Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemeriksaan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur
pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan atau sampel dari penderita,
dapat berupa urine (air kencing), darah, sputum (dahak), dan sebagainya
untuk menentukan diagnosis atau membantu menentukan diagnosis penyakit
bersama dengan tes penunjang lainya, anamnesis, dan pemeriksaan lainya.
Sekumpulan pemeriksaan laboratorium yang dirancang, untuk tujuan
tetrtentu misalnya untuk mendeteksi penyakit, menentukan resiko, memantau
perkembangan penyakit, memantau perkembangan pengobatan, dan lalinlain. Mengetahui ada tidaknya kelainan atau penyakit yang banyak di jumpai
dan potensial membahayakan. pemeriksaan laboratorium merupakan salah
satu pemeriksaan yang memiliki peran sangat penting, dimana pemeriksaan
laboratorium berfungsi dalam membantu untuk menegakkan diagnosis,
memantau perjalanan penyakit serta serta menentukan prognosis. Dalam
pemeriksaan ada beberapa faktor yang memegang peran penting dalam
mempengaruhi
hasil
pemeriksaan
laboratorium.
Dalam
melakukan
Faktor-faktor
yang
menegakkan
suatu
masalah,
untuk
dini
diagnosa
: TINJAUAN TEORITIS
Bab yang berisi tentang isi dari makalah yang terdiri dari hasil pemeriksaan
sistem imun, hasil pemeriksaan sistem pernafasan, hasil pemeriksaan sistem
pencernaan, hasil pemeriksaan sistem integument, hasil pemeriksaan sistem
persyrafan.
BAB III
: PENUTUP
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Hasil Pemeriksaan Sistem Imun
Penyakit AIDS yaitu suatu penyakit yang timbul sebagai dampak
berkembangbiaknya virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) didalam
tubuh manusia. Virus HIV menyerang sel darah putih (sel CD4) sehingga
mengakibatkan rusaknya sistem kekebalan tubuh atau sistem imun. Orang
yang terinfeksi HIV belum tentu menjadi penderita AIDS, tergantung tingkat
imunitas atau kekebalan tubuh orang tersebut yang dapat dilihat melalui
komponen CD4. Jika terjadi penurunan CD4 sampai kurang dari 200, orang
akan makin lemah daya tahan tubuhnya dan jatuh pada kondisi AIDS.
CD adalah singkatan dari Cluster of Differentiation, merujuk pada
klaster protein yang membentuk reseptor pada permukaan sel tersebut.
Diantara sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia, maka tanggung jawab selsel CD4 amat besar. Tugas mereka adalah mengatur berfungsinya sistem
kekebalan tubuh. Sel CD4 inilah yang memberi sinyal bahaya dan selanjutnya
menggerakkan sel-sel pertahanan tubuh yang lain untuk menyerang intruder
yang akan mengganggu tubuh manusia, misalnya virus dan bakteri. Bisa
dikatakan bahwa sel CD4 adalah jenderalnya sistem kekebalan tubuh.
Jumlah sel CD4 menjadi indikator yang amat penting dalam
menentukan tingkat kekebalan tubuh manusia. Kita harus mampu
mempertahankan jumlah CD4 dalam batas-batas normal pada kisaran 5001000 sel per milimeter kubik darah, sehingga kita mampu mempertahankan
diri dari komplikasi-komplikasi yang berhubungan dengan HIV AIDS
khususnya mencegah terjadinya infeksi oportunistik. Untuk mengetahui
seseorang tertular atau tidak dapat melakukan test HIV dan test HIV dapat
dilakukan paling cepat 3 bulan setelah terinfeksi. Jika seseorang merasa telah
melakukan aktifitas yang beresiko HIV, sebaiknya segera memeriksakan diri
ke dokter untuk dilakukan test. Penanganan yang dini dan tepat akan
menyelamatkan penderita dari keganasan virus ini. Jika hasil test HIV positif,
sebaiknya penderita melakukan pemeriksaan CD4 dan viral load test.
Sel CD4 adalah jenis sel darah putih atau limfosit. Sel tersebut adalah
bagian yang penting dari sistem kekebalan tubuh kita. Pengecekan CD4 ini
penting karena setelah lama terinfeksi HIV, jumlah sel CD4 semakin
menurun. Ini tanda bahwa sistem kekebalan tubuh kita semakin rusak.
Semakin rendah jumlah CD4, semakin mungkin kita akan jatuh sakit. Jumlah
CD4 adalah ukuran kunci kesehatan sistem kekebalan tubuh atau sistem imun
tubuh. Semakin rendah jumlahnya, semakin besar kerusakan yang
diakibatkan HIV. Jika penderita mempunyai jumlah CD4 di bawah 200, atau
persentase CD4 di bawah 14% maka dianggap AIDS. Umumnya jumlah CD4
akan mulai naik segera setelah kita mulai ART. Namun kecepatan sangat
beragam, dan kadang pelan. Bila jumlah CD4 di bawah 50 waktu kita mulai
ART, jumlah CD4 kita mungkin tidak akan meningkat menjadi normal (di
atas 500). Bila jumlah CD4 mulai menurun lagi setelah naik, mungkin itu
adalah tanda bahwa ART kita mulai gagal.
B. Hasil Pemeriksaan Sistem Pernafasan
1. TBC
Tuberculosis paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium Tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi
(Mansjoer, 1999, hal. 472). Tuberculosis paru adalah penyakit yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang biasanya ditularkan
Nyeri dada
b.
Maleise
Menurut Mansjoer (1999 hal. 472 ) pemeriksaan penunjang pada
yang
empiema(stapilococcus);
infiltrasi
menyebar
atau
aspirasi
transtrakeal,
10
e. Osmolalitas Feses
Dipeerlukan dalam evaluasi untuk menentukan diare osmotic atau
diare sekretori. Elekrolit feses Na,K dan Osmolalitas harus diperiksa.
Osmolalitas feses normal adalah 290 mosm. Osmotic gap feses
adalah 290 mosm dikurangi 2 kali konsentrasi elektrolit faeces
(Na&K) dimana nilai normalnya <50 mosm. Anion organic yang tidak
dapat diukur, metabolit karbohidrat primer (asetat,propionat dan
butirat) yang bernilai untuk anion gap, terjadi dari degradasi bakteri
terhadap karbohidrat di kolon kedalam asam lemak rantai pendek.
Selanjutnya bakteri fecal mendegradasi yang terkumpul dalam suatu
tempat. Jika feses bertahan beberapa jam sebelum osmolalitas
diperiksa, osmotic gap seperti tinggi. Diare dengan normal atau
osmotic gap yang rendahbiasanya menunjukkan diare sekretori.
Sebalinya osmotic gap tinggi menunjukkan suatu diare osmotic.
f. Pemeriksaan parasit atau telur pada feses
Untuk menunjukkan adanya Giardia E Histolitika pada pemeriksaan
rutin. Cristosporidium dan cyclospora yang dideteksi dengan
modifikasi noda asam.
g. Pemeriksaan darah
Pada diare inflamasi ditemukan lekositosis, LED yang meningkat dan
hipoproteinemia.
Albumin
dan
globulin
rendah
akan
11
12
Laboratorium
Bila ditemukan leukositosis penyebab kemungkinan dari infeksi
neuralgia trigeminal
dibuat berdasarkan
anamnesa pasien secara teliti dan pemeriksaan fisik yang cermat. Pada
anamnesa yang perlu diperhatikan adalah lokalisasi nyeri, kapan
dimulainya nyeri, menentukan interval bebas nyeri, menentukan
lamanya, efek samping, dosis, dan respons terhadap pengobatan,
menanyakan riwayat penyakit lain seperti ada penyakit herpes atau
tidak,
sedangkan
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemeriksaan diagnostik adalah penilaian klinis tentang respon
individu, keluarga dan komunikan terhadap suatu masalah kesehatan dan
proses kehidupan aktual maupun potensial. Hasil suatu pemeriksaan
laboratorium sangat penting dalam membantu diagnosa, memantau
perjalanan penyakit serta menentukan prognosa. Karena itu perlu diketahui
faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca khususnya perawat
dapat menerapkan pengkajian diagnostik ini dalama asuhan keperawatan dan
dapat mencari referensi lain untuk menambah pengetahuan pembaca
mengenai pengkajian diagnostic