenges and opportunities for preventions.
(Jurnal Elektronik) diakses 16 juli 2013; http:www.unaids.org.
UNAIDS, 2012, AIDS Epidemic Update : Statistic Data of HIV/AIDS. Joint United
Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS). (Jurnal elektronik) diakses 2
Mei 2013; http:www.whqlibdoc.who.int
UNAIDS, 2012 Global Report: UNAIDS Report on the Global AIDS Epidemic 2012,
Joint United Nations-Programme-on-HV/AIDS-(UNAIDS).
Wawan, A dan Dewi, M. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan , Sikap dan
Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika

Lampiran 1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama

: Moch. Gizky Badawi

NIM

: 110610036

Tempat, Tanggal Lahir

: Surabaya, 13 JUli 1993

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Agama

: Islam

Status marital

: Belum menikah

Email

: gizkybadawi@yahoo.com

No Hp

: 085360411307

Fak/univ/strata

Riwata pendidikan
1999-2005
2005-2008
2008-2011
2011-sekarang

: Kedokteran/Malikussaleh/S1

: SDN 5 DR. Soetomo Surabaya


: SMPN 1 Langsa
: SMAN 1 Langsa
: Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh,
Aceh
Lhokseumawe, Januari 2016
Moch. Gizky Badawi

Lampiran 2
LEMBAR PERMOHONAN RESPONDEN

Kepada Yth.,

Calon Responden Penelitian


Di tempat
Dengan hormat,
Saya adalah mahasiswa program reguler Fakultas Kedokteran Universitas
Malikussaleh bermaksud melakukan penelitian berjudul Hubungan Pengetahuan
Kesehatan Tentang Penularan HIV/AIDS Terhadap Stigma Masyarakat Pada Orang
dengan HIV/AIDS (ODHA) Aceh Utara Tahun 2015. Tujuan dilakukan penelitian
ini adalah untuk mengetahui stigma yang dimiliki oleh masyarakat terhadap
penyakit HIV/AIDS. Pada penelitian ini saya meminta calon responden secara
sukarela untuk mengisi kuesioner yang telah diberikan sesuai dengan pendapat
calon responden. Pengisian kuesioner ini tidak akan menimbulkan bahaya fisik
ataupun psikis bagi calon responden. Calon responden berhak untuk menolak jika
tidak berkenan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Semua identitas dan data
yang telah kami peroleh dari responden akan dijaga kerahasiannya dan hanya
dipergunakan untuk kepentingan penelitian ini. Selanjutnya, setelah mengolah dan
menganalisa data, semua data akan kami musnahkan. Jika ada pertanyaan lebih
lanjut, dapat menghubungi peneliti pada nomor telf 0853-6041-1307 di FK Unimal.
Kami sangat mengharapkan kesediaan Anda untuk menjadi responden dalam
penelitian ini. Atas kerjasama Anda, kami mengucapkan terima kasih.
Lhokseumawe,

September 2015
Peneliti

Moch. Gizky Badawi

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN


Judul Penelitian:

Hubungan Pengetahuan Kesehatan Tentang Penularan HIV/AIDS


Dengan Stigma Masyarakat Pada Orang dengan HIV/AIDS
(ODHA) Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara Tahun
2015

Peneliti

: Moch. Gizky Badawi

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia untuk berpartisipasi
dalam penelitian ini. Saya mengerti bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui stigma yang dimiliki oleh masyarakat terhadap penyakit HIV/AIDS.
Sebelum mengisi kuesioner ini, Saya telah dijelaskan prosedur, tujuan, manfaat,
resiko penelitian dan hak untuk menolak berpartisipasi. Dalam penelitian ini, Saya
akan mengisi kuesioner yang diberikan oleh peneliti. Data serta identitas saya
sebagai responden akan dijamin kerahasiannya oleh peneliti.
Saya memiliki hak untuk bertanya kepada peneliti jika ada hal yang tidak Saya
ketahui saat mengisi kuesioner. Demikian surat pernyataan ini Saya tanda tangani
dengan sukarela dan tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
Saksi

KUESIONER A
Petunjuk Pengisian Kuesioner A:

September 2015

(Responden)

Isilah pertanyaan di bawah ini dengan cara menuliskan jawaban pada pertanyaan
yang bertanda titik atau memberikan tanda checklist ( ) pada kolom jawaban
yang disediakan.
Jawablah pernyataan berikut dengan jujur.
Dimohon kepada responden untuk mengisi semua jawaban.

Data Demografi Responden


1. Kode Responden

2. Nama Responden

3. Usia

4. Jenis Kelamin

5. Agama

6. Status

7. Pekerjaan

8. Pendidikan Terakhir

Diisi oleh Peneliti

Laki-laki

Perempuan

Menikah

Belum Menikah

Pengetahuan Tentang Penulran HIV/AIDS


1. Apakah Anda pernah mendengar tentang penyakit HIV/AIDS?
Ya

Tidak

2. Apakah benar jika penularan HIV/AIDS dapat dicegah dengan menggunakan


kondom?
Ya

Tidak

3. Apakah benar penularan HIV/AIDS dapat ditularkan melalui keringat, sentuhan,


ciuman, dan gigitan nyamuk?
Ya

Tidak

4. Apakah benar jika HIV/AIDS dapat ditularkan dari ibu ke anak saat dalam
kandungan?
Ya

Tidak

5. Apakah benar jika HIV/AIDS dapat ditularkan melalui jarum suntik, hubungan
seksual dan transfusi darah?
Ya

Tidak

KUESIONER B
Petunjuk Pengisian Kuesioner B :
1. Bacalah pernyataan dan pilihan jawaban dengan cermat dan teliti.
2. Pernyataan 1-32 memiliki empat pilihan jawaban yang tersedia meliputi sangat
tidak setuju, tidak setuju, setuju, dan sangat setuju.
3. Seluruh pernyataan berikut ini berkaitan dengan stigma simbolik dan
instrumental responden terhadap penyakit HIV/AIDS.
4. Pilihlah salah satu jawaban yang Anda anggap paling sesuai dengan penilaian
Anda dengan cara memberi tanda checklist ( ).
5. Jika Anda ingin mengganti pilihan jawaban, maka berilah tanda silang ( X ) pada
tanda checklist ( ) yang salah, kemudian berikan tanda checklist ( ) baru pada
kolom jawaban yang Anda anggap paling sesuai.
6. Dimohon para responden untuk mengisi semua pertanyaan yang tersedia.
7. Keterangan pilihan jawaban dan artinya:
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Setuju
Sangat Setuju

: STS
: TS
:S
: SS

No.
1.

Pernyataan
Saya akan lebih menjaga jarak dengan pengidap

2.

HIV/AIDS
Saya merasa malu jika orang tahu saya berteman

3.

dengan pengidap HIV/AIDS


Saya merasa malu jika orang tahu anggota keluarga

4.

saya mengidap HIV/AIDS.


Saya tidak mau berjabat tangan dengan pengidap

5.

HIV/AIDS.
Saya tidak ingin memilih bekerja dengan pengidap

6.

HIV/AIDS
Saya tidak merasa kasihan terhadap pengidap

7.

HIV/AIDS
Saya tidak ingin berdekatan dengan keluarga pengidap

8.

HIV/AIDS
Saya tidak akan menerima pengidap HIV/AIDS

9.

sebagai teman
Saya tidak ingin satu tempat tinggal atau kost dengan

10.

pengidap HIV/AIDS
Saya menganggap pengidap HIV/AIDS harus

11.

diasingkan
Saya menganggap pengidap HIV/AIDS harus lebih

12.

dihindari
Saya menganggap bahwa ide dan pendapat pengidap

13.

HIV/AIDS tidak penting


Saya tidak ingin minum dan makan dengan gelas dan

14.

piring yang sama dengan pengidap HIV/AIDS


Saya menganggap bahwa penyakit HIV/AIDS lebih

15.

menular dibandingkan dengan penyakit lain


Saya menganggap pengidap HIV/AIDS merupakan
orang yang tidak bertanggung jawab

STS

TS

SS

16.

Saya menganggap Pengidap HIV/AIDS lebih

17.

berbahaya daripada Pengidap penyakit lainnya


Saya tidak bersedia mengobrol dengan pengidap

18.
19.

HIV/AIDS
Menurut saya, moral pengidap HIV/AIDS buruk
Menurut saya pengidap HIV/AIDS tidak boleh bekerja

20.

sebagai tenaga kesehatan


Jika saya menjadi penjual di toko, saya tidak mau

21.

melayani pengidap HIV/AIDS


Keluarga saya harus menjaga jarak dengan pengidap

22.
23.

HIV/AIDS.
Pengidap HIV/AIDS tidak boleh bekerja
Pengidap HIV/AIDS tidak boleh menghadiri kelas

24.

umum.
Pengidap HIV/AIDS tidak boleh bekerja untuk

25.

mengelola makanan
Penyakit HIV/AIDS merupakan hukuman atas

26.

perilaku buruk pengidapnya


Pemerintah perlu membuat peraturan yang melarang
pengidap HIV/AIDS untuk menggunakan fasilitas

27.

kesehatan umum.
Pemerintah harus membuat peraturan yang
menyatakan bahwa pengidap HIV/AIDS tidak boleh

28.

tetap bekerja
Pemerintah perlu membuat kebijakan yang
mengharuskan pengidap HIV/AIDS mengungkapkan

29.

penyakitnya kepada orang lain.


Pemerintah perlu membuat larangan bagi pengidap

30.

HIV/AIDS untuk menikah


Pemerintah harus mengkarantina pengidap HIV/AIDS
dari lingkungan luar

Lampiran 3
No
A1
A2
A3
A4
A5
A6
A7
A8
A9

Us

Jk
22
21
37
49
29
38
36
25
48

0
0
0
1
0
1
1
1
0

DATA RESPONDEN
Data Demografi
Ag
St
Pk
0
1
0
0
0
0
0
1
0
1
0
1
0
0
0
1
0
0

PT
1
1
0
0
0
0
0
0
1

4
4
2
3
3
3
4
3
2

A10
A11
A12
A13
B1
B2
B3
B4
B5
B6
B7
B8
B9
B10
B11
B12
B13
B14
B15
B16
B17
C1
C2
C3
C4
C5
C6
D1
D2
D3
D4
E1
E2
E3
E4
E5
E6
E7
E8
E9

33
23
32
51
26
35
29
25
42
26
21
43
40
21
45
28
30
22
38
40
32
30
43
35
50
36
36
43
40
35
21
40
38
46
45
27
30
38
35
23

1
0
1
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
1
1
1
1
0
1
0
1
1
0
0
1
1
0
1
0
0
1
1
0
0
1

0
1
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

1
1
0
0
1
0
0
1
0
0
1
0
1
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
1
0
0

0
1
0
0
1
1
0
1
0
0
1
0
1
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
1
0
1
1
0
1
1
0
0
0
0
0

4
4
3
3
4
3
4
4
4
4
3
3
3
3
3
2
3
3
3
2
2
3
3
3
3
2
2
3
1
3
3
3
2
3
4
3
3
3
2
1

E10
E11
E12
E13
E14
F1
F2
F3
F4
F5
F6
F7
F8
F9
F10
F11
F12
G1
G2
G3
G4
G5
G6
G7
G8
G9
G10
G11

40
34
50
27
50
40
49
30
43
33
23
27
51
48
22
26
30
26
38
32
30
50
51
40
48
26
43
40

1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
0
1
0
1
0
1
1
1
0
0
1
1
0
1
1
1
0
0

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

Data Kuisoner A
No
PA1
PA2
PA3
PA4
PA5
A1
0
0
0
0
0
A2
0
0
1
0
0
A3
0
0
1
0
0
A4
0
1
0
0
0
A5
0
1
0
0
0
A6
0
1
1
1
0
A7
0
1
0
0
0
A8
0
0
0
0
0

0
1
0
0
0
0
0
1
0
1
1
0
1
0
1
1
0
1
1
1
1
0
0
0
0
0
1
1

3
4
3
3
3
3
3
2
2
4
3
3
1
0
4
4
3
4
4
3
4
3
3
3
3
3
3
3

A9
A10
A11
A12
A13
B1
B2
B3
B4
B5
B6
B7
B8
B9
B10
B11
B12
B13
B14
B15
B16
B17
C1
C2
C3
C4
C5
C6
D1
D2
D3
D4
E1
E2
E3
E4
E5
E6
E7

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

1
1
1
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
0
0
1
0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

1
0
1
0
0
0
1
1
1
0
1
1
0
0
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

E8
E9
E10
E11
E12
E13
E14
F1
F2
F3
F4
F5
F6
F7
F8
F9
F10
F11
F12
G1
G2
G3
G4
G5
G6
G7
G8
G9
G10
G11

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
1

1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
0

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1

Data Kuisoner B (1-15)


No
A1
A2
A3
A4
A5
A6
A7
A8
A9
A10
A11
A12
A13

PB1
0
0
1
2
3
1
1
1
3
1
2
2
3

PB2
0
0
0
1
3
1
1
0
2
1
1
0
1

PB3
2
0
0
1
3
2
2
1
1
2
2
0
2

PB4
2
0
0
2
2
1
0
1
3
2
2
0
1

PB5
0
0
0
2
3
1
0
1
3
2
2
1
2

PB6
0
1
0
1
2
1
0
2
1
1
1
1
3

PB7
0
0
0
1
2
1
1
1
1
2
2
1
2

PB8
0
0
0
1
1
1
0
1
2
1
1
0
3

PB9
1
0
0
1
3
2
1
1
3
2
2
1
3

PB10
2
0
0
2
2
1
1
2
3
1
1
1
0

PB11
1
0
0
2
2
2
1
2
2
1
2
3
2

PB12
1
0
0
1
2
1
1
0
3
0
1
1
0

PB13
2
0
0
2
2
2
2
3
2
2
2
3
3

PB14
2
0
0
2
2
2
1
3
0
2
1
2
3

PB15
0
0
0
1
1
1
0
1
3
2
2
2
3

B1
B2
B3
B4
B5
B6
B7
B8
B9
B10
B11
B12
B13
B14
B15
B16
B17
C1
C2
C3
C4
C5
C6
D1
D2
D3
D4
E1
E2
E3
E4
E5
E6
E7
E8
E9
E10
E11
E12
E13
E14
F1
F2
F3
F4
F5
F6
F7
F8
F9
F10
F11
F12
G1
G2
G3
G4
G5
G6
G7
G8
G9
G10
G11

1
2
1
1
1
0
1
0
3
3
2
0
1
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
1
0
0
1
2
1
0
2
2
1
2
1
1
2
0
1
1
1
1
0
2
1
2
2
1
1
0
0
1
1
1
2
1
1
1
1
1
2
1
1
2

1
1
0
0
0
1
1
1
0
2
3
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
2
1
1
1
2
1
1
2
1
1
2
1
1
1
1
2
0
2
1
2
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1

2
1
3
2
0
0
1
1
2
1
1
0
1
1
0
1
0
2
1
1
1
2
1
2
1
1
2
1
1
1
2
2
1
2
1
1
2
1
1
1
2
2
1
2
1
2
1
1
1
1
2
2
2
1
2
1
1
1
1
1
2
1
2
1

1
1
0
1
0
1
1
1
1
2
2
0
1
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
1
1
1
1
2
1
1
2
1
1
2
1
1
2
1
1
2
1
1
3
2
1
2
2
1
1
1
2
1
1
1
2
2
1
2
1
1
1
1
1
2

1
1
0
0
0
2
1
0
1
1
0
0
1
0
1
0
1
2
1
1
1
2
1
2
2
2
0
1
1
2
1
2
0
1
1
1
2
2
1
0
1
0
0
1
1
2
1
1
1
1
0
1
2
0
1
2
0
3
1
1
2
1
2
1

1
1
0
1
0
3
0
1
0
2
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
3
0
2
0
0
1
0
0
1
1
0
0
1
1
1
3
0
0
1
0
3
1
1
1
0
1
0
1
0
1
0
2
1
1
1
1
0
0

1
1
0
1
0
0
1
1
0
2
2
0
1
1
0
1
1
2
1
0
1
2
1
1
1
1
3
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
3
0
1
1
1
3
1
1
1
0
1
2
1
0
1
1
3
1
1
2
1
1
1

0
1
0
0
1
3
1
0
0
1
3
0
1
1
1
1
0
2
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
0
1
1
2
1
1
1
1
0
0
2
1
1
1
1
2
1
1
3
1
1
1

2
1
0
1
2
2
1
1
1
2
1
0
2
1
1
1
0
2
1
2
1
2
1
1
2
3
3
1
2
2
2
2
1
2
1
1
2
2
1
2
1
3
0
2
1
2
2
1
1
1
1
2
2
1
2
1
1
2
1
1
2
1
1
1

0
1
1
2
1
3
1
0
1
1
3
0
1
1
1
1
1
2
1
2
1
1
1
1
1
2
3
1
2
2
2
1
1
2
1
1
2
2
1
2
1
3
0
2
1
2
2
1
1
1
2
0
2
1
2
2
1
3
1
1
2
1
1
1

1
1
0
1
3
0
1
0
0
2
1
0
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
1
1
2
2
1
2
1
1
2
1
1
2
1
2
0
2
2
2
3
1
1
1
1
1
2
2
2
0
1
3
1
1
2
1
1
2

1
1
0
1
0
1
0
0
0
2
0
0
1
2
1
1
1
1
0
1
0
1
0
1
1
1
2
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
0
1
1
1
3
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
3
1
1
3
1
1
0

2
2
1
3
3
2
2
2
0
1
2
0
2
1
1
2
0
3
2
3
2
2
2
2
0
2
3
2
2
2
3
2
2
3
2
2
0
2
2
2
2
2
0
3
2
0
3
2
2
1
2
2
3
0
2
1
2
3
2
2
2
2
2
2

2
2
0
2
3
1
1
2
2
3
3
0
2
1
2
1
2
2
1
2
1
2
1
1
2
2
1
1
1
2
2
2
1
2
2
1
1
2
1
2
1
1
2
2
1
1
2
1
1
2
2
2
2
3
2
2
1
2
1
2
3
2
1
1

1
1
0
1
0
3
2
0
3
2
1
0
1
0
1
1
2
2
1
2
1
1
1
2
1
1
0
1
2
1
2
2
1
2
2
1
2
1
2
1
2
3
2
2
2
2
2
2
1
1
0
1
2
1
2
2
1
2
1
2
2
2
2
1

Data Kuisoner B (16-30)


No
A1
A2
A3
A4
A5
A6
A7
A8
A9
A10
A11
A12
A13

PB16

PB17
1
0
0
2
1
2
1
3
3
2
2
2
3

PB18
0
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0

PB19
1
0
0
1
1
2
1
1
3
1
1
3
2

PB20
2
0
0
2
2
2
1
0
3
2
0
3
3

PB21
1
0
0
1
1
1
0
1
0
1
2
1
2

PB22
1
0
0
2
2
2
1
1
3
2
1
1
3

PB23
0
0
1
2
1
1
0
0
3
2
1
1
2

PB24
2
0
0
1
1
1
0
1
0
1
1
1
2

PB25
3
0
1
2
1
2
1
3
3
3
1
2
3

PB26
3
0
0
1
1
2
0
1
3
1
1
2
3

PB27
1
0
0
2
2
1
1
3
3
2
1
1
3

PB28
1
0
1
1
1
1
0
1
3
2
1
1
1

PB29
2
0
0
1
1
2
1
3
3
3
1
3
3

PB30
1
0
0
2
1
2
0
2
3
2
1
2
3

1
0
0
2
2
2
0
2
0
3
1
2
2

B1
B2
B3
B4
B5
B6
B7
B8
B9
B10
B11
B12
B13
B14
B15
B16
B17
C1
C2
C3
C4
C5
C6
D1
D2
D3
D4
E1
E2
E3
E4
E5
E6
E7
E8
E9
E10
E11
E12
E13
E14
F1
F2
F3
F4
F5
F6
F7
F8
F9
F10
F11
F12
G1
G2
G3
G4
G5
G6
G7
G8
G9
G10
G11

2
1
0
2
3
0
3
2
3
2
3
3
2
0
0
0
2
3
3
3
3
2
3
2
2
0
0
3
3
0
3
3
0
3
3
3
0
0
3
0
2
0
2
3
2
0
3
3
3
3
1
2
3
1
3
3
0
3
3
3
3
3
2
3

1
1
0
1
1
1
2
0
0
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
2
2
1
1
1
1
0
1
1
1
1
3
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
0
3
1
1
1
0
1
1
2
1
1
1
3
1
1
2
1
1
1

1
1
0
0
0
2
2
2
2
2
2
3
1
1
1
1
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
1
2
2
1
2
2
2
0
2
2
2
2
2
2
2
1
1
2
2
2
2
1
3
1
1
2
1
2
2

2
1
2
2
0
3
3
2
1
1
3
3
2
2
2
2
2
3
2
3
2
2
2
2
3
3
3
2
2
3
3
2
2
3
2
2
3
3
2
3
1
3
0
3
2
3
3
2
2
2
2
2
3
1
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2

1
1
0
1
0
2
0
0
0
2
1
3
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
1
1
0
2
1
0
1
0
0
0
1
0
3
1
1
1
1
1
3
2
0
0
0
3
1
1
3
1
1
0

1
2
1
2
1
1
0
0
0
3
3
0
1
1
1
1
2
2
1
2
1
2
1
1
2
2
3
1
2
2
1
2
1
1
1
1
2
2
1
2
1
3
0
2
2
2
2
1
1
1
1
1
2
1
3
2
1
2
1
1
2
1
1
1

1
1
0
0
0
0
1
0
1
0
3
0
1
0
0
0
0
1
1
2
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
2
1
1
2
1
1
1
0
1
3
3
1
2
0
3
1
1
3
1
1
1

1
1
0
2
0
1
1
0
1
0
2
3
1
0
0
0
0
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
2
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
2
1
1
1
2
1
3
2
1
1
0
0
1
1
3
1
1
1

2
1
2
1
3
2
1
2
0
2
3
3
2
2
3
2
2
3
1
3
3
3
3
1
2
3
3
3
2
3
3
2
2
3
2
2
3
3
2
3
2
3
0
3
2
3
3
2
2
2
3
2
3
2
3
3
2
2
2
2
2
2
1
3

1
1
0
2
0
1
2
2
3
1
2
3
2
1
0
1
3
2
1
3
1
1
1
1
2
1
3
2
2
1
2
2
0
2
2
2
1
1
2
1
2
3
2
2
2
1
3
2
2
2
3
1
2
2
2
1
1
3
2
2
2
2
1
2

1
1
0
1
1
3
3
0
3
2
3
3
1
1
0
1
0
2
3
2
3
1
3
2
2
3
0
3
2
3
2
2
1
2
2
2
3
3
2
3
1
0
0
2
1
3
3
2
2
2
1
1
2
2
2
3
1
3
2
2
3
2
2
3

1
1
0
2
1
2
1
0
3
0
3
3
1
1
3
1
0
1
1
2
1
1
1
1
1
1
3
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
3
0
1
1
1
2
2
1
1
1
1
3
2
1
1
1
3
1
1
3
2
1
1

2
1
3
0
3
1
2
2
3
1
2
2
2
2
2
2
1
2
2
1
2
1
2
0
2
2
0
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
0
1
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
0
3
2
2
2
2
0
2

2
1
0
2
2
2
3
3
2
2
3
2
1
1
3
2
3
3
3
2
3
2
3
2
3
3
0
3
2
3
3
2
0
3
3
3
3
3
3
3
2
0
2
3
2
3
2
3
3
3
1
2
3
2
3
3
2
2
3
3
3
3
2
3

1
1
1
3
1
3
1
2
0
0
2
0
2
2
3
1
3
2
1
3
1
2
1
1
2
1
0
1
2
1
1
1
0
1
1
1
1
1
2
1
2
0
2
1
2
1
3
1
1
1
1
1
2
2
1
1
1
3
1
1
2
1
1
1

Lampiran 4
Distribusi Frekuensi Gambaran Responden
Usia Responden
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

21 - 25

12

15.6

15.6

15.6

26 - 35

27

35.1

35.1

50.6

36 - 45

25

32.5

32.5

83.1

46 - 51

13

16.9

16.9

100.0

Total

77

100.0

100.0

Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency
Valid

Laki-Laki

36

Percent
46.8

Valid Percent
46.8

Percent
46.8

Perempuan

41

53.2

53.2

Total

77

100.0

100.0

100.0

Agama
Cumulative
Frequency
Valid

Muslim
Non Muslim
Total

Percent

Valid Percent

Percent

74

96.1

96.1

96.1

3.9

3.9

100.0

77

100.0

100.0

Status
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

Menikah

57

74.0

74.0

74.0

Belum Menikah

20

26.0

26.0

100.0

Total

77

100.0

100.0

Pekerjaan
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

Tidak Berkerja

46

59.7

59.7

59.7

Berkerja

31

40.3

40.3

100.0

Total

77

100.0

100.0

Pendidikan Terakhir

Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

Tidak Sekolah

1.3

1.3

1.3

SD

3.9

3.9

5.2

SMP

11

14.3

14.3

19.5

SMA

44

57.1

57.1

76.6

Sarjana

18

23.4

23.4

100.0

Total

77

100.0

100.0

Lampiran 5
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden yang Melakukan Stigma
Distribusi Frekuensi Usia yang Melakukan Stigma
Stigma Masyarakat Pada Orang Dengan HIV/AIDS
(ODHA)
Rendah
UsiaKategori

Count
% within UsiaKategori

Count
% within UsiaKategori

Count
% within UsiaKategori

Count
% within UsiaKategori

Total

Count
% within UsiaKategori

Sedang

Tinggi

Total

12

16.7%

75.0%

8.3%

100.0%

22

27

14.8%

81.5%

3.7%

100.0%

18

25

24.0%

72.0%

4.0%

100.0%

13

7.7%

61.5%

30.8%

100.0%

13

57

77

16.9%

74.0%

9.1%

100.0%

Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin yang Melakukan Stigma


Stigma Masyarakat Pada Orang Dengan HIV/AIDS
(ODHA)
Rendah
Jenis Kelamin

Laki-Laki

Perempuan

27

36

16.7%

75.0%

8.3%

100.0%

30

41

17.1%

73.2%

9.8%

100.0%

13

57

77

16.9%

74.0%

9.1%

100.0%

Count
% within Jenis Kelamin

Tinggi

Count
% within Jenis Kelamin

Total

Sedang

Count
% within Jenis Kelamin

Total

Distribusi Frekuensi Agama yang Melakukan Stigma


Stigma Masyarakat Pada Orang Dengan HIV/AIDS
(ODHA)
Rendah
Agama

Muslim

Count
% within Agama

Non Muslim

Total

Sedang

Count
% within Agama

Tinggi

13

54

74

17.6%

73.0%

9.5%

100.0%

0.0%

100.0%

0.0%

100.0%

13

57

77

16.9%

74.0%

9.1%

100.0%

Count
% within Agama

Total

Distribusi Frekuensi Status yang Melakukan Stigma


Stigma Masyarakat Pada Orang Dengan HIV/AIDS
(ODHA)
Rendah
Status

Belum Menikah

Count
% within Status

Menikah

Count

Sedang

Tinggi

Total

10

41

57

17.5%

71.9%

10.5%

100.0%

16

20

% within Status
Total

15.0%

80.0%

5.0%

100.0%

13

57

77

16.9%

74.0%

9.1%

100.0%

Count
% within Status

Distribusi Frekuensi Pekerjaan yang Melakukan Stigma


Stigma Masyarakat Pada Orang Dengan
HIV/AIDS (ODHA)
Rendah
Pekerjaan

Tidak Berkerja

Count
% within Pekerjaan

Berkerja

Count
% within Pekerjaan

Total

Count
% within Pekerjaan

Sedang

Tinggi

Total

11

30

46

23.9%

65.2%

10.9%

100.0%

27

31

6.5%

87.1%

6.5%

100.0%

13

57

77

16.9%

74.0%

9.1%

100.0%

Distribusi Frekuensi Pendidikan Terakhir yang Melakukan Stigma


Stigma Masyarakat Pada Orang Dengan
HIV/AIDS (ODHA)
Rendah
Pendidikan Terakhir

Tidak Sekolah

Count
% within Pendidikan
Terakhir

SD

Count

Sedang

Tinggi

Total

0.0%

100.0%

0.0%

100.0%

% within Pendidikan
Terakhir
SMP

Count
% within Pendidikan
Terakhir

SMA

Count
% within Pendidikan
Terakhir

Sarjana

Count
% within Pendidikan
Terakhir

Total

Count
% within Pendidikan
Terakhir

0.0%

100.0%

0.0%

100.0%

11

18.2%

72.7%

9.1%

100.0%

32

44

13.6%

72.7%

13.6%

100.0%

13

18

27.8%

72.2%

0.0%

100.0%

13

57

77

16.9%

74.0%

9.1%

100.0%

Lampiran 6
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Kesehatan Tentang Penularan HIV/AIDS
Pengetahuan Kesehatan Tentang Penularan HIV/AIDS
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

Baik

63

81.8

81.8

81.8

Sedang

10

13.0

13.0

94.8

Buruk

5.2

5.2

100.0

Total

77

100.0

100.0

Distribusi Frekuensi Stigma Masyarakat Pada Orang Dengan HIV/AIDS


(ODHA)
Stigma Masyarakat Pada Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA)

Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

Rendah

13

16.9

16.9

16.9

Sedang

57

74.0

74.0

90.9

Tinggi

9.1

9.1

100.0

Total

77

100.0

100.0

Lampiran 7
Hubungan Pengetahuan Kesehatan Tenatang Penularan HIV/AIDS Dengan
Stigma Masyarakat pada Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA)
Pengetahuan Tentang HIV/AIDS * Stigma Masyarakat Pada Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) Crosstabulation
Stigma Masyarakat Pada Orang Dengan
HIV/AIDS (ODHA)
Rendah
Pengetahuan Tentang

Baik

HIV/AIDS

Count
Expected Count
% within Pengetahuan
Tentang HIV/AIDS

Sedang

Count
Expected Count
% within Pengetahuan
Tentang HIV/AIDS

Buruk

Count

Sedang

Tinggi

Total

48

63

10.6

46.6

5.7

63.0

14.3%

76.2%

9.5%

100.0%

10

1.7

7.4

.9

10.0

40.0%

50.0%

10.0%

100.0%

Expected Count
% within Pengetahuan
Tentang HIV/AIDS
Total

.7

3.0

.4

4.0

0.0%

100.0%

0.0%

100.0%

13

57

77

13.0

57.0

7.0

77.0

16.9%

74.0%

9.1%

100.0%

Count
Expected Count
% within Pengetahuan
Tentang HIV/AIDS

Asymptotic
Significance (2Value
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases

df

sided)

5.662a

.226

5.891

.207

.456

.500

77

a. 5 cells (55.6%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is .36.

Вам также может понравиться