Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PG-331
ABSTRAK
Potensi sagu di Indonesia sangat besar, namun pemanfaatannya masih sangat kurang karena keterbatasan sifat fisikokimia,
terutama pengembangan pati pada saat pemanggangan (baking expansion). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
konsentrasi hydrogen peroksida serta irradiasi ultraviolet (UV) sebagai katalisator oksidasi terhadap sifat fisikokimia dan baking
expansion pati sagu teroksidasi. Penelitian menggunakan metode experimental, dengan perlakuan 5 taraf konsentrasi hydrogen
peroksida yaitu 1%, 2%, 3%, 4%, dan 5% dari total berat pati, disertai perlakuan dengan dan tanpa irradiasi UV. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa oksidasi pati dengan hydrogen peroksida berpengaruh terhadap sifat fisikokimi dan baking expansion pati
sagu. Daya pengembangan dan kelarutan pati, kadar amilosa, serta kadar karbonil dan karboksil dari pati teroksidasi meningkat
hingga konsentrasi 3%, namun kemudian menurun pada konsentrasi 4% dan 5%. Perlakuan irradiasi UV sebagai katalisator
oksidasi menyebabkan proses oksidasi pati lebih efektif, dengan rata-rata sifat fisikokimia lebih tinggi dibanding oksidasi tanpa
irradiasi UV. Analisis baking expansion menunjukkan bahwa oksidasi dengan konsentrasi hydrogen peroksida 3% disertai
irradiasi UV menghasilkan pati teroksidasi dengan volume spesifik tertinggi, yaitu 8,65 mL/g, atau derajat pengembangan
meningkat 65,6% dibanding pati alami (5,22 mL/g).
Kata Kunci: pati sagu, oksidasi, hydrogen peroksida, irradiasi UV.
I. PENDAHULUAN
Pati telah digunakan sejak lama sebagai bahan baku
dalam pembuatan berbagai produk, dalam industri pangan
maupun non pangan. Pati sagu merupakan salah satu jenis
pati alami yang diperoleh dari batang pohon sagu
(Metroxylon sago). Sagu merupakan salah satu tanaman
penting yang bernilai ekonomis tinggi, karena memiliki hasil
rendemen pati yang tinggi dengan biaya produksi yang
rendah dari setiap hektar luasan lahannya. Sagu tumbuh di
beberapa Negara tropis, seperti Indonesia, Malaysia dan
Thailand [1]. Flach [2] menyebutkan bahwa dari 2,2 juta ha
lahan sagu diseluruh dunia, 1,4 juta ha terdapat di hutan
Indonesia dan 0,9 juta ha terdapat di Papua.
Meskipun potensi sagu di Indonesia sangat tinggi namun
pemanfaatannya masih terbatas sebagai bahan pangan
tradisional masyarakat Papua. Pati sagu lebih sulit
PG-332
untuk diaplikasikan dalam industri pangan adalah
pengembangan pada saat pemanggangan (baking expansion)
[8, 9].
Hidrogen peroksida merupakan salah satu senyawa
oksidator yang banyak digunakan dalam praktek komersial
untuk oksidasi pati. Dalam proses oksidasi, hydrogen
peroksida tidak menghasilkan senyawa atau residu yang
berbahaya, karena akan terurai menjadi oksigen dan air.
Oleh karena itu senyawa ini lebih aman dan bersifat ramah
lingkungan, sehingga cocok diaplikasikan dalam industri
pangan [5].
Beberapa studi tentang oksidasi pati disertai pemaparan
sinar ultraviolet (UV) telah dilakukan. [10,11,12]. El-Sheikh et
al. [13] melaporkan bahwa oksidasi pati singkong dengan
hydrogen peroksida disertai irradiasi UV berpengaruh
terhadap sifat fisikokimia pati yang dihasilkan. Hasil
penelitian lain menyatakan bahwa irradiasi UV penting
untuk sifat pengembangan pada saat pemanggangan dari
pati singkong dan produk biskuitnya [8,10,11]. Hal ini
disebabkan karena ketika hydrogen peroksida dipaparkan
sinar UV maka akan terbentuk gugus radikal yang memicu
proses oksidasi [13].
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh konsentrasi hydrogen peroksida serta irradiasi UV
sebagai katalisator oksidasi terhadap sifat fisikokimia,
khususnya baking expansion pati sagu. Dengan demikian pati
sagu dapat dimanfaatkan dan diaplikasikan untuk berbagai
produk olahan dalam industri pangan.
II. METODOLOGI
Oksidasi Pati
Oksidasi pati dilakukan dengan menggunakan alat
katalisator UV (Gambar 1). Perlakuan yang digunakan yaitu
5 konsentrasi hydrogen peroksida (1%, 2%, 3%, 4% dan 5%)
dari berat pati, dikombinasikan dengan perlakuan irradiasi
UV dan tanpa irradiasi. Slurry pati dengan rasio 1:6 (pati:air)
dimasukkan ke tangki reaktor (no.2), kemudian
ditambahkan hydrogen peroksida sesuai perlakuan
konsentrasi. Selanjutnya slurry di pompa (no. 3) dan
dialirkan ke tabung irradiasi UV (no. 5). Dalam tabung
irradiasi, lampu UV dinyalakan untuk memberikan radiasi
kepada slruy pati yang mengalir. Untuk perlakuan tanpa
irradiasi, lampu UV tidak dinyalakan. Proses oksidasi ini
dilakukan selama 15 menit. Untuk mencegah terjadi
pengendapan pati selama proses oksidasi, dilakukan
pengadukan secara mekanis (no.1). Setelah proses oksidasi,
slurry pati dikeluarkan kemudian dilakukan pencucian dan
pembilasan dengan aquades sebanyak 3 kali untuk
menghentikan proses oksidasi. Pati sagu teroksidasi
kemudian dikeringkan pada suhu 50oC.
PG-333
Kandungan amilosa pati sagu teroksidasi ditampilkan
pada Gambar 3. Kandungan amilosa pati sagu meningkat
seiring meningkatnya konsentrasi hydrogen peroksida.
Peningkatan kandungan amilosa ini disebabkan terjadinya
depolimerisasi rantai molekul pati, di mana rantai panjang
polimer pati diputus menjadi polimer dengan rantai molekul
yang lebih pendek dalam jumlah yang lebih banyak [7].
PG-334
Pati Alami
5.2 0.42a
H2O2-1% tanpa UV
5.8 0.17
11.7
H2O2-1% dengan UV
7.4 0.18e
41.2
H2O2-2% tanpa UV
6.3 0.08c
19.7
H2O2-2% dengan UV
7.8 021f
49.6
H2O2-3% tanpa UV
6.9 0.16d
31.8
H2O2-3% dengan UV
8.7 0.29h
65.7
H2O2-4% tanpa UV
6.9 0.20d
32.6
H2O2-4% dengan UV
8.2 0.03g
57.5
H2O2-5% tanpa UV
6.8 0.38d
31.0
H2O2-5% dengan UV
8.4 0.06gh
60.3
IV. KESIMPULAN
Oksidasi pati sagu dengan hydrogen peroksida yang
dikatalis irradiasi UV berpengaruh terhadap sifat fisikokimia
dan baking expansion pati sagu. Reaksi oksidasi pada
beberapa
level
konsentrasi
hydrogen
peroksida
meningkatkan kandungan daya pengembangan dan
kelarutan pati, kadar amilosa serta kadar karbonil dan
DAFTAR PUSTAKA
[1] Lim, E.T., Ahmad,B., Tie,Y.L., Hueh,H.S., and Jong,F.C.
(1991). Utilization of tropical peats for teh cultivation of
Sago. Paper presented at the Internasional Symposium
on Tropical Peat Land, Kuching, 12-18.
[2] Flach, M. 1997. Sago Palm. Metroxylon Sagu Rottb.
International Plant Genetic Resources Institute (IPGRI).
Rome, Italy
[3] Limbongan, J. 2007. Morfologi Beberapa Jenis Sagu
Potensial
di
Papua.
Jurnal
Penelitian
dan
Pengembangan Pertanian. 26 (1):16-24.
[4] Tethool, E.F., Z.L. Sarungalo, dan B. Santoso. 2009. Sifat
Fisikokimia dan Daya Cerna Empat Kultivar Pati Sagu
Asal Sentani Papua. Laporan Penelitian IRN 2008.
Universitas Negeri Papua. Manokwari.
[5] Ketola, H., and Hagberg, P. (2003). Modified Starch. US
Patent Office, Pat. No. 6,670,470
[6] Sanchez-Rivera, M.M., Garcia-Suarez, F.J.L., Velazquez
V.M., Gutierrez-Meraz, F., and Bello-Perez, L.A. (2005).
Partial Characterization of banana starchesoxidized by
different levels of sodium hypochlorite. Carbohydrate
Polymers,62:50-56.
[7] Kuakpetoon, D. and Wang, Y.J. 2006. Structural
Characteristics and physicochemical properties of
oxidized corn starches varying in amylose content.
Carbohydrate Research 341: 1896-1915.
[8] Bertolini, A.C., Mestres, C., Lourdin, D., Valle, G.D.,
and
Colonna,
P.
2001. Relationship between
Thermomechanical Properties and Baking Expansion of
Sour Cassava Starch. Journal of the Science of Food and
Agriculture 81: 429435.
[9] Demiate, I.M., Dupuy, N., Huvenne, J.P., Cereda, M.P.,
and Wosiacki, G. 2000. Relationship Between Baking
Behavior of Modified Cassava Starches and Starch
Chemical
Structure
Determined
by
FTIR
Spectroscopy. Carbohydrate Polymer 42: 149-158.
[10] Vatanasuchart, N., Naivikul, O., Charoenrein, S., and
Sriroth, K. 2003. Effect of different UV irradiations on
properties of cassava starch and biscuit expansion.
Kasetsart Journal (Natural Science), 37:334-344.
[11] Vatanasuchart, N., Naivikul, O., Charoenrein, S., and
Sriroth, K. 2005. Molecular Properties of Cassava
Starch Modified With Different UV Irradiation to
Enhance
Baking
Expansion.
Carbohydrate
Polymers,61:80-87.
PG-335
[12] Lorlowhakarn, K., dan O. Naivikul. 2005. Modification
of Rice Flour by UV Irradiation to Improve Rice Noodle
Quality. Proceeding The 3rd Conference of Starch
Technology.
[13] El-sheikh, M. A., Ramadan, M. A., and El-shafie, A.
(2010). Photo-oxidation of rice starch. Part I: Using
hydrogen peroxide. Carbohydrate Polymers, 80:266-269.
[14] Association of Official Agricultural Chemists (AOAC).
(2005). Official Methods of Analysis of AOAC
International. Arlington. Virginia. USA.
[15] Adebowale, K.O., T.A. Afolabi, O.S. Lawal. 2002.
Isolation, chemical modification and physicochemical
characterisation of Bambarra groundnut starch and
flour. Food Chemistry 78: 305311.
[16] Sangseethong, K., Termvejsayanon, N., and Sriroth, K.
(2010). Characterization of physicochemical properties
of hypochlorite- and peroxide-oxidized cassava starches.
Carbohydrate Polymers, 82:446-453.
[17] Lee, J.S., R.N. Kumar, H.D. Rozman, B.M.N. Azemi.
2005. Pasting, Swelling, and Solubility Properties of UV
initiated Starch-graft-Poly(AA). Food Chemistry 91:203211.
[18] Wang, Y.J., and Wang, L. 2003. Physicochemical
properties of Common and Waxy corn starch oxidized
by different level of sodium hypochlorite. Carbohydrate
Polymers, 52:207-217.
[19] Zavareze, elessandra da Rossa, Ana Clara Klung
Tavares, Elton Z., Elizabete H., Alvaro Renato G.D. 2010.
The Effects of Acids and Oxidative Modification on The
Expansion Properties of Rice Flour with Varying Levels
of Amylose. LWT Food Science and Technology 93:
1213-1219.