Вы находитесь на странице: 1из 18

Cara parasite merugikan hospesnya melalui darah

Arthropoda parasit menghisap darah atau menghisap cairan tubuh melukai kulit
hospesnya. Cara Arthropoda melukai kulit hospesnya lain dengan merusak kulit hospes dengan
probosisnya (nyamuk, lalat), git dengan chelicera (caplak). Dalam hal menghisap darah beberapa
parasit sangat rakus seperti Haemonchus, Ancylostoma, walaupun sudah kenyang masih
menghisap darah sehingga darah untuk beberapa saat tetap mengucur akibatnya hospes banyak
kehilangan darah. Kutu seperti Haematopinus dan Pediculus menghisap cairan tubuh setelah
melukai kulit hospesnya. Beberapa spesies cacing seperti
Chabertia Ovina selain menghisap juga memakan mukosa usus. Cacing hati selain
menghisap cairan empedu merusak dan memakan jaringan dinding saluran empedu.Beberapa
tungau selain menghisap cairan tubuh juga merusak dan memakan jaringan
Dioctophyma renale (anjing) dan Stephanewvs dentatus merusak jaringan dan dinding
vesica urinaria. Parasit-parasit intraseluler darah seperti Babesia, Plasmodium,Leucocytozoon,
Leishmania dan intrseluler sel dinding usus seperti Eimeria akan merusak sel yang ditempati.
Menimbulkan gangguan mekanik Cacing seperti Dfrofilaria immitis, Dipetalonema sp., dalam
jumlah yang banyak dapat mengumpul dalam jantung ventrikel kanan sehingga dapat
menyumbat aliran darah ke paru. Sehingga hospes bisa pingsan karena kekurangan oksigen.
Larva Filaria sp., dalam jumlah banyak dapat menyumbat pembuluh darah balik dan
pembuluh limfe di kaki bagian bawah. Akibatnya dapat menyebabkan perembesan cairan limfa
keluar pembulith sehingga menyebabkan pembengkakan kaki yang disebut kaki gajah. Cacmg
hati dewasa dapat menyebabkan penyumbatan pada saluran empedu sehingga cairan empedu
terserap oleh jaringan yang mengakibatkan penyakit kurnng.
Cacing Ascaris, Ascaridia gall dan cacing pita terutama pada ayam dalam jumlah besar
dapat mengakibatkan sumbatan dan pecahnya dinding usus. Coenurus cerebralis dapat
mengakibatkan tekanan pada otak sehingga menimbulkan gangguan saraf. Sista hidatida yang
cukup besar dapat menekan alat-alat tubuh di sekitarnya yang mengakibatkan gangguan
fungsinya. Stronylus vulgaris pada kuda dapat menyumbat saluran darah balik di alat
penggantung usus ( mesenterium)sehingga dapat menyebabkan aneurisma (pelebaran pembuluh
darak) dan kolik (sakit perut)pada kuda.Menimbulkan radang Radang adalah perubahan jaringan

yang ditandai dengan adanya rasa (dolor), panas (kalor), kemerahan (rubor ), bengkak (tumor)
dan diikuti dengan rusaknya fungsi seluruh atau sebagian jaringan yang berubah tersebut. Akibat
pertama adanya infeksi atau infestasi parasit adalah radang setempat. Radang karena parasit
muda biasanya bersifat akut, sedang parasit dewasa menyebabkan radang kronis yang dapat
mengakibatkan .eKatan parasit (misalnya adesi cacing gelemburtg), pengerasan ( misalnya oleh
karena cacing hati pada. umumnya) hati, eksudasi ( misalnya oleh cacing gastrointestinal pada
umumnya), granulomatosa (misalnya oleh cacing pilaria hepatica ), serosis ( keluarnya cairan
serosa akibat ektoparasit dalam), nekrosis (kematian sel jaringan akibat larva Trichinella),
pemanahan ( uratif oleh. Demodex).

Beberapa contoh-contoh parasit penghisap Darah,Cairan Tubuh atau Memakan Jaringan Tubuh
Hospes
1) Contoh Arthropoda parasit penghisap darah atau cairan tubuh setelah melukai kulit
hospesnya
Caranya dengan menusuk kulit hospes dengan probosisnya (lalat, nyamuk),menggigit
2)

dengan chelicera (caplak)


Cacing Haemonchus, Ancylostoma sangat rakuswalau sudah kenyang masih tetap

menghisap sehingga banyak darah mengucur dan hospes banyak kehilangan darah
3) Chabertia ovina selain menghisap darah juga memakan mukosa usus
4) Cacing hati selain menghisap cairan empedu juga merusak dan memakan jaringan
dinding saluran empedu
5) Tungau selain menghisap juga merusak dan memakan jaringan kulit
6) Dioctophyma renale (anjing) dan Stephanurus dentatus merusak jaringan ginjal dan
dinding vesica urinaria

Berbagai parasit darah biasanya merusak sel yang ditempati, yakni :

1) Menimbulkan Gangguan Mekanik


Contoh:
- cacing seperti Dirofillaria immitis, Dipetalonema sp. dalam jumlah yang banyak dapat
mengumpul dalam jantung ventrikel kanan sehingga dapat menyumbat aliran darah ke
paruhospes bisa pingsan karena kurang oksigen
- Larva filaria dapat menyumbat vena dan pembuluh limfe dikaki bagian bawah
perembesan cairan limfe keluar pembuluhkaki bengkakkaki gajah
- Cacing hati dewasa dapat menyebabkan penyumbatan saluran empedu sehingga cairan
empedu terserap oleh jaringan ---penyakit kuning
- Cacing ascaris, ascaridia galli dan cacing pita terutama pada ayam dalam jumlah besar akan
menyebabkan sumbatan dan pecahnya dinding usus
- Coenurus cerebralis dapat mengakibatkan tekanan pada otak sehingga menimbulkan
gangguan saraf
- Strongylus vulgaris dapat menyumbat vena mesenterium aneurisma(pelebaran pembuluh
darah) dan kolik (sakit perut)
2) Menimbulkan Radang
Radang adalah perubahan jaringan yang ditandai adanya rasa sakit (dolor), panas (kalor),
kemerahan (rubor), bengkak (tumor) dan diikuti rusaknya fungsi seluruh atau sebagian
jaringan yang berubah tersebut
- Radang karena parasit muda biasanya akut
- Radang karena parasit dewasa biasanya kronis dan menyebabkan perlekatan parasit
(cacing gelembung), pengerasan (sirosis oleh cacing hati), eksudasi (cacing
gastrointestinal), granulomatosa (cacing Capillaria hepatica), serosis/keluarnya cairan
serosa akibat ektoparasit kulit, nekrosis (Trichinella), pernanahan supuratif (Demodex)
3) Mempermudah Masuknya Mikroorganisme Lain
Kerusakan kulit akibat luka gigitan atau tusukan parasit merupakan port dentre
mikroorganisme yang lain. Contoh Tungau---kulitrusakbakteri pembuat nanah masuk
Luka-luka dinding usus dan kerusakan jaringan akibat migrasi cacing
4) Meningkatkan Sensitivitas Hospes

Beberapa parasit memproduksi racun yang merugikan hospes seperti plasmodium,


trypanosoma menyebabkan sempoyongan pada kuda, tidur atau lemah saraf pada manusia.
- Dibothriocephalus latus dan ascaris menyebabkan histeris pada anjing dan manusia
- Gigitan nyamuk dan caplak menyebabkan gejala urtikaria, asma, lumpuh caplak
5) Menyebabkan Penyebaran Parasit Dari Satu Hewan ke Hewan Lain
- Parasit temporer /non periodik seperti arthropodapenggigit,penghisap/penusuk
-

hospes antara bagi agen patogen lain


Arthropod borne disease

6) Menurunkan Ketahanan Tubuh Hospes


Parasit temporer/ non periodik berperan sebagai perantara penyebaran mikroorganisme
lain---gangguan ketenangan hospes---kelelahan hospes---daya tahan tubuh turun---hospes
mudah terserang penyakit

http://anawinarni.blogspot.co.id/2011/09/parasitologi-sesi-2-pengantar.html
Parasitologi (Sesi 2-Pengantar Parasitologi)
23 september 2011
Berbagai macam parasite darah
1. Caplak
Caplak adalah ektoparasit penghisap darah pada hewan vertebrata. Sama seperti anggota
arachnida lainnya tubuh caplak terbagi menjadi dua bagian, yaitu : bagian depan disebut
cephalothorax (prosoma) dan bagian belakang tubuh disebut abdomen (ophistosoma).
Meskipun demikian, tidak terdapat batas yang jelas diantara dua bagian tubuh tersebut.
Caplak dewasa mempunyai alat-alat tubuh pada arachnida seperti khelisera dan palpus (alat
sensori) yang terdapat dibagian atas, dan enathosoma/capitulum, dan empat pasang kaki
(Kendall, 2008).
Contoh caplak berkulit keras di Indonesia adalah caplak sapi (Boophilus microplus), caplak
anjing (Rhipicephalus sanguineus), caplak babi (Dermacentor auratus).

Caplak dapat bertahan hidup selama berbulan-bulan tanpa makan jika belum
mendapatkan induk semangnya. Caplak dapat hidup pada 1-3 induk semang berbeda selama
fase pertumbuhannya sehingga dikenal dengan sebutan caplak berinduk semang satu,
berinduk semang dua dan berinduk semang tiga (Vredevoe, 1997).
1.1 Caplak anjing (Rhipicephalus sanguineus)
Caplak memiliki 4 tahapan siklus hidup mulai dari telur - larva - nimfa - dewasa.
Memiliki lama siklus hidup lebih kurang lebih 3 bulan. Rhipicephalus sanguineus
merupakan caplak berinang 3, umumnya anjing. Caplak betina bertelur sampai 5.000
butir telur, selanjutnya telur akan menetas dalam 17-30 hari dan kemudian larva
menempel pada inang ke-1 (rambut panjang belakang leher anjing).
Larva menghisap darah 26 hari, jatuh, dan berubah menjadi nimfa 5-23 hari. Lalu
nimfa menempel pada inang ke-2, terutama di belakang leher, menghisap darah 4-9 hari,
jatuh, dan berubah menjadi dewasa 11-73 hari. Caplak dewasa kemudian menempel pada
inang ke-3 yang sering pada hospes telinga dan sela-sela jari kaki anjing, menghisap
darah pada 6-21 hari dan lalu jatuh untuk bertelur. Larva tidak makan dapat hidup sampai
dengan 8,5 bulan, sedangkan caplak dewasa dapat bertahan 19 bulan.
Seekor caplak dewasa dapat mengisap darah 0,5-2 mililiter, dalam waktu singkat dapat
menyebabkan anemia bagi inangnya. Luka trauma akibat gigitan caplak juga dapat menjadi
tempat infeksi sekunder. Caplak juga dapat menyebabkan depresi syaraf akibat toksin yang
diproduksi oleh caplak betina di kelenjar saliva. Paralisis biasanya dimulai dari otot belakang
tubuh, kemudian menyebar ke seluruh tubuh, terakhir menyerang otot-otot pernapasan. Paralisis
berlangsung selama 1-4 hari. Inang yang sembuh dari tick paralisis menjadi kebal selama 8
minggu sampai 8 bulan.
Seekor caplak betina mampu bertelur 100 butir sehari [3]. Setelah menetas, muncul
larvanya yang segera mencari induk semang untuk menghisap darah yang pertama. Setelah itu
larva berubah menjadi caplak muda. Caplak muda ini bisa mengalami hibernasi selama bertahuntahun sebelum berubah menjadi caplak dewasa. Caplak dewasa pun mampu hidup tanpa
menghisap darah selama bertahun-tahun. Caplak betina menghisap darah 8-10 hari hingga
bobotnya mencapai 100 kali lipat dan kemudian melepaskan diri dari anjing untuk mencari
tempat bertelur.

2. Tungau
Tungau merupakan binatang yang sangat kecil seperti kutu dan tidak tampak oleh mata.
Tungau adalah sekelompok hewan kecil bertungkai delapan yang bersama-sama dengan
caplak, menjadi anggota superordo Acarina.
Hewan ini merupakan salah satu avertebrata yang paling beraneka ragam dan sukses
beradaptasi dengan berbagai keadaan lingkungan. Beberapa tungau diketahui menjadi
penyebar penyakit (vektor) dan pemicu alergi. Walaupun demikian, ada pula tungau yang
hidup menumpang pada hewan lain namun saling menguntungkan. Di bidang pertanian,
tungau menimbulkan banyak kerusakan pada kualitas buah jeruk (umpamanya tungau karat
buah Phyllocoptura oleivera Ashmed dan tungau merah Panonychus citri, merusak daun
ketela pohon dan juga daun beberapa tumbuhan Solanaceae (cabai dan tomat). Tungau juga
menyebabkan penyakit skabies, penyakit pada kulit yang mudah menular.

Tungau debu rumah


(Dermatophagoides pteronyssinus)

Tungau jingga ; hama daun teh


(Brevipalpus phoenicis)

Tungau bukanlah kutu dalam pengertian ilmu hewan walaupun sama-sama berukuran kecil
(sehingga beberapa orang menganggap keduanya sama). Apabila kutu sejati merupakan anggota
Insecta (serangga), tungau lebih berdekatan dengan laba-laba dilihat dari kekerabatannya.
Tungau merupakan binatang sejenis kutu yang ukurannya sangat kecil, yakni 250-300 mikron
berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini transient, berwarna
putih kotor, dan tidak bermata. Tungau betina panjangnya 300-450 mikron, sedangkan tungau
jantan lebih kecil, kurang lebih setengahnya yakni 200 240 mikron x 150 200 mikron. Bentuk

dewasa mempunyai 4 pasang kaki dan bergerak dengan kecepatan 2,5 cm permenit di permukaan
kulit.. Bila dilihat dari sisi fisiknya, bentuk binatang ini lonjong dengan jumlah kaki 8 buah.
Binatang mikrospis itu diembel-embeli kata debu di belakang namanya karena hidupnya dari
debu.
Tungau betina setelah dibuahi mencari lokasi yang tepat di permukaan kulit untuk kemudian
membentuk terowongan, dengan kecepatan 0,5 mm 5 mm per hari. Terowongan pada kulit
dapat sampai ke perbatasan stratum korneum dan stratum granulosum. Di dalam terowongan ini
tungau betina akan tinggal selama hidupnya yaitu kurang lebih 30 hari dan bertelur sebanyak 2-3
butir telur sehari.
Telur akan menetas setelah 3-4 hari menjadi larva yang akan keluar ke permukaan kulit untuk
kemudian masuk kulit lagi dengan menggali terowongan biasanya sekitar folikel rambut untuk
melindungi dirinya dan mendapat makanan. Setelah beberapa hari, menjadi bentuk dewasa
melalui bentuk nimfa. Waktu yang diperlukan dari telur hingga bentuk dewasa sekitar 10-14 hari.
Tungau jantan mempunyai masa hidup yang lebih pendek dari pada tungau betina, dan
mempunyai peran yang kecil pada patogenesis penyakit. Biasanya hanya hidup di permukaan
kulit dan akan mati setelah membuahi tungau betina.

Siklus hidup tungau

4.

Nyamuk

Nyamuk adalah serangga tergolong dalam order Diptera ; genera termasuk Anopheles, Culex,
Psorophora, Ochlerotatus, Aedes, Sabethes, Wyeomyia, Culiseta, dan Haemagoggus untuk
jumlah keseluruhan sekitar 41 genus yang merangkumi 3,500 spesies. Dalam bahasa Inggris
nyamuk dikenali sebagai "Mosquito", dalam bahasa Spanyol atau bahasa Portugis yang berarti
lalat kecil. Penggunaan perkataan Mosquito bermula sejak tahun 1583. Di England nyamuk
dikenali sebagai (gnats).

Dikatakan parasit, sebenarnya nyamuk hanya lah sebagai vektor penularan penyakit malaria.
Siklus hidup nyamuk ada empat : telur larva pupa dewasa. Masa hidupnya hanya sepuluh
hari pada suhu 25 C. Larva nyamuk dikenali sebagai Jentik-jentik biasanya dapat kita jumpai
pada genangan yang berisi air. Jentik-jentik bernafas melalui saluran udara yang terdapat pada
ujung ekor. Pupa biasanya seaktif larva, tetapi bernafas melalui tanduk thorakis (thoracic)
terdapat pada gelung thorakis. Kebanyakan jentik-jentik memakan mikroorganisme, tetapi
beberapa jentik-jentik adalah pemangsa bagi jentik-jentik spesies lain.
Sebagian nyamuk mampu menyebarkan penyakit protozoa (protozoan) seperti malaria, penyakit
(filarial) seperti filariasis, dan penyakit bawaan virus seperti demam kuning, demam berdarah,
encephalitis, dan virus Nil Barat. Virus Nil Barat disebarkan secara tidak sengaja ke Amerika
Syarikat pada tahun 1999 dan pada tahun 2003 telah merebak keseluruh negeri dalam Amerika
Serikat. Berat nyamuk hanyalah 2 hingga 2.5 mg. Nyamuk mampu terbang antara 1,5-2,5 km/h.

5.

Kutu
Dalam arti sempit, kutu adalah serangga yang tidak bersayap dan berukura kecil, yang

dalam bahasa inggris mencakup flea (kutu yang melompat, ordo Siphonaptera) dan louse (kutu
yang lebih suka merayap). Dalam bahasa Indonesia keduanya tidak dibedakan, malah mencakup
juga sebagian dari kerabat wereng (ordo hemiptera) dan beberapa anggota ordo Coleoptera. Yang
termasuk golongan kutu parasit adalah kutu kepala pada manusia, kutu busuk dan kutu badan
pada hewan yang berbulu.
Kutu manusia adalah kutu yang menyerang manusia dengan menghisap darah dan
menimbulkan rasa gatal yang luar biasa. Kutu manusia terdiri dari beberapa jenis, diantaranya
adalah ; kutu rambut (Pediculus humanus capitis), kutu badan (Pediculus humanus humanus),
dan kutu pubis (Phthiris pubis). Kutu-kutu tersebut dapat menyerang manusia apabila kita tidak
menjaga kebersihan rambut, badan, dan pakaian. Kutu manusia dapat berpindah dari satu orang
ke orang lain, namun kehadirannya bersifat patogen atau tidak menularkan penyakit.
Kutu busuk atau kepinding adalah serangga parasit yang ditemukan hidup di karpet atau
tempat tidur. Kutu busuk menggigit manusia tanpa ketahuan dan menimbulkan rasa gatal, ruam

serta alergi. Kutu busuk sangat sengang tinggal di karpet dan kasur. Jemur dan angin-anginkan
karpet dan kasur secara berkala untuk mengindari kehadiran kutu busuk.
http://desydmilans.blogspot.co.id/2014/03/makalah-parasit.html

Makalah

Parasit KEANEKARAGAMAN HEWAN PARASIT 3 maret 2014

6. Babesia sp.
Phylum : Apicomplexa
Kelas : Sporozoasida
Sub kelas : Coccidiasina
Sub ordo : Haemospororina
Famili : Babesiidae
Genus : Babesia
Species : Babesia canis.

DEFINISI
Babesia sp. adalah parasit darah yang dapat menyebabkan babesiosis. Klasifikasi parasit ini
menurut Levine (1970), termasuk dalam subfilum Apicomplexa, kelas piroplasma dan famili
babesiidae.
Babesiosis adalah infeksi sel darah merah yang disebabkan oleh parasit Babesia. Babesiosis juga
disebut dengan tick fever, sebab ditransfer oleh caplak dan menimbulkan demam. Beberapa jenis
babesia yang paling sering menginfeksi anjing antara lain B.gibsoni (1,9 x 1,2 mikrometer),
B.vogeli, B.canis (5 x 2-3 mikrometer). Anjing biasanya mendapatkan Babesia dari gigitan

caplak yang merupakan hospes alami dari protozoa yang satu ini. Selain dari caplak, babesia juga
bisa disebarkan melalui tranfusi darah dari hewan yang terinfeksi.(Adam,1971)
Babaesiosis pada anjing merupakan penyakit yang sebabkan oleh parasit darah (protozoa) melalui
darah yang menyerang sel darah merah oleh vektor utama gigitan caplak, gigitan secara langsung oleh
anjing penderita, transfusi darah, transplasental/induk ke anaknya sehingga mengakibatkan kerusakan dan
kekurangan sel darah merah/anemia, turunnya kadar hemoglobin yang menyebabkan penyakit kuning
(jaundice). Kasus babesiosis pada anjing sebagian besar terjadi pada musim kemarau dimana terjadi
peningkatan jumlah populasi caplak yang sangat banyak.

Jenis Babesia sp. yang menginfeksi sapi adalah Babesia bigemina, Babesia bovis,
Babesia divergens, Babesia argentina, Babesia major. Babesia sp. dapat menyebabkan penyakit
yang serius pada sapi, yaitu penyakit Cattle Tick Fever, Texas Fever, Red Water Fever,
Piroplasmosis (Soulsby, 1982). Babesia sp. yang biasanya menginfeksi sapi-sapi yang ada di
Indonesia adalah Babesia bigemina dan Babesia bovis.
ETIOLOGI
Babesiosis, yang menginfeksi ruminansia di Indonesia disebabkan oleh spesies : Babesia
(bigemina, argentina) menginfeksi sapi dan Babesia caballi menginfeksi Kuda (1) dan yang
menginfeksi anjing di Asia, Afrika, Eropa, Timur Tengah dan Amerika Utara jenis : Babesia
canis dan Babesia gibsoni (Cleveland et al)
PATOGENESIS
Babesia merupakan parasit di dalam sel darah merah (intraeritrosit). Pada fase exoeritrositik
tidak ada keluhan dan gejala seperti yang terjadi pada malaria. Parasit babesia berbiak secara
aseksual, dengan tumbuh di dalam sel darah merah, Biasanya menjadi 2-4 tunas. Bila sel darah
merah yang terinfeksi pecah, parasit menginfeksi sel darah merah lain dan memulai siklus baru.
Gejala klinik utama babesiosis, hemoglobinemia, hemoglobinuria dan kuning (jaundice),
Babesiosis pada hewan berlangsung menahun setelah gejala akut karena parasit mampu
mengubah spesifisitas antigen di permukaan sel hingga berubah kepekaannya terhadap antibodi.

EPIDEMIOLOGI
Babesiosis pada anjing tersebar di Afrika, Asia, Bagian Selatan Eropa, Rusia, Amerika Tengah
dan Selatan, sebagian kecil di Amerika Serikat. Di Asia, penyakit ini telah dilaporkan ada di
India, Sri Lanka, Jepang, dan China. Penyakit ini belum pernah dilaporkan di Indonesia, namun
tidak tertutup kemungkinan penyakit ini telah ada di Indonesia. Namun pada literatur (Schetters
THPM,1997) babesiosis jarang dilaporkan di luar Amerika. Secara sporadis dilaporkan dari
Perancis, Yugoslavia, Inggris, Irlandia,Uni Soviet dan Meksiko. Antara tahun 1968-1993 lebih
dari450 penderita Babesiosis dikonfirmasi dari pemeriksaan preparat apus darah dan serologi.
Jumlah infeksi sebenarnya sulit ditentukan karena banyak penderita yang tertular parasite
Babesia tidak menunjukkan gejala.Penularan bisa melalui transfusi darah. Pada survei atas darah
donor di Cape Cod, Massachusetts (1979) ternyata 3,3-4,9% seropositif Babesia. Di daerah non
endemis Babesiosis, beresiko penularan melalui transfusi darah hanya sekitar 0.17%. Dikenal
lebih 100 spesies Babesia, Yang sering dipersoalkan,Babesia canis menginfeksi sel darah merah
anjing.

PENULARAN MIKROORGANISME
Penularannya dapat melalui kutu dan caplak.Adapun beberapa jenis caplak yang dapat
menularkan babesiosis anjing, di antaranya yaitu Riphicephalus sp., Dermacentor sp., Hyalomma
sp., dan Haemaphysalis sp.
Siklus HidupBerikut lampiran dari suatu caplak yang terinfeksi, Babesia sp. trofozoit yang
dilepaskan ke dalam darah, menginfeksi eritrosit. Dalam eritrosit, parasit mengalikan dengan
pembelahan biner, bentuk aseksual schizogony. Caplak anjing menempel pada anjing dan anjing
menjadi terinfeksi Babesia sp. ketika caplak menyerang darah anjing.
Pada anjing :
Secara detail infeksi babesia biasanya terjadi dari vektor caplak (Rhipicephalus sanguineus).
Siklus hidup, tropozoit yang ikut masuk pada saat caplak menghisap darah akan memasuki

eritrosit, selanjutkan akan mengalami proses Merogoni (pembentukan Merozoit) dengan


pembelahan ganda (biner), penguncupan (endodyogeni), endopolygeny dan atau perbanyakan
berlipat ganda (skizogoni) di dalam endotel pembuluh darah organ sehingga dihasilkan Merozoit.
Sebagai akibat terjadi perbanyakan Merozoit mengakibatkan sel endotel pecah dan merozoit
akan memasuki sel endotel baru. Pada saat caplak menghisap darah, merozoit ikut terhisap,
didalam tubuh caplak ada kemungkinan terjadi perkembangan kembali. Fase merozoit ini dapat
bertahan pada tubuh caplak dalam waktu yang lama, selain ini fase merozit juga dapat di
tranmisikan melalui transovarial dan transstadial (Boozer & Macintire 2005).

Pada sapi :
Setelah caplak menghisap darah yang mengandung eritrosit yang berisi gametosit Babesia sp.
dari sapi maka terjadi perkembangan di dalam usus caplak betina kemudian parasit masuk ke
dalam saluran reproduksi caplak dan menginfeksi telur. Kemudian telur caplak menetas, keluar
larva yang kemudian berkembang menjadi caplak dewasa. Parasit berkembang di dalam tubuah
caplak Caplak Sapi Darah Hemolim Ovarium/telur Kelenjar ludah 17 dan akhirnya masuk ke
dalam sel kelenjar ludah caplak dalam bentuk sporozoit (Levine, 1992). Proses
perkembangbiakan ini memakan waktu 2-3 hari (Levine, 1961). Parasit stadium sporozoit masuk
kedalam tubuh sapi melaui gigitan caplak, sporozoit berkembang menjadi tropozoit, tropozoit
terjadi pembelahan dan berkembang menjadi merozoit. Kemudian merozoit berubah menjadi
gametosit Beberapa jenis Babesia (Levine, 1992),

GEJALA KLINIK
Gejala klinik terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu:
1. perakut: gusi terlihat pucat, depresi, tidak mau makan, lemah, anemia (kerusakan RBC),
demam, jaundice (kekuningan pada mata dan kulitnya), pada pewarnaan ulas darah ditemukan
parasit babesia dalam RBC.

2. akut: mirip dengan perakut tetapi lebih ringan.


3. kronis: lemah, ditemukan banyak RBC immature (regenerative anemia), pembesaran limpa,
jaundice, agak demam dan intermitten (naik turun), kurus, kerusakan ginjal dan hati. Pada
pewarnaan ulas darah jarang ditemukan parasit babesia.(Atmojo SD,2010)

DIAGNOSA KLINIK
1). Pemeriksaan mikroskopis preparat apus darah tipis atau tebal. Dengan pewarnaan Gram atau
Wright,pada penderita dengan parasetemia rendah,perlu dilakukan pemeriksaan ulang preparat
apus darah.
2). Pemeriksaan imunofluoresen indirek, untuk antibodi digunakan untuk memperkirakan terjadi
infeksi parasit babesia.
3). Pemeriksaan mikroskopis preparat apus darah ternyata lebih meyakinkan.Titer antibodi dapat
dideteksi setelah 2-4 minggu. Kemudian berangsur menurun setelah 6-12 bulan.

DIFFERENTIAL DIAGNOSA
Gejala klinisnya sangat menyerupai malaria falciparum, dimana terjadi demam tinggi, anemia,
hemoglobin di dalam air kemih, jaundice (sakit kuning) dan gagal ginjal.Penyakit Lyme dengan
Gejala klinis utama dari penyakit ini adalah kepincangan disertai bengkak dan rasa sakit pada
sendi (suppurative arthritis). Kepincangan bisa berlangsung dalam waktu singkat atau yang lebih
lama. Nafsu makan menurun dan hewan tampak lemah. Kerusakan ginjal yang ditandai dengan
azotemia, hipoalbuminemia, proteinemia muncul pada kasus lanjutan. (Boozer & Macintire
2005).

PENGOBATAN

Pemberian obat Imidocarb dipropionate (Imizol, Burroughs Wellcome, Schering-Plough) 2.5


mg/pound BB IM tiap 2 minggu untuk 2x treatment. (Donald C. Plumb, Pharm.D.1999)2.11
PENGENDALIAN* Penanganan atau pengendalian dari penyakit ini adalah dengan cara
mengendalikan caplak dan kutu yang menjadi vektor penyakit ini serta merawat anjing agar
terhindar dari caplak dan kutu tersebut.* Menghindari kemungkinan digigit/kontak dengan
caplak dan kutu hewan. Misalnya, menggunakan obat insektisida gosok (repellant). Beberapa
jam setelah digigit, terjadi penularan babesia. Hingga seseorang yang curiga digigit harus segera
memeriksa bagian tubuhnya yang digigit.* Menyaring donor darah dan penderita babesiosis yang
parasitemia rendah. Seperti melakukan pemeriksaan zat anti. Untuk menghindari penularan
melalui transfusi darah. (Atmojo SD. 2010)

7. Theileria sp.
Klasifikasi
Phylum III : Apicomplexa
Subclass : Piroplasmia
Ordo : Piroplasmida
Family : Theileriidae
Genus : Theileria
Spesies : Theileria sp. (Levine 1970)
Theileria sp. menurut derajat patogenitasnya dibagi atas Theileria sp. yang patogen dan Theleria
sp. yang non patogen. Jenis Theleria sp. yang patogen pada sapi adalah Theileria annulata,
Theileria bovis, Theileria laurenct dan Theileria parva, penyebab penyakit east coast fever,
mediterran theileriosis, corridor disease atau rhodensian red water disease. Sedangakan jenis
Theileria sp. yang bersifat non patogen adalah Theileria mutan, Theileria buffeli, Theileria
sergenti dan Theileria orientalis (Levine, 1992). Morfologi Menurut Soulsby (1982) bentuk
Theileria sp. dalam eritrosit yang paling menonjol adalah bentuk batang yang memiliki ukuran

kira-kira 1,5 2,0 X 0,5 1,0 m. Bentuk lain yang umumnya dijumpai pada eritrosit adalah
bundar, oval dan dapat juga berbentuk koma. 19 Siklus hidup Daur hidup Theileria sp. terjadi
dalam tubuh caplak dan di tubuh induk semang.
Mekanisme perkembangan di tubuh caplak Boophilus sp. (Levine, 1992) dimulai sejak larva
menghisap darah inang yang berparasit dan ditemukan sporozoit di dalam kelenjar ludah nimfe
atau pada caplak dewasa. Mekanisme infeksi di tubuh inang dimulai dari masuknya sporozoit
yang dilepaskan oleh caplak dari kelenjar ludah caplak ketika menggigit tubuh inang. Kemudian
di dalam eritrosit inang ditemukan piroplasma. Infeksi Theileria sp. pada larva caplak dimulai
dari adanya perubahan bentuk piroplasma menjadi mikrogamon, mikrogamet, zigot, dan kinet di
dalam usus caplak dan kemudian ditemukan sporozoit dalam kelanjar ludahnya. Caplak yang
telah kenyang menghisap darah inang yang terinfeksi akan jatuh ke tanah. Bentuk Theileria sp.
yaitu ada yang berbentuk bundar, koma, dan berbentuk kumparan dengan ukuran 0,5 1 m. Di
dalam tubuh caplak paada selang waktu 24 sampai 48 jam, merozoit mengalami perubahan
bentuk menjadi cincin yang berukuran 1 2 m, dengan sitoplasma bersifat basofilik. Dalam
waktu 48 sampai 72 jam bentuk cincin berubah bentuk menjadi makrogamet, yang berbentuk
bundar dan lonjong, berukuran 3 sampai 4 m dengan inti bersifat eosinofilik dan sitoplasma
bersifat basofilik. Makrogamet juga mengalami perubahan bentuk menjadi mikrogamet,
berbentuk seperti kumparan yang berukuran panjang 5 m. Gambar 3. Bentuk-bentuk Theileria
sp. (Soulsby, 1982) 20 Pada inang (1-6) dan vektor (717).1. sporozoit yang dilepas dari kelenjar
ludah caplak, 2. skizon (kochs blue bodies) di dalam limfosit (N = Nukleus), 3. merozoit, 45.
membelah diri dalam eritrosit, 7a-b. Piroplasma dalam usus caplak, 8-10. pembentukan
mikrogamon (9) dan mikrogamet (10), 11. makrogamet, 12. zigot, 13-15. pembentukan kinet,
15b. Pada Theileria parva pembelahan inti terjadi sebelum kinet meninggalkan sel usus caplak,
16. kinet memasuki sel kelenjar ludah, 17. pembesaran sel kelenjar ludah dan intinya, dan intinya
dan di dalamnya ditemukan ribuan sporozoit (Mehlhorn and Schein, 1984). Tiga sampai lima
hari setelah infeksi, di dalam usus nimpa akan ditemukan zigot yang berbentuk bundar lonjong
berukuran 4 sampai 5 m dengan sitoplasma berwarna biru terang. Hari ke-6 setelah infeksi,
jumlah zigot dalam usus akan mulai berkurang dan hari ke-8 zigot hilang dari dalam usus. Hari
ke-9 di dalam epitel usus nimpa akan ditemukan Theileria sp. dengan ukuran 4 sampai 5 m dan
sitoplasmanya berwarna biru gelap. Pada hari ke-13, Theileria sp. membentuk kelompok seperti
koloni bakteri pada sitoplasma epitel usus. Ookinet Gambar 4. Diagram daur hidup Theileria sp.

(Mehlhorn and Schein, 1984) skizogoni sporogoni gamogoni 21 akan terbentuk setelah terlihat
bentuk zigot, dan pada hari ke-50 sporozoit ditemukan pada kelenjar ludah caplak (Fujisaki and
Kamio, 1988). Setelah caplak menginfeksi inang sporozoit dilepaskan dengan proses yang pasif
melalui kelenjar ludah (Shaw, 1999), sporozoit langsung menginfeksi leukosit (Morisson et al.,
1995), sporozoit yang masuk ke dalam inang tergantung dari sel aktin cytoskeleton (Shaw,
1999). Kemudian di dalam limfosit, sporozoit membesar dan intinya membelah berulang-ulang
sehingga membentuk skizon dengan banyak inti yang disebut makroskizon agamon (= kochs
blue bodies) (Soulsby, 1982). Makroskizon ini akan melekat pada mikrotubuli sel limfosit dan
membelah terus dengan proses mitosis. Selama memperbanyak diri, makroskizon akan
melepaskan makromerozoit untuk menginfeksi monosit, sehingga makromerozoit akan berubah
menjadi makroskizon baru yang akan menyebar ke seluruh tubuh. Setelah itu dalam waktu 2
minggu sejak makroskizon membelah dengan proses mitosis, maka akan ditemukan mikroskizon
yang akan menghasilkan mikromerozoit di dalam monosit. Mikromerozoit akan langsung
menginfeksi eritrosit dan akan berubah bentuk menjadi piroplasma yang akan menulari caplak
(Preston, 1992). Beberapa jenis Theileria (Levine, 1992), a. Theileria parva Merupakan
penyebab demam pantai timur pada sapi di Afrika. Merozoit di dalam sel darah merah lebih
banyak berbentuk tongkat dan mempunyai panjang sekitar 1,5 2,0 m. Bentuk memperbanyak
diri terdapat dalam limfosit dan terkadang pada sel endotel, terutama pada bungkul bungkul
limfe dan limpa. Parasit ini mempunyai ukuran diameter kurang lebih 8 m. Karena warnanya
biru dengan pewarnaan giemsa, mereka dikenal sebagai badan biru dari Koch. Vektor yang
paling penting adalah Rhipicephalus appendiculatus, tetapi Rhipicephalus jenis lain dan
Hyalomma dapat menularkan parasit ini. b.Theileria annulata Menyebabkan theileriosis tropis
atau Demam Pantai Mediteranian pada sapi di Afrika sebelah selatan, Uni Soviet sebelah selatan,
dan Asia. Frekuensi kematian yang disebabkan parasit ini lebih rendah jika dibandingkan dengan
T. parva. Jenis 22 parasit ini juga mempunyai meron (badan Koch) di dalam limfosit pada limpa
dan bungkul limfe, mereka mirip dengan meron T. parva. Siklus hidup T. annulata mirip dengan
T. parva dan vektornya berbagai caplak jenis Hyalomma. c. Theleria mutans Parasit ini terdapat
pada sapi di seluruh wilayah Afrika, sebagian besar Asia dan beberapa bagian Uni Soviet dan
Eropa sebelah selatan. Parasit ini pernah ditemukan dua kali di AS. Parasit ini mirip dengan T.
parva tetapi tidak patogen. Parasit ini ditularkan oleh caplak Rhipicephalus sp.. 2.4 Anaplasma
sp. Klasifikasi Subclass : Riketsiaeia Ordo : Riketsiaeida Famili : Riketsiae Genus : Anaplasma

Spesies : Anaplasma sp. (levine, 1970) Anaplasmosis merupakan penyakit infeksius yang
ditularkan pada hewan ternak yang ditandai dengan anemia. Cara penularanya melalui vektor
yaitu caplak Boophilus microplus. Infeksi Anaplasma sp. biasanya dapat bersamaan dengan
infeksi Babesia sp.. Anaplasma sp. telah lama digolongkan kedalam protozoa, yang
menyebabkan Tick-Borne Disease, tapi saat ini secara taksonomi Anaplasma sp. telah
digolongkan ke dalam Rickettsia (Seddon 1966). Gejala klinis yang tidak jelas pada sapi , kurang
dari 1 tahun, dan kejadian fatal, per akut pada sapi lebih dari 3 tahun, gejala klinis yang dapat
ditemukan antara lain pyrexia, anemia, jaundice, anoreksia, nafas cepat, penurunan produksi
susu, abortus. Anaplasma marginale yang dapat menyebabkan penyakit-penyakit High fever,
Anemia, Bilirubinemia, Bilirubinuria lebih patogen dibandingkan dengan Anaplasma centrale,
beberapa hewan yang dapat menjadi induk semang dari Anaplasma sp. kerbau, antelops, Elk,
bison, unta, biri-biri, kambing (Astyawati, 2005). 23 Morfologi Anaplasma sp. berukuran kecil
dan berbentuk bulat seperti bola mempunyai diameter 0,5 m dan berukuran 1-2 m terletak di
pinggir atau di tengah eritrosit dalam satu eritrosit biasanya terdapat satu Anaplasma sp., tetapi
jika sudah dalam infeksi tingkat tinggi bisa mencapai empat Anaplasma sp. dalam satu eritrosit
(Seddon, 1966). Siklus hidup Anaplasma sp. relatif dalam bentuk yang non-patogen (Seddon,
1966), infeksi Anaplasma sp. secara murni jarang terjadi, biasanya infeksi Anaplasma sp. akan
berasamaan dengan Babesia sp. dan atau Theileria sp.. Anaplasma sp. mempunyai masa inkubasi
yang sama dengan Theileria sp.. Anaplasma sp. ini diperkirakan memperbanyak diri dalam
eritrosit dengan cara pembelahan ganda dengan pembentukan 8 badan-badan kecil initial
bodies yang bulat (Tampubolon, 2004). Beberapa Jenis Anaplasma (Ashadi, 1992), a.
Anaplasma centrale, Jenis ini merupakan Anaplasma sp. yang berada di tengah eritrosit. b.
Anaplasma marginale, jenis ini merupakan Anaplasma sp. yang berada di tepi atau pinggir
dinding eritrosit.
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1686/Nasution,%20Angga%20Yuka
%20Alta_B2007.pdf;jsessionid=B9293AB640CFA8D35A4B95D2D0335434?sequence=4
Agen masuk melalui gigitan caplak terinfeksi pada tubuh inang, kemudian masuk ke
dalam eritrosit melalui proses endositosis, dan terjadi pembelahan biner. Hasil pembelahan
dikeluarkan melalui permukaan sel dan bersifat menular pada eritrosit lainnya (Foley dan
Biberstein 2004). Seluruh stadium perkembangan caplak memiliki potensi menyebarkan

Anaplasma (Kocan et al. 2010). Transmisi Anaplasma dapat disebabkan oleh gigitan lalat. Lalat
penghisap darah famili Tabanidae dilaporkan mampu menjadi inang antara mekanik dari A.
marginale di kawasan Eropa tengah-timur (Hornok et al. 2008). Menurut Foley dan Biberstein
(2004), Anaplasma juga dapat ditularkan oleh lalat Tabanus, Stomoxys, nyamuk Psorophora, dan
Aedes aegypti.

Вам также может понравиться