Вы находитесь на странице: 1из 16

JOB SAFETY ANALYSI DAN

JOB HAZARD ANALYSIS


Disampaikan pada kuliah online
Mata kuliah

I.

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

: Pertama (kuliah ke-4)


: IKK-363 Manajemen Resiko

Dalam beberapa tahun terakhir, manajemen resiko menjadi trend utama baik dalam
perbincangan, praktik, maupun pelatihan kerja. Hal ini secara konkret menunjukkan
pentingnya manajemen resiko dalam bisnis atau kenyamanan kerja pada masa kini.
Kebijakan manajemen dalam bidang keselamatan dan kesehatan kerja khususnya di
bidang keilmuan higiene perusahaan yang didalamnya termasuk Risk Management yaitu
kebijakan yang berhubungan dengan antisipasi resiko, evaluasi resiko dan pengendalian
resiko ditempat kerja.
Elemen kebijakan bidang keilmuan higiene perusahaan termasuk manajemen resiko meliputi
6 (enam) elemen kebijakan yaitu :
1. Kebijakan yang menyangkut keselamatan dan kesehatan kerja pekerja
2. Kebijakan yang menyangkut plant dan equipment/alat
3. Kebijakan-kebijakan yang menyangkut bahan/material dan Bahan Beracun Berbahaya
(B3)
4. Kebijakan yang menyangkut tentang prosedur
5. Kebijakan yang menyangkut tentang pelestarian lingkungan
6. Kebijakan manajemen tentang SMK3 (sisitim manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja.
Sedangkan Manajemen Resiko adalah suatu sistem pengawasan resiko dan
perlindungan harta benda, hak milik dan keuntungan badan usaha atau perorangan atas

kemungkinan timbulnya kerugian karena adanya suatu resiko, dan berhubungan dengan
ketidakpastian ini terjadi karena kurang atau tidak tersedianya cukup informasi tentang apa
yang akan terjadi. Sesuatu yang tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau
merugikan.
Menurut Wideman, ketidakpastian yang menimbulkan kemungkinan menguntungkan
dikenal dengan istilah peluang (opportunity), sedangkan ketidakpastian yang menimbulkan
akibat yang merugikan disebut dengan istilah resiko (risk).
Untuk meminilisasi ketidak pastian (uncertain), maka langkah antisipasi dari timbulnya suatu
kejadian yang berdampak negatif pada manusia, maupun lingkungan, yaitu berupa
1.
Unsafe act,
2.
Unsafe condition, yang akan mejebabkan Accident atau Penyakit Akibat Kerja,
pada -gambar -1

Gambar -1 : Gambaran Kejadian Resiko di tempat kerja

Out Manajemen Risiko adalah


1. Dapat memberikan informasi tentang berbagai jenis bahaya di tempat kerja serta
resikonya
2. Dapat digunakan untuk menentukan strategi dan jenis pengendalian yang
berhubungan dengan skala prioritas
3. Dapat digunakan untuk perencanaan penyusunan program keadaan darurat.
1.2.

Langkah- Langkah Manjemen Resiko

Secara umum langkah langkah Manjemen Resiko seperti pada karangka Langkahlangkan manajemen Resiko, Gambar 2,

Gambar 2 : Langkah- langkah Mnajemen Resiko

Langkah awal dalam pelaksanaan manjemen resiko adalah Perencanaan Program yang
dinginkan, maka pelaksanaan program lingkungan kerja dan keselamatan kerja di industri
terdiri dari :
1.
Pengenalan bahaya beresiko (Hazard regenition )

Idenfikasi bahaya (Hazard identification), dan

Menaksir resiko (Risk assessment)


2.
Monitoring Resiko

Evaluasi bahaya (Hazard evaluation ) yaitu untuk , mengetahui besarya tingkat


pemaparan (exposure) yang diperkenankan

Mentukan tingkat keseringan, tingkat keparahan , dan Probabilitas dari suatu


resiko
3.
Menetapkan kebijakan

Pengendalian Resiko (Risk control)


Setelah mengetahui besarnya resiko, yaitu menetapkan kebijakan, dan melaksanakan
kebijakan yaitu , dengan upaya pengendalihan resiko di tempat kerja. Pengaplikasian
Managemen Resiko di tempat kerja, yaitu dimulai dari , (i) Analisa bahaya, (ii) Evaluasi resiko,
dan (iii) Pengendalian resiko, Gambar 3.
Pendekatan analisa bahaya di tempat kerja, yaitu dengan metode :
1.
Cheklis atau daftar periksa
2.
Job Hazard Analysis (JHA)

3.
4.
5.
6.

Safety Analysis (JSA)


Preliminary Hazards Analysis (PHA)
Failure Mode Effect Analysis (FMEA)
Hazard Operability Study (HAZOP)

Gambar -3 : Risk Managment

Penilaian Resiko dimulai dari :


1.
Perkiraan potensiko resiko bahaya
2.
Penilaian dampak bahaya dan besarnya resiko,
3.
Penilaian terhadap konsentrasi, intensitas, karakteristik tingkat pemaparan, yang
berdampak terhadap lingkungan tempat kerja, dan lingkungan sekitarnya
II. JOB SAFETY ANALYSIS (JSA)

Salah satu cara untuk mencegah kecelakaan di tempat kerja adalah dengan
menetapkan dan menyusun prosedur pekerjaan dan melatih semua pekerja untuk
menerapkan metode kerja yang efisien dan aman. Menyusun prosedur kerja yang benar
merupakan salah satu keuntungan dari menerapkan Job Safety Analysis (JSA) yang meliputi
mempelajari dan membuat laporan setiap langkah pekerjaan, identifikasi bahaya pekerjaan
yang sudah ada atau potensi (baik kesehatan maupun keselamatan), dan menentukan jalan
terbaik untuk mengurangi dan mengeliminasi bahaya ini.

2.1. Pengertian Job Safety Analysis


Job Safety Analysis, adalah suatu proses identifikasi bahaya dan resiko yang
didasarkan pada tiap- tiap tahap dalam suatu proses pekerjaan.

Identifikasi bahaya yang berhubungan dengan setiap langkah dari pekerjaan yang
berpotensi untuk menyebabkan bahaya serius, sebelum terjadi kecelakaan .
Menentukan bagaimana untuk mengontrol bahaya atau mengurangi tingkat cedera
Membuat perkakas tertulis yang dapat digunakan untuk melatih staf lainnya.

Keuntungan dari melaksanakan JSA adalah :

Memberikan pelatihan individu dalam hal keselamatan dan prosedur kerja efisien.

Membuat kontak keselamatan pekerja.

Mempersiapkan observasi keselamatan yang terencana.

Mempercayakan pekerjaan ke pekerja baru.

Memberikan instruksi pre-job untuk pekerjaan luar biasa.

Meninjau prosedur kerja setelah kecelakaan terjadi.

Mempelajari pekerjaan untuk peningkatan yang memungkinkan dalam metode kerja.

Mengidentifikasi usaha perlindungan ynag dibutuhkan di tempat kerja.

Supervisor dapat belajar mengenai pekerjaan yang mereka pimpin.

Partisipasi pekerja dalam hal keselamatan di tempat kerja.

Mengurangi absent.

Biaya kompensasi pekerja menjadi lebih rendah.

Meningkatkan produktivitas.

Adanya sikap positif terhadap keselamatan.


2.2.

Metode Job Safety Analysis (JSA)

Metode yang digunakan dalam teknik Job Safety Analysis (JSA) meliputi :

Metode observasi (pengamatan)

Metode diskusi (konsultasi)

Metode review/meninjau kembali prosedur kerja yang sudah ada


JSA digunakan untuk meninjau metode kerja dan menemukan bahaya yang :

Mungkin diabaikan dalam layout pabrik atau bangunan dan dalam desain permesinan,
peralatan, perkakas, stasiun kerja dan proses.

Memberikan perubahan dalam prosedur kerja atau personel.

Mungkin dikembangkan setelah produksi dimulai.


Sedangkan kata kunci dari JSA, adalah ;

Job task/tugas pekerjaan

Job step/langkah kerja

Hazard/bahaya

Exposure (pemaparan)

Kontrol


2.3.

Accident (kecelakaan)/ Incident

Pelaksanaan Job Safety Analysis (JSA)

Pelaksanaan Job Safety Analysis (JSA), ini terdiri dari langkah- langkah utama
sebagai berikut :
(1)
memilih pekerjaan yang akan dianalisa
(2)
membagi pekerjaa, yaitu menguraikan urutan prosedur kerja
(3)
mengidentifikasi berbagai bahaya yang ada ditiap- tiap langkah pekerjaan, serta
mengidentifikasi berbagai kemungkinan yang berpotensi untuk terjadinya kecelakaan
(4)
memberikan rekomendasi pengendalian untuk menghindarkan terjadinya kecelakaan
yang telah diidentifikasi pada masing- masing langkah, atau mengembangkan Solusi
STEP 1 : Seleksi job atau memilih pekerjaan
Pekerjaan dengan trend kecelakaan yang buruk mempunyai prioritas dan harus dianalisa
terlebih dulu. Dalam memilih pekerjaan yang akan dianalisa, supervisor sebuah departemen harus
memenuhi faktor berikut ini :
1.
2.
3.
4.

5.

frekuensi kecelakaan.
Sebuah pekerjaan yang sering kali terulang kecelakaan merupakan prioritas utama dalam
JSA.
keparahan kecelakaan atau tingkat cedera yang menyebabkan cacat.
Setiap pekerjaan yang menyebabkan cacat harus dimasukan ke dalam JSA.
kekerasan potensi
Beberapa pekerjaan mungkin tidak mempunyai trend kecelakaan namun mungkin berpotensi
untuk menimbulkan bahaya.

prosedur baru atau pekerjaan baru

JSA untuk setiap pekerjaan baru harus dibuat sebisa mungkin. Analisa tidak boleh ditunda
hingga kecelakaan atau hamper terjadi kecelakaan.
kemungkian ada potensi atau mendekati bahaya
Pekerjaan atau peralatan yang sering hampir terjadi bahaya harus menjadi prioritas JSA.

STEP 2 : Membagi Pekerjaan


Untuk membagi pekerjaan, pilihlah pekerja yang benar untuk melakukan observasi.
Pilihlah pekerja yang berpengalaman, mampu dan kooperatif sehingga mampu berbagi ide.
Jelaskan tujuan dan keuntungan dari JSA kepada pekerja.
Observasi performa pekerja terhadap pekerjaan dan tulis langkah dasar JSA. Rekaman video
pekerjaan dapat digunakan untuk peninjauan di masa mendatang. Pertanyakan langkah awal
pekerjaan dilanjutkan langkah selanjutnya dan seterusnya
Persyatan yang harus dipenuhi seseorang untuk melakukan JSA
Pengawas - di departemen dimana pekerjaan dilakukan.
Karyawan ,

Orang yang paling farmiliar/akrab dengan pekerjaan

Mereka memiliki pemahaman yang khas dari pekerjaan, dan pengetahuan ini sangat
berharga untuk menemukan bahaya.

Melibatkan pekerja yang akan membantu meminimalkan kelalaian atau kesalahan,


sehingga analisisnya berkualitas.

Pekerja harus menjadi bagian dari proses; mereka adalah orang-orang yang
mendapatkan manfaat langsung
Amati kinerja petugas, mencatat setiap langkah, meninjau langkah-langkah dengan karyawan
yang melakukan tugas
STEP 3 : Identifikasi Bahaya dan Potensi Kecelakaan Kerja
Tahap berikutnya untuk mengembangkan JSA adalah identifikasi semua bahaya
termasuk dalam setiap langkah. Identifikasi semua bahaya baik yang diproduksi oleh
lingkungan dan yang berhubungan dngan prosedur kerja.
Tanyakan pada diri masing-masing pertanyaan berikut untuk setiap tahap:
- adakah bahaya mogok, akan mogok atau kontak yang berbahaya dengan objek
pekerjaan?
- Dapatkah pekerja memegang objek dengan aman?
- Dapatkah gerakan mendorong, menarik, mengangkat, menekuk atau memutar yang
dilakukan menyebabkan ketegangan?
- Adakah potensi tergelincir atau tersandung?
- Adakah bahaya jatuh ketika pekerja berada di tempat tinggi?
- Dapatkah pekerja mencegah bahaya saar kontak dengan sumber listrik dan kontak
putus?
- Apakah lingkungan berbahaya bagi keselamatan dan kesehatan?
- Adakah konsentrasi gas beracun, asap, kabut, uap, debu, panas atau radiasi?
- Adakah bahaya ledakan?
STEP 4: Pengembangan Solusi
Mengembangkan prosedur kerja yang aman untuk mencegah kejadian atau potensi
kecelakaan. Beberapa solusi yang mungkin dapat diterapkan ;

Menemukan cara baru untuk melakukan pekerjaan (menentukan tujuan operasi dan
pilih metode paling aman)

Mengubah kondisi fisik (seperti peralatan, perlengkapan, tata letak area kerja)

Mengubah prosedur kerja untuk menghilangkan atau menimalisasi bahaya

Mengurangi frekuensi kinerjanya . Melaksanakan kontrol- Job administrasi Rotasi

Gunakan alat pelindung diri untuk melindungi karyawan, merupakan cara pengendalian
yang terakhir
STEP 5: Melakukan Analisis Tindak Lanjut

Pengawas harus memperhatikan karyawan atau mereka melakukan setidaknya satu


pekerjaan per bulan ------ untuk mana JSA telah selesai.

Tujuan Pengamatan , Untuk menentukan apakah karyawan mengikuti prosedur kerja yang
dikembangkan di JSA.
STEP 6: Penggunaan Analisis Keselamatan Kerja
JSA - memberikan kesempatan belajar bagi pengawas dan karyawan.
JSA - Karyawan baru harus dilatih menggunakan JSA dan semua karyawan harus dilatih
setidaknya setiap tahun.
JSA - digunakan untuk pelatihan pada tugas jarang dilakukan oleh karyawan. Penggunaan
dokumen.
JSA - merupakan alat investigasi insiden / kecelakaan.
JSA - harus ditinjau & dimodifikasi sesuai kebutuhan. Penggunaan dokumen.
Melakukan Analisis Keselamatan Kerja?
Pertanyaan untuk Tanya tentang setiap Sub-tugas
Apakah bahan kimia yang dilepaskan ke udara (gas, kabut, uap, dll)?
Apakah pekerja yang terpapar bahaya listrik?
Apakah ada penggalian, lubang, atau bukaan lantai di area kerja?
Apakah pekerja yang terpapar bahaya yang tersimpan energi seperti; Tekanan, listrik, uap,
atau benda jatuh?
Apakah proses memulai dan berhenti secara otomatis?
Apakah robot yang digunakan dalam proses?
Bisa masalah faktor manusia membuat bahaya?
Apakah ada risiko cedera karena material handling seperti mengangkat, membawa,
mendorong atau menarik)?

2.4. Risk Evaluation


Evalusi resiko terdiri dari ;

Frequency Estimation

Consequences Estimation
Estimasi Resiko Secara Kualitatif
Pendekatan quantitative dibuat dalam skalah frekwensi dan disesuaikan dengan standard
yang ditetapkan oleh perusahaan. Pendekatan ini cenderung digunakan pada industri
manufakturing, yang didalam proses produksinya tidak menggunakan proses parameter yang
bisa berubah- ubah. Yang dimaksud proses dengan parameter adalah proses yang banyak
mengutamakan tekanan, suhu, aliran proses, perubahan bahan baku dan sebagainya .
Untuk lebih jelasnaya dapat diberikan contoh sebagai berikut :
Resiko = Konsekwensi x Frequensi
Pendekatan estimasi resiko dilakukan secara bertahan sebagai berukut :

1.
2.

lakukan identifikasi berbagai faktor bahaya yang berhubungan dengan aktivitas.


menentukan tingkat konsekwensi (dampak kerusakan) dengan menggunakan skalah
yang mudah dimengerti, seperti misalnya :
Tingkat fatal (high)
= kerusakan berat (meninggal, luka berat, hilang
harta benda, dan lain-lain) .
Sedang (medium)
= kerusakan sedang (luka yang membutuhkan
kesembuhan lama, kerusakan peralatan yang
signifikan, dan lain-lain) .
Rendah (low)
= kerusakan rendah (menimbulkan luka/kerusakan
yang tidak berarti, dan lain-lain)
3. Tentukan pula tingkat keseringan (frekwensi), seperti klasifikasi diatas, misalnya
dengan kode H, M, dan L
H (high)
=
high frequency (sering terjadi, misalnya beberapa kali
dalam sebulan/setahun
M (medium)
=
medium frequency (satu atau dua kali dalam setahun )
L (low)
=
low frequency (jarang dan hampir tidak pernah terjadi,
misalnya; sekali seumur hidup)
4.
Menentukan tingkat resiko dengan dua skalah tersebut diatas. Hal ini dilakukan
dengan mengalikan/mempertimbangkan tingkat konsekwensi dan tingkat
keseringan, misalnya :

2.5.

Konsekwensi

Frequency

estimasi tingakat Resiko

H
H
H
M
M
L

x
x
x
x
x
x

H
M
L
M
L
L

=
=
=
=
=
-

H
H
M
M
M
L

Evaluasi Bahaya

Ada dua macam evaluasi bahaya , yaitu


(1)
(2)

evaluasi pemaparan (exposed) udara lingkungan kerja dan,


evaluasi pemaparan biologi.

Sedangkan tujuan evaluasi bahaya yaitu,

pemaparan terhadap bahan- bahan berbahaya di tempat kerja atau


dilingkungan kerja

ingin mengetahui apakah tingkat pemaparan yang sedang berjalan masih


dibawah dari nilai batas pemaparan yang diperbolehkan oleh perundangundangan.
Di Indonesia perihal batas pemaparan dituangkan dalam Peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi No.PER. 13/MEN/X/2011, tentang NAB (Nilai Ambang Batas)

Faktor Fisika dan Kimia di Tempat Kerja, peraturan ini direvisi setiap tiga tahun. Istilah
nilai ambang batas sama dengan Threshold Limit Values (TLV) .
2.6.

Pengendalian Resiko

Bila suatu resiko tidak diterima, maka harus dilakukan upaya penanganan resiko agar
tidak menimbulkan kerugian atau kecelakaan. Bentuk tindakan dilakukan, dengan
metode Hirarki Pengendalian Resiko K3 (Hierarchy of Control ) menurut OSHA =
Occupational Safety and Health Administration, dan ANSI = American National
Standards Institution Z10:2005, yaitu dengan (i) Sibtitusi, (ii) Eliminasi, (iii) Rekayasa
engineering,al Sistim Ventilasi (iv) Pengadilan secara Administratif, dan yang paling
terakhir menggunakan (v) Alat pelindung diri/APD.

III.

JOB HAZARD ANALYSIS (JHA)

Mengapa JHA penting?


Banyak pekerja yang terluka dan tewas di tempat kerja setiap hari di Amerika Serikat.
Keselamatan dan kesehatan dapat menambahkan nilai bisnis Anda, pekerjaan Anda, dan
kehidupan Anda.
JHA- dapat membantu mencegah kecelakaan di tempat kerja dan penyakit
dengan melihat Anda operasi di tempat kerja, membangun prosedur kerja yang tepat,
dan
memastikan
bahwa
semua
karyawan
dilatih
dengan
benar.
JHA - salah satu cara terbaik untuk menentukan dan menetapkan tepat prosedur kerja adalah
untuk melakukan analisis bahaya pekerjaan.
3.1. Pengertian Job Safety Analysis
JHA ,

adalah teknik yang berfokus pada tugas pekerjaan atau uraian kerja sebagai cara
untuk mengidentifikasi bahaya sebelum terjadi.
JHA ,
berfokus pada hubungan antara pekerja, tugas, alat, dan lingkungan kerja.
HA ,
adalah salah satu metode terbaik untuk mengembangkan prosedur kerja yang
aman dalam pengoperasian peralatan.
JHA,
juga dapat digunakan untuk melatih karyawan dalam menghadapi resiko bahaya
yang berhubungan dengan langkah-langkah tugas dan pengendalian apa yang
harus dilakukan
Bahaya haya yang tidak terkendali (uncontrolled hazards ) perlu di identifikasi, untuk
upaya tindakan pencegahan ; berupa, eliminasi,atau mengurangi risiko
Tujuan

Diskusikan sub unsur JHA, analisis bahaya tempat kerja

Identifikasi tipe/spesik bahaya yang khas di tempat kerja

Tinjau berbagai teknik yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi bahaya di tempat
kerja

3.2.

Langkah Urutan JHA

Team JHA

Safety profesional

Engineer/Insinyur- Technical Advisor/Penasihat Teknis

Supervisor-Frontline bertanggung jawab untuk membuat perubahan

Karyawan-Orang yang paling farmiliar/akrab dengan pekerjaan


Prioritas JHA

Pekerjaan dengan tingkat cedera dan penyakit tertinggi

Pekerjaan yang memiliki tingkat potensi untuk menyebabkan cedera yang serius

Pekerjaan di mana satu kesalahan manusia sederhana bisa menyebabkan cedera

Pekerjaan yang cukup kompleks untuk memiliki instruksi tertulis

Pekerjaan yang baru untuk fasilitas di tempat kerja Anda

Pekerjaan yang secara signifikan memiliki perubahan teknologi proses atau prosedur
Langkah-langkah urutan JHA

Libatkan karyawan

Review Sejarah kecelakaan

Melakukan review job awal

Daftar periksa , skalah, dan menentukan prioritas untuk pekerjaan yang berbahaya

Menguraikan langkah-langkah atau tugas


Keterlibatan pekerja /Involvement of Employees

Mereka memiliki pemahaman yang khas dari pekerjaan, dan pengetahuan ini sangat
berharga untuk menemukan bahaya.

Melibatkan pekerja yang akan membantu meminimalkan kelalaian atau kesalahan,


sehingga analisisnya berkualitas.

Pekerja harus menjadi bagian dari proses; mereka adalah orang-orang yang
mendapatkan manfaat langsung

IV.

PENGENDALIAN RESIKO

JHA

Job Hazard Analysis

Engineering controls
Administrative controls
Personal protective
equipment
Hierarchy Bahaya Pengendalian
1. Eliminasi Bahaya Menghilangkan atau menimalisasi bahaya
2. Substitusi - mengganti dengan bahan lain yang kurang berbahaya atau mengurangi
energy - menurunkan kecepatan/lower speed, gaya, amperage, tekanan,
temperature, and noise.
3. Isolasi yaitu proses berbahaya disendirikan
4. Engineering Controls/Pengendalian Teknik - Sistim ventilasi industri
5. Administrative Controls/Pengendalian ADM & Prosedur mengurangi lama
pemaparan, yaitu memindakan dari area konsentasi yang diatas NAB ke area < NAB
6. Personal protective equipment (PPE) - Put up a barrier
Administrative Controls
Adalah sebagai berikut:
o Ditulis prosedur operasi secara tertulis, izin kerja, dan praktek kerja yang aman;
o Lama waktu pemaparan (paling sering digunakan untuk mengontrol control heat
stress and ergonomic hazards);
o Pemantauan penggunaan bahan yang sangat berbahaya;
o Alarm, tanda-tanda, dan peringatan;

JOB SAFETY
ANALYSIS JSA

N0. JSA
: ____________
Nama Pekerjaan : ___________
APD
;_____________
URAIAN JABATAN:
PENGAWAS:

ORGANISASI

Uraian Kerja

LOKASI:

Potensi Bahaya

DEPARTMENT

Data :

Terbet,

ANALISIS OLEH:
REVIEWED BY:

Rekomendasi/

JHA
Data Analisa

Job Hazard Analysis

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------Pekerjaan Yang Menyebabkan/Peristiwa terjadi Cadera

Bagaimana Tenaga Kerja


Terluka

Penyebab Cadera

APD- yang Diperlukan

Вам также может понравиться