Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
JANGKAR
Pintor Simatupang
REKAYASA PONDASI II
Modul 3
DAFTAR ISI
Bab 1
Bab 2
Pengantar..................................................................................................1
1.1.
Umum..............................................................................................1
1.2.
1.3.
Jangkar......................................................................................................1
2.1.
2.2.
Penempatan Jangkar......................................................................3
2.3.
2.4.
2.4.2.
2.4.3.
Pintor Simatupang
REKAYASA PONDASI II
Bab 1
Pengantar
1.1. Umum
Modul ini akan menguraikan jenis, fungsi, perhitungan gaya tarik yang diberikan oleh
jangkar. Sebagai bagian dari perencanaan turap berjangkar, metode konstruksi dan
penempatannya juga akan diuraikan. Jangkar perlu dengan hati-hati dipilih dan
direncanakan, karena stabilitas turap berjangkar bergantung pada stabilitas jangkarnya.
1.2.
1.3.
Setelah menyelesaikan modul ini mahasiswa diharapkan dapat memenuhi hal-hal berikut.
1.
2.
Mahasiswa mampu menghitung gaya tarik yang dapat dipikul jangkar, berikut
Bab 2
Jangkar
2.
3.
4.
Balok jangkar yang didukung oleh tiang-tiang miring (tekan dan tarik)
Pintor Simatupang
REKAYASA PONDASI II
Plat dan balok jangkar biasanya terbuat dari beton jadi [Gambar 1(a)]. Jangkar
dihubungkan ke turap dengan menggunakan batang penguat (tie rods). Sebuah waling
(wale) ditempatkan pada bagian depan atau belakang turap untuk memudahkan
penempatan batang penguat pada dinding turap. Untuk mencegah batang penguat
berkarat, biasanya batang ini dilapisi dengan cat atau bahan-bahan dari aspal.
Pada waktu pemasangan batang-batang penguat di belakang turap, batang atau kabel
ditempatkan di dalam lubang-lubang yang dibor terlebih dahulu [Gambar 1(b)], lalu
digruting dengan beton (kabel biasanya berkekuatan tinggi, tendon baja prategang).
Gambar 1(c) dan 1.14(d) menunjukkan tiang jangkar vertikal dan balok jangkar dengan
tiang-tiang miring.
Pintor Simatupang
REKAYASA PONDASI II
Gambar 1 Berbagai jenis jangkar untuk turap: (a) plat atau balok jangkar; (b) batang
Pintor Simatupang
REKAYASA PONDASI II
lokasi paling baik untuk plat jangkar (efisiensi maksimum), perhatikanlah Gambar 1(a),
dimana AB adalah tiang turap. Jika jangkar ditempatkan di dalam baji ABC, yang adalah
zona aktif Rankine, maka tidak akan ada tahanan sedikitpun, sehingga jangkar pasti akan
gagal. Sebagai alternatif, jangkar bisa juga ditempatkan pada zona CFEH. Catatan bahwa
garis DFG adalah garis gelincir untuk tekanan pasif Rankine. Jika bagian baji pasif
ditempatkan di dalam baji aktif ABC, tahanan pasif penuh jangkar tidak dapat disadari
pada saat terjadi kegagalan turap. Namun, jika jangkar ditempatkan dalam zona ICH,
zona pasif Rankine di depan balok atau plat jangkar akan berada keseluruhannya di luar
zona aktif Rankine ABC. Dalam kasus ini, tahanan pasif penuh dari jangkar akan dapat
diperoleh.
Gambar 1(b), 1(c), dan 1(d) juga menunjukkan lokasi yang tepat untuk menempatkan
batang penguat jangkar, tiang jangkar vertikal, dan balok jangkar yang didukung oleh
tiang-tiang miring.
Gambar 2 Tahanan batas plat dan balok jangkar pada pasir Pers. (1) dan (4)
Pintor Simatupang
REKAYASA PONDASI II
Catatan bahwa Pp bekerja di sebelah depan jangkar, seperti ditunjukkan dalam Gambar
2. Juga
Pers. (1) berlaku hanya untuk kondisi jenis regangan-bidang (plane strain). Untuk
keseluruhan kasus-kasus praktek, B/h > 5 dapat dipertimbangkan sebagai kondisi
regangan bidang.
Untuk B/h < sekitar 5, harus dipertimbangkan sebagai keruntuhan permukaan tigadimensi (three-dimensional failure surface) yaitu dengan memperhitungkan tahanan
gesek pada kedua ujung jangkar, Teng (1962) juga telah memberikan hubungan untuk
tahanan batas jangkar pada kondisi seperti itu sebagai berikut:
Hasil yang lebih akhir diberikan oleh Ovesen dan Stromann (1972) yang mengajukan
sebuah metode untuk menentukan tahanan batas jangkar di dalam pasir. Metode ini
dianggap sebagai metode yang paling rasional yang ada saat ini. Berikut adalah langkahlangkah perhitungan dengan menggunakan metode ini.
Langkah 1. Kasus Dasar
Pertimbangan kasus dasar. Tentukan kedalaman penanaman jangkar, H. Asumsikan
bahwa plat jangkar mempunyai tinggi H dan menerus (yaitu, B = panjang plat jangkar
yang tegak lurus dengan penampang = ), seperti ditunjukkan pada Gambar 3. Gambar
ini diacu sebagai kasus dasar. Pada gambar ini notasi berikut akan digunakan.
Pintor Simatupang
REKAYASA PONDASI II
dimana
Untuk menentukan Kp cos , terlebih dahulu hitunglah Kp sin dengan rumus berikut,
Dengan menggunakan nilai Kp sin dari rumus di atas, besarnya Kp cos dapat
diperoleh dari grafik pada Gambar 4(b).
Pintor Simatupang
REKAYASA PONDASI II
Gambar 4 Analisis Ovesen and Stromann: (a) variasi Ka dengan = ; (b) variasi Kp sin
dan Kp cos
Pintor Simatupang
REKAYASA PONDASI II
Pintor Simatupang
REKAYASA PONDASI II
10
Panjang ekivalen adalah sebuah fungsi dari S, B, H, dan $h$. Gambar 6(b) menunjukkan
hubungan antara (Be-B)/(H+h) dengan (S-B)/(H+h) untuk kasus pasir padat dan lepas.
Dengan mengetahui nilai-nilai S, B, H, dan h maka nilai Be dapat dihitung untuk
digunakan pada Pers.(8) dalam menentukan Pu.
Sejauh ini studi-studi untuk menentukan hubungan antara beban dan perpindahan
jangkar adalah relatif sedikit. Gambar 7 menunjukkan sebuah contoh perpindahan jangkar
tak berdimensi untuk berbagai nilai B/h dan H/h, yang diperoleh oleh Neeley et al. (1973)
melalui percobaan di dalam pasir, dari medium hingga padat. Das (1975) dan Das and
Neeley (1975) juga menemukan hubungan yang mirip untuk jangkar di dalam medium
pasir lepas. Berdasar pada hasil-hasil percobaan, Das and Seeley (1975) mengajukan
hubungan antara beban dan perpindahan jangkar sebagai berikut:
Pintor Simatupang
REKAYASA PONDASI II
11
Hubungan yang diberikan oleh Pers. (7) berlaku untuk B/h bervariasi dari 1 sampai 5 dan
H/h bervariasi dari 1 sampai 5.
Pintor Simatupang
REKAYASA PONDASI II
12
balok sebagai fungsi dari H, h, dan c (kohesi tak salur berdasarkan kondisi =0) dalam
bentuk tunadimensi dari hasil uji model di laboratorium. Das, Tarquin, dan Moreno (1985)
menggagas prosedur berikut ini dalam menentukan tahanan batas jangkar yang tertanam
di tanah lempung.
Gambar 8 Sifat bidang keruntuhan dalam tanah di sekitar jangkar: (a) H/h relatif kecil; (b)
H/h > (H/h)cr
dan
Pintor Simatupang
REKAYASA PONDASI II
13
Tahanan batas plat jangkar dapat dinyatakan dalam bentuk tunadimensi sebagai,
Gambar 9 memperlihatkan sifat variasi Fc melawan H/h untuk plat jangkar yang ditanam
pada lempung. Perlu dicatat bahwa, untuk H/h (H/h)cr, besarnya Fc akan sama dengan
F(max) yaitu konstan. Untuk jangkar bujursangkar (yaitu, B=h), maka F(max)=9.
Sehingga, dengan H/h (H/h)cr-S
Gambar 9 Sifat variasi Fc dengan H/h untuk jangkar vertikal di dalam lempung
Untuk jangkar persegipanjang dengan H/h (H/h)cr, tahanan batas dapat diberikan
sebagai,
Pintor Simatupang
REKAYASA PONDASI II
14
Sehingga, untuk jangkar bujursangkar dan persegipanjang dengan H/h (H/h)cr, tahanan
batas dapat dihitung dari hubungan empiris berikut:
Nilai K dapat diambil sama dengan koefisien tekanan tanah diam (Ko) jika beton gruting
ditempatkan di bawah tekanan (Das, 1984). Batas bawah nilai K dapat diambil sama
dengan koefisien tekanan tanah aktif Rankine.
Pintor Simatupang
REKAYASA PONDASI II
15
Pada lempung, tahanan batas tie backs dapat diperkirakan dari rumus berikut:
dimana ca = adesi. Nilai ca dapat diambil sebesar 2/3 c (dimana c = kohesi tak-salur).
Sebuah faktor keamanan sebesar 1.5 - 2 dapat digunakan untuk seluruh tahanan batas
untuk memperoleh tahanan ijin yang dapat dikerahkan oleh masing-masing tie back.
Referensi
Bowles, J.E.: Foundation Analysis and Design, 4th ed., Mc-Graw-Hill, New York, 1988.
Das, B.M.: Pullout resistance of vertical anchors, Journal of the Geotechnical Engineering
Divisions, ASCE, Vol. 101, No. GT1, pp.87-91, 1975.
Das, B.M., and Seeley, G.R.: Load-displacement relationships for vertical anchors plates,
Journal of the Geotechnical Engineering Divisions, ASCE, Vol. 101, No. GT7, pp.711-715,
1975.
Das, B.M.: Principles of Foundation Engineering, PWS Publishers, Boston, 1984.
Neeley, W.J., Stuart, J.G., and Graham, J.: Failure loads of vertical anchor plates in sand,
Journal of the Soil Mechanics and Foundations Divisions, ASCE, Vol. 99, No. SM9,
pp.669-685, 1973.
Teng, W.C.: Foundation Design}, Prentice-Hall, New Jersey, 1962.
Pintor Simatupang
REKAYASA PONDASI II
16
Tschebotarioff, G.P.: Foundation, Retaining and Earth Structures, 2nd ed., Mc-Graw-Hill,
New York, 1973.
Pintor Simatupang
REKAYASA PONDASI II
17