Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun oleh:
Rino Setiady
PEMBIMBING:
dr. Wariyah Lawole Sp.S
LEMBAR PENGESAHAN
Nama
: Rino Setiady
NIM
: 406148064
Fakultas
: Kedokteran Umum
Universitas
: Universitas Tarumanagara
Bidang Pendidikan
Periode Kepaniteraan
Judul
Diajukan
: 9 Agustus 2016
Pembimbing
Mengetahui,
Pembimbing
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
: cerebrum + cerebellum
Batang otak
: medulla spinalis
Saraf simpatis
Saraf parasimpatis
Saraf enterikus
Cerebrum
Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia yang juga disebut dengan nama
Forebrain atau Otak Depan. Cerebrum merupakan bagian otak yang membedakan manusia
dengan binatang. Cerebrum membuat manusia memiliki kemampuan berpikir, analisa, logika,
bahasa, kesadaran, perencanaan, memori dan kemampuan visual.
Cerebrum secara terbagi menjadi 4 (empat) bagian yang disebut lobus. Keempat
Lobus tersebut masing-masing adalah: Lobus Frontal, Lobus Parietal, Lobus Occipital dan
Lobus Temporal. Apabila diuraikan lebih detail, setiap lobus masih bisa dibagi menjadi
beberapa area yang punya fungsi masing-masing, seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
Lobus frontal
pusat fungsi intelektual yang lebih tinggi, seperti kemampuan berpikir abstrak dan
nalar, motorik bicara (area broca di hemisfer kiri), pusat penghidu, dan emosi
pusat pengontrolan gerakan volunter di gyrus presentralis (area motorik primer)
terdapat area asosiasi motorik (area premotor)
Lobus parietal
pusat kesadaran sensorik di gyrus postsentralis (area sensorik primer)
terdapat area asosiasi sensorik
Lobus oksipital
pusat penglihatan & area asosiasi penglihatan: menginterpretasi & memproses
rangsang penglihatan dari nervus optikus & mengasosiasikan rangsang ini dengan
Lobus temporal
berperan dlm pembentukan & perkembangan emosi
pusat pendengaran
Secara garis besar otak dapat dibagi kedalam 4 bagian besar yaitu batang otak,
serebellum, serebrum dan diencephalon. Batang otak terdiri atas Medulla Oblongata, Pons
dan otak tengah. Diencephalon terdiri atas Talamus, Hipotalamus, Epitalamus dan
Subtalamus atau disebut juga Ventral thalamus.
Meningen
Meningen atau lapisan pembungkus otak merupakan bagian terluar dari otak.
Meningen memiliki beberapa lapisan yaitu Duramater, Arachnoid dan Piamater. Duramater
merupakan bagian terluar. Duramater merupakan lapisan periosteum tulang tengkorak,
merupakan lapisan yang kuat, lapisan fibrosa yang mengandung Pembuluh Darah, yang
memberikan nutrisi pada tulang. Lapisan luar dan dalam menempel dengan tengkorak
sehingga tidak ada lapisan epidural antara tulang dengan membran seperti pada spinal. Antara
duramater bagian dalam dan arachnoid terdapat rongga subdural dan tidak mengandung
Cerebro Spinal Fluid (Cairan serebro spinal). Pada beberapa tempat kedua lapisan dalam dan
luar membentuk saluran yang mengandung Pembuluh Darah yang disebut dengan Dural sinus
dan terdapat darah vena dari Pembuluh Darah di otak.Arachnoid merupakan Lapisan tengah
dari meningen. Lapisan ini merupakan jaringan ikat, antara arachnoid dan piamater terdapat
seperti jaring-jaring trabekula dan rongga subarachnoid yang mengandung CSF. Lapisan
arachnoid tidak mengandung Pembuluh Darah, tapi Pembuluh Darah terdapat pada rongga
subarachnoid. Piamater merupakan lapisan yang bersentuhan langsung dengan otak. Sebagian
besar suplai darah pada otak di suplai oleh pembuluh-pembuluh darah kecil yang banyak
terdapat pada piamater
6
Ventrikel
Ventrikel otak dilapisi oleh epitel kuboid yang disebut ependima.Terdapat kapilerkapiler yang disebut dengan pleksus koroides. Terdapat 4 ventrikel yang diberi nomor dari
atas ke bawah dari otak yaitu: Ventrikel lateral kiri dan kanan pada hemisfer serbri, ventrikel
ke tiga pada diensepalon dan ventrikel ke empat pada pons dan medulla. Ventrikel lateral
dihubungkan dengan ventrikel ke tiga oleh interventrikular foramen sedangkan Ventrikel ke
tiga nyambung dengan ventrikel ke empat melewati celah sempit yang disebut serebral aqua
duktus di midbrain/otak tengah.
CAIRAN SEREBROSPINAL
Cairan serebrospinal atau CSF berperan
dalam melindungi otak, menjaga keseimbangan
bahan-bahan kimia Susunan Syaraf Pusat. CSF
dibentuk dalam pleksus koroides pada ventrikel
lateral, tiga dan empat dengan kombinasi proses
diffusi dan transport aktif. Pleksus koroid
menseleksi
komponen
darah
yang
dapat
Nutrisi Otak
Sebanyak 20% oksigen dari seluruh kebutuhan tubuh digunakan oleh otak. Kebutuhan
oksigen tinggi saat otak istirahat. Otak mendapatkan nutrisi hanya dari darah. Otak
membutuhkan oksigen dan glukosa setiap saat tetapi otak tidak memiliki kemampuan untuk
menyimpan cadangan.
Dampak Kekurangan Nutrisi pada otak, kekurangan oksigen dan glukosa pada otak
menyebabkan kerusakan yang lebih cepat dibandingkan pada jaringan lain. Kekurangan
dalam beberapa menit dapat menyebabkan kerusakan yang menetap.
Batang Otak
Berbatasan dengan medula spinalis dibagian bawah dan diensepalon dibagian atas.
Sedikit menyempit saat keluar dari tengkorak melalui foramen magnum untuk bersatu dengan
medula spinalis. Batang otak memiliki fungsi yang sangat penting termasuk traktus yang
panjang dari jalur asenden dan desenden. Jaringan dari badan sel dan serabutnya dari
formatio retikularis terdapat disini, yang sangat berperan penting dalam mempertahankan
hidup. Seluruh syaraf kranial keculai olfaktorius dan optikus keluar dari batang otak.
Formatio Retikularis
Terbagi kedalam jalur asenden, jalur desenden dan nervus kranialis. Formatio
retikularis terbentang sepanjang batang otak, dengan akson terbentang menuju diensepalon
dan medula spinalis. RF memiliki pusat respirasi dan cardiovaskuler yang berperan dalam
pengaturan pernafasan, nadi dan perubahan diameter Pembuluh Darah. Jalur asenden menuju
serebrum bergabung dengan RAS (reticular activating system) yang berperan dalam
pengaturan siklus terjaga dan tidur.
Medulla Oblongata
Medulla oblongata merupakan bagian yang vital dalam pengaturan jantung,
vasomotor/ kontriksi dan dilatasi pembuluh darah dan pusat pernafasan. Medulla Oblongata
memonitor kadar CO2 yang berperan dalam pengaturan pernafasan, mengatur muntah,
bersin, batuk dan menelan. Dibagian ventral terdapat pyramid yang merupakan jalur motorik
dari serebral ke spinal. Jalur di pyramid menyilang (pyramidal decussation) sehingga
dibawah medulla keadaan motorik tubuh dikontrol oleh bagian yang berlawanan dalam
hemisfer
serebri.
Pons
Terletak diatas Medulla, Pada bagian dorsal Terdapat Formatio Retikularis dan nuklei
syaraf kranial jalur asenden dan desenden. Dalam Formatio Retukularis terdapat pusat apneu
dan pneumotoxic yang membantu dalam pengaturan pernafasan.
Midbrain/mesensepalon
Midbrain terdapat diatas pons. Terdapat pusat refleks yang membantu koordinasi
pergerakan mata dan kepala, membantu pengaturan mekanisme fokus pada mata, mengatur
8
respon pupil terhadap stimulus cahaya. Terdapat substansia nigra yang beperan dalam
pengaturan aktivitas motorik somatik.
Cerebelum
Cerebelum berperan dalam fungsi keseimbangan. Secara terus menerus menerima
input dari otot, tendon, sendi dan organ vestibular(keseimbangan) dalam bentuk
proprioceptive input (kepekaan terhadap posisi tubuh yang satu dari yang lainnya).
Mengintegrasikan kontraksi otot satu dengan yang lain, mengatur tonus otot.
Pendarahan
Pendarahan otak terjadi melalui
cabang arteria carotis interna dan
arteria
vertebralis. Arteri
carotis
carotis
comunis.
Cabang
media.
Arteri
vertebralis
Arteri cerebri anterior menyuplai darah kepada hampir seluruh permukaan medial dan
Circulus arteriosus cerebri (Willisi) dapat terbentuk secara perlahan-lahan saat aliran
normal ke suatu bagian yang berkurang. Circulus arteriosus cerebri (Willisi) dibentuk oleh
arteri cerebri posterior, arteri communicans posterior, arteri carotis interna, arteri cerebri
anterior dan arteri communicans anterior. Efek circulus arteriosus cerebri (Willisi) adalah
untuk menjamin terdistribusinya darah ke otak sehingga iskemia dapat ditekan minimal
apabila terjadi sumbatan arteri. Kolateral-kolateral ini hanya berfungsi apabila rute lain
terganggu. Secara teoritis, saluran-saluran komunikans ini mampu mengalirkan darah secara
adekuat ke semua bagian otak. Namun, secara klinis hal ini tidak selalu terjadi. Diperkirakan
bahwa anomali pada sirkulus Willisi terjadi pada hampir separuh populasi dan temuan autopsi
memperlihatkan bahwa prevalensi semacam ini bahkan lebih tinggi pada pasien stroke.
Pengaturan Aliran Darah Otak
Autoregulasi sel otak adalah kemampuan otak normal mengendalikan volume aliran
darahnya sendiri di bawah kondisi tekanan darah arteri yang selalu berubah-ubah. Fungsi ini
dilakukan dengan mengubah ukuran pembuluh-pembuluh resistensi untuk mempertahankan
tekanan aliran darah ke otak dalam rentang fisiologik 60-160 mmHg tekanan arteri rata-rata
(MAP). Pada pengidap hipertensi, rentang otoregulasi ini meningkat sampai setinggi 180-200
mmHg.apabila tekanan arteri sistemik rerata turun mendadak ke tekanan yang lebih rendah di
dalam rentang fisiologik, arteriol-arteriok berdilatasi untuk menurunkan resistensi sehingga
aliran darah ke jaringan otak dipertahankan konstan. Sebaliknya, apabila tekanan arteri
sistemik meningkat mendadak didalam rentang fisiologik, arteriol-arteriol berkontriksi untuk
mempertahankan aliran darah ke kapiler otak.
Autoregulasi adalah sifat sirkulasi otak sehat yang sangat penting untuk melindungi otak dari
peningkatan atau penurunan mendadak tekanan darah arteri. Tanpa pengendalian tekanan ini,
maka perubahan tekanan yang mendadak dapat menimbulkan iskemia otak atau pada ekstrim
yang lain, kerusakan kapiler akibat tingginya tekanan. Sayangnya, tekanan yang ekstrim
melebihi rentang fisiologik 60-160 mmHg, mekanisme autoregulasi prrotektif ini dapat gagal
sehingga aliran darah ke otak secara pasif mengikuti tekanan di sirkulasi sistemik. Kejadian
ini dapat merupakan malapetaka fisiologik apabila terjadi MAP yang sangat tinggi atau
sangat rendah. 3
STROKE
Definisi
Istilah stroke atau penyakit serebrovaskular mengacu kepada setiap ganguan neurologik
mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui sistem suplai
10
arteri
otak.
biasanya
Istilah
stroke
digunakan
secara
spesifik
untuk
menjelaskan
infark
serebrum.
Proses
stroke
merupakan
hal
yang
diduga,
bahkan
dapat
dapat
dimodifikasi.
Klasifikasi
Sistem klasifikasi lama biasanya membagi stroke menjadi tiga kategori berdasarkan
penyebab: trombotik, embolik dan hemoragik. Kategori ini sering didiagnosis berdasarkan
riwayat perkembangan dan evolusi gejala. Dengan teknik-teknik pencitraan yang lebih baru
seperti CT-scan dan MRI kita dapat mendiagnosis perdarahan subarachnoid dan
intraserebrum dengan tingkat kepastian yang tinggi. Perbedaan antara thrombus dan embolus
sebagai penyebab suatu stroke iskemik masih belum tegas sehingga saat ini keduanya
digolongkan ke dalam kelompok yang sama, stroke iskemik. Dengan demikian, dua
kategori dasar gangguan sirkulasi yang menyebabkan stroke adalah iskemia-infark dan
perdarahan intrakranium, yang masing-masing menyebabkan 80% sampai 85% dan 15%
sampai 20% dari semua kasus stroke.
Penyakit serebrovaskular iskemik dibagi menjadi dua kategori besar: oklusi trombotik dan
oklusi embolik. Kausa pasti iskemia sering tidak dapat ditentukan. Stroke lakunar
mengakibatkan arteri-arteri penetrans halus di otak, misalnya arteri lentikulostriata yang
bercabang dari arteri serebri media. Arteri-arteri ini bercabang pada sudut 90 derajat dari
arteri konduktans utama sirkulus Willisi dan biasanya merupakan end-arteri yang kurang
memiliki siklus kolateral. Sekitar 15% stroke iskemik disebabkan oleh stroke lakunar.
Iskemia serebrum disebabkan oleh berkurangnya aliran darah yang berlangsung selama
beberapa detik sampai beberapa menit; apabila melebihi beberapa menit, maka terjadi infark
jaringan otak.
11
Perdarahan intrakranium dapat terjadi di jaringan otak itu sendiri (parenkim), ruang
subaraknoid atau ruang subdural atau epidura. Hematoma subdural dan epidural biasanya
disebabkan oleh trauma. Sebagian besar perdarahan intraserebrum berkaitan dengan
hipertensi. Perdarahan subaraknoid biasanaya terjadi akibat aneurisma sakular (Berry) atau
yang lebih jarang suatu malformasi arteriovena (MAV).
Faktor Resiko
Berbagai faktor resiko berperan bagi terjadinya stroke antara lain:
a.
hipertensi,
makin
lanjut
usia
seseorang
makin
tinggi
viskositas
darah
sehingga
memudahkan
terjadinya
aterosklerosis.
Insidens dan Epidemiologi
Di Eropa, stroke adalah penyebab kematian nomor tiga di negara-negara
industri di Eropa. Insidens global stroke diperkirakan akan semakin meningkat sejak
populasi manula berusia lebih dari 65 tahun meningkat dari 390 juta jiwa menjadi 800
juta jiwa yang diperkirakan pada tahun 2025. Stroke iskemik adalah tipe yang paling
sering ditemukan, kira-kira 85% dari seluruh kasus stroke. Sedangkan stroke
hemoragik mencakup 15% dari seluruh kasus stroke. Di USA, sebanyak 705.000 kasus
stroke terjadi setiap tahun, termasuk kasus baru dan kasus rekuren. Dari semua kasus
tersebut, hanya 80.000 kasus adalah stroke hemoragik.
Perdarahan intraserebral adalah penyebab utama kecacatan dan kematian dan
mencakup 10-15% dari kasus stroke pada orang kulit putih dan sekitar 30% pada
orang kulit hitam dan Asia. Insidens Perdarahan Intraserebral (PIS) dari keseluruhan
kasus stroke adalah lebih tinggi di Asia dan lebih rendah di Amerika Serikat. Estimasi
insidens perdarahan intraserebral per 100.000 per tahun bervariasi dari 6 kasus di
Kuwait hingga 411 di China.
Kehamilan dapat meningkatkan factor resiko terkena stroke hemoragik,
terutama pada eklampsia yaitu sekitar 40% dari kasus perdarahan intraserebral pada
kehamilan. Lokasi dari perdarahan intraserebral adalah putamen(40%), lobar(22%),
thalamus (15%), pons (8%), cerebellum (8%) dan caudate (7%).
Perdarahan Subarachnoid memiliki kasus yang signifikan di seluruh dunia,
menyebabkan
kecacatan
dan
kematian.
Perdarahan
Subarachnoid
biasanya
didapatkan pada usia dewasa muda baik pada laki-laki maupun perempuan. Insidens
perdarahan subarachnoid meningkat seiring umur dan lebih tinggi pada wanita
daripada laki-laki. Populasi yang terkena kasus perdarahan subarachnoid bervariasi
dari 6 ke 16 kasus per 100.000, dengan jumlah kasus tertinggi di laporkan di Finlandia
dan Jepang. Selama kehamilan, resiko untuk terjadinya rupture malformasi
arteriovenous meningkat, terutama pada trimester ketiga kehamilan.
14
Patofisiologi
Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi di mana saja di dalam artei-arteri
yang membentuk sirkulus Wilillisi: arteri karotis interna dan sistem vertebrobasilar atau
semua cabang-cabangnya. Secara umum, apabila aliran darah ke jaringan otak terputus
selama 15 sampai 20 menit, akan terjadi infark atau kematian jaringan. Oklusi di suatu arteri
tidak selalu menyebabkan infark di daerah otak yang diperdarahi oleh arteri tersebut.
Alasannya adalah bahwa mungkin terdapat sirkulasi kolateral yang memadai ke daerah
tersebut. Proses patologik yang mendasari mungkin salah satu dari berbagai proses yang
terjadi dalam pembuluh darah yang memperdarahi otak. Patologinya dapat berupa (1)
keadaan penyakit pada pembuluh itu sendiri, seperti pada aterosklerosis dan trombosis,
robeknya dinding pembuluh, atau peradangan; (2) berkurangnya perfusi akibat gangguan
status aliran darah, misalnya syok atau hiperviskositas darah; (3) gangguan aliran darah
akibat bekuan atau embolus infeksi yang berasal dari jantung atau pembuluh ekstrakranium;
atau (4) ruptur vaskular di dalam jaringan otak atau ruang subaraknoid.
Penghentian total aliran darah ke otak akan menyebabkan hilangnya kesadaran dalam waktu
15-20 detik dan kerusakan otak yang irreversibel terjadi setelah 7-10 menit. Penyumbatan
pada satu arteri menyebabkan gangguan di area otak yang terbatas (stroke). Mekanisme
dasasr kerusakan ini adalah defisiensi energi yang disebabkan oleh iskemia (misal:
arterosklerosis, emboli). Perdarahan akibat trauma, aneurisma vaskular dan hipertensi juga
menyebabkan iskemia dengan menekan pembuluh darah di sekitarnya.
Kelangsungan hidup sel tergantung dari kemampuan mempertahankan volume sel dan
lingkungan intrasel. Kemampuan untuk mempertahankan volume sel tergantung dari
keseimbangan osmotiknya. Untuk menyeimbangkan konsentrasi protein, asam amino, dan
substrat organik lainnya yang tinggi di intrasel, sel menurunkan konsentrasi ionnya di sitosol.
Hal ini dilakukan oleh Na+/K+-ATPase yang memompa Na+ ke luar sel untuk ditukar dengan
K+. Normalnya membran sel hanya sedikit permeabel untuk Na+ tetapi sangat permeabel
terhadap K+ sehingga K+ akan kembali berdifusi ke luar. Aliran K+ ini menghasilkan
potensial negatif di bagian dalam sehingga mendorong Cl- ke luar dari sel.8
Homeostasis Na+ di intrasel dapat terganggu bila aktivitas Na+/K+-ATPase terhambat
karena kekurangan ATP, akibatnya, K+ intrasel menurun dan K+ ekstrasel sebaliknya
meningkat, sera membran sel menjadi depolarisasi. Cl- akan masuk ke dalam sel dan sel
membengkak. Keadaan ini juga terjadi bila suplai energi berkuran atau bila masukan Na+
melebihi kapasitas transpor maksimal Na+/K+-ATPase.
15
Peningkatan
konsentrasi
Na+
sel,
juga
meningkatkan
konsentrasi
Ca+2
mitokondria
16
Emboli kebanyakan berasal dari suatu thrombus dalam jantung, dengan kata
lain hal merupakan perwujudan dari masalah jantung. Meskipun lebih jarang terjadi
embolus juga mungkin berasal dari plak ateromatosa sinus karotis atau arteri karotis
interna. temapt yang paling sering terserang emboli serebri adalah arteri serebri
media, terutama bagian atas.
Perdarahan intraserebral sebagian besar terjadi akibat hipertensi dimana
tekanan darah diastoliknya melebihi 100 mmHg. Hipertensi kronik dapat
menyebabkan pecah/ruptur arteri serebri. Ekstravasasi darah terjadi di daerah otak
dan/atau subarakhnoid, sehingga jaringan yang terletak di dekatnya akan tergeser dan
tertekan. Daerah distal dari tempat dinding arteri pecah tidak lagi kebagian darah
sehingga daerah tersebut menjadi iskemik dan kemudian menjadi infark yang
tersiram darah ekstravasal hasil perdarahan. Daerah infark itu tidak berfungsi lagi
sehingga
menimbulkan
deficit
neurologik,
yang
biasanya
menimbulkan
tanda hemiplegia. Oleh karena stress yang menjadi factor presipitasi, maka stroke
hemorrhagic ini juga dikenal sebagai stress stroke.
Pada orang-orang muda dapat juga terjadi perdarahan akibat pecahnya
aneurisme ekstraserebral. Aneurisme tersebut biasanya congenital dan 90% terletak
di bagian depan sirkulus Willisi. Tiga tempat yang paling sering beraneurisme adalah
pangkal arteria serebri anterior, pangkal arteria komunikans anterior dan tempat
percabangan arteria serebri media di bagian depan dari sulkus lateralis serebri.
Aneurisme yang terletak di system vertebrobasiler paling sering dijumpai pada
pangkal arteria serebeli posterior inferior, dan pada percabangan arteria basilaris
terdepan, yang merupakan pangkal arteria serebri posterior.
Fakta bahwa hampir selalu aneurisme terletak di daerah percabangan arteri
menyokong anggapan bahwa aneurisme itu suatu manifestasi akibat gangguan
perkembangan embrional, sehingga dinamakan juga aneurisme sakular (berbentuk
seperti saku) congenital. Aneurisme berkembang dari dinding arteri yang mempunyai
kelemahan pada tunika medianya. Tempat ini merupakan tempat dengan daya
ketahanan yang lemah (lokus minoris resistensiae), yang karena beban tekanan darah
tinggi dapat menggembung, sehingga dengan demikian terbentuklah suatu
aneurisma.
Aneurisme juga dapat berkembang akibat trauma, yang biasanya langsung
bersambung dengan vena, sehingga membentuk shunt arteriovenosus.
Apabila oleh lonjakan tekanan darah atau karena lonjakan tekanan
intraandominal, aneurisma ekstraserebral itu pecah, maka terjadilah perdarahan
yang menimbulkan gambaran penyakit yang menyerupai perdarahan intraserebral
akibat pecahnya aneurisma Charcor Bouchard. Pada umumnya factor presipitasi tidak
jelas. Maka perdarahan akibat pecahnya aneurisme ekstraserebral yang berimplikasi
juga bahwa aneurisme itu terletak subarakhnoidal, dinamakan hemoragia subduralis
spontanea atau hemoragia subdural primer.
Gejala ditentukan oleh tempat perfusi yang terganggu, yakni daerah yang disuplai
oleh pembuluh darah tersebut.
1. Penyumbatan pada a. Serebri media sering terjadi menyebabkan
- Kelemahan otot dan spastisitas kontralateral
- Defisit sensorik (hemianestesia) akibat kerusakan girus lateral presentralis dan post
sentralis
18
3.
4.
lokasi kerusakan
Pusing, nistagmus, hemiataksia akibat kerusakan serebelum dan jaras aferen nya,
saraf vestibular
Penyakit Parkinson akibat kerusakan subtansia nigra
Hemiplegua kontralateral dan tetraplegia akibat kerusakan traktus piramidal
Hilangnya sensasi nyeri dan suhu (hipestesia atau anastesia) di bagian wajah
ipsilateral dan ekstremitas kontralateral akibat kerusakan saraf trigeminus (V) dan
traktus spinotalamikus
Hipakusis (hipestesia auditorik) akibat kerusakan saraf koklearis
Ageusis akibat kerusakan saraf traktus salivarius
Singultus akibat kerusakan formatio retikularis
Ptosis, miosis dan anhidrosis fasial ipsilateral (sindrom Horner) akibat kerusakan
saraf simpatis
Paralisis palatum molle dan takikardia akibat kerusakan nervus vagus (X)
Paralisis otot lidah akibat kerusakan saraf hypoglosus (XII)
Strabismus akibat kerusakan saraf okulomotorik (III), saraf abdusens (VI)
20
Sekitar 80% sampai 85% stroke adalah stroke iskemik, yang terjadi akibat obstruksi
atau bekuan di satu atau lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum. Umumnya disebabkan
oleh trombus yang menyebabkan oklusi menetap, mencegah adanya reperfusi pada
organ yang infark sehingga menyebabkan terjadinya keadaannya anemia atau iskemik
Secara patologi didapatkan infiltrasi leukosit selama beberapa hari terutama pada
daerah tepi infark. Makrofag menginvasi daerah infark dan aktif bekerja sampai
produk-produk infark telah dibersihkan selama periode waktu tertentu (beberapa
minggu). Eritrosit sangat jarang ditemukan. Hampir 85% stroke nonhemoragik
disebabkan oleh sumbatan bekuan darah, penyempitan arteri/ beberapa arteri yang
mengarah ke otak, embolus (kotoran) yang terlepas dari jantung atau arteri
ekstrakranium yang menyebabkan sumbatan di satu atau beberapa arteri
ekstrakranium. Pada usia lebih dari 65 tahun penyumbatan atau penyempitan dapat
disebabkan oleh aterosklerosis.10
Obstruksi yang disebabkan oleh bekuan (thrombus) terbentuk di dalam suatu
pembuluh otak atau pembuluh atau organ distal, pada thrombus vascular distal, belum dapat
terlepas, atau mungkin dapat terbentuk di dalam suatu organ seperti jantung, dan kemudian
dibawa melalui sistem arteri ke otak sebagai suatu embolus. Terdapat beragam penyebab
stroke trombotik dan embolik primer, termasuk aterosklerosis, arteritis, keadaan
hiperkoagulasi dan penyakit jantung structural. Namun, trombosis yang menjadi penyulit
arterosklerosis merupakan penyebab pada sebagian besar kasus stroke trombotik dan embolus
dari pembuluh besar atau jantung merupakan penyebab tersering stroke embolik.
Sumbatan aliran di arteri karotis interna sering merupakan penyebab stroke pada
orang berusia lanjut, yang sering mengalami pembentukan plak aterosklerotik di pembuluh
darah sehingga terjadi penyempitan atau stenosis. Pangkal arteri akrotis interna (tempat arteri
karotis komunis bercabang menjadi arteri karotis interna dan eksterna) merupakan tempat
tersering terbentuknya aterosklerosis, aterosklerosis arteri serebri media atau anterior lebih
jarang menjadi tempat pembentukan aterosklerosis. Darah terdorong melalui sistem vascular
oleh gradient tekanan, tetapi pada pembuluh yang menyempit, aliran darah yang lebih cepat
melaui lumen yang lebih kecil akan menurunkan gradien tekanan di tempat konstriksi
tersebut. Apabila stenosis mencapai suatu tingkat krisis tertentu, maka meningkatnya
turbulensi di sekitar penyumbatan akan menyebabkan penurunan tajam kecepatan aliran.
Secara klinis, titik kritis stenosis pada manusia adalah 80% sampai 85% dari luas
potongan melintang lumen. Penyebab lain stroke ikemik adalah vasospasme, yang sering
21
merupakan respons vascular reaktif terhadap perdarahan ke dalam ruangan antara lapisan
araknoid dan piamater meningen. Sebagian besar stroke iskemik tidak menimbulkan nyeri,
karena jaringan otak tidak peka terhadap nyeri. Namun, pembuluh besar di leher dan batang
otak memiliki banyak reseptor nyeri dan cedera pada pembuluh-pembuluh ini saat serangan
iskemik dapat menimbulkan nyeri kepala. Dengan demikian, pada pasien dengan stroke
iskemik disertai gambaran klinis berupa nyeri kepala perlu dilakuakan uji-uji diagnostik yagn
dapat mendeteksi cedera seperti aneurisma di pembuluh darah leher dan batang otak.
Subtipe Stroke Iskemik
1. Stroke lakunar
Infark lakunar terjadi karena penyakit pembuluh-halus hipertensif dan menyebabkan
sindrom stroke yang biasanya muncul dalam beberapa jam atau kadang-kadang lebih
lama, infark lakunar merupakan infark yang terjadi setelah oklusi aterotrombotik atau
hialin lipid salah satu dari cabang-cabang penetrans sirkulus Willisi, arteria serebri
media, arteri vertebralis dan basilaris. Masing-masing cabang ini sangat halus dan
menembus jauh kedalam substansia grissea dan alba serebrum dan batang otak.
Cabang-cabang ini rentan terhadap trombosis dari penyakit aterotrombotik atau akibat
terjadinya penebalan lipohialinotik. Trombosis yang terjadi di dalam pembuluhpembuluh ini menyebabkan infark yang kecil, lunak disebut lakuna (Yunani: danau
kecil). Terdapat 4 sindrom lakunar yang sering dijumpai: (1) hemiparesis motorik
murni akibat infark di kapsula interna posterior, (2) hemiparesis motorik murni akibat
infark pars anterior kapsula interna, (3) stroke sensorik murni akibat infark talamus,
(4) hemiparesis ataksik atau disartria serta gerakan tangan atau lengan yang canggung
akibat infark pons basal. Sampai saat ini sudah teridentifikasi lebih dari 30 sindrm
lakunar dan patologi intravaskular biasanya lipohialinosis atau mikroateroma dengan
bekuan di dalam lumen vaskular.
2. Stroke tombotik pembuluh besar
Trombosis pembuluh besar dengan aliran lambat adalah subtipe kedua stroke iskemik.
Sebagian besar dari stroke ini terjadi saat tidur, saat pasien relatif mengalami
dehidrasi dan dinamika sirkulasi menurun. Gejala dan tanda yang terjadi akibat stroke
iskemik ini tergantung pada lokasi sumbatan dan tingkat aliran kolateral di jaringan
otak yang terkena. Stroke ini berkaitan dengan lesi aterosklerotik yang menyebabkan
penyempitan atau stenosis di arteria karotis interna atau yang lebih jarang di pangkal
arteria serebri media atau di taut arteria vertebralis dand basilaris. Tidak seperti
trombosis arteria koronaria yang oklusi pembuluhnya cenderung terjadi mendadak
22
dan total, trombosis pembuluh otak cenderung memiliki awitan bertahap, bahkan
berkembang dalam beberapa hari. Pola ini menyebabkan timbulnya istilah stroke in
evolution. Pasien stroke trombotik mungkin sudah mengalami beberapa kali
serangan TIA tipe lakunar sebelumnya akhirnya menderita stroke. Yang khas adalah
crescendo TIA yaitu pasien mengalami TIA yang semakin meningkat jumlah dan
frekuensinya. Kemungkinan serangan TIA ini berkembang menjadi stroke trombotik
sangatlah besar.
3. Stroke embolik diklasifikasikan berdasarkan arteri yang terlibat atau asal embolus.
Asal stroke embolik dapat suatu arteri distal atau jantung (stroke kardioembolik).
Trombus mural jantung merupakan sumber tersering infark miokardium, fibrilasi
atrium, penyakit katup jantung fan kardiomiopati iskemik. Dari hal ini, fibrilasi atrium
sejauh ini merupakan penyebab tersering. Penyebab penting selanjutnya adalah
tromboemboli yang berasal dari arteri, terutama plak ateromatosa di arteria karotis.
Stroke yang terjadi akibat embolus biasanya menimbulkan defisit neurologik
mendadak dengan efek maksimun sejak awitan penyakit. Biasanya serangan terjadi
saat pasien beraktivitas. Trombus embolik ini sering tersangkut dibagian pembuluh
yang mengalami stenosis. Stroke kardioembolik, yaitu jenis stroke embolik tersering,
didiagnosis apabila diketahui adadnya kausa jantung seperti fibrilasi atrium atau
apabila pasien baru mengalami infark miokardium yang mendahului terjadinya
sumbatan mendadak pembuluh besar otak. Fragmen-fragmen embolus dari jantung
mencapai otak melalui arteria karotis atau vertebralis. Dengan demikian, gejala klinis
yang ditimbulkannya tergantung pada bagian mana dari sirkulasi yang tersumbat dan
seberapa dalam bekuan berjalan di percabangan sebelum tersangkut. Pasien dengan
stroke kardioembolik memiliki resiko yang lebih besar menderita stroke hemoragik di
kemudian hari, saat terjadi perdarahan petekie atau bahkan perdarahan besar di
jaringan yang mengalami infark beberapa jam atau mungkin hari setelah proses
emboli pertama. Penyebab perdarahan tersebut adalah bahwa struktur dinding arteri
sebelah distal dari oklusi embolus melemah atau rapuh karena kekurangan perfusi.
4. Stroke kriptogenik
Oklusi mendadak pembuluh intrakranium besar tanpa penyebab yang jelas, kelainan
ini disebut stroke kriptogenik karena sumbernya tersembunyi bahkan setelah
dilakukan pemeriksaan diagnostik dan evaluasi klinis yang ekstensif. Mungkin kausa
tersebut tidak jelas selama beberapa bulan atau tahun, ketika kemudian muncul
kembali gejala serupa yang kausanya diketahui.
23
5. Subtipe lain yang merupakan penyebab lain stroke: displasia fibromuskular, arteritis
dan gangguan hiperkoagulasi.
Displasia fibromuskular terjadi di arteria servikalis dan dijumpai hampir hanya pada
perempuan. Pada pemeriksaan Doopler, tampak banyak lesi seperti sosis di arteri,
dengan penyempitan stenotik berselang-seling dengan bagian-bagian yang mengalami
dilatasi.
Jenjang Iskemik dan Cedera Sekunder
Sebagian besar stroke berakhir dengan kematian sel-sel didaerah pusat lesi (infark) tempat
aliran darah mengalami penurunan drastis sehingga sel-sel tersebut biasanya tidak dapat
pulih. CBF (aliran darah otak) normal sekitar 50 ml/ 100g jaringan otak/ menit. The National
Stroke Association (2001) telah meringkaskan mekanisme cedera sel akibat stroke sebagai
berikut:
1. Tanpa obat-obat neuro protektif, sel-sel saraf yang mengalami iskemia 80% atau lebih
(10 ml/ 100 g jaringan otak/ menit) akan mengalami kerusakan ireversibel dalam
beberapa menit. Daerah ini disebut pusat iskemik. Pusat iskemik dikelilingi oleh
daerah lain jaringan yang disebut penumbra iskemik atau zona transisi dengan CBF
antara 20-50% dari normal (10-25 ml/ 100 g jaringan otak/ menit). Sel-sel neuron di
daerah ini berada dalam bahaya tetapi belum rusak secara ireversibel. Terdapat bukti
bahwa jendela waktu untuk timbulnya penumbra pada stroke dapat bervariasi dari 1224 jam.
Penumbra Iskemik: CBF= 10-25 ml/ 100 g jaringan otak/ menit (hilangnya autoregulasi da
Pusat iskemik: CBF <10 ml/ 100 g jaringan otak/ menit (infark jaringan
24dan responsiv
Otak sehat: CBF 50 ml/ 100 g jaringan otak/ menit (autoregulasi
25
Pada perdarahan intraserebral, perdarahan terjadi pada parenkim otak itu sendiri.
Adapun penyebab perdarahan intraserebral :
-
Hipertensi (80%)
Aneurisma
Malformasi arteriovenous
Neoplasma
Antikoagulan
Vaskulitis
Trauma
Idiophatic 7
2. Perdarahan Subarachnoid
Perdarahan
subarachnoid
merupakan
perdarahan
yang
terjadi
di
rongga
Aneurisma (70-75%)
Tumor ( < 5% )
Vaskulitis (<5%)
Perdarahan yang terjadi langsung ke dalam ventrikel otak jarang dijumpai. Yang lebih
sering adalah perdarahan di dalam parenkim otak yang menembus ke dalam sistem ventirkel,
sehingga bukti asal perdarahan menjadi kabur. Seperti pada iskemia, defisit neurologik utama
mencerminkan kerusakan bagian otak tertentu. Dengan demikian, gangguan lapang pandang
terjadi pada perdarahan oksipitalis dan kelemahan atau paralisis pada kerusakan korteks
motorik di lobus frontalis.
Perdarahan Subaraknoid
PSA memiliki dua kausa utama: ruptur suatu aneurisma vaskular dan trauma kepala.
Karena perdarahan dapat masif dan ekstravasasi darah ke dalam ruangan subaraknoid lapisan
meningen dapat berlangsung cepat, maka angka kematian sangat tinggi, sekitar 50% pada
bulan pertama setelah perdarahan. Penyebab tingginya angka kematian ini adalah bahwa
empat penyulit utama dpat menyebabkan iskemia otak serta morbiditas dan mortalitas tipe
lambat yang dapat terjadi lama setelah perdarahan terkendali. Penyulit-penyulit tersebut
adalah (1) vasospasme reaktif disertai infark, (2) ruptur ulang, (3) hiponatremia dan (4)
hidrosefalus. Alat yang sering digunakan untuk mengklasifikasikan keparahan PSA adalah
Hunt dan Hess Classification Grading Scale, skala ini digunakan untuk menilai derajat
disfungsi dini. Ada juga modifikasi skala dari Hunt dan Hess ini yang mencakup tujuh tingkat
keparahan, skala ini digunakan untuk mengevaluasi pasien stroke.
Status Neurologik
I
II
III
IV
gangguan vegetatif
Koma dalam, rigiditas desebrasi, penampakan parah
4. Ekstremitas. Periksa ada tidaknya sianosis dan infark sebagai tanda-tanda embolus
perifer.
5. Pemeriksaan neurologik.
Teknik Pencitraan
Kemajuan dalam teknologi CT dan MRI telah sangat meningkatkan derajat
keakuratan diagnosis stroke iskemik akut. Apabila dilakukan kombinasi pemeriksaan CT
perfusi dan angiografi CT dalam 24 jam setelah awitan stroke, maka terjadi peningkatan
derajat akurasi dalam penentuan lokalisasi secara dini, lokalisasi vaskular, dan diagnosis
etiologi. Namun pembedaan antara kausa embolus dan trombus pada stroke iskemik masih
sulit dilakukan.
Diffusion weighted imaging (DWI) adalah penyempurnaan teknologi MRI. Jaringan
saraf yang mengalami cedera dapat dideteksi dengan DWI, yang memperlihatkan daerahdaerah yang mengalami infark sebagai daerah putih terang. Teknik ini sangat bermanfaat
dalam identifikasi dini lesi-lesi akut sehingga jumlah, ukuranm lokasi dan teritori vaskular
lesi otak dapat ditentukan.
Perfusion weighted imaging (PWI) adalah pemindaian sekuensial selama 30 detik
setelah penyuntikan gadolinium. Daerah-daerah otak yang kurang mendapat perfusi akan
lambat memperlihatkan pemunculan zat warna kontras yang disuntikkan tersebut, dan aliran
darah yang lambat tampak putih.
32
Angiografi serebrum dapat memberi informasi penting dalam mendiagnosis kausa dan lokasi
stroke. Angiografi ini dapat mengungkapkan lesi ulseratif, stenosis, displasia fibromuskular,
fistula arteriovena, vaskulitis dan pembentukan trombus di pembuluh besar. Saat ini,
angiografi dianggap merupakan cara paling akurat untuk mengidentifikasi dan mengukur
stenosis arteri otak, namun, kegunaan metode ini agak terbatas oleh penyulit yang dapat
terjadi pada hampir 12% pasien yang dicurigai mengidap stroke. Resiko utama pada prosedur
ini adalah robeknya aorta atau arteri karotis dan embolisasi dari pembuluh besar ke pembuluh
intrakranium. Angiografi sebaiknya tidak dilakukan pada pasien dengan gejala dan tanda lesi
sirkulasi posterior, karena lesi ini tidak dapat diakses secara bedah.
Doppler transkranium, USG yang menggabungkan citra dan suara, memungkinkan
kita menilai aliran di dalam arteri dan mengidentifikasi stenosis yang mengancam aliran ke
otak. Keunggulan prosedur ini adalah dapat dilakukan di tempat tidur, noninvasif, dan relatif
murah.
Pemindaian dengan positron emission tomography (PET) mungkin bermanfaat karena
prosedur ini dapat mengidentifikasi seberapa besar suatu daerah di otak menerima dan
memetabolisme glukosa serta luas cedera. Dengan demikian, daerah-daerah yang perfusinya
berkurang dapat diidentifikasi.
Ekokardiogram transesofagus (TEE) sangat sensitif dalam mendeteksi sumber
kardioembolus potensial. Ekokardiogram telah menjadi komponen rutin dalam evaluasi
stroke iskemik apabila dicurigai kausa stroke adalah kardioembolus tetapi fibrilasi atrium
sudah disingkirkan sebagai penyebab embolisasi. Defek struktural yang dapat diungkapkan
TEE dan yang berkaitan dengan trombus jantung dan embolisasi adalah vegetasi katup aorta
dan miralis, defek septum atrium, foramen ovale paten, plak aorta yang menonjol dan
kelainan katup mitralis.
Penatalaksanaan
Terapi darurat untuk kedua stroke berbeda. Pendekatan pada terapi darurat
memiliki tujuan:
1. Mencegah cedera otak akut dengan memulihkan perfusi ke daerah iskemik
non infark. Bisa diberikan antikoagulasi, trombolisis intravena/intraateri,
2. Membalikkan cedera saraf semaksimal mungkin
3. Mencegah cedera neurologik lebih lanjut dengan melindungi sel didaerah
penumbra
iskemik
dari
kerusakan
lebih
lanjut.
Bisa
diberikan
neuroproteksi
33
Amankan jalan napas dan pernapasan. Jika perlu pemberian intubasi dan
hiperventilasi mekanik. Intubasi endotrakeal dilakukan pada pasien dengan
koma yang tidak dapat mempertahankan jalan napas dan pasien dengan gagal
pernapasan. Analisa gas darah harus diukur pada pasien dengan gangguan
kesadaran
pupil.14
Kontrol hipertensi melalui pemberian antihipertensi. 11,12,13
Memastikan segera diagnosis utama pasien, ini berkaitan tatalaksana lebih
lanjut kepada pasien.
Neuroproteksi
34
mempertahankan
mempertahankan
jaringan
kehidupan.
adalah
Pendekatan
pemakaian
obat
lain
untuk
neuroprotektif,
mayor.
Sebelum
dilakukan
pembedahan,
perlu
dilakukan
Drainase hematoma
36
Kontraindikasi
tindakan
operasi
terhadap
kasus-kasus
perdarahan
intraserebral adalah hematom yang terletak jauh di dalam otak (dekat kapsula
interna) mengingat biasanya walaupun hematomnya bisa dievakuasi, tindakan ini
malahan menambah kerusakan otak.
Operasi juga tidak dipertimbangkan pada pasien dengan volume hematoma
sedikit dan defisit fokal minimal tanpa gangguan kesadaran. Hal tersebut diatas
menunjukkan indikasi jelas mengapa seseorang memerlukan tindakan operatif atau
tidak. Hal inilah yang menjadi ketidakmenentuan mengenai indikasi apakah operasi
diperlukan atau tidak.
Jenis-jenis operasi pada stroke antara lain:
1) Kraniotomi
Mayoritas ahli bedah saraf masih memilih kraniotomi untuk evakuasi
hematoma. Secara umum, ahli bedah lebih memilih melakukan operasi jika
perdarahan intraserebral terletak pada hemisfer nondominan, keadaan pasien
memburuk, dan jika bekuan terletak pada lobus dan superfisial karena lebih
mudah dan kompresi yang lebih besar mungkin dilakukan dengan resiko yang
lebih
kecil.
Beberapa
ahli
bedah
memilih
kraniotomi
luas
untuk
Gambar 1. Flap lebar tulang kranium pada Hemicraniotomi dan dekompresi operasi untuk
infrak area arteri cerebri media.
37
Pilihan
penanganan
operatif
pada
AVM
antara
38
39
: dubia ad malam
Ad fungsionam
: dubia ad malam
Ad sanationam
: dubia ad malam
40
BAB VI
KESIMPULAN
Stroke adalah serangan otak yang timbulnya mendadak akibat tersumbat atau
pecahnya pembuluh darah otak. Stroke merupakan masalah kesehatan paling serius dalam
kehidupan modern saat ini. Jumlah penderita stroke terus meningkat setiap tahunnya, bukan
hanya menyerang mereka yang berusia tua, tetapi juga orang-orang muda pada usia produktif.
Data penelitian mengenai pengobatan stroke hingga kini masih belum memuaskan walaupun
telah banyak dicapai. Pengobatan awal/ dini seperti pencegahan sangat bermanfaat akan
tetapi, harus disertai dengan pengenalan dan pemahaman stroke pada semua lapisan dan
komunitas dalam masyarakat.
41
Daftar Pustaka
1. Moore K L, Agur A M R. In: Sadikin V, Saputra V, editors. Anatomi Klinis Dasar.
Jakarta: Penerbit Hipokrates; 2002.
2. Snell RS. Neuroanatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. 5th ed. In: Sugharto L,
Dimanti A, Hartanto H, Handayani S; editors. Jakarta: EGC; 2006.
3. Price SA. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. 6th ed. Jakarta: EGC;
2005.
4. Alfa AY, Soedomo A, Toyo AR, Aliah A, Limoa A, et al. Gangguan Peredaran Darah
Otak (GPDO) Dalam Harsono ed. Buku Ajar Neurologi Klinis. Edisi 1. Yogyakarta:
Gadjah Madya University Press; 1999. hal. 59-107
5. Listiono, Djoko. L. Stroke Hemorhagik. Ilmu Bedah Saraf. Jakarta: Penerbit PT
Gramedia Pustaka Utama; 1998. p.180-204.
6. Jauch CE. Acute Stroke Management. Available at: hhtp://emedicine.com/neurovascular/topic334.htm. accessed on September 19th, 2013.
7. Lindsay KW, Bone I. Localised Neurological Disease and Its Management.
Neurology and Neurosurgery illustrated. London: Churchill Livingstone; 2004. p.23844.
8. Silbernagl S, Lang F. Teks & Atlas Berwarna: Patofisiologi. Jakarta: EGC; 2006.
9. Mardjono M, Sidharta P. Mekanisme Gangguan Vaskular Susunan Saraf Pusat.
Neurologi Klinis Dasar. 9th ed. Jakarta: PT Dian Rakyat; 2003.
10. SaccoRL, Toni D. Classification of Ischemic Stroke. Stroke Pathophysiology,
Diagnosis, and Management. 4th ed. Philadelphia: Churchill Livingstone: 2004.
11. Morgenstern LB. Medical Therapy of Intracerebral and Intraventricular Hemorrhage.
Stroke Pathophysiology, Diagnosis, and Management. 4th ed. Philadelphia: Churchill
Livingstone; 2004. p 1079-88.
12. Caplan LR, Chung C-S. Neurovascular Disorders In: Goetz CG eds. Textbook Of
Clinical Neurology. 2nd ed. Chicago: Saunders; 1996. p. 991-1016
42
13.
Acute Stroke In: Therapy In: Mohr JP, Choi DW, Grotta JC, Weir B, Wolf PA eds.
Stroke Pathophysiology, Diagnosis, and Management. 4th ed. Philadelphia:
Churchill Livingstone; 2004. p. 987-1024
43