Вы находитесь на странице: 1из 32

1

MAKALAH ANAK BERKEBUTUHAN


KHUSUS
TUNA GANDA

OLEH

MOH. FAJRIN
RUSMAN
GABRIELLA C. PANGKEY

STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


TAHUN AJARAN 2014/2015
ANGKATAN KE - V

2
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Segala puji hanya bagi Allah Tuhan semesta alam, atas limpahan rahmat,
berkat, dan hidayah-Nya yang begitu besar sehingga kami dapat menyusun
makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini yang berjudul ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS TUNA GANDA.
Dalam penyusunan makalah ini, kami selaku penyusun banyak
mendapatkan tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari temanteman kelompok tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu, kami mengucapkan
banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada teman-teman kelompok yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat
balasan yang setimpal dari Allah subbhana Wa Taala.
Kami menyadari masih banyak kekurangan didalam makalah ini, maka
kami berharap kritik dan saran dari para pembaca guna untuk menyempurnakan
makalah ini sehingga dapat bermanfaat khususnya bagi saya dan umumnya bagi
para pembaca.

Penyusun

Kelompok

BAB I
PEMBAHASAN
1.1 Latar Belakang
Tidak setiap anak mengalami perkembangan normal.Banyak di antara
mereka yang dalam perkembangannya mengalami hambatan, gangguan,
kelambatan, atau memiliki faktor-faktor resiko sehingga untuk mencapai
perkembangan optimal diperlukan penanganan atau intervensi khusus.Kelompok
inilah yang kemudian dikenal sebagai anak berkebutuhan khusus.
Kelainan dari segi fisik berupa kecacatan fisik , misalnya orang yang tidak
memiliki kaki sebelah kiri , matanya buta sebelah , dan sejenisnya . kelainan dari
segi fsikis atau aspek kejiwaan ( psikologis ) . misalnya orang yang menderita
keterbelakangan mental akibat dari intelegesi yang dimiliki di bawah normal .
Kelainan dari segi sosial , misalnya orang yang tidak dapat melakukan interaksi
dan komunikasi sosial , sehingga mereka tidak dapat di terima secara sosial oleh
masyarakat sekitarnya yang mnyebabkan mereka kurang bergaul dan merasa
rendah diri yang berlebihan , dan kelainan dari segi moral dapat berupa
ketidakmampuan seseorang untuk mengendalikan emosi dan hati nuraninya
sehingga orang tersebut berbuat amoral di tengah masyarakatnya
Anak berkeutuhan khusus di klasifikasikan atas beberapa kelompok sesuai
dengan jenis kelainan anak. Klasifikasi tersebut mencakup kelompok anak yang
mengalami

keterbelakangan

mental,

ketidakmampuan

belajar,

gangguan

emosional, kelainan fisik, kerusakan atau gangguan pendengaran, kerusakan atau


gangguan penglihatan, gangguan bahasa dan wicara, dan kelompok anak yang
berbakat.
1.2 Rumusan masalah
1. Apa saja jenis-jenis dari Anak Berkebutuhan Khusus?
2. Bagaimana klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus?

4
3. Bagaimana karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus?
1.3 Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui jenis jenis Anak berkebutuhan Khusus.
2. Untuk mengetahui kalsifikasi Anak Berkebutuhan Khusus.
3. Untuk mengetahui karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus.

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Jenis-jenis Anak Berkebutuhan Khusus
Anak dengan kebutuhan khusus (ABK) adalah anak yang secara signifikan
(bermakna) mengalami kelainan/penyimpangan (phisik, mental-intelektual, social,
emosional) dalam proses pertumbuhan/ perkembangannya dibandingkan dengan
anak-anak lain seusianya sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan
khusus. Dengan demikian, meskipun seorang anak mengalami kelainan/
penyimpangan tertentu, tetapi kelainan/penyimpangan tersebut tidak signifikan
sehingga mereka tidak memerlukan pelayanan pendidikan khusus, anak tersebut
bukan termasuk anak dengan kebutuhan khusus. Ada bermacam-macam jenis
anak dengan kebutuhan khusus, adapun jenisnya adalah sebagai berikut :
1. Tunanetra/anak yang mengalami gangguan penglihatan
Tunanetra adalah anak yang mengalami gangguan daya penglihatannya,
berupa kebutaan menyeluruh atau sebagian, dan walaupun telah diberi
pertolongan dengan alat-alat bantu khusus masih tetap memerlukan
pelayanan pendidikan khusus.
2. Tunarungu/anak yang mengalami gangguan pendengaran
Tunarungu adalah anak yang kehilangan seluruh atau sebagian daya
pendengarannya sehingga tidak atau kurang mampu berkomunikasi secara
verbal dan walaupun telah diberikan pertolongan dengan alat bantu dengar
masih tetap memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
3. Tunalaras/Anak yang Mengalami Gangguan Emosi dan Perilaku.
Tunalaras

adalah

anak

yang

mengalami

kesulitan

dalam

penyesuaian diri dan bertingkah laku tidak sesuai dengan norma-norma


yang berlaku dalam lingkungan kelompok usia maupun masyarakat pada
umumnya, sehingga merugikan dirinya maupun orang lain, dan karenanya
memerlukan pelayanan pendidikan khusus demi kesejahteraan dirinya
maupun lingkungannya.

6
4. Tunadaksa/mengalami kelainan angota tubuh/gerakan
Tunadaksa adalah anak yang mengalami kelainan atau cacat yang
menetap pada alat gerak (tulang, sendi, otot) sedemikian rupa sehingga
memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
5. Tunagrahita
Tunagrahita (retardasi mental) adalah anak yang secara nyata
mengalami hambatan dan keterbelakangan perkembangan mental jauh di
bawah rata-rata(IQ dibawah 70) sehingga mengalami kesulitan dalam
tugas-tugas akademik, komunikasi maupun sosial, dan karenanya
memerlukan layanan pendidikan khusus. Hambatan ini terjadi sebelum
umur 18 tahun
6. Cerebral palsy
Gangguan / hambatan karena kerusakan otak(brain injury)
sehingga mempengaruhi pengendalian fungsi motorik
7. Gifted (anak berbakat)
Adalah anak yang memiliki potensi kecerdasan (intelegensi),
kreatifitas, da tanggung jawab terhadap tugas (task commitment) diatas
anak-anak seusianya(anak normal)
8. Autistis
Autisme adalah gangguan perkembangan anak yang disebabkan
oleh adanya gangguan pada sistem syaraf pusat yang mengakibatkan
gangguan dalam interaksi sosial, komunikasi dan perilaku.
9. Asperger
Secara umum performa anak Asperger Disorder hampir sama
dengan anak autisme, yaitu memiliki gangguan pada kemampuan
komunikasi, interaksi sosial dan tingkah lakunya. Namun gangguan pada
anak Asperger lebih ringan dibandingkan anak autisme dan sering disebut
dengan

istilah

High-fuctioning

autism.

Hal-hal

yang

paling

membedakan antara anak Autisme dan Asperger adalah pada kemampuan


bahasa bicaranya. Kemampuan bahasa bicara anak Asperger jauh lebih

7
baik dibandingkan anak autisme. Intonasi bicara anak asperger cendrung
monoton, ekspresi muka kurang hidup cendrung murung dan berbibicara
hanya seputar pada minatnya saja. Bila anak autisme tidak bisa
berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, anak asperger masih bisa dan
memiliki kemauan untuk berinteraksi dengan lingkungan sosialnya.
Kecerdasan anak asperger biasanya ada pada great rata-rata keatas.
Memiliki minat yang sangat tinggi pada buku terutama yang bersifat
ingatan/memori pada satu kategori. Misalnya menghafal klasifikasi
hewan/tumbuhan yang menggunakan nama-nama latin.
10. Retts Disorder
Retts Disorder adalah jenis gangguan perkembangan yang masuk
kategori ASD. Aspek perkembangan pada anak Retts Disorder mengalami
kemuduran sejak menginjak usia 18 bulan yang ditandai hilangnya
kemampuan bahasa bicara secara tiba-tiba. Koordinasi motorinya semakin
memburuk dan dibarengi dengan kemunduran dalam kemampuan
sosialnya. Retts Disorder hampir keseluruhan penderitanya adalah
perempuan.
11. Attention deficit disorder with hyperactive (ADHD)
ADHD terkadang lebih dikenal dengan istilah anak hiperaktif, oleh
karena mereka selalu bergerak dari satu tempat ketempat yang lain. Tidak
dapat duduk diam di satu tempat selama 5-10 menit untuk melakukan
suatu kegiatan yang diberikan kepadanya. Rentang konsentrasinya sangat
pendek, mudah bingung dan pikirannya selalu kacau, sering mengabaikan
perintah atau arahan, sering tidak berhasil dalam menyelesaikan tugastugas di sekolah. Sering mengalami kesulitan mengeja atau menirukan
ejaan huruf.
12. Lamban belajar (slow learner) :
Lamban belajar (slow learner) adalah anak yang memiliki potensi
intelektual sedikit di bawah normal tetapi belum termasuk tunagrahita.
Dalam beberapa hal mengalami hambatan atau keterlambatan berpikir,
merespon rangsangan dan adaptasi sosial, tetapi masih jauh lebih baik

8
dibanding dengan yang tunagrahita, lebih lamban dibanding dengan yang
normal, mereka butuh waktu yang lebih lama dan berulang-ulang untuk
dapat menyelesaikan tugas-tugas akademik maupun non akademik, dan
karenanya memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
13. Anak yang mengalami kesulitan belajar spesifik
Anak yang berkesulitan belajar spesifik adalah anak yang secara
nyata mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik khusus (terutama
dalam hal kemampuan membaca, menulis dan berhitung atau matematika),
diduga disebabkan karena faktor disfungsi neugologis, bukan disebabkan
karena factor inteligensi (inteligensinya normal bahkan ada yang di atas
normal), sehingga memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Anak
berkesulitan belajar spesifik dapat berupa kesulitan belajar membaca
(disleksia), kesulitan belajar menulis (disgrafia), atau kesulitan belajar
berhitung (diskalkulia), sedangkan mata pelajaran lain mereka tidak
mengalami kesulitan yang signifikan (berarti)
2.2 Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus
Ada banyak klasifikasi anak berkebutuhan khusus, mencakup anakanak yang kelainan fisik, mental emosional, maupun masalah akademik.
1. Anak-Anak Berkelainan Fisik
1) Klasifikasi Anak Tunanetra
Tunanetra memiliki tingkatan yang berbeda-beda. Secara pedagogis
membutuhkan pelayanan pendidikan khusus dan belajarnya di sekolah.
Berdasarkan tingkatannya, dibedakan atas :
a. Berdasarkan Tingkat Ketajaman Penglihatan
Seseorang dikatakan penglihatannya normal, apabila hasil tes
Snellen menunjukkan ketajaman penglihatannya 20/20 atau 6/6 meter.
Sedangkan untuk seseorang yang mengalami kelainan penglihatan
kategori low vision (kurang lihat), yaitu penyandang tunanetra yang
memiliki ketajaman penglihatan 6/20m-6/60m. kondisi yang demikian

9
sesungguhnya penderita masih dapat melihat dengan bantuan alat
khusus. Selanjutnya untuk seseorang yang mengalami kelainan
penglihatan kategori berat, atau The blind, yaitu penyandang tunanetra
yang memiliki tingkat ketajaman penglihatan 6/60m atau kurang.
Untuk yang kategori berat ini masih ada dua kemungkinan,
(1) Penderita adakalanya masih dapat melihat gerakan-gerakan tangan,
ataupun
(2) Hanya dapat membedakan gelap dan terang.
Sedangkan tunanetra yang memiliki ketajaman penglihatan dengan
visus 0, sudah sama sekali tidak dapat melihat.
b. Berdasarkan Adaptasi Pedagogis
Kirk,SA (1989) mengklasifikasikan penyandang tunanetra berdasarkan
kemampuan penyesuaiannya dalam pemberian layanan pendidikan
khusus yang diperlukan. Klasifikasi yang dimaksud adalah :

Kemampuan melihat sedang (moderate visual disability),


dimana pada taraf ini mereka masih dapat melaksanakan tugastugas visual yang dilakukan oleh orang awas dengan
menggunakan alat bantu kgusus serta dengan bantuan cahaya
yang cukup.

Ketidakmampuan melihat taraf berat (severe visual disability).


Pada taraf ini, mereka memiliki penglihatan yang kurang baik,
atau kurang akurat meskipun dengan menggunakan alat bantu
visual dan modifikasi, sehingga mereka membutuhkan banyak
dan tenaga dalam mengerjakan tugas-tugas visual.

Ketidakmampuan melihat taraf sangat berat (profound visual


disability). Pada taraf ini mereka mengalami kesulitan dalam
melakukan tugas-tugas visual, dan tidak dapat melakukan
tugas-tugas visual yang lebih detail seperti membaca dan
menulis. Untuk itu mereka sudah tidak dapat memanfaatkan
penglihatannya dalam pendidikan, dan mengandalkan indra
perabaan dan pendengaran dalam menempuh pendidikan.

10
2) Klasifikasi Anak Tunarungu
Tunarungu adalah istilah yang menunjuk pada kondisi
ketidakfungsian organ pendengaran atau telinga seorang anak. Kondisi ini
menyebabkan mereka mengalami hambatan atau keterbatasan merespon
bunyi-bunyi yang ada disekitarnya. Tunarungu terdiri atas beberapa
tingkatan kemampuan mendengar, yaitu umum dan khusus. Ada beberapa
klasifikasi anak turarungu secara umum, yaitu :
1.

Klasifikasi umum

The deaf, atau tuli, yaitu penyandang tunarungu berat dan sangat
berat dengan tingkatan ketulian diatas 90 dB.

Hard of hearing, atau kurang dengar, yaitu penyandang tunarungu


ringan atau sedang, dengan derajat ketulian 20-90 dB.

2. Klasifikasi khusus

Tunarungu ringan, yaitu penyandang tunarungu yang mengalami


tingkat ketulian 25-45 dB. Yaitu seseorang yang mengalami
ketunarunguan taraf ringan, dimana ia mengalami kesulitan untuk
merespon suar-suara yang datangnya agak jauh. Pada kondisi yang
demikian, seorang anak secara pedagogis sudah memerlukan
perhatian khusus dalam belajarnya di sekolah, misalnya dengan
menempatkan tempat duduk dibagian depat, dekat dengan guru.

Tunarungu sedang, yaitu penyandang tunarungu yang mengalami


tingkat ketulian 46-70 dB. Yaitu seseorang yang mengalami
ketunarunguan taraf sedang, dimana ia hanya dapat mengerti
percakapan pada jarak3-5 feet secara berhadapan, tetapi tidak dapat
mengikuti diskusi-diskusi di kelas. Untuk anak yang mengalami
ketunarunguan taraf inimemerlukan adanya alat bantu dengar
(hearing aid), dan memerlukan pembinaan komunikasi, persepsi
bunyi dan irama.

11

Tunarungu berat, yaitu penyandang tunarungu yang mengalami


tingkat ketulian 71 90 dB. Seseorang yang mengalami
ketunarunguan taraf berat, hanya dapat merespon bunyi-bunyi
dalam jarak yang sangat dekat dan diperkeras. Siswa dengan
kategori ini juga memerlukan alat bantu dengar dalam mengikuti
pendidikanya di sekolah. Siswa juga sangat memerlukanadanya
pembinaan-pembinaan

atau

latihan-latihan

komunikasi

dan

pengembangan bicaranya.

Tunarungu sangat berat (profound), yaitu penyandang tunarungu


yang mengalami tingkat ketulian 90 dB keatas. Pada taraf ini,
mungkin seseorang sudah tidak dapat merespon suara sama sekali,
tetapi mungkin masih bisa merespon melalui getaran-getaran yang
ada. Untuk kegiatan pendidikan dan aktivitas lainnya, penyandang
tunarungu kategori ini lebih mengandalkan kemampuan visual atau
penglihatannya.

3) Klasifikasi Anak Tunadaksa


Anak tunadaksa adalah anak-anak yang mengalami kelainan fisik,
atau cacat tubuh, yang mencakup kelainan anggota tubuh maupun yang
mengalami kelainan gerak dan kelumpuhan, yang sering disebut sebagai
cerebral palsy (CP), dengan klasifikasi sebagai berikut :
Menurut

tingkat

kelainannya,

anak-anak

tunadaksa

dapat

diklasifikasikan sebagai berikut :


1) Cerebral Palsy (CP) :

Ringan, dapat berjalan tanpa alat bantu, mampu berbicara dan


dapat menolong dirinya sendiri.

Sedang, memerlukan bantuan untuk berjalan, latihan berbicara, dan


mengurus dirinya sendiri.

Berat, memerlukan perawatan tetap dalam ambulansi, berbicara,


dan menolong diri sendiri.

12
2) Berdasarkan letaknya

Spastic, kekakuan pada sebagian atau seluruh ototnya

Dyskenisia, gerakannya tak terkontrol (athetosis), serta terjadinya


kekakuan pada seluruh tubuh yang sulit digerakkan (rigid).

Ataxia, gangguan keseimbangan, koordinasi mata dan tangan tidak


berfungsi, dan cara berjalannya gontai.

Campuran, yang mengalami kelainan ganda.

3) Polio

Tipe spinal, kelumpuhan pada otot-otot leher, sekat dada, tangan


dan kaki.

Tipe bulbair, kelumpuhan fungsi motorik pada satu atau lebih saraf
tepi yang menyebabkan adanya gangguan pernafasan.

Tipe bulbispinalis, gangguan antara tipe spinal dan bulbair.

Encephalitis, yang umumnya ditandai dengan adanya demam,


kesadaran menurun, tremor, dan kadang-kadang kejang.

2. Anak Berkelainan Mental Emosional


1) Klasifikasi Anak Tunagrahita
Untuk memahami klasifikasi anak tunagrahita maka perlu
disesuaikan dengan klasifikasinya karena setiap kelompok tunagrahita
memiliki klasifikasi yang berbeda-beda. Klasifikasi akademik tunagrahita
berdasarkan barbagai tinjauan diantaranya :
a. Berdasarkan kapasitas intelektual (skor IQ)

Tunagrahita ringan IQ 50-70

Tunagrahita sedang IQ 35-70

Tunagrahita berat IQ 20-35

Tunagrahita sangat berat memiliki IQ di bawah 20

b. Berdasarkan kemampuan akademik

Tunagrahita mampudidik

13

Tunagrahita mampulatih

Tunagrahita perlurawat

c. Berdasarkan tipe klini pada fisik

Downs Syndrone (mongolism)

Macro Cephalic (Hidro Cephalic)

Micro Cephalic

Pengklasifikasian

anak

tunagrahita

perlu

dilakukan

untuk

memudahkan guru dalam menyusun program layanan/ pendidikan dan


melaksanakannya secara tepat. Perlu diperhatikan bahwa perbedaan
individu (individual deferences) pada anak tunagrahita bervariasi sangat
besar, demikian juga dalam pengklasifikasi terdapat cara yang sangat
bervariasi tergantung dasar pandang dalam pengelompokannya. Klasifikasi
itu sebagai berikut :
1

Klasifikasi yang berpandangan medis, dalam bidang ini memandang


variasi anak tunagrahita dari keadaan tipe klinis. Tipe klinis pada tanda
anatomic

dan

fisiologik

yang

mengalami

patologik

atau

penyimpangan. Kelompok tipe klinis diantaranya :


Down Syndrom (dahulu disebut mingoloid)
Pada tipe ini terlihat raut rupanya menyerupai orang Mongol
dengan cirri : mata sipit dan miring, lidah tebal dan terbelah-belah
serta biasanya menjulur keluar, telinga kecil, tangan kering, semakin
dewasa kulitnya semakin kasar, pipi bulat, bibir tebal an besar, tangan
bulat dan lemah, kecil, tulang tengkorak dari muka hingga belakang
tampak pendek.
Kretin
Pada tipe kretin nampak seperti orang cebol dengan ciri: badan
pendek, kaki tangan pendek, kulit kering, tebal, dan keriput, rambut
kering, kuku pendek dan tebal.
Hydrocephalus

14
Gejala yang nampak adalah semakin membesarnya Cranium
(tengkorak kepala) yang disebabkan oleh semakin bertambahnya atau
bertimbunnya cairan Cerebro-spinal pada kepala. Cairan ini member
tekanan pada otak besar (cerebrum) yang menyebabkan kemunduran
fungsi otak.
Microcephalus,

Macrocephalus,

Brachicephalus,

dan

Schaphocephalus
Keempat istilah tersebut menunjukkan kelainan bentuk dan
ukuran kepala, yang masing-masing dijelaskan sebagai berikut :

Microcephalus

Macrocephalus

: bentuk ukuran kepala yang kecil


: bentuk ukuran kepala lebih besar dari

ukuran normal

Brachicephalus

Schaphocephalus: memiliki ukuran kepala yang panjang

: bentuk kepala yang melebar

sehingga menyerupai menara.


Cerebral Palsy (kelompok kelumpuhan pada otak)
Kelumpuhan pada otak mengganggu fungsi kecerdasan,
disamping kemungkinan mengganggu pusat koordinasi gerak,
sehingga kelainan cerebral palsy terdiri tunagrahita dan gangguan
koordinasi gerak. Gangguan koordinasi gerak menjadi kajian dalam
bidang penanganan tunagrahita.
Rusak Otak (brain damage)
Kerusakan otak berpengaruh pada berbagai kemampuan yang
dikendalikan oleh pusat susunan syaraf yang selanjutnya dapat terjadi
gangguan kecerdasan, gangguan pengamatan, gangguan tingkah laku,
gangguan perhatian, gangguan motorik.
2

Klasifikasi yang berpandangan pendidikan, memandang variasi anak


tunagrahita dalam kemampuannya mengikuti pendidikan.
Kalangan

American

Education

(Moh.

Amin,

1995:21)

mengelompokkan menjadi Educable mentally retarded, trainable mentally

15
retarded and Totally / costudial dependent yang diterjemahkan dalam
bahasa Indonesia : mampu didik, mampu latih, dan perlu rawat.
Pengelompokan tersebut sebagai berikut :
Mampu didik,anak ini setingkat mild, borderline, marginally
dependent, moron, dan debil. IQ mereka berkisar 50/55-70/75.
Mampu latih, setingkat dengan morderate, semi dependent,
imbesil, dan memiliki tingkat kecerdasan IQ berkisar 20/25-50/55.
Perlu rawat, mereka termasuk totally dependent or profoundly
mentally retarded, severe, idiot, dan tingkat kecerdasannya 0/520/25.
3

Klasifikasi

yang

berpandangan

sosiologis

memandang

variasi

tunagrahita dalam kemampuannya mandiri di masyarakat, atau peran


yang dapat dilakukannya dalam masyarakat.
Menurut AAMD (Amin, 1995:22-24) klasifikasi itu sebagai berikut
Tunagrahita ringan, tingkat kecerdasan (IQ) mereka berkisar 50-70,
dalam penyelesaian diri pada lingkungan social yang lebih luas dan
mampu melakukan pekerjaan setingkat semi terampil.
Tunagrahita sedang, tingkat kecerdasan (IQ) mereka berkisar
antara 30-50, mampu melakukan keterampilan mengurus diri
sendiri

(self-help),

mampu

mengadakan

adaptasi

social

dilingkungan terdekat, dan mampu mengerjakan pekerjaan yang


rutin yang perlu pengawasan atau bekerja ditempat kerja terlindung
(sheltered work shop).
Tunagrahita berat dan sangat berat, mereka sepanjang hidupnya
selalu tergantung bantuan dan perawatan orang lain. Ada yang
masih mampu dilatih mengurus sendiri dan komunikasi secara
sederhana dan dalam batas tertentu, mereka memiliki tingkat
kecerdasan (IQ) kurang dari 30.
4

Klasifikasi yang dikemukakan oleh leo Kanner (Amin,1995:22-24),


dan ditinjau dari sudut tingkat pandangan masyarakat sebagai berikut:

16
Tunagrahita absolute, termasuk kelompok tunagrahita yang jelas
nampak ketunagrahitaannya baik berada di pedesaan maupun
perkotaan, dimasyarakat petani, maupun masyarakat industry, di
lingkungan sekolah, lingkungan keluarga dan di tempat pekerjaan.
Golongan ini penyandang tunagrahita kategori sedang.
Tunagrahita relative, termasuk kelompok tunagrahita yang dalam
masyarakat tertentu dianggap tunagrahita, tetapi di tempat
masyarakat lain tidak dipandangtunagrahita. Anak tunagrahita
dianggap demikian adalah anak tunagrahita ringan karena
masyarakat perkotaan yang maju dianggap tunagrahita dan di
masyarakat pedesaan yang masih terbelakang dipandang bukan
tunagrahita.
Tunagrahita

semu

(pseudo mentally retarded)

yaitu

anak

tunagrahita yang menunjukkan penampilan sebagai penyandang


tunagrahita

tetapi

sesungguhnya

ia

mempunyai

kapasitas

kemampuan yang normal. Misalnya seorang anak dikirim ke


sekolah khusus karena menurut kasil tes kecerdasannya rendah,
tetapi setelah mendapat pengejaran remedial dan bimbingan khusus
menjadikan kemampuan belajar dan adaptasi sosialnya normal.
5

Klasifikasi menurut kecerdasan (IQ), dikemukakan oleh Grosman


(Hallahan & Kauffman, 1988:48) sebagai berikut :

TERM
Mild Mental Retardation

IQ RANGE FOR LEVEL


55-70 to Aprox, 70

Moderate Mental Retardation

35-40 to 50-55

Severe Mental Retardation

20-25 to 35-40

Profound Mental Retardation

Bellow 20 or 25

2) klasifikasi Anak Tunalaras


Anak tunalaras adalah anak-anak yang mengalami gangguan perilaku,
yang ditunjukkan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, baik di sekolah
maupun dalam lingkungan sosialnya. Pada hakekatnya, anak-anak tunalaras

17
memiliki kemampuan intelektual yang normal, atau tidak berada dibawah
rata-rata.kelainan lebih banyak terjadi pada perilaku sosialnya.
Beberapa klasifikasi yang menonjol dari anak-anak berkebutuhan
khusus yang mengalami kelainan perilaku social ini adalah :
1. Berdasarkan perilakunya

Beresiko tinggi ; hiperaktif suka berkelahi, memukul, menyerang,


merusak milik sendiri atau orang lain, melawan, sulit berkonsentrasi,
tidak mau bekerja sama, sok aksi, ingin menguasai orang lain,
mengancam, berbohong, tidak bisa diam, tidak dapat dipercaya, suka
mencuri, mengejek, dan sebagainya.

Beresiko rendah ; autism, khawatir, cemas, ketakutan, merasa tertekan,


tidak mau bergaul, menarik diri, kurang percaya diri, bimbang, sering
menangis, malu, dan sebagainya.

Kurang dewasa ; suka berfantasi, berangan-angan, mudah dipengaruhi,


kaku, pasif, suka mengantuk, mudah bosan, dan sebagainya.

Agresif ; memiliki gang jahat, suka mencuri dengan kelompoknya,


loyal terhadap teman jahatnya, sering bolos sekolah, sering pulang
larut malam, dan terbiasa minggat dari rumah.

2. Berdasarkan kepribadian

Kekacauan perilaku

Menarik diri(withdrawll)

Ketidakmatangan(immaturity)

Agresi social

3. Anak Berkelainan Akademik


1. Klasifikasi Anak Berbakat
Anak berbakat dalam konteks ini adalah anak-anak yang
mengalami kelainan intelektual di atas rata-rata. Berkenaan dengan
kemampuan intelektual ini Cony Semiawan (1997:24) mengemukakan
,bahwa diperkirakan satu persen dari populasi total penduduk Indonesia

18
yang rentangan IQ sekitar 137 keatas, merupakan manusia berbakat tinggi
(highly gifted) ,sedangkan mereka yang rentagannya berkisar 120-137
yaitu yaitu yang mencakup rentangan 10 persen di bawah yang satu persen
itu disebut moderately gifted . Mereka semua memiliki talen akademik
(academic talented) atau keberbakatan intelektual .
Beberapa kalsifikasi yang menonjol dari anak-anak berbakat
umumnya hanya dilihat dari tigkat inteligensinya ,berdasarkan standar
Stanford Binet , yang meliputi :

Kategori rata-rata tinggi ,dengan tingkat kapasitas intelktual (IQ) :


110-119

Kategori superior , dengan tingkat kapasitas intelektual (IQ) : 120139

Kategori sangat superior ,dengan tingkat intelektual (IQ) : 140-169

2.Klasifikasi Anak Berkesulitan belajar


Berkesulitan

belajar

merupakan

salah

satu

jenis

anak

berkebutuahan khusus yang ditandai dengan adanya kesulitan untuk


mencapai standar kompetensi (prestasi) yang telah ditentukan dengan
mengikuti pembelajaran konvensional. Learning disability merupakan
salah satu istilah yang mewadahi berbagai jenis kesulitan yang dialami
anak terutama yang berkaitan dengan masalah akademis .
Adapun klasifikasi anak berkesulitan belajar spesifik yang
merupakan jenis kelainan unik tidak ada kesamaan antara penderita satu
dengan yang lainnya.Untuk mengklasifikasikan anak berkesulitan belajar
spesifik dapat dilakukan berdasar pada tingkat usia dan juga jenis
kesulitannya, yaitu:
1) Kesulitan Belajar Perkembangan
Pengelompokkan kesulitan belajar pada anak usia di bawah 5 tahun
(balita) adalah kesulitan belajar perkembangan ,hal ini dikarenakan anak
balita belum belajar secara akademis ,tetapi belajar dalam proses
kematangan prasyarat akademis ,seperti kematangan persepsi visualaudiotory,wicara,daya diferensiasi,kemampuan sensory-motor dsb.

19
2) Kesulitan Belajar Akademik
Anak-anak usia sekolah yaitu usia di atas 6 tahun masuk dalam
kelompok kesulitan belajar akademik anak-anak ini mengalami kesulitan
bidang akademik di sekolah yang sangat spesifik yaitu kesulitan dalam
satu jenis/bidang akademik seperti berhitung/matematika (diskalkulia),
kesulitan membaca (disleksia), kesulitan menulis (disgraphia), kesulitan
bebahasa (dysphasia), kesulitan tidak terampil (dispraksia), dsb .
Ada klasifikasi lain yang berdasarkan jenis gangguan atau kesulitan yang
dialami anak yaitu:

Dispraksia: merupakan gangguan pada keterampilan motorik, anak terlihat


kurang terampil dalam melakukan aktivitas motorik. Seperti sering
menjatuhkan benda yang di pegang, sering memecahkan gelas kalau
minum.

Disgraphia: kesulitan dalam menulis ada yang memang karena gangguan


pada motoris sehingga tulisannya sulit untuk dibaca orang lain, ada yang
sangat lambat aktivitas motoriknya, dan juga adanya hambatan pada ideo
motorik sehingga sering salah atau tidak sesuai apa yang dikatakan dengan
yang ditulis .

Diskalkulia: adalah kesulitan dalam berhitung dan matematika hal ini


sering dikarenakan adanya gangguan pada memori dan logika

Disleksia: merupakan kesulitan membaca baik membaca permulaan


maupun pemahaman

Disphasia: kesulitan berbahasa dimana anak sering melakukan kesalahan


dalam berkomunikasi baik menggunakan tulisan maupun lisan.

Body awareness: Anak tidak memiliki akan kesadaran tubuh sering salah
prediksi pada aktivitas gerak mobilitas seperti sering menabrak bila
berjalan.

2.3 Karakteristik Anak Kebutuhan Khusus


1. Karakteristik dari anak dengan keterbelakang mental:

20

Secara kognitif anak tersebut sangat berbeda dengan anak normal, dari
penggolongan IQ nya saja mereka dapat dikategorikan sebagai:
Keterbelakangan mental ringan (IQ= 55 69)
Keterbelakangan mental sedang (IQ = 40 -54)
Keterbelakangan mental berat (IQ = 25 39)
Keterbelakangan mental sangat berat (IQ = di bawah 25)
Dengan derajat keterbelakang mental yang berbeda itu maka

tingkatan dari layanan dukungan buat merekapun menjadi berbeda pula


(tabel terlampir). Kemampuan memori, menggeneralisasi, motivasi,
bahasa dan keterampilan akademisnya menjadi terbatas.

Secara sosial, banyak anak dengan keterbelakangan mental mengalami


kesulitan dalam menjalin hubungan dengan orang lain.

Perilaku beradaptasi pun ada mengalami gangguan terutama dalam hal


komunikasi, merawat diri sendiri, keterampilan sosial, kehidupan
sehari-hari, menikmati waktu senggang, kesehatan dan keselamatan,
kemampuan mengarahkan diri, fungsi akademis, dan keterlibatan di
masyarakat.

Secara emosional, mereka seringkali terperosok dalam kondisi


kesepian, depresi.

Secara fisik dan medis, biasanya tidak ada kondisi fisik dan medis
yang sangat berbeda dengan anak kebanyakan.

2. Karakteristik Gangguan Perilaku dan Emosi


Heward & Orlansky (1988) dalam Sunardi (1996) mengatakan
seseorang dikatakan mengalami gangguan perilaku apabila memiliki satu atau
lebih dari lima karakteristik berikut dalam kurun waktu yang lama, yaitu:

21
a.Ketidakmampuan untuk belajar yang bukan disebabkan oleh faktor
intelektualitas, alat indra maupun kesehatan.
b.Ketidakmampuan untuk membangun atau memelihara kepuasan dalam
menjalin hubungan dengan teman sebaya dan pendidik.
c.Tipe perilaku yang tidak sesuai atau perasaan yang di bawah keadaan
normal.
d.Mudah terbawa suasana hati (emosi labil), ketidakbahagiaan, atau depresi.
e.Kecenderungan untuk mengembangkan simtom-simtom fisik atau
ketakutan-ketakutan

yang

diasosiasikan

dengan

permasalahan

permasalahan pribadi atau sekolah.


Simptom gangguan emosi dan perilaku biasanya dibagi menjadi
dua macam, yaitu externalizing behavior dan internalizing behavior.
Externalizingbehavior memiliki dampak langsung atau tidak langsung
terhadap orang lain, contohnya perilaku agresif, membangkang, tidak
patuh, berbohong, mencuri, dan kurangnya kendali diri. Internalizing
behavior mempengaruhi siswa dengan berbagai macam gangguan seperti
kecemasan, depresi, menarik diri dari interaksi sosial, gangguan makan,
dan kecenderungan untuk bunuh diri. Kedua tipe tersebut memiliki
pengaruh yang sama buruknya terhadap kegagalan dalam belajar di
sekolah (Hallahan & Kauffman, 1988; Eggen & Kauchak, 1997).
Lebih lanjut, Hallahan & Kauffman (1988) menjelaskan tentang
karakteristik anak dengan gangguan perilaku dan emosi, sebagai berikut:
a. Inteligensi dan Prestasi Belajar
Beberapa ahli, seperti dikutip oleh Hallahan dan Kauffman,
1988. menemukan bahwa anak-anak dengan gangguan ini memiliki
inteligensi di bawah normal (sekitar 90) dan beberapa di atas bright
normal.
b. Karakteristik Sosial dan Emosi. Agresif, acting-out behavior
(externalizing).
Conduct

disorder

(gangguan

perilaku)

merupakan

permasalahan yang paling sering ditunjukkan oleh anak dengan

22
gangguan emosi atau perilaku. Perilaku-perilaku tersebut seperti:
memukul, berkelahi, mengejek, berteriak, menolak untuk menuruti
permintaan orang lain, menangis, merusak, vandalisme, memeras,
yang apabila terjadi dengan frekuensi tinggi maka anak dapat
dikatakan mengalami gangguan. Anak normal lain mungkin juga
melakukan perilakuperilaku tersebut tetapi tidak secara impulsif
dan sesering anak dengan conduct disorder.
c. Immature, withdrawl behavior (internalizing)
Anak

dengan

gangguan

ini,

menunjukkan

perilaku

immature (tidak matang atau kekanak-kanakan) dan menarik diri.


Mereka mengalami keterasingan sosial, hanya mempunyai
beberapa orang teman, jarang bermain dengan anak seusianya, dan
kurang memiliki ketrampilan sosial yang dibutuhkan untuk
bersenang-senang. Beberapa di antara mereka mengasingkan diri
untuk berkhayal atau melamun, merasakan ketakutan yang
melampaui keadaan sebenarnya, mengeluhkan rasa sakit yang
sedikit dan membiarkan penyakit mereka terlibat dalam aktivitas
normal. Ada diantara mereka mengalami regresi yaitu kembali
pada tahap-tahap awal perkembangan dan selalu meminta bantuan
dan perhatian, dan beberapa diantara mereka menjadi tertekan
(depresi) tanpa alasan yang jelas (Hallahan dan Kauffman, 1988).
3. Karakteristik Tunaganda
Prilaku prilaku yang dapat dianggap bahwa anak tersebut mengalami
gangguan Tunaganda adalah sebagai berikut :
1) Kurang komunikasi atau sama sekali tidak dapat berkomunikasi
Banyak yang tidak dapat berbicara, bila ada komunikasi mereka
tidak merespon. ini menyebakan pelayanan pendidikan menjadi sulit.
2) Perkembangan motorik dan fisik terbelakang
Sebagian besar anak tuna ganda mempunyai keteratasan dalam
mobilitas fisik contoh : tidak dapat berjalan.

23
3) Sering mempunyai prilaku aneh dan tidak bertujuan
contoh : menggosok-gosok jari ke wajah, melukai diri.
4) Kurang dalam keterampilan menolong diri sendiri.
Contoh : tidak dapat mengurus diri sendiri misalnya makan,
berpakaian .
5) Jarang berprilaku dan berinteraksi yang sifatnya kontruktif
4. Karakteristik Gangguan Kesulitan Belajar
Berikut adalah karakteristik anak yang mengalami kesulitan belajar
dalam membaca, menulis dan berhitung:
1) Anak yang mengalami kesulitan membaca (disleksia)

Perkembangan kemampuan membaca terlambat,

Kemampuan memahami isi bacaan rendah,

Kalau membaca sering banyak kesalahan

Sering salah menulis huruf b dengan p, p dengan q, v dengan u, 2


dengan 5, 6 dengan 9, dan sebagainya,

Hasil tulisannya jelek dan tidak terbaca,

Tulisannya banyak salah/terbalik/huruf hilang,

Sulit menulis dengan lurus pada kertas tak bergaris.

2) Anak yang mengalami kesulitan berhitung (diskalkula)

Sulit mengoperasikan hitungan/bilangan,

Sering salah membilang dengan urut

Sering salah membedakan angka 9 dengan 6; 17 dengan 71, 2


dengan 5, 3 dengan 8, dan sebagainya,

Sulit membedakan bangun-bangun geometri.

5. Karakteristik Anak dengan Cerdas Istimewa/Berbakat Istimewa


Karakteristik anak berbakat ditinjau dari segi akademik, sosial/emosi,
dan fisik/kesehatan.
1.

Karakteristik Akademik

24
Adapun karakteristik yang dimiliki oleh seorang anak berbakat,
diantaranya:

Memiliki ketekunan dan rasa ingin tahu yang benar,

Keranjinan membaca,

Menikmati sekolah dan belajar.

Memiliki perhatian yang lama terhadap suatu bidang akademik


khusus,

Memiliki pemahaman yang sangat maju tentang konsep, metode,


dan terminologi dari bidang akademik khusus,

Mampu mengaplikasikan berbagai konsep dari bidang akademik


khusus yang dipelajari pada aktivitas-aktivitas bidang lain,

Kesediaan mencurahkan sejumlah besar perhatian dan usaha untuk


mencapai standar yang lebih tinggi dalam suatu bidang akademik,

Memiliki sifat kompetitif yang tinggi dalam suatu bidang akademik


dan motivasi yang tinggi untuk berbuat yang terbaik, dan

Belajar dengan cepat dalam suatu bidang akademik khusus.

Mudah menyerap pelajaran.


Salah satu contoh yang digambarkan oleh Kirk (1986) bahwa

seorang anak berbakat berusia 10 tahun, ia memiliki kemampuan


akademik dalam hal membaca sama dengan anak normal usia 14 tahun,
dan berhitung sama dengan usia 11 tahun, anak ini memiliki keberbakatan
dalam membaca.
2. Karakteristik Sosial
Ada beberapa ciri individu yang memiliki keberbakatan sosial,
yaitu:

Diterima oleh mayoritas dari teman-teman sebaya dan orang


dewasa,

Keterlibatan mereka dalam berbagai kegiatan sosial, mereka


memberikan sumbangan positif dan konstruktif,

25

Kecenderungan

dipandang

sebagai

juru

pemisah

dalam

pertengkaran dan pengambil kebijakan oleh teman sebayanya,

Memiliki kepercayaan tentang kesamaan derajat semua orang dan


jujur,

Perilakunya tidak defensif dan memiliki tenggang rasa,

Bebas dari tekanan emosi dan mampu mengontrol ekspresi


emosional sehingga relevan dengan situasi,

Mampu mempertahankan hubungan abadi dengan teman sebaya


dan orang dewasa,

Mampu merangsang perilaku produktif bagi orang lain, dan

Memiliki kapasitas yang luar biasa untuk menanggulangi situasi


sosial dengan cerdas, dan humor.

Dicontohkan pula oleh Kirk bahwa anak yang berbakat dalam hal
social dan emosi, bahwa seorang anak berusia 10 tahun memperlihatkan
kemampuan penyesuaian sosial dan emosi (sikap periang, bersemangat,
kooperatif, bertanggung jawab, mengerjakan tugasnya dengan baik,
membantu temannya yang kurang mampu dan akrab dalam bermain).
Sikap-sikap yang diperlihatkannya itu sama dengan sikap anak normal
usia 16 tahun.
3. Karakteristik Fisik/Kesehatan
Dalam segi fisik, anak berbakat memperlihatkan :

Memiliki penampilan yang menarik dan rapi,

Kesehatannya berada lebih baik atau di atas rata-rata, (studi


longitudinal Terman dalam Samuel A. Kirk, 1986). Dicontohkan
pula oleh Kirk bahwa seorang anak berbakat usia 10 tahun
memiliki tinggi dan berat badan sama dengan usianya. Yang
menunjukkan perbedaan adalah koordinasi geraknya sama dengan
anak normal usia 12 tahun. Mereka juga memperlihatkan sifat rapi.
Karakteristik

anak

berbakat

secara

umum,

seperti

yang

dikemukakan oleh Renzulli, 1981 (dalam Sisk, 1987) menyatakan bahwa

26
keberbakatan (giftedness) menunjukkan keterkaitan antara 3 kelompok
ciri-ciri, yaitu (a) kemampuan kecerdasan jauh di atas rata-rata, (b)
kreativitas tinggi dan (c) tanggung jawab atau pengikatan diri terhadap
tugas (task commitment). Masing-masing ciri mempunyai peran yang
menentukan.
Seseorang

dikatakan

berbakat

intelektual

jika

mempunyai

inteligensia tinggi. Sedangkan kreativitas adalah sebagai kemampuan


untuk menciptakan sesuatu yang baru, memberikan gagasan baru,
kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan yang baru antara unsurunsur yang sudah ada. Demikian pula berlaku bagi pengikatan diri
terhadap tugas. Hal inilah yang mendorong seseorang untuk tekun dan ulet
meskipun mengalami berbagai rintangan dan hambatan karena ia telah
mengikatkan diri pada tugas atas kehendaknya sendiri.
3. Karakteristik Intelektual-Kognitif

Menunjukkan atau memiliki ide-ide yang orisinal, gagasangagasan yang tidak lazim, pikiran-pikiran kreatif.

Mampu menghubungkan ide-ide yang nampak tidak berkaitan


menjadi suatu konsep yang utuh.

Menunjukkan kemampuan bernalar yang sangat tinggi.

Mampu menggeneralisir suatu masalah yang rumit menjadi suatu


hal yang sederhana dan mudah dipahami.

Memiliki kecepatan yang sangat tinggi dalam memecahkan


masalah.

Menunjukkan daya imajinasi yang luar biasa.

Memiliki perbendaharaan kosakata yang sangat kaya dan mampu


mengartikulasikannya dengan baik.

Biasanya fasih dalam berkomunikasi lisan, senang bermain atau


merangkai kata-kata.

Sangat cepat dalam memahami pembicaraan atau pelajaran yang


diberikan.

27

Memiliki daya ingat jangka panjang (long term memory) yang


kuat.

Mampu menangkap ide-ide abstrak dalam konsep matematika


dan/atau sains.

Memiliki kemampuan membaca yang sangat cepat.

Banyak gagasan dan mampu menginspirasi orang lain.

Memikirkan sesuatu secara kompleks, abstrak, dan dalam.

Mampu memikirkan tentang beragam gagasan atau persoalan


dalam waktu yang bersamaan dan cepat mengaitkan satu dengan
yang lainnya.

4. Karakteristik Persepsi/Emosi

Sangat peka perasaannya.

Menunjukkan gaya bercanda atau humor yang tidak lazim (sinis,


tepat sasaran dalam menertawakan sesuatu hal tapi tanpa terasa
dapat menyakiti perasaan orang lain).

Sangat perseptif dengan beragam bentuk emosi orang lain (peka


dengan sesuatu yang tidak dirasakan oleh orang-orang lain).

Memiliki perasaan yang dalam atas sesuatu.

Peka dengan adanya perubahan kecil dalam lingkungan sekitar


(suara, aroma, cahaya).

Pada umumnya introvert.

Memandang suatu persoalan dari berbagai macam sudut pandang.

Sangat terbuka dengan pengalaman atau hal-hal baru

Alaminya memiliki ketulusan hati yang lebih dalam dibanding


anak lain.

5. Karakteristik Motivasi dan Nilai-Nilai Hidup

Menuntut

kesempurnaan

(perfectionistic).

dalam

melakukan

sesuatu

28

Memiliki dan menetapkan standar yang sangat tinggi bagi diri


sendiri dan orang lain.

Memiliki rasa ingin tahu dan kepenasaran yang sangat tinggi.

Sangat mandiri, sering merasa tidak perlu bantuan orang lain, tidak
terpengaruh oleh hadiah atau pujian dari luar untuk melakukan
sesuatu (self driven).

Selalu berusaha mencari kebenaran, mempertanyakan dogma,


mencari makna hidup.

Melakukan sesuatu atas dasar nilai-nilai filsafat yang seringkali


sulit dipahami orang lain.

Senang menghadapi tantangan, pengambil risiko, menunjukkan


perilaku yang dianggap nyerempet-nyerempet bahaya .

Sangat peduli dengan moralitas dan nilai-nilai keadilan, kejujuran,


integritas.

Memiliki minat yang beragam dan terentang luas.

6. Karakteristik Aktifitas

Punya energi yang seolah tak pernah habis, selalu aktif beraktifitas
dari satu hal ke hal lain tanpa terlihat lelah.

Sulit memulai tidur tapi cepat terbangun, waktu tidur yang lebih
sedikit dibanding anak normal Sangat waspada.

Rentang perhatian yang panjang, mampu berkonsentrasi pada satu


persoalan dalam waktu yang sangat lama.

Tekun, gigih, pantang menyerah.

Cepat bosan dengan situasi rutin, pikiran yang tidak pernah diam,
selalu memunculkan hal-hal baru untuk dilakukan.

Spontanitas yang tinggi.

29

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Anak dengan kebutuhan khusus (ABK) adalah anak yang secara signifikan
(bermakna) mengalami kelainan/penyimpangan (phisik, mental-intelektual, social,
emosional) dalam proses pertumbuhan/ perkembangannya dibandingkan dengan
anak-anak lain seusianya sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan
khusus.
Ada bermacam-macam jenis anak dengan kebutuhan khusus, diantaranya
yaitu Anak yang mengalami kesulitan belajar spesifik, Lamban belajar (slow
learner) , Attention deficit disorder with hyperactive (ADHD), Retts Disorder,
Asperger , Autistis, Gifted (anak berbakat), Cerebral palsy , Tunagrahita,
Tunadaksa/mengalami kelainan angota tubuh/gerakan, Tunalaras/Anak yang
Mengalami Gangguan Emosi dan Perilaku, Tunarungu/anak yang mengalami
gangguan pendengaran, Tunanetra/anak yang mengalami gangguan penglihatan.

30
Ada banyak klasifikasi anak berkebutuhan khusus, mencakup anak-anak
yang kelainan fisik, mental emosional, maupun masalah akademik. Dan setiap
anak yang memilki keterbelakangan memiliki karakteristik yang berbeda dengan
anak yang normal. Setiap anak yang berkebutuhan khusus memiliki karakteristik
masing-masing yang berbeda-beda.
anak berkeutuhan khusus di klasifikasikan atas beberapa kelompok sesuai
dengan jenis kelainan anak. Klasifikasi tersebut mencakup kelompok anak yang
mengalami

keterbelakangan

mental,

ketidakmampuan

belajar,

gangguan

emosional, kelainan fisik, kerusakan atau gangguan pendengaran, kerusakan atau


gangguan penglihatan, gangguan bahasa dan wicara, dan kelompok anak yang
berbakat.

3.2 Saran
Kami sadar bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak terdapat
kekurangan karena keterbatasan saya sebagai manusia biasa, untuk itu kritik dan
saran amat kami harapkan demi kesempurnaan kami dalam menyelesaikan tugastugas dimasa yang akan datang.

31

DAFTAR PUSTAKA
https://ikad49009.wordpress.com/2013/05/29/makalah-abk-anakberkebutuhankhusus/
http://mievalid.blogspot.com/2013/10/macam-macam-jenis-abk-anakberkebutuhan.html
http://membumikan-pendidikan.blogspot.com/2014/10/karakteristikanak- berkebutuhan-khusus.html
https://notako.wordpress.com/2013/10/06/klasifikasi-anakberkebutuhan-khusus/
http://oxiliamichin.weebly.com/1/post/2013/04/anak-berkebutuhankhusus.html
http://pendidikanl.blogspot.com/2011/09/klasifikasi-atau-karakteristikabk.html

32

Вам также может понравиться