Вы находитесь на странице: 1из 56

LINGKUNGAN

Latar Belakang Penerapan K3LL


Dalam lingkungan proyek pembangunan dibutuhkan sumber daya
yang bermacam-macam

dan yang paling penting adalah sumber daya

manusia. sumberdaya manusia atau pekerja adalah orang yang bekerja sesuai
perintah mandor untuk melaksanakan tugas tertentu dan sangat berpengaruh
terhadap kelangsungan berjalannya suatu proyek. Dalam pelaksanaanya
manajemen K3LL sangat diperhatikan untuk menjaga para pekerja tersebut.
Tidak hanya pekerja yang dilapangan tetapi juga pekerja yang dikantor.
Manajemen K3LL dalam hal ini sangat dibutuhkan, karena untuk
membuat peraturan terkait system K3LL dalam proyek. Tujun dari manajemen
K3LL adalah untuk mengurangi tingkat kemungkinan terjadinya kecalakaan
dalam proyek. Hal yang dilakukan adalah dengan menaati peraturan yang
berlaku yang sudah dijelaskan dalam manajemen K3LL. Karena jika tidak ada
maka kemungkinan pekerja akan mengalami kecelakaan dan berakibat pada
menurunnya produktifitas dari beberapa sector dalam proyek. Hal ini juga
berpengaruh terhadap melambatnya perencanaan proyek yang sudah
dirancang sebelumnya.
Beberapa kegiatan dalam manajemen K3LL yang tertuang dalam
proyek ini antara lain, melakukan inspeksi setiap hari, memfokuskan
pekerjaan dengan kategori resiko yang tinggi. Dengan diadakanya manajemen
tersebut maka akan menjamin keadaan serta keutuhan dari para pekerja baik
secara jasmani maupun rohani.

Gambar 7.1 Kebijakan Mutu K3LL


7.2

Tujuan dan Target K3LL


Proyek apartemen West Vista memiliki komitmen yang tinggi terhadap
kebijakan K3LL dengan menggunakan pengendalian dan pemantauan K3 LL
memakai sistem.

7.3

Pihak Penyelenggara K3LL


Pihak yang terlibat dalam penyelenggara apartemen West Vista ini
dikenal dengan nama SHES-SR (Safety Health and Environment Security).
SHES-SR memiliki tanggung jawab yang sangat besar terhadap pelaksanaan
K3LL di dalam proyek ini. Divisi tersebut menyusun beberapa system yang
digunakan untuk pekerjaan pelaksanaan proyek. Dalam hal ini untuk
mengetahui apa saja tahapan pekerjaan yang akan dilakukan dalam proyek,
SHES-SR berdiskusi dengan pihak terkait yaitu MK. MK akan memberikan
penjelasan tahapan proyek apa saja yang akan dilakukan, kemudian SHES-SR

akan melakukan identifikasi terhadap tahapan tersebut yang mengandung


bahaya. Kedua divisi tersebut memikirkan cara yang terbaik untuk menjaga
sumber daya manusia agar pekerjaan yang dilakukan benar-benar aman.
SHES-SR tidak hanya melakukan identifikasi, melainkan juga menyediakan
alat safety yang dibutuhkan untuk pekerjaan tertentu agar system peraturan
yang telah dibuat benar-benar terlaksana.
Berikut merupakan struktur organisasi dari divisi SHES-SR:
Senior Pimpinan
Proyek

SHES-SR Manager

SHES-SR
Koordinator

Safety Officer

Safetyman

SHES-SR Admin

SHES-SR
Paramedik

Diagram Struktur Organisasi SHES-SR

Berikut merupakan penjelasan dari bidang SHES-SR serta job description


masing-masing jabatan:
a

SHES-SR Departemen Head


Melakukan sosialisasi terhadap prosedur, system dan standar yang telah
dibuat oleh divisi SHES-SR agar dapat dipahami oleh segenap
karyawan atau pekerja dan diimplementasikan dalam Proyek apartemen

West Vista sesuai dengan ketentuan dari ACSET


Menganalisa serta melakukan evaluasi dalam penyimpangan yang

terjadi dalam penyimpangan yang terjadi pada system K3LL


Melakukan penilaian berdasarkan parameter yang tercantum dalam

system manajemen K3LL


Melakukan observasi ke lapangan untuk melakukan tindakan represif
serta preventif dalam menjalankan system manajemen K3LL yang

sudah dibuat
Melakukan koordinasi dengan bidang HRD terkait dengan perekrutan
staff maupun pekerja yang baru untuk dilakukan safety induction
ataupun training

Senior Pimpinan Proyek


Melakukan dukungan dari segi moril ataupun materil tentang segala
kegiatan yang menunjang terwujudnya K3LL dalam lingkungan
proyek.
Secara tertulis, bertanggung jawab dalam:
o Melakukan persetujuan tentang identifikasi bahaya dalam proyek
o Menyetujui program K3LL yang dibuat
o Melakukan inspeksi K3LL
o Bertanggung jawab atas tim tanggap darurat
o Melakukan sosialisasi terkait K3LL
o Melakukan penilaian serta evaluasi dari pelaksanaan K3LL

SHES-SR manager
Memastikan terlaksananya system manajemen dan standar dalam K3LL
di dalam proyek.
Secara tertulis bertanggung jawab terlibat dalam hal:
o Membuat identifikasi risiko bahaya terhadap procedural pekerjaan.

o Membuat system manajamen K3LL sesuai dengan standar yang


berlaku
o Membuat rencana hukum dan peraturan yang berlaku terkait dengan
K3LL
o Memfasilitasi peralatan yang dibutuhkan dalam menjalankan system
o
o
o
o

K3LL
Menyediakan P3K untuk setiap personil dilapangan dan dikantor
Memastikan bahwa system manajemen K3LL diterapkan di lapangan
Melakukan pengendalian aspek yang berdampak pada pekerjaan
Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan yang telah berlangsung

dan yang akan datang


o Memimpin rapat koordinasi dengan seluruh staff SHES-SR
o Memastikan segala himbauan peringatan telah terpasang pada
tempatnya
o Memastikan segala informasi terkait symbol atau label tentang
potensi bahaya yang dapat mengancam
o Memastikan segala infromasi terkait manajemen K3LL seperti
housekeeping telah tercapai
o Melakukan koordinasi dengan dinasi terkait evaluasi maupun
laporan hasil K3LL
o Menjadi teladan dalam membimbing para staff atau pekerja dalam
training
o Mengikuti audit yang dilaksanakan oleh pihak luar agar standar
penilaian tidak hanya dari internal saja
o Bertanggung jawab dalam pengecekkan air bersih, kuantitas limbah
udara, maupun kebisingan yang dilakukan oleh pihak ke dua
d

SHES-SR Koordinator
Melakukan koordinasi terkait dengan bidang yang berhubungan

langsung dengan SHES-SR


Membantu SHES-SR manager dalam melakukan tugas nya
Melakukan sosialisasi terkait dengan bidang yang bersangkutan tentang

K3LL
Memberikan izin terkait kegiatan yang bersifat koordinasi dengan pihak
yang berhubungan di dalam lingkungan proyek

Melakukan pembagian pekerjaan kepada setiap anggota sesuai dengan


arahan pekerjaan yang akan dilakukan

SHES-SR Officer
Membuat berita harian terkait pekerjaan yang dilakukan yang

berhubungan dengan K3LL


Pemasangan standar K3
Melakukan pemantauan Job Safety Analysis
Pengendalian sampah yang terdapat di kantor
Mengendalikan aspek yang berdampak pada kesehatan pekerja
Melakukan identifikasi risiko terkait pekerjaan yang akan dilaksanakan
Memberikan pelatihan terkait safety kepada pekerja/staff yang baru

bergabung
Berkoordinasi dengan pihak yang menangani permasalahan K3LL

Safetyman
Bertanggung jawab terhadap keselamatan pekerja dilapangan
Mengawasi serta memberikan arahan yang berhubungan dengan K3LL

pada aktivitas pekerjaan yang akan dilakukan


Melakukan inspeksi terkait permasalahan dilapangan
Memantau serta melaporkan kejadian yang berhubungan dengan K3LL

dilapangan
Membuat berita harian terkait pekerjaan yang dilakukan yang

berhubungan dengan K3LL


Pengendalian B3
Pengendalian sampah yang terdapat di lapangan

SHES-SR Admin
Melakukan rekapitulasi terkait pekerja/staff yang baru bergabung
Melaporkan berita acara kepada kantor pusat
Melakukan pembagian kerja terkait dengan pekerja yang baru
Melakukan koordinasi dengan bidang lainnya terkait administrasi yang
berhubungan dengan K3LL

SHES-SR Paramedik
Memastikan bahwa Job Safety Analisis benar dilakukan di lapangan
Menangani pekerja yang sakit di lapangan agar diberikan tindakan
lanjut

Berkoordinasi dengan klinik/ rumah sakit terdekat untuk keadaan gawat

darurat
Memberikan pelatihan kepada pekerja yang baru bergabung untuk lebih
berhati-hati dalam melakukan pekerjaan tertentu

7.4

Keadaan Darurat
Dalam menyusun kegiatan yang bersifat mengurangi kecelakaan pada
pekerjaan, SHES-SR melakukan tindakan preventif berupa kejadian yang
mungkin terjadi secara massal, ini diwujudkan dengan dibuatnya denah
evakuasi pada kantor. Segala bencana yang akan timbul dan bersifat mass
destruction dapat diminimalisir efeknya dengan mengetahui jalur evakuasi
yang memungkinkan untuk keluar dengan mudah.
Berikut merupakan denah evakuasi dalam kantor:

Gambar7.4.1 Denah evakuasi dalam kantor


Dalam system yang telah dibuat SHES-SR juga terdapat struktur tim
tanggap darurat jika ada kejadian yang dirasa mengancam keselamatan orang
banyak. Dalam struktur ini dijelaskan secara structural siapa saja yang akan
memimpin terjadinya evakuasi dan penanggung jawab yang dilimpahkan
kepada orang tertentu.
Berikut adalah struktur tim tanggap darurat:

Gambar 7.4.2 Struktur tim tanggap darurat


Dalam Struktur tersebut Senior Pimpinan Proyek memegang kendali atas
segala sesuatu yang bersifat darurat.
7.5

Program Kerja K3
Program kerja K3LL dalam Proyek Apartemen West Vista ini memikirkan
beberapa aspek pertimbangan dalam melaksanakannya, berikut aspek yang
terkait

Keuangan, mempertimbangkan biaya untuk memberikan fasilitas


terkait K3LL apakah sebanding dengan pekerjaan yang akan dilakukan

atau tidak.
Teknologi, membuat pertimbangan apakah teknologi relative mudah

digunakan untuk pekerja atau tidak


Pandangan dari beberapa pihak, munculnya pertimbangan antara pihak
diluar dari proyek seperti warga dalam mengatur kebijakan K3LL
dalam proyek terhadap lingkungan sekitar

Untuk membantu program K3LL tetap berjalan maka dibutuhkan


komunikasi yang baik antara pihak yang berkepentingan dengan lingkungan
sekitar. Dengan adanya partisipasi ini maka terwujud suatu program kerja
yang sesuai standar namun tetap mengimplementasikan dengan keadaan
dilapangan.

Dalam program kerja K3LL terdapat orang yang senantiasa bertanggung


jawab terhadap keseluruhan program yang akan dilaksanakan. Dengan adanya
penanggung jawab maka dapat dengan mudah dilakukan evaluasi serta
ditindaklanjuti bilamana ada pekerjaan yang kurang.
Beberapa program kerja yang terdapat pada West Vista project adalah:

Tabel 7.5.1 Program Kerja Trainning K3LL Proyek Apartemen West Vista
Date
No

Training
Plan

Basic Safety
Keselamatan Kerja
(Kelistrikan)

01/06/16

Fresh Grade Training


Keselamatan Kerja
(Pengangkatan)
Keselamatan Kerja
(Kebakaran)

03/06/16

07/06/16

Housekeeping & Safe Work


Keselamatan Kerja
(ketinggian)
Keselamatan Kerja
(Pengangkatan)

Methods Statement

10/06/16

10

Work Permitt & JSA

11/06/16

2
3
4
5
6
7

02/06/16

04/06/16
06/06/16

08/06/16
09/06/16

Time
Actua
l

Plan
09.00 10.00/16.0017.00
09.00 10.00/16.0017.00
09.00 10.00/16.0017.00
09.00 10.00/16.0017.00
09.00 10.00/16.0017.00
09.00 10.00/16.0017.00
09.00 10.00/16.0017.00
08.00-12.00/13.0017.00
09.00 10.00/16.0017.00
09.00 10.00/16.0017.00

Trainer
Actual

Training Hour
Plan

Budi

Adil

Wahyu

Ruben

Adil

Ruben

Adil

Adil

Wahyu/Nelson

Adil

Actua
l

Target
Attende
e
Workers
/ Staff
Workers
/ ME

Numb
10
10

Staff

15

Workers

15

Workers
/ Staff
Workers
/ Staff
Workers
/ Staff

10
15
10

Workers

15

Staff

15

Staff

10

Pelatihan sangat dibutuhkan bagi para pekerja/staff yang baru bergabung


karena dapat meminimalisir kecelakaan saat kerja pada waktu yang akan
datang. Berikut merupakan penjelasan mengenai pelatihan yang terkait:
a

Basic Safety
Merupakan suatu training untuk meningkatkan kesadaran anggota atau
staff terkait dengan pentingnya tindak pencegahan kecelakaan dan
mengguggah untuk mendorong pekerja dilingkungan proyek untu mau
melakukan tindakan pencegahan kecelakaan.

Keselamatan Kerja Kelistrikan


Kecelakaan kelistrikan merupakan sesuatu yang sangat berbahaya,
karena dengan digunakannya alat-alat dalam sebuah proyek mengandung
watt yang tinggi maka dari itu bahaya kelistrikan dalam proyek sangat
mengancam jiwa. Dengan adanya pelatihan ini diharapkan pekerja dapat
lebih concern terhadap bahaya yang dapat timbul di sekitar seperti
instalasi kabel yang tidak benar maupun bahaya lainnya. Dengan adanya
pelatihan ini diharapkan mampu memberikan wawasan kepada pekerja
agar lebih berhati-hati saat menggunakan alat kelistrikan maupun bahaya
yang mungkin saja timbul dari alat tersebut.

Fresh Grade Training


Dalam perekrutan anggota baru maka dibutuhkan pembekalan terkait
keselamatan kerja yang terdapat di lingkungan proyek, setiap anggota
baru diwajibkan mengikuti dan memahami apa saja bahaya yang mungkin
timbul di lapangan maupun yang terjadi di kantor. Selain training ini juga
memberikan solusi terkait dengan kecelakaan kerja. Diharapkan para

anggota baru mengerti dan memahami agar terciptanya suasana kerja


yang dinamis serta positif namun juga aman dan selamat.
d

Keselamatan Kerja Pengangkatan


Pekerjaan yang berhubungan dengan pengangkatan merupakan salah
satu yang utama dalam hal keselamatan kerja. Pekerjaan ini sering
ditemui di lapangan terutama para pekerja. Pekerjaan jenis ini merupakan
kategori tinggi karena memiliki efek yang sangat berbahaya dari segi
manusia maupun alat yang berhubungan. Maka dari itu dengan adanya
training

ini

diharapkan

para

pekerja

dapat

mengaplikasikannya

dilapangan.
e

Keselamatan Kerja Kebakaran


Masalah kebakaran sangat riskan terjadi dalam proyek pembangunan.
Ada beberapa macam faktor penyebab kebakaran yang diklasifikasikan
berdasarkan kelas-kelas tertentu. Namun secara mudah kebkaran terjadi
karena adanya sumber panas, bahan mudah terbakar dan oksigen. Dalam
pencegahan kebakaran sebaiknya melakukan kontrol terhadap benda yang
dapat memicu terjadinya kebakaran. Adanya pelatihan ini memberikan
informasi terkait jalur evakuasi yang telah dibuat. Tujuannya agar pekerja
serta anggota dapat mengetahui bahan yang dapat memicu terjadinya
kebakaran dan menyelamatkan diri dengan aman.

Housekeeping & Safe Work


Proyek konstruksi merupakan salah satu pekerjaan yang membutuhkan
material untuk dirangkaikan ataupun dipasang langsung dilapangan.
Banyak material yang belum terpakai dan disimpan berserakan akan
membuat kualitas bahan tersebut menurun. Dengan adanya pelatihan ini

diharapkan bagi pekerja atau anggota lebih memperhatikan penataan


terkait material yang akan digunakan seperti menumpuk material, itu juga
memiliki batasan atau tinggi tertentu. Maka dari itu dengan adanya
pelatihan ini diharapkan pekerja atau anggota sadar akan pentingnya
kerapihan barang disekitar yang akan membawa dampak positif dalam
bekerja.
g

Keselamatan Kerja Pada Ketinggian


Bekerja diatas ketinggian merupakan resiko yang sangat besar. Karena
salah satu penyebab terjadinya kecelakaan kerja yang berdampak pada
cidera serius dan kematian adalah terjatuh dari ketinggian. Pekerja yang
melakukan aktivitas diketinggian harus dilengkapi dengan beberapa alat
penunjang keselamatan vertikal. Dengan adanya alat ini maka akan
mengurangi resiko timbulnya kecelakaan yang muncul. Diharapkan
pekerja agar tersadar bahwa resiko yang dialami bekerja dengan
ketinggian sangat besar dan peduli dengan keselamatan dirinya sendiri.

Methods Statemen
Merupakan salah satu langkah

dalam menentukan metode yang

dilakukan untuk pekerjaan tertentu di dalam suatu proyek. Metode


statemen ini berguna untuk menurunkan resiko pekerjaan akibat metode
yang salah. Dengan mengikuti pelatihan ini diharapkan pekerja
melakukan suatu kegiatan atau aktivitas yang spesifik dan berhubungan
dengan pekerjaan lapangan sesuai dengan yang sudah ditentukan oleh tim
K3LL
i

Work permit & JSA

Merupakan suatu training yang dilakukan untuk pekerja mendapatkan


izin melakukan pekerjaan secara sah. Dengan adanya pelatihan ini maka
para pekerja akan dikontrol sesuai dengan jumlah maupun pekerjaannya.
JSA merupakan Job Safety Analysis, adalah melakukan suatu analisa
keselamatan kerja terkait dengan pekerjaanya masing-masing. Di dalam
JSA akan dijelasakan secara rinci tahapan pengerjaan dari suatu pekerjaan
yang sudah ditinjau ulang keselamatannya oleh tim K3. Sehingga untuk
mengurangi kecelakaan pada saat bekerja
7.5.1

Program Kerja Harian SHES-SR


Pada program kerja ini dimluai setiap hari pada pukul 7.45 WIB berlokasi
temporary di pos 1 maupun pos 2. Di dalam program kerja ini bersifat wajib
bagi seluruh pekerja maupun staff. Berikut merupakan rangakaian kegiatan
nya
a

Safety Talk
Merupakan sarana dari SHES-SR untuk kembali mengingatkan kepada
pekerja agar selalu memakai APD atau APDK pada setiap kali bekerja.
Rangkaian ini dimulai dengan membariskan seluruh staff dan pegawai dan
yang bertindak sebagai moderator adalah manager SHES-SR. seluruh
pekerja yang kurang lengkap APD nya dipanggil kedepan dan
menjelaskan kesalahannya dan pekerja yang memakai APD paling
lengkap dipanggil kedepan untuk memberi contoh kepada pekerja yang
lain tentang kelengkapan APD. Selain itu Safety Talk juga memberikan
pengarahan ulang terkait peraturan K3LL dan memberikan penekanan
kepada pekerja tentang pekerjaan yang memiliki resiko tinggi agar lebih
berhati-hati.

Toolbox Meeting

Merupakan lanjutan dari Safety Talk, pada waktu ini dilakukan


pengarahan untuk tiap-tiap pekerjaan. Diawali dengan evaluasi hari
kemarin dan yang akan dilakukan untuk hari ini. Biasanya toolbox
meeting dikepalai oleh masing-masing supervisor untuk menentukan
target apa yang akan dicapai pada hari ini.

SHES-SR Patrol
Merupakan kegiatan yang berfungsi untuk melakukan kontrol di dalam
lapangan. Kegiatan ini bertujuan untuk menindak pelanggaran yang
dilakukan oleh tukang terkait APD ataupun pekerjaan yang dilakukan.
Safety man merupakan orang yang bertanggung jawab atas keselamatan
pekerja dilapangan. Hasil yang didapat dari patrol ini adalah berita acara
harian terkait kegiatan serta permasalahan K3 yang berada dilapangan.

SHES-SR Inspeksi
Merupakan kegiatan yang berfungsi untuk menindak pekerja yang
berada dilapangan serta memberikan teguran bagi pekerja yang
melanggar aturan. Pada kegiatan ini seluruh jajaran dari SHES-SR
manager memimpin inspeksi ini serta Senior Pimpinan Proyek, Owner,
MK meninjau langsung kegiatan dilapangan dan pengaplikasian K3 yang
terdapat di lapangan. Inspeksi dilakukan pada setiap hari Jumat.

7.6

HIRADC (Hazard Identification, Risk Assesment and Determining Control)


Seluruh kegiatan dalam pekerjaan yang berhubungan dengan
konstruksi harus berlandaskan dengan metode pengerjaan. Metode pengerjaan
diadakan agar pekerjaan dapat mudah dilaksanakan, dari metode tersebut akan

timbul potensi bahaya yang mengancam. Dalam pembuatan dokumen


HIRADC dibutuhkan identifikasi dair semua bahaya yang mungkin timbul
dari suatu pekerjaan, kemudian ditentukan tingkat resiko bahaya, setelah itu
dilakukan tindakan pencegahan agar potensi bahaya yang telah diidentifikasi
menjadi berkurang hingga sampai nol.
Berikut merupakan potensi bahaya yang diidentifikasi oleh Proyek Apartemen
West Vista yang dikerjakan oleh tim SHES-SR:

Potensi bahaya terhadap kesehatan


Pekerja/staff yang terlibat langsung dalam suatu pekerjaan maupun
kegiatan, atau bagi setiap pekerja/staff yang berada di sekitaran tempat
kerja tersebut tetapi masih dalam jangkauan terkena bahaya., atau setiap
pekerja/staff di luar proyek, dengan resiko bahaya yang dirasakan secara
langsung maupun pada waktu yang berkelanjutan.

Potensi bahaya terhadap keselamatan


Pekerja/staff yang melakukan pekerjaan/kegiatan yang berhubungan
langsung dengan material/asset, maupun pekerja/staff yang secara tidak
langsung berhubungan dengan material/asset dalam suatu kondisi
tertentu.

Potensi bahaya terhadap pencemaran lingkungan


Pekerja/staff yang memakai bahan kimia dalam suatu kegiatan/pekerjaan
yang berada di area Proyek maupun di lingkungan sekitar, ataupun
merusak/merubah suatu lingkungan yang sudah ada, atau pencemaran
langsung dengan bumi, baik yang memiliki akibat sementara maupun
yang sifatnya berkelanjutan.

Metode identifikasi risiko yang digunakan mengacu pada 2 faktor utama, yaitu:
Efek Bahaya dan Tingkat Kekerapan.

Efek Bahaya
Efek bahaya merupakan bahaya yang timbul akibat dari suatu
pekerjaan tertentu. Efek bahaya dikategorikan menjadi 3 tingkat yaitu
Tinggi (T), Medium (M) dan Rendah (R). Kategori yang Tinggi
merupakan interpretasi dari dampak negative yang ditimbulkan sangat
besar, yaitu bagi pekerja ataupun staff yang dapat menimbulkan efek
seperti cacat maupun meninggal dunia sedangkan untuk lingkungan dapat
menyebabkan gangguan yang bersifat sosial terhadap komponen
masyarakat sekitar atau terjadi kerusakan lingkungan yang bersifat
permanen. Efek bahaya yang dikategorikan Medium (M) merupakan
suatu dampak negative yang ditimbulkan cukup besar, kondisi yang
dialami menyebabkan penurunan produktivitas terhadap pekerja/staff atau
kehilangan hari kerja maupun kerusakan yang cukup berat pada peralatan.
Dari segi efek terhadap lingkungan merupakan pencemaran yang
berpotensi menyebabkan rusaknya kondisi awal dan dibutuhkan
pemulihan dalam jangka waktu sesuai dengan skedul dari proyek serta
tidak mengganggu kehidupan social sekitar Proyek. Efek bahaya yang
dikategorikan rendah berarti dampak negative yang ditimbulkan kecil
serta dengan penanganan yang relative mudah seperti tindakan first aid
bagi pekerja maupun kerusakan yang ringan pada sejumlah peralatan.
Dari segi lingkungan terjadinya pencemaran yang tidak terlalu berbahaya
dengan penanganan langsung oleh divisi terkait.

Frekueni Bahaya

Frekuensi bahaya adalah kemungkinan terjadinya suatu kejadian yang


menimbulkan kerugian atau kerusakan terhadap lingkungan dari jenis
pekerjaan yang spesifik berdasarkan frekuensi kecelakaan kerja maupun
kerusakan lingkungan yang sebelumnya pernah terjadi dengan pekerjaan
yang sama. Frekuensi bahaya dikategorikan menjadi 3 tingkat yaitu,
Tinggi (T), Medium (M) dan Rendah (R). Frekuensi bahaya yang
dikategorikan pada tingkat Tinggi (T) merupakan interpretasi dari
terjadinya kecelakaan kerja yang berpola berupa pengulangan pekerjaan
dalam kurun waktu 1 minggu terhadap lingkungan telah terjadi
pencemaran yang merujuk pada rusaknya kondisi awal lingkungan
sebanyak 2 kali dalam kurun waktu 1 minggu. Pada tingkat Medium (M)
merupakan kecelakaan kerja yang terjadi akibat pengulangan aktivitas
pekerjaan dalam kurun waktu 1 atau 12 bulan dari segi lingkungan telah
terjadi pencemaran yang bersifat pengulangan yang sama sebanyak 2 kali
dan bersifat merusak dalam kurun waktu 1-12 bulan. Sedangkan untuk
tingkat Rendah (R) terjadi apabila kecelakaan kerja sebanyak 1 kali akibat
pengulangan aktivitas pekerjaan dalam kurun waktu lebih dari 12 bulan
serta dari sisi lingkungan terdapat pencemaran akibat kelalaian sebanyak
1 kali namun terdapat pengulangan dalam kurun waktu 12 bulan.
7.6.1

Matriks Resiko
Matriks Resiko merupakan kombinasi antara faktor Efek Bahaya dengan
Tingkat Frekuensi. Nantinya matriks ini digunakan untuk mengetahui resiko
akhir serta tindakan pengendalian yang harus dilakukan.
Tabel 7.6.1.1 Matriks Resiko
Matriks Resiko Bahaya
Efek Bahaya
(HE)

Tinggi
Medium
Rendah

Tinggi
T9
T7
M4

Frekuensi
Medium
T8
M6
M2

Rendah
M5
M3
R1

Sumber: Dokumen Proyek Apartemen West Vista


Dengan memasukan faktor efek bahaya terhadap frekuensi bahaya
maka akan didapat berupa tingkat resiko yang paling tinggi serta yang paling
rendah. Maka dari itu tindakan pengendalian dibutuhkan untuk mengatasi
masalah tersebut.
Tabel 7.6.1.2 Tindakan Pengendalian Resiko
Resiko Akhir
T9
T8
T7
M6
M5
M4
M3
M2
R1

Tindakan Pengendalian
Tidak dapat dilaksanakan hingga adanya rekomendasi dari
pihak

yang

berkepentingan

serta

berkompeten

seperti

Engineering ataupun Konsultan yang melakukan pemeriksaan


serta dilakukan perhitungan ulang dan diwajibkan memakai
alat pengaman agar memperkecil terjadinya resiko bahaya
Tidak dapat dilaksanakan jika tidak ada program pengendalian
yang dapat menurunkan tingkat resiko
Dapat dilaksanakan oleh pengaman yang standar namun dapat
menurunkan tingkat resiko
Dapat dilaksanakan tanpa perlu mengadakan pengendalian

lebih lanjut
Sumber : Dokumen Proyek Apartemen West Vista

Contoh dari HIRADC yang terdapat di Proyek Apartemen West Vista:

Gambar 7.6.1 Contoh Laporan HIRADC Proyek Apartemen West Vista

7.7

Sarana Prasarana K3 dan APD (Alat Pengaman Diri)


Dalam usaha untuk meningkatkan pentingnya safety dalam bekerja
maka dalam hal ini Proyek Apartemen West Vista mewajibkan setiap orang
yang hendak masuk kedalam proyek ataupun ke kantor proyek memakai APD
(Alat Pelindung Diri). APD yang digunakan didalam proyek ini bertujuan
untuk mengidentifikasi pekerja sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan.
Semua jenis APD disediakan oleh proyek sendiri yang terdapat di dalam divisi
logistik .
Berikut beberapa APD yang terdapat dalam proyek:
a

Helm Safety
Helm safety berguna untuk melindungi kepala dari jatuhan benda yang
berasal dari atas. Helm ini juga sekaligus meminimalisir cidera yang akan
menimpa si pemakai. Dalam pekerjaan konstruksi sangat dibutuhkan
helm ini, karena proyek konstruksi berhubungan dengan ketinggian
ataupun material yang sangat banyak. Helm safety di desain untuk
menahan benturan akibat benda yang terlempar dari ketinggian akibat
gaya gravitasi. Helm safety terdiri dari beberapa bagian yang
merangkainya menjadi satu kesatuan. Berikut merupakan penjelasan
mengenai bagian tersebut:

Brim: Merupakan bagian terluar yang berfungsi untuk pelindung


tungkup kepala

Suspension: Merupakan bahan yang terbuat dari plastik yang


dirangkai seperti plastik untuk melengkapi bagian dalam dari helm.
Bagian ini berfungsi meredam kejutan getaran yang dihantarkan
melalui Brim.

Peak : Merupakan bagian helm yang berfungsi untuk melindungi


mata dari kejatuhan benda yang berasal dari atas

Chin Strap: Merupakan tali sanggahan yang dipasang dibagian dagu


menjaga helm supaya tidak lepas

Nape

Strap:

Bagian

yang

gunanya

untuk

mengatur

serta

menyesuaikan ukuran kepala terhadap helm agar nyaman saat dipakai


bekerja
Helm safety disediakan sesuai dengan jumlah pekerja dan dilebihkan
sedikit untuk para tamu yang hendak mengunjungi proyek.

Safety shoes
Safety Shoes merupakan bagian yang sangat penting dan dikategorikan
sebagai Personal Protective Equipment. Dalam pekerjaan konstruksi
sangat diwajibkan memakai sepatu safety karena banyaknya bahaya yang
dapat

mengancam

terutama

kawat

benrat

yang

baru

dipasang

menyambungkan tulangan pada slab. Biasanya para pekerja akan


melewati wilayah itu dan sangat besar sekali kemungkinan terluka. Selain
itu banyaknya paku yang bersebaran di site dapat memungkinkan resiko
terjadi kecelakaan semakin besar. Safety shoes pada bagian ujungnya
terbuat dari besi, ini berfungsi untuk mengurangi resiko kecelakaan akibat
tertimpa sesuatu dibagian kaki.
c

Rompi
Rompi berguna untuk pekerja yang terdapat di lokasi pekerjaan
berdekatan dengan aktifitas kendaraan serta alat berat. Rompi terbuat dari
bahan polyester dengan warna yang mencolok agar memudahkan sesame
pekerja maupun pengawas dalam mengidentifikasi mereka. Dengan
memakai rompi maka akan mengurangi resiko terjadinya kecelakaan
akibat kelalaian visual dari operator alat berat. Selain itu rompi

mengandung skotlet yang berguna visualisasi saat malam oleh para


pekerja maupun supervisor untuk mengawasi jalannya pekerjaan.
d

Masker
Dalam pekerjaan konstruksi sangat dibutuhkan masker karena begitu
banyak volume debu yang beterbangan terutama berasal dari semen.
Semen merupakan bahan yang berbahaya, oleh karenanya pekerjaan yang
menggunakan semen hendaklah memakai masker. Masker biasa
digunakan oleh pekerja cat, tukang las maupun pembobok beton.

Peredam telinga
Peredam telinga sangat berfungsi untuk meredam resonansi gendang
telinga akibat adanya sumber bunyi yang sangat kuat. Earplug sangat
berguna untuk mengurangi intensitas suara yang masuk ke dalam telinga.
Dengan begitu maka dapat menjaga kesehatan dari para pekerja.

Sarung tangan
Sarung tangan sangat vital perannya dalam pekerjaan dilapangan.
Semua pekerja menggunakan sarung tangan yang terbuat dari bahan
khusus dan memiliki standar. Semua pekerjaan pasti berkaitan dengan
tangan, maka dari itu untuk menjaga tangan ataupun jari dari kecelakaan
seperti terjepit, tertusuk maupun yang lainnya. Sarung tangan memiliki
variasi untuk pekerjaan tertentu, karena ini disesuaikan dengan jenis
pekerjaan yang akan dilakukan. Pekerjaan yang berhubungan dengan las
akan beda dengan pekerjaan yang berhubungan dengan pembesian dari
segi sarung tangan. Karena setiap pekerjaan memiliki risiko masingmasing.

Kacamata

Kacamata berfungsi untuk melindungi mata dari seperti bahaya yang


mengancam seperti debu ataupun partikulat yang berukuran kecil namun
kasar, sehingga dapat melukai mata dalam jangka waktu yang lama.
Dengan adanya kacamata maka mengurangi risiko kecelakaan akibat
kemasukan benda berpartikel kecil tersebut.

Tabel 7.6.1 Kelengkapan APD Sesuai Pekerjaan


No
1

Jenis Pekerjaan
Staff
PT.Acset Indonusa Tbk

Keterangan
Semua staff yang terdapat
didalam Proyek menggunakan
kelengkapan APD . Rompi
rapat dan terdapat logo
perusahaan di dada kiri

Safety division
PT. Acset Indonusa Tbk

Divisi safety memiliki rompi


yang berwarna merah. Rompi
rapat dan terdapat tulisan
Safety
First
dibagian
belakang

Konsultan pengawas

APD

Konsultan pengawas memiliki


rompi yang berbeda sesuai
dengan kebijakan perusahaan
masing-masing. Rompi rapat
dterdapat logo perusahaan di
dada kiri
Para pekerja batu kali, Para pekerja dibawah mandor
pekerja cor, pekerja kayu, yang bertugas di lapangan
pekerja bobok, pekerja langsung memiliki rompi
scaffolding
orange berwarna cerah serta
berjaring-jaring

Pekerja harian cleaning Para pekerja yang setiap hari


service
membersihkan sampah yang
terdapat dikantor maupun di
lapangan. Rompi berwarna
orange cerah dan berjaring

Pekerja elektrikal maupun Para pekerja yang melakukan


mekanikal
instalasi
maupun
pengoprasian
alat
berat
memiliki helm serta rompi
yang
berbeda.
Rompi
berwarna
orange
dan
berjaring
Pekerja besi
Pekerja
yang
memasang
tulangan langsung di lapangan
maupun di area fabrikasi
tulangan. Rompi berwarna
cerah dan berjaring

Rigger
(Lifting
coordinator)

man Pekerja melakukan koordinasi


untuk melakukan
pengangkatan operator Tower
Crane. dibagian belakang
bertuliskan RIGGER. Helm
memiliki 2 strip kuning

7.8

Alat Pengaman Diri Khusus (APDK)


Alat pengaman diri khusus merupakan APD yang bersifat tertentu
sesuai dengan pekerjaan yang akan dilakukan masing-masing. APDK
disediakan oleh divisi logistik bersifat meminjam dan merupakan suatu item
yang harus dipenuhi oleh masing-masing item pekerjaan, karena semua
disediakan oleh Head Office. Alur dari peminjaman melalui divisi SHES-SR.
Semua pekerjaan akan didata sebelumnya oleh divisi SHES-SR, kemudian
para pekerja mengajukan permintaan terkait dengan alat yang hendak
digunakan, divisi SHES-SR berkoordinasi dengan divisi logistik untuk
pengadaan.
Semua APDK bersifat sementara, maka dari itu pihak yang ingin
menggunakan diharapkan berkoordinasi dengan divisi terkait. Berikut
merupakan daftar APDK pada Proyek Apartemen West Vista.

Full Body Harness


Full Body Harness merupakan salah satu item yang sangat penting
dalam pekerjaan yang berhubungan dengan ketinggian. Para pekerja
diwajibkan memakai item ini untuk menjamin keselamatan diri sendiri.

Sarung Tangan Pekerja


Sarung Tangan ini terbuat dari bahan seperti karung goni, tujuannya
untuk memberikan perlindungan tangan kepada seluruh pekerja

Masker Las
Masker Las sangat dibutuhkan untuk para pekerja besi yang
melakukan pekerjaan pengelasan, masker las memiliki spesifikasi yang
terbuat dari besi full face dan terdapat kaca kecil yang berwarna agak
buram disekitaran mata yang berfungsi untuk visualisasi pekerja.

Sarung Tangan Las


Sarung Tangan Las memiliki bahan yang berbeda dengan sarung
tangan para pekerja lainnya, struktur bahanya lebih tebal dan kasar.
Berfungsi untuk menghindari percikan yang terjadi saat pengelasan

Peredam Suara
Peredam suara digunakan untuk para pekerja yang berhubungan
dengan tingkat intensitas bunyi yang tinggi. Ear plug banyak digunakan
pada operator alat berat.

7.9

Alat Pengaman Kerja (APK)


APK merupakan Alat Pengaman Kerja yang merupakan sarana kemanan
penunjang di area proyek berguna untuk menjamin keselamatan pekerja serta
lingkungan.
Tabel 7.8.1 Alat Pengaman Kerja di Proyek Apartemen West Vista
Lokasi

N
O

Peralatan

Proses
Struktur

Struktur
Selesai

Tangga

Galian

Office
dan
Finishing
Gudang
-

Void

Fasad

Railling

Tutup
lubang
Tutup
Shaft/Lift
Akses
Scaffolding
Poly Net
(Asago)
Rumah Gas

Panel

APAR

Form Work

10

Scaffolding

Tangga
Dalam pemasangan APK tersebut tim SHES-SR memantau serta

3
4
5

memastikan pemasangan APK sesuai dengan perencanaan.


7.10

Rambu-Rambu Peringatan

Adanya Fungsi Rambu tersebut adalah untuk meminimalisir


kecelakaan kerja dari sisi tertulis, diharapkan pekerja mengamati rambu
tersebut agar pekerjaan lebih aman.

Peringatan bahaya dari ketinggian


Peringatan bahaya kebakaran
Peringatan bahaya terbentur
Peringatan bahaya listrik
Peringatan untuk menjaga kebersihan
Peringatan untuk menjaga kesehatan
Peringatan untuk memakai APD/APDK
Peringatan dilarang merokok

Gambar 7.9.1 Peringatan untuk menjaga kebersihan

7.11

Fasilitas K3
Fasilitas yang disediakan terkait K3 untuk menunjang proyek tersebut:
Untuk Penanganan Terkait Kecelakaan

Kantor SHES-SR
Kotak P3K

Tenaga P3K
Alat komunikasi
Tandu

Untuk Penanganan Tekrait Kebakaran


Alat Pemadam Api Ringan
Selang Pemadam Kebakaran
Tenaga Pemadam Kebakaran
Tenaga pemadam kebakaran terdiri dari divisi SHES-SR termasuk satpam
Untuk Penanganan Terkait Keamanan
Pos Keamanan (2 Pos)
Tenaga Keamanan
Untuk Penanganan Kesehatan
Toilet Pekerja
Bedeng Pekerja
Klinik
Tenaga Kerja Kesehatan

7.12

Program Pengendalian Lingkungan


Program

pengendalian

lingkungan

berguna

untuk

melakukan

pengendalian terhadap limbah yang terdapat di dalam proyek. Limbah yang


terdapat di dalam proyek secara keseluruhan berupa limbah cair, limbah padat
dan limbah B3.
Terdapat klasifikasi yang dilakukan oleh Proyek Apartemen West Vista, antara
lain:
Tabel 7.11.1 Klasifikasi Sampah di Proyek Apartemen West Vista
No
1

Jenis Sampah
Organik

2
3

Non Organik
Limbah B3 padat

Indikator Warna
Hijau

Contoh
Sisa makanan, sisa buah, bungkus

Kuning
Merah

rokok, kertas, kayu


Plastik, kaca, karet
Kaleng cat, wadah tinta, wadah
bahan

4
5

Limbah B3 Cair
Limbah Logam

kimia,

semen

bekas,

Styrofoam, Debris beton


Merah
Cat, solar, bensin, thinner
Besi tulangan bekas, tembaga
Sumber: Dokumen Proyek West Vista

Terdapat cara pengumpulan serta pemilahan sampah yakni:


Pengumpulan sampah yang terdapat di proyek, pengumpulan ini
dilakukan oleh staff cleaning service yang dibantu oleh safetyman untuk
mengumpulkan sampah yang terdapat dilapangan seperti kayu bekas,
debris beton, paku bekas dikumpulkan dalam satu wadah plastik yang
berwarna keabu-abuan di setiap sudut kolom lantai masing-masing yang
nantinya akan dipindahkan ke TPS proyek yang terdapat dibawah.
Transportasi sampah dari lantai tertentu menggunakan Tower Crane atau

dengan Passanger Hoist.


Pengumpulan sampah yang terdapat di kantor proyek, pengumpulan pada
area proyek dilakukan langsung oleh cleaning service setiap pagi hari,
siang hari dan sore hari. Cleaning service memastikan bahwa sampah

yang terpilah sudah benar dengan melakukan pengecekan kepada tongtong sampah.
Beberapa limbah padat yang terdapat di area Proyek Apartemen West Vista
adalah sebagai berikut:
Pemilahan limbah padat secara organik maupun anorgnaik sudah
dilakukan di area proyek oleh divisi cleaning service. Namun setiap hari
dalam pengendalian limbah padat memakai pihak ke tiga sebagai perantara
dalam melakukan pengolahan limbah padat. Setiap hari limbah padat diangkut
menggunakan dump truck yang berasal dari pihak ketiga pada pagi hari.
Kemudian sampah tersebut ditransportasikan ke area pembuangan yang sudah
ditentukan oleh pihak ke 3.
7.12.1 Penanganan Limbah B3
Material B3 merupakan bahan yang memiliki sifat khusus tertentu, karena
sifat khususnya tersebut maka sangat susah apabila bahan B3 menjadi limbah.
Limbah B3 harus diolah menggunakan treatmen sendiri tidak boleh digabung
dengan organik maupun anorganik. Karena sifat khususnya tersebut yang
membuat limbah B3 sangat berbeda. Dalam penyimpanan material maupun
penempatan limbah material B3 harus dipisah dengan material lainnya sesuai
dengan standar K3LL untuk menjaga kualitas serta kuantitas dari material itu
sendiri agar tidak menimbulkan dampak yang negative bagi lingkungan
sekitar. Untuk pengangkutan oleh pihak ke 3 ditangani oleh PT. Putra Madu
Sejahtera. Penanganan material maupun limbah B3 yang terdapat di Proyek
Apartemen West Vista sebagai berikut:

Material maupun limbah B3 ditempatkan pada ruangan khusus yang

terpisah dari material maupun limbah lainnya


Disetiap ruangan penyimpanan material maupun limbah B3 diberikan
symbol serta label

Setiap ruangan terdapat MSDS (Material Safety Data Sheet) di dalamnya


yaitu suatu dokumen yang berguna untuk identifikasi material B3,
dampak negative yang akan ditimbulkan maupun tindak pencegahannya

jika mencemari lingkungan sekitar.


Setiap ruangan B3 terdapat penanggung jawab yang berwenang terkait
ruangan tersebut tertera juga cara untuk menghubunginya
(ada foto Ruangan Limbah B3)

7.12.2 Penanganan Limbah Cair dan Pengadaan Air Bersih

Penanganan Limbah Cair Konstruksi


Limbah cair konstruksi berasal dari Dewatering, sump pit, penyiraman
kendaraan maupun dari toilet para pekerja. Volume limbah cair
operasional sebesar 5 m3/hari. Sedangkan limbah toilet sebesar 20
m3/hari Limbah cair yang terdapat di Proyek Apartemen West Vista harus
diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke saluran kota tujuannya agar
tidak menyebabkan pencemaran yang berlebih pada saluran.
Limbah cair hasil Dewatering langsung menuju saluran kota, sebagian
dipakai untuk pencucian operasional kendaraan dan sebagian dikeluarkan
kembali untuk sumur re-charging, dikarenakan dewatering adalah
memompakan air tanah untuk pembuatan basement. Jadi air dewatering
merupakan air tanah yang kandungan limbahnya tidak terlampau
berbahaya.
Limpasan air hujan yang masuk ke dasar pile cap sebelum dilakukan
pengecoran akan dipompakan menuju sump pit, air ini merupakan air
limbah yang harus dibuang ke saluran kota, air dari dasar pile cap
dipompakan kemudian ditransportasikan menggunakan gutter.
Limbah cair operasional pencucian kendaraan merupakan air hasil
dewatering. Setiap kendaraan yang hendak keluar proyek dilakukan
treatmen pencucian pada ban, operasional pencucian kendaraan juga
dilakukan pada saat proses pengecoran, pada proses pengecoran akan

sangat banyak sisa beton yang mengeras pada concrete pump atau mobil
mixer, maka dilakukan treatmen dengan pencucian pada concrete pump
agar beton tidak mongering dan merusak mesin. Hasil dari pencucian
masuk ke sedimentation pond karena masih mengandung material
penyusun beton jika dibuang langsung ke saluran kota tentu akan sangat
menggangu dari segi kualitas air maupun salurannya yang akan menjadi
sedimen akibat material beton. Setelah air pencucian masuk ke
sedimentasi pond maka air proses endapan akan mengalir menuju kolam
kedua dan siap dipompakan ke saluran air kota. Sementara hasil
pengendapan pada sedimentation pond akan dilakukan pengerukan dan
ditempatkan ke TPS karena ini sudah limbah padat.
Limbah cair toilet berasal dari toilet pekerja dan karyawan. Toilet yang
terdapat di Proyek Apartemen West Vista merupakan konstruksi yang
temporary terbuat dari dinding bata dan limbah tersebut di integrasikan
dengan Biotech setelah selesai maka akan dihancurkan. Pada proses
pengolahan limbah toilet ini menggunakan Biotank yang terdapat pada
proyek disebar ke 3 titik, titik tersebut merepresentasikan toilet. Toilet
terbagi menjadi 2 yaitu toilet site dan toilet kantor. Toilet site terdapat
pada masing-masing tower yaitu pada tower utara dan selatan, toilet
tersebut dikhususkan untuk para pekerja yang terdapat pada setiap 3
lantai. Limbah toilet site kemudian akan mengalir menuju biotank. Pada
toilet kantor terdapat 1 biotank yang dikhususkan untuk mengolah limbah
toilet para pekerja kantor. Dalam sistem kerjanya air limbah masuk ke
biotank menggunakan pipa PVC, kemudian di dalam biotank terdapat 4
shaft. Shaft pertama adalah untuk menampung air limbah yang berasal
dari toilet, shaft kedua merupakan media cell penghancur limbah di dalam
media cell ini terdapat mikroorganisme biologis yang berguna untuk
menguraikan limbah agar lebih menjadi cair, kemudian limbah cair
melewati biofilter media. Pada shaft 3 hanya terdapat biofilter media saja
untuk lebih mengoptimalkan treatment air limbah. Setelah dilakukan

treatment air limbah pada toilet maka sudah layak untuk dibuang ke
saluran kota.
7.12.3 Pengadaan Air Bersih Konstruksi

Pengadaan air bersih untuk area Proyek Apartemen West Vista


menggunakan air yang berasal dari air tanah yang dipompa namun ada
sebagian air hasil dewatering yang digunakan, kemudian ditampung
kedalam toren dan untuk selanjutnya didistribusikan ke area toilet
maupun ke faucet untuk keperluan di kantor proyek.

7.13

Penanganan Limbah Logam

Limbah logam biasanya berasal dari tulangan yang tidak terpakai


maupun yang di reject dari fabrikasi besi. Besi yang tidak terpakai
akan ditumpuk pada suatu area tertentu setelah beberapa hari maka
akan dilakukan penimbangan yang dilakukan oleh divisi SHES-SR
selanjutnya mendapat izin untuk keluar dari proyek untuk dilakukan
penjualan ke pengepul supaya mendapatkan penghasilan berupa uang,
uang hasil tersebut diberikan kepada divisi SHES-SR yang kemudian
akan diteruskan ke uang kas proyek.

7.13

Green Construction
Pada Proyek Apartemen West Vista menggunakan konsep Green
Construction yaitu mengacu pada struktur dan menggunakan proses yang
bertanggung

jawab

terhadap

lingkungan

serta

sumber

daya

yang

memungkinkan efisien sepanjang siklus hidup bangunan. Namun dalam


implementasi nya konsep ini digunakan untuk tahap pembangunan, yaitu:
Memakai kertas bekas kosong untuk catatan atau hanya sekedar

melakukan corat-coret
Menggunakan kertas bolak-balik dalam mencetak dokumen
Menggunakan tempat sampah bebasis identifikasi jenis

7.14

Matikan penerangan bila tidak dipakai


Matikan AC bila tidak digunakan
Melakukan penghematan terhadap air
Mematikan aliran air jika sudah tidak digunakan
Melakukan pemasangan valve untuk meteran air
Membuat resapan air
Melakukan penanaman hijau di area Proyek
Menggunakan lampu jenis hemat energy
Proses pembangunan yang tidak menggangu lingkunga sekitar
Memanfaatkan material yang dapat digunakan kembali

Housekeeping
Proyek konstruksi terkenal akan sebuah pekerjaan yang kotor dan
berantakan. Banyaknya pekerja, peralatan dan material yang tidak ditata
dengan baik menyebabkan kurangnya nilai estetika suatu pekerjaan. Kondisi
seperti ini akan menimbulkan rasa ketidaknyamanan para pekerja konstruksi
sehingga efek domino berlaku yang akan menyebabkan mundur nya jadwal.
Maka dari itu dibutuhkan kerapian dalam melakukan penataan sesuatu di area
Proyek entah itu akses pejalan kaki, material, sisa material, maupun peralatan
itu sendiri yang dimana ini berhubungan dengan sistem K3. Berikut beberapa
Housekeeping yang dilakukan oleh Proyek Apartemen West Vista:

Terdapat akses yang aman untuk pekerja ataupun staff di area Proyek

maupun di site
Tidak adanya lantai kerja yang basah, usahakan kering agar tidak

menggangu aktivitas pekerja/staff


Tidak adanya material yang mengganggu disepanjang jalan akses
Sisa material tidak terpakai dikumpulkan ke dalam suatu TPS
Material B3 ditempatkan pada gudang khusus
Lifting gear yang didominasi terbuat dari besi mudah berkarat, serta
sifatnya yang sangat vital dalam urusan lifting ditempatkan didalam

suatu ruangan tertentu


Barang ditempatkan pada suatu areal tertentu sesuai dengan jenis nya
serta kegunaanya

Material berupa Styrofoam dibungkus oleh plastik agar menghindari


rusaknya bentuk awal dan tidak berterbangan melihat sifatnya yang

7.14

ringan
Material ditumpuk sesuai dengan jenisnya serta kegunaanya
Material ditumpuk maksimal setinggi 2 meter dalam suatu aerial

tertentu
Tempat sampah dibersihkan secara berkala dan penempatanya harus

strategis sesuai dengan adanya pekerjaan


Sarana untuk membuang sampah dari lantai tertentu ke bawah
Sampah B3 dipisah dengan lainnya, yaitu disediakan gudang khusus

Pengukuran Parameter Lingkungan serta Pengendaliannya


Parameter lingkungan merupakan salah satu hal yang sangat penting
bagi keberlangsungan suatu Proyek. Karena Proyek berhubungan langsung
dengan kehidupan pekerja dan masyarakat sekitar. Dalam pengukuran ini
beberapa aspek yang ditinjau yaitu kualitas udara, kebisingan, kualitas air
bersih dan kualitas air limbah. Pengukuran parameter lingkungan pada Proyek
Apartemen West Vista ini dilakukan oleh PT. Unilab Perdana yang sudah
mendapatkan akreditasi oleh KAN (Komita Nasional Akreditasi), dalam
pelaksanaanya dilakukan 3 bulan sekali.
Kualitas Udara
Kualitas udara merupakan sesuatu yang sangat penting apalagi dalam
proses pembangunan, penurunan kualitas udara biasanya disebabkan oeh
adanya mobilisasi material dan alat berat, pengoprasian bengkel dan gudang,
pekerjaan bobok/ didalam site. Dalam pengukuran ini diambil sampel
sebanyak 3 titik pada lokasi Proyek. Pengukuran ini mengacu pada peraturan
PP No: 41 Tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara, Keputusan
Gubernur DKI Jakarta No. 551 Tahun 2001, KEP.50/MENLH/XI/1995 Baku
Tingkat Kebauan dan KAN No.LP-195-IDN.

Metode yang digunakan adalah TSP dan alat yang digunakan berupa
minipoll dan air sampler impinger. Minipoll berfungsi untuk menangkap debu
yang terperangkap di dalam filter untuk mengukur Total Suspended Partikulat.
Sedangkan untuk kualitas udara ambien menggunakan air sampler impigner,
cara kerja alat ini yaitu menangkap udara dengan menggunakan pompa hisap
ke dalam tabung impinger yang di dalamnya berisi larutan penangkap.
(ada fotooooooooooooo)
Hasil yang diperoleh berupa parameter yang didapatkan sesuai dengan
peraturan yang berlaku, berikut merupakan standar parameter yang dipantau:
(masukin nanti)
No
1
2
3
4

Parameter
Sulfur

Waktu Pengukuran

Baku Mutu

Sebagai penanganan lanjut dari kualitas udara yang telah didapat untuk
melakukan perbaikan agar sesuai dengan program K3LL yaitu pada
pengendalian lingkungan. Berikut merupakan upaya lanjut perbaikan:
Pemasangan barrier setinggi 2 meter disekeliling lokasi proyek
Menghentikan aktivitas konstruksi pada saat istirahat diutamakan pada

jam 11.30-13.00
Penyiraman ban kendaraan keluar masuk proyek mengurangi timbulan
debu

Kebisingan
Kebisingan dapat muncul dari pekerjaan berikut ini, yaitu pada
mobilisasi alat berat maupun material dan pekerjaan konsturksi itu sendiri
yang kadang sangat menggangu pendengaran. Pengukuran ini melakukan
toalk ukur dengan mengacu kepada Kep48/MENLH/11/1996, KAN N0.LP195-IDN, SK GUB. DKI No. 551 Tahun 2001. Untuk pengambilan sampel
terdapat 3 titik. Dalam parameternya terdapat peraturan bahwa kawasan
industry/proyek pembangunan harus memiliki ambang batas 70 (dB).

Alat yang digunakan adalah sound level meter, berfungsi untuk


mengukur kebisingan dan akan muncul hasilnya dengan menampilkan citra
digital pada layar.
(ada foto)
Kualitas Air Bersih
Kualitas air bersih sangat diperhatikan karena sifatnya yang sangat
penting bagi kehidupan pekerja dan staff maupun dilapangan ataupun
dikantor. air bersih digunakan untuk wudhu ataupun keperluan lainnya. Air
bersih dapat tercemari oleh pekerjaan konstruksi seperti pekerjaan bored pile
dan semacamnya yang merekayasa permukaan tanah. Dengan melakukan
pengukuran ini sebenarnya dapat diketahui juga kualitas air tanah secara
keseluruhan, karena air yang diambil pada proyek berlangsung adalah air
tanah. Dengan adanya pengukuran ini maka dapat di tarik kesimpulan secara
garis besar bahwa parameter yang ditinjau juga terdapat pada sumur
masyarakat sekitar. Pengukuran air bersih mengacu pada peraturan Permenkes
RI. No. 416/MENKES/PER/IX/1990, KAN No. LP-195-IDN.
Metode yang digunakan adalah sampling pada air keran yang terdapat
pada kantor proyek. Kemudian sampel akan dilakukan pengecekan pada
laboratorium Unilab.
(ada foto)
Untuk menjaga agar kualitas air tetap dibatas ambang peraturan
berdasarkan parameter yang telah ditentukan maka dilakukan upaya atau
tindakan untuk menjaga nya. Berikut merupakan tindakan yang dilakukan:
Tidak membiarkan tumpahan material berupa cairan langsung ke tanah
Melakukan pemeliharaan terkait saluran distribusi
(ada foto)
Kualitas Air Buangan
Kualitas air buangan sangat diperhatikan karena menyangkut peraturan
daerah setempat. Air buangan berasal dari pencucian kendaraan, pencucuain
operasional, maupun limbah toilet. Biasanya air buangan bersifat sensitive

karena dapat dilihat secara fisik saja, seperti berubahnya warna pada saluran
kota. Maka dari itu dilakukan pengukuran untuk mengetahui apakah air
buangan yang disalurkan ke saluran kota melebihi ambang batas atau tidak.
Pengukuran ini mengacu pada Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta No. 122 tahun 2005, KAN No. LP-195-IDN.
Dalam pengambilan sampel dilakukan di lokasi saluran drainase di
area Proyek. kemudian sampel akan dibawa ke lab yang selanjutnya akan
dilakukan pengujian parameter tertentu.
(ada foto)
Untuk menjaga agar saluran buangan tetap memenuhi ambang batas
maka dilakukan beberapa pencegahan antara lain:
Membuat kolam sedimentation pond untuk mengalirkan air bekas

7.15

operasional ke badan air


Melakukan perawatan secara berkala terkait drainase agar tidak terjadi

sedimen yang menumpuk


Tidak membuang sampah ke saluran drainase

Plumbing
Instalasi plumbing yang terdapat pada Proyek Apartemen West Vista
memakai subkon, plumbing dalam Proyek ini dimasukan ke dalam divisi MEP
(Mekanikal Elektrikal dan Plumbing). Instalasi yang terdapat didalam Proyek
ini berupa:

Instalasi Air Kotor


Instalasi Air Bekas
Instalasi Air Bersih
Instalasi Air Panas
Instalasi Air Hujan
Instalasi Fire Hydrant
Instalasi Vent

Setiap instalasi memiliki karakteristik masing-masing karena dari segi


beban yang mask berbeda seperi air bersih dan air limbah. Dengan memiliki
karakteristik yang berbeda maka dibutuhkan bahan/material penyusun yang
berbeda pula pada perpipaan. Dalam melakukan instalasi agar memudahkan
dalam hal perawtan maka dari itu dibedakan warna pipa antara satu dengan
lainnya. Berikut merupakan jenis material serta warna yang terdapat di dalam
instalasi perpipaan Proyek Apartemen West Vista:
Tabel 7.15 Material Pipa dan Warna pada Sistem Plumbing
No
1
2
3

Instalasi
Air Kotor
Air Bekas
Air Bersih

Material
PVC
PVC
PVC

Putih
Putih
Putih

bergaris

4
5

Air Hujan
Air Panas

PVC
PPR

biru
Putih
Putih

bergaris

Besi
PVC

merah
Merah
Putih

6
6

Fire Hydrant
Vent

Warna

Sistem perpipaan yang terdapat pada Proyek Apartemen West Vista terbagi
menjadi 3 macam. Sistem ini berkaitan dengan seluruh instalasi yang terdapat
di dalam proyek, berikut merupakan sistem yang ada:
Sistem Transfer
Sistem transfer merupakan sistem yang bekerja untuk menaikkan air
dari lantai bawah ke lantai atas. Transfer dimaksudkan untuk
memindahkan suatu benda dari daerah asalnya ke daerah yang akan
dituju. Sistem ini awalnya mengambil air dari sumber tertentu
kemudian dipompa menuju roof tank untuk penampungan sementara.

Sistem Distribusi
Sistem ini merupakan penyaluran dari air yang telah ditampung pada
roof tank, sistem distribusi yaitu menyalurkan air ke masing-masing
penduduk/ruangan, sistem distribusi menggunakan pompa yang

berasal dari roof tank untuk mendistribusikan airnya, biasanya sistem


ini hanya dipergunakan untuk instalasi air panas.

Sistem Gravitasi
Sistem ini memanfaatkan gravitasi bumi untuk mendistribusikan
airnya ke masing-masing penduduk/ruangan. Sistem gravitasi biasanya
dilakukan untuk instalasi air bersih, air kotor, air bekas, air hujan,
maupun instalasi vent.

Sistem PRV (Pressure Reducing Valve)


Sistem Pressure Reducing Valve merupakan sistem yang
digunakan untuk meredam tekanan air akibat ketinggian, dengan
adanya sistem gravitasi maka ketinggian gedung dalam upaya
pemasokan air ke ketinggian yang lebih rendah harus diperhatikan
karena menyebabkan tekanan yang tinggi. PRV menggunakan
membran sebagai part untuk mengatur tekanan air, maka di perlukan
sistem untuk mengatur buka tutup membran tersebut. Valve merupakan
salah satu bagian dalam mengatur buka tutup tersebut, biasanya sistem
PRV berada pada lantai tengah untuk mereduksi tekanan yang berasal
dari penyaluran air oleh roof tank ke lantai paling bawah.

Dalam melakukan isntalasi maka diperlukan pekerjaan pemasangan,


pekerjaan pemasangan pada Proyek tergantung dengan situasi serta kondisi
yang ada di lapangan, berikut merupakan metode kerja dalam melakukan
pemasangan perpipaan:
Tabel 7.15.2
No
1

Metode Kerja dan Perbaikan

Metode Kerja
Persiapan
-Menyiapkan gambar yang telah dibuat
oleh divisi engineering
-Melakukan observasi terkait lokasi yang
akan dipasang

Metode Perbaikan

Pencegahan

-Menyiapkan material dan alat bantu


yang dibutuhkan
Pekerjaan Instalasi Air Bersih, Air Panas,
Air Hujan dan Fire Hydrant
-Menentukan jalur instalasi (outlet dan
inlet)
-Memasang pipa beserta valve sesuai
dengan penempatan pada gambar
-Pipa pada lantai tengah dari bangunan
harus dipasang PRV
-Pipa pada lantai harus diberikan jarak
minimal kedalam agar tidak mudah
pecah terkena beban dari atas
-Sambungan pada pipa harus di ampelas
agar kuat serta lengket
-Untuk sambungan ke sanitary diberikan
soket drat luar serta diberi lapisan seal
tape
-Untuk pipa air hujan diberi bantalan
agar sambungan tidak kendor akibat
beban air hujan
-Untuk fire hydrant dipasang disetiap
sudut bangunan dengan menggantung
pada slab bagian atas, dan menggunakan
water splinker
Pekerjaan Instalasi Air Kotor, Air Bekas
dan Vent
-Pipa disambungkan menggunakan lem
PVC agar tidak mudah bocor serta
materialnya lebih tebal sehingga tahan
terhadap tekanan
-Menentukan jalur instalasi (outlet dan
inlet)
-Memasang pipa PVC dengan valve
sesuai dengan gambar
-Pemasangan clean out serta pendukung
lainnya
-Pipa horizontal digantung pada lantai
beton menggunakan besi siku supaya
tidak bergerak saat menerima beban air
-Pipa vertikal ditanam pada dinding
sebelum dilakukan plester, kemudian
diklem agar tidak bergerak saat
menerima beban

Jika terjadi kebocoran Instalasi yang


pada

PVC

dilakukan

maka sudah

penambalan terpasang

di area sekitar. Jika pipa harus


besi

bocor

maka diperhatikan

dilakukan pengelasan

supaya
ada

tidak
material

yang merusak
pipa,

ujung

pipa

ditutup

sementara agar
tidak
masuknya
material lain

Jika terjadi kebocoran Instalasi yang


pada

PVC

dilakukan sudah

ada

penambalan, Pipa vent dijaga

agar

bagian

ujung tidak

menghadap
lantai

ini

mengurangi
yang

masuk

kearah terpengaruh
untuk oleh

material

material lainnya, ujung


secara pipa

ditutup

langsung dari atas. Jika supaya


penahan

rusak

maka material tidak

segera diganti yang baru

masuk

-Pipa
yang
melewati
lantai
membutuhkan kedalaman khusus agar
tidak retak menerima beban dari atas
-Pipa yang akan disambng diampelas
terlebih dahulu agar lengket dan kuat
-Pemasangan pipa vent out untuk
instalasi air kotor dan padat sesuai
dengan gambar dan jarak tertentu
Pekerjaan Pemasangan Pompa dan Tanki
-Menyiapkan gambar kerja
-Membuat pondasi sekitaran pompa
-Menyiapkan material pompa
-Memasang pompa ke pondasi yang
telah ada
-Sambungkan dengan pipa-pipa yang
tersedia
-Melakukan inspeksi terkait baut mesin

Jika tanki bocor maka Pompa


dilakukan
ulang
fiber.

pelapisan tanki

dan
yang

menggunakan sudah dipasang


harus

dijaga

dengan
menutup
plastik

agar

terhindar

dari

debu partikulat
(ada foto)

7.16

Air Bersih
Persediaan air bersih yang terdapat pada Apartemen West Vista
mengambil dari 2 sumber yaitu dari deepwell dan PDAM. Dalam melakukan
treatment terhadap pembersihan air, maka air bersih yang berasal dari
deepwell akan dilakukan treatment sebelum di distribusikan, sedangkan untuk
air PDAM terbagi menjadi 2 jalur yaitu sebagian dialirkan untuk menjalani
treatment dan sebagian langsung menuju Cleean Water Tank. Dalam proses
penyaluran air bersih ke masing-masing unit digunakan beberapa sistem yang
terdapat pada plumbing. Pertama yaitu sistem transfer, mengalirkan air dari
permukaan rendah ke permukaan tinggi. Pertama air sumber dari deepwell

dipompa menggunakan submersible pump, selanjutnya proses treatmenya


akan menuju :

Control Box
Control box ini berfungsi untuk menampung sementara air yang telah
dipompa dari sumber, di dalam control box ini ditujukan untuk
menaksir debit yang akan masuk ke treatment selanjutnya, agar debit
terjaga sehingga dibutuhkan tampungan sementara dahulu selain itu
jika debit stabil maka perawatan untuk treatment selanjutnya akan
lebih mudah dan tidak memakan biaya banyak

Sand/Sludge Trap Set


Disini air yang berasal dari deepwell akan dilakukan treatment berupa
penyaringan namun sifatnya material yang berukuran besar seperti
pasir atau lumpur, dikarenakan deepwell merupakan air yang berasal
dari tanah maka kemungkinan material yang dapat terbawa seperti
pasir atau tanah endapan bisa saja terjadi dan dapat mempengaruhi
proses treatement selanjutnya

Raw Water Tank


Tanki ini merupakan kumpulan dari pemompaan yang berasal dari air
deepwell dan sebagian air PDAM. Pada tanki ini air dikategorikan
sebagai air mentah dan harus dilakukan serangkaian treatment agar
layak didistribusikan ke tiap unit. RWT yang terdapat pada Proyek
Apartemen West Vista memiliki kapasitas sebesar 780 m3, kapasitas
ini lumayan besar untuk menampung air serta mendistribusikan air
tersebut. Sedangkan dari material konstruksi nya terbuat dari beton
bertulang yang dilapisi dengan waterstop, ini berfungsi untuk
menghalangi air yang merembes pada beton, maupun itu air tanah
yang dari luar ataupun air akibat beban sendiri. sehingga lama
kelamaan dapat menyebabkan kerusakan. Sifat beton yang dapat
tertembus air dapat diatas oleh penambahan waterstop pada proses

penulangan kemudian dilakukan pengecoran. Jumlah untuk RWT


sendiri ada 1 unit yang beroperasi 100%.
Adapun metode pengerjaan pada RWT sebagai berikut:
- Menyiapkan gambar kerja
- Menyiapkan alat serta bahan yang dibutuhkan
- Menggali tanah sedalam 2.8 m untuk ketinggian RWT
- Melapisi tanah yang digali dengan lapisan beton dengan komposisi

semen dan pasir berupa 1 : 3 ini berfungsi untuk lantai kerja


Dilakukan pemasangan stek tulangan pada dinding RWT
Membuat lubang peturasan di bawah
Pemasangan tulangan untuk dinding serta lantai dan pemasangan

waterstop dan waterproof


Menambah tulangan untuk setiap ujung RWT menjaga kemanan

agar beban air masuk aman


Memasang hebel untuk bekisting pengecoran
Dibuat manhole sementara untuk pengecoran, tujaunnya untuk

mengamati keadaan pompa


Dilakukan pengecoran

Water Treatment Pump


Pomps ini berfungsi untuk mengalirkan air yang berasal dari RWT
menuju ke CWT (Clean Water Tank). Pompa ini memiliki kapasitas
160 m3/jam dalam mengalirkan air dengan pemakaian daya sebesar
3.75 kW, pompa juga melakukan rotasi permenit sebesar 2900 RPM,
dengan tegangan 380 v dan frekuensi 50 hz.
Jenis pompa ini berupa pompa sentrifugal, pompa sentrifugal
merupakan suatu jenis pada pompa yang cara kerjanya mengubah
energy kinetis cairan menjadi energy potensial melalui suatu impeller
yang berputar di dalam casing.
Dalam proses kerjanya pompa ini terdapat 2 units dengan beroprasi 1,
sedangkan 1 nya untuk standby. Jika muka air pada CWT berkurang
hingga ke batas low level maka pompa akan segera menyala dan
mentransfer air dari RWT menuju CWT hingga sampai pada batas
high level, dengan kejadian seperti ini maka air di RWT akan
berkurang, untuk menyiasati nya maka diperlukan air tambahan untuk
menjaga air di RWT tetap tersedia yaitu dengan menggunakan

sebagian air PDAM. Pompa tidak dapat berfungsi jika muka air pada
CWT berada pada lowest low level maka dari itu penjagaan akan debit
air sangat dibutuhkan dengan mengkombinasikan debit air mentah
yang masuk memakai air deepwell dan PDAM.

Sand Filter dan Carbon Filter


Filter diadakan untuk meningkatkan mutu air dari treatment
sebelumnya yaitu bersumber dari deepwell dan PDAM. Pada sand
filter menggunakan media pasir silika yang ditumpuk diatas
gravel/kerikil, sistem sand filter berfungsi untuk menghilangkan
kotoran/ partikulat di dalam air yang bersifat kasat mata, biasanya
memiliki daya saring sebesar 20-30 tergantung jenis media yang
digunakan pula. Kapasitas pada filter ini dapat menyaring air sebanyak
80 m3/jam dan terdapat 2 unit.
Pada Carbon Filter media yang digunakan berupa arang, sistem filter
ini berfungsi untuk menghilangkan bau, warna, bahan organik
termasuk sisa klor dari air PDAM. Kapasitas filter ini dapat menyaring
air sebanyak 80 m3/jam dan terdapat 2 unit. Dalam melakukan
perawatan maka dilakukan sistem manual backwash yang dilakukan 12 hari dengan lama pencucian 30-60 menit.

Clean Water Tank


Pada tanki ini merupakan air hasil treatment yang sudah bersih dan
berasal dari penyaringan filter, namun disini juga terdapat air langsung
yang bersumber dari PDAM. Air yang ditampung disini sudah siap
dilakukan pendistribusian ke setiap unit menggunakan transfer pump.
Apartemen ini memiliki kapasitas CWT sebesar 1920 m3, dengan
material konstruksi berupa beton bertulang. Jumlah CWT hanya 1 unit
dan beroperasi 100%. Berikut merupakan metode pengerjaan
konstruksi CWT:
- Menyiapkan gambar kerja
- Menyiapkan alat serta bahan yang dibutuhkan
- Menggali tanah sedalam 2.3 m untuk ketinggian CWT

Melapisi tanah yang digali dengan lapisan beton dengan komposisi

semen dan pasir berupa 1 : 3 ini berfungsi untuk lantai kerja


Dilakukan pemasangan stek tulangan pada dinding CWT
Membuat lubang peturasan di bawah
Pemasangan tulangan untuk dinding serta lantai dan pemasangan

waterstop dan waterproof


Menambah tulangan untuk setiap ujung CWT menjaga kemanan

agar beban air masuk aman


Memasang hebel untuk bekisting pengecoran
Dibuat manhole sementara untuk pengecoran, tujaunnya untuk

mengamati keadaan pompa


Dilakukan pengecoran

Transfer Pump
Pompa ini bertujuan untuk memindahkan air dari bawah basement
hingga ke lantai paling atas yaitu roof tank. Tipe dari pompa ini adalah
vertical multistage pump yaitu pompa yang memindahkan air dengan
cara vertikal ke atas. Dengan kapasitas sebesar 106 m3/jam dan daya
yang digunakan sebesar 102 kW, dengan perputaran 2900 RPM, dan
tegangan yang dibutuhkan sebesar 380 v dan frekuensi 50 hz. Cara
kerja pompa ini secara otomatis berdasarkan sensor elektroda yang
terdapat di dalam pompa ataupun dengan pelampung, yang mana
digunakan untuk mendeteksi level air. Jika keadaan level air turun
pada level tertentu maka sensor maupun pelampung akan mendeteksi
dan segera mengaktifkan pompa dan apabila level air naik/penuh maka
elektroda maupun pelampung akan mendeteksi dan mematikan pompa
secara otomatis. Jumlah pompa terdapat 2 yaitu 1 digunakan dan 1 lagi
dalam keadaan standby.

Roof Tank
Roof tank merupakan tempat penampungan air bersih yang telah
melalui sistem transfer air bersih dari bawah ke atas secara vertikal.
Kemudian roof tank akan melakukan pendistribusian air bersih kepada
setiap penduduk Apartemen secara sistem gravitasi ataupun distribusi.

Kapasitas sendiri untuk tower utara sebesar 96 m3 sedangkan pada


tower selatan sebesar 106 m3, keduanya terbuat dari bahan FRP yaitu
material seperti fiberglass.
(sistem air bersih)
7.17

Air Limbah
Air limbah yang terdapat dalam Apartemen West Vista terbagi menjadi
2 jenis, yaitu air kotor dan air bekas. Air kotor bersumber dari air yang
terdapat didalam toilet dan telah difungsikan untuk keperluan buang air.
Sedangkan untuk air bekas bersumber dari aktivitas manusia seperti mandi
dan mencuci mencuci piring. Air kotor memiliki siklus yang berbeda dengan
air limbah serta instalasi nya juga berbeda, karena air kotor terdiri dari air
buangan hasil metabolism manusia itu sendiri, sedangkan air bekas adalah air
bersih yang digunakan untuk keperluan manusia sehingga merubah warna,
bau serta fisik nya dari awal yang berasal dari air bersih.
Semua limbah air kotor dan air bersih akan diolah oleh STP, namun secara
instalasi terpisah, air bersih setelah dipakai untuk aktifitas akan menjadi bekas
dan sebelum ke STP akan disaring terlebih dahulu melalui:
Grease Trap
Air bekas dialirkan melalui grease trap, tujuan diadakanya grease trap
adalah untuk memisahkan minyak, oli dan lemak yang biasa
ditemukan pada air bekas cucian. Minyak dan air harus dipisahkan
karena membantu mengurangi penggumpalan serta pembekuan yang
dapat terjadi pada pipa yang nantinya akan menghambat proses
treatmen air bekas. Grease trap yang tersebar pada tower utara dan
selatan

dengan

masing-masing

unit

yang

bekerja

secara

parallel.unutk kapasitas sebesar 15.5 m3/jam, dengan saringan untuk


inlet yang terbuat dari stainless steel. Dari grease trap air akan
dipompakan ke STP, dengan jenis pompa subemersible memiliki daya
3.75 kW perputaran poros 1450 RPM dan tegangan yang dibutuhkan
sebesar 380 v serta frekuensi 50 hz.

Air bekas yang telah dilakukan proses pemisahan antara lemak dan air, setelah
di STP tetap terdapat grease trap juga tujuannya untuk melakukan penyaringan
yang efektif terkait lemak maupun minyak yang masih terdapat pada air bekas
dan penyaringan sebelumnya.
Untuk selanjutnya berupa air kotor instalasi langsung menuju Bar Screen yang
akan dilakukan pemisahan antara padatan dan air.
Bar Screen
Air kotor yang masuk ke dalam barscreen akan dipisahkan antara
padatan dan cairan. Material padatan berupa yang berukuran besar
yang bisa saja masuk ke instalasi tanpa sengaja oleh penduduk
apartemen.

Jika tidak disaring ini akan menggangu jalannya STP

untuk proses/komponen selanjutnya seperti pompa dan lainnya.


Didalam barscreen terdapat proses penyaringan dengan menempatkan
screen secara vertikal. Terdapat 2 penyaringan pada unit ini yaitu
penyaringan coarse screen

dan fine screen. Coarse screen adalah

penyaringan untuk sejumlah material yang kasat mata dan biasanya


ukuran partikel besar dan ukuran bar nya berjarak lebih melebar,
biasanya coarse screen

diletakan pada asal proses bar screen.

Sementara fine screen terdiri dari bar yang memiliki kelebaran yang
rapat. Fine screen ditempatkan setelah coarse screen fungsinya untuk
menyaring partikel padatan yang lebih kecil. Dalam melakukan
maintenance pada barscreen harus diangkut partikel yang tersangkut di
dalam screen, untuk kelangsungan proses STP yang maksimal.
Kriteria desain bar screen juga diperhatikan agar efektif dalam
pembuatannya serta menghemat biaya. Ruang screen harus memiliki
pembukaan penampang yang cukup untuk memungkinkan terjadinya
aliran puncak (2.5-3 kali rata-rata laju aliran/jam) dengan kecepatan
0.8-1 m/s. Screen dilakukan pemanjangan dari lantai minimal 0.3 m
untuk menjaga aliran pada saat kondisi minimum aliran.

Proses berikutnya adalah di STP, pada STP air akan di proses secara mekanik
maupun kimiawi untuk menurunkan kandungan yang berbahaya bagi
lingkungan jika dibuang ke lingkungan sekitar atau saluran kota maupun
untuk menyiram tanaman. STP terdiri dari beberapa rangkaian unit, berikut
merupakan unti yang terdapat pada pengolahan air limbah Apartemen West
Vista:
Equalizing Basin
Air limbah yang dioalah sebelumnya melalui proses penyaringan
partikel seperti bar screen maupun grease trap akan berkumpul ke
dalam suatu kolam yaitu equalizing basin. Disini akan terjadi perataan
kualitas air bau dan sebagai penyeimbang untuk menjaga debit yang
dipompa menuju primary sedimentation. Dalam hal ini dibuat control
box yaitu sebuah unit untuk melakukan pengontrolan terhadap laju
aliran air limbah yang berasal dari unit sebelumnya ataupun unit
sesudahnya jadi air limbah hasil pengolahan unit equalization basin ini
akan dipompa menuju control box, ini bertujuan agar pompa terjaga
dalam melakukan transfer air sehingga pengolahan sesuai dengan
perencanaan. Di dalam equalizing basin terdapat submersible mixer,
ini berupa pompa mekanis yang berfungsi untuk mencampur padatan
lumpur dengan cairan. Lumpur yang masih tersisa pada unit
sebelumnya akan dilakukan pemecahan partikel padatan agar kondisi
tetap suspensi.
Dalam kriteria desain perlu dicermat dalam membuat equalization
basin diantaranya adalah mengetahui keadaan laju puncak aliran
maksimum serta laju aliran minimum. Pada hari tertentu seperti hari
libur, beban limbah yang dihasilkan akan lebih berat maka dari itu
dalam proses desain mengacu pada kondisi volume seperti ini.
Volume yang terdapat sesuai perencanaan sebesar 689.71 m3 dengan
waktu detensi sebesar 10.67 jam

Primary Sedimentation

Pada unit ini air limbah yang berasal dari unit sebelumnya akan
ditampung, kemudian lumpur yang mengapung akan segera menuju
sludge holding basin namun untuk lumpur yang mengendap digunakan
pengangkatan menggunakan air lift untuk mendapatkan lumpur yang
mengalir ke sludge holding basin. Sedimentasi merupakan proses
pemisahan antara padatan dan cairan, pada unit sedimentasi ini ratarata lumpur yang dihasilkan berupa lumpur kasar, yaitu lumpur yang
masih mengandung banyak ukuran partikel yang besar. Ukuran yang
terdapat pada Apartemen ini memiliki kapasitas 419 m3 denga muka
air 4.15 m.
Kriteria desain dalam membuat primary sedimentasi adalah waktu
detensi, karena proses ini sedimentasi maka dibutuhkan waktu tidak
sedikit untuk memisahkan padatan maupun cairan. Laju aliran sangat
diperhatikan mengingat sedimentasi hanya memerlukan laju yang tidak
terlalu besar.

Aeration Basin
Setelah air limbah mengalami proses sedimentasi selanjutnya adalah
ke proses aerasi, di proses ini bertujuan untuk meningkatkan kontak
antara udara dengan air. Pada intinya proses aerasi bertujuan untuk
meningkatkan konsentrasi oksigen di dalam air limbah. Dalam sistem
operasi yang terdapat pada Apartemen West Vista menggunakan
metode biologis dengan MBBR dalam melakukan aerasi, yaitu
memanfaatkan bakteri untuk mengurai bahan organic pada air limbah.
MBBR adalah Moving Bed Biofilm Reactor tipe attached growth,
yaitu suatu reaktor dimana mikrobiologi tumbuh di permukaan media
tertentu dan kemudian membentuk lapisan film yang berfungsi sebagai
filter untuk air limbah. Media biasanya terbuat dari material semacam
plastik yang bentuk serta ukurannya didesain sedemikian rupa hingga
menyediakan tempat yang luas bagi tumbuhnya bakteri. Dengan
adanya media tempat tumbuh kembangnya bakteri serta oksigen yang

cukup untuk proses metabolismenya maka penguraian air limbah


secara biologis diharapkan maksimal. Hal ini berpengaruh jelas
terhadap penurunan konsentrasi zat organic di dalam air limbah.
Dengan adanya oksigen juga berpengaruh terhadap proses oksidasi
senyawa kimia dalam air limbah yang merupakan sumber bau. Dalam
hal ini aerasi yang digunakan berupa tipe difusi, yaitu udara akan
dipompa dengan blower melalui diffuser, udara yang masuk nantik
akan keluar sesuai desain dari difussor itu sendiri.
Dalam kriteria desain untuk aeration tank perlu diperhatikan aspek
berikut yaitu BOD, COD, TSS maupun minyak dan lemak.
Perbangingan antara F/M antara 0.1-0.12 berdasarkan ukuran tangki
aerasi. Jumlah udara yang dipompa ke tangki aerasi untuk meyakinkan
mikroba tetap hidup dan dalam keadaan tersuspensi di dalam air
maupun di dalam MBBR. Aturan dalam setiap kg BOD yang
dihilangkan sebesar 50-60 m3/jam.
Pada Apartemen ini terdapat 2 kompartemen aeration basin dengan
masing-masing volume sebesar 324.57 m3 dan 321.37 m3.

Secondary Clarifier
Setelah air limbah melewati proses aerasi secara sistem MBBR maka
selanjutnya akan memasuki unit Secondary Clarifier. Unit ini memiliki
tujuan untuk memungkinkan pengendapan biomassa pada larutan yang
keluar dari tangki aerasi, menuju bagian bawah clarifier. Untuk
mempertebal pengendapan biomassa. Kemudian dari lumpur tersebut
unit ini juga bertujuan menghasilkan supernatant yang baik. Dengan
bantuan gravitasi diharapkan dapat mengendapkan biomassa yang ada
sehabis unit sebelumnya yaitu aeration tank, biomassa tebal akan
dilakukan resirkulasi ke aeration tank untuk menjaga rasio bakteri.
Sementara supernatant akan dialirkan menuju sludge holding basin.
Dalam kriteria desain luas penampang biasanya dihitung pada rentang
12-18 m3/jam/m2. Sedangkan untuk kedalaman 2.5-3 m
Luas area untuk seconday clarifier sebesar 142.8 m2

Intermediate Basin
Pada unit ini berfungsi menerima hasil olahan air limbah dari unit
secondary clarifier. Intermediate basin adalah suatu tanki yang
menampung air kemudian menginjeksikan koagulan berupa bahan
kimia untuk menggumpalkan material padat tersuspensi di dalam air
limbah agar lekas hilang. Dalam Apartemen West Vista jenis koagulan
yang dipakai adalah PAC, dalam usahanya PAC dinilai mampu untuk
menggumpalkan partikel padat tersuspensi di dalam air selain itu
dengan biaya yang murah menjadi pertimbangan pula. Sebagian air
yang tidak diberikan koagulan akan segera menuju effluent basin yang
akan mengarah pada saluran kota, namun yang dibuang hanya
sebagian saja dari hasil olahan air limbah, sebagian lagi diproses
kembali untuk keperluan aktivitas penduduk apartemen.

Tertiary Clarifier
Sebagian air limbah yang telah diberikan koagulan berupa PAC akan
dipompa menuju Tertiary Clarifier, tujuan dari pengolahan tersier
adalah

untuk

menyediakan

tahap

pengolahan

akhir

untuk

meningkatkan kualitas air limbah sebelum dibuang ke lingkungan


ataupun digunakan kembali. Pengolahan ini menggunakan proses
biologis dari mikroorganisme, tujuannya untuk mengurangi senyawa
organik yang terdapat dalam air limbah agar terlarut, dengan
memanfaatkan populasi mikroorganisme yang dapat menguraikan zat
organik menjadi bahan seluler. Pada unit ini juga terdapat blower yang
mengalirkan udara untuk menggeser partikel padat menuju sludge
holding basin, sementara juga terdapat air lift yang bertujuan untuk
mengangkat padatan lumpur yang berada dibawah agar kemudian naik
dan mengalir ke sludge holding basin. Pada Apartemen ini memiliki
kapasitas area sebesar 42.35 m2 dengan kedalaman 6.5 m dan tinggi
muka air sebesar 3.45 m.

Filter Feed Basin

Filter feed basin merupakan sebuah unit untuk penampungan air


limbah yang telah diolah oleh unit selanjutnya untuk kemudian
dilakukan penyaringan pada air limbah tersebut. Didalam filter feed
basin terdapat filter pump yang akan memompakan air yang berada
pada kola mini menuju filter. Demi menjaga ketersediaan debit untuk
pompa dalam melakukan aktivitasnya maka dibuatlah kolam untuk
menampung air yang nantinya akan di filter. Ini nantinya akan menjaga
pompa untuk bekerja lebih optimal dengan debit yang konstan, jika
tidak dibuat kolam seperti ini maka pompa akan sangat boros dan
cepat rusak karena memompa sesuatu yang tidak ada, dan ini akan
menjadi efek domino yaitu berpengaruh terhadap unit selanjutnya yang
dimana merupakan filter penyaring air. Dalam kriteria desain untuk
pompa filter maka debit ditentukan pada range 1.5-2 kg/cm2 untuk
mengatasi tekanan diferensial pada unit selanjuntya yaitu dua filter
dalam kondisi terburuk sebelum dilakukan backwash. Pada Apartemen
ini memiliki kapasitas filter feed basin volume sebesar 98.08 m3.

Sand Filter dan Carbon Active Filter


Sand filter merupakan penyaringan yang menyaring partikel kotoran
yang terdapat di dalam air. Pada proses ini bahan koloid akan tertahan
oleh filter dalam bentuk lapisan gelatin, sedangkan ion-ion yang
terdapat dalam air akan terlarut serta dinetralkan oleh ion-ion yang
terdapat dalam pasir. Sifat air pada saat difilter akan berubah menjadi
netral. Lapisan zooglial pasir yang terdapat organisme didalamnya
akan memakan bahan organis dan membantu dalam pembersihan air
juga. Pasir silica menjadi media yang terdapat dalam sand filter ini,
pasir ini diletakkan diatas kerikil yang ditempatkan secara berlapis.
Untuk menjaga agar filter tetap bersih tidak ada kotoran bekas
penyaringan yang tinggal maka dilakukan backwash yaitu pencucian
media dengan mengalirkan air secara terbalik berlawanan dengan arah

aliran air. Dalam kriteria desain laju filtrasi rata-rata adalah 12


m3/m2/jam.
Carbon Active Filter merupakan penyaringan yang terbuat dari
material berupa karbon aktif yang mendominasi, karbon ini memiliki
bahan berpori yang sangat banyak dan luas. Pori berfungsi untuk
menyerap kontmainan yang melaluinya. Karbon aktif bekerja dengan
cara penyerapan/adsorbsi. Kegunaan dari karbon aktif yaitu dapat
menghilangkan

bau

pada

air. Dengan

pori-pori

yang

besar

menyebabkan penyaringan permukaan luasan semakin besar, ini akan


menuju pada penjernihan air yang maksimal. Saringan karbon ini juga
dapat meningkatkan standar baku mutu air terhadap BOD, COD,
kekeruhan serta warna. Dalam kriteria desain diameter untuk karbon
filter dipilih menjadi 25% lebih besar dari Sand filter untuk
mengurangi frekuensi servis.
Lumpur yang mengendap pada filter akan dialirkan menuju sludge
holding basin.

Recycled Water Tank


Pada tanki ini air yang sudah dilakukan filtrasi akan ditampung dan
kemudian akan didisribusikan untuk keperluan selanjutnya. Dalam
tanki ini sebelumnya akan diberikan chlorine untuk membunuh bakteri
yang terdapat pada air bersih yang nantinya dapat digunakan kembali
dalam aktivitas apartemen. Biasanya air dari STP akan dipakai untuk
menyiram tanaman atau disalurkan ke sumur resapan yang nantinya
akan menambah pasokan air tanah bagi Apartemen juga. Ini
merupakan tanki final dari sistem STP.

Effluent Basin
Pada tanki ini merupakan hasil pengolahan secondary yang melalui
proses pengolahan air limbah yang nantinya akan siap dibuang ke
badan air perkotaan. Dalam proses pembuangannya diberikan sedikit

chlorin untuk menghilangkan bakteri pada air buangan agar memenuhi


standar baku mutu yang telah ditetapkan.

Sludge Holding Basin


Tanki ini merupakan untuk menampung lumpur pada semua proses
yang terjadi di STP, pengolahan STP menghasilkan limbah padat
berupa lumpur akibat unit sedimentasi. Terdapat 2 sludge holding
basin. Yang pertama tanki akan menerima lumpur bekas dari unit
Primary sedimentasi, Aeration Basin, Secondary Clarifier dan filtrasi.
Tanki ini berupa lumpur biologis secara umum karena berasal dari
aeration basin, kemudian untuk menjaga banyaknya air pada aeration
basin agar bakteri mendapatkan nutrisi yang cukup agar pengolahan
berjalan maksimal maka air yang terdapat di tanki 1 dilakukan
resirkulasi ke aeration tank.
Untuk sludge holding yang kedua, tanki nya menerima lumpur yang
berasal dari pengolahan ketiga yaitu tertiary clarifier, yang
membedakan tanki 1 dan tanki 2 yaitu pada penambahan bahan kimia.
Di dalam pengolahan ketiga terjadi penambahan koagulan kepada
tertiary clarifier, ini menyebabkan volume lumpur yang lebih banyak,
karena terjadi penggumpalan partikel padat tersuspensi oleh koagulan,
sehingga dalam pembebanan pada tanki 1 menjadi berat dimana tangki
1 sudah banyak menerima lumpur dari beberpaa unit, maka dari itu
dibuat tanki 2 untuk menampung lumpur hasil pengendapan yang
terjadi karena koagulan. Air yang terdapat pada tanki 2 juga akan
diresirkulasi ke aeration untuk menjaga debit yang berhubungan
dengan nutrisi bakteri.

Вам также может понравиться