Вы находитесь на странице: 1из 24

BAB I

PENDAHULUAN

Alergi merupakan suatu kondisi hipersensitivitas yang terjadi akibat


adanya paparan terhadap faktor-faktor penyebab alergi yang disebut alergen.
Kondisi alergi ditandai oleh beberapa gejala seperti gatal pada area tubuh tertentu,
mual, muntah, hingga sesak nafas dan kondisi terburuk adalah kematian. Efek
paparan tersebut bervariasi dari satu individu terhadap individu lainnya.1
Salah satu dari reaksi alergi yang sering didengar adalah reaksi anafilaksis
dimana merupakan reaksi hipersensitivitas yang akut dan dapat mengancam
nyawa yang berkaitan dengan pelepasan mediator dari sel mast dan basofil. Hal
ini dapat terdiagnosis dengan melihat tanda dan gejala klinis yang biasanya terjadi
dalam hitungan menit sampai beberapa jam setelah pemberian agen agen
pemicu reaksi. Anafilaksis dapat berakhir dengan kematian apabila tidak
ditanganin dengan cepat.2
Gejala klinis yang sering terlihat pada pasien yang mengalami reaksi
anafilaksis ini seperti manifestasi terhadap kulit dan mukosa berupa gatal gatal
di sekujur tubuh, Selain itu manifestasi pada sistem respirasi juga sering terlihat
yaitu berupa sesak nafas. Penurunan tekanan darah, kolaps, sinkope, inkontinensia
juga terlihat pada pasien yang mengalami reaksi anafilaksis.3
Di dalam dunia medis, anafilaksis merupakan sebuah penyebab kematian
yang jarang. Kematian yang sebabkan oleh anafilkasis sering sulit didiagnosis
karena keterbatasan riwayat yang jelas, pemeriksaan fisik yang menyeluruh, dan
pemeriksaan penunjang yang tidak spesifik, dan biasanya datang orang yang
terkena anafilkasis sudah meninggal. Pasien maupun keluarga pasien terkadang
tidak mengetahui gejalanya pada pasien yang muda atau yang tidak bisa berbicara.
Walaupun dengan riwayat yang jelas dan dengan pemeriksaan fisik, sangat sering
salah diagnosis apabila tidak ditemukannya manifestasi pada kulit. Hanya sedikit
masyarakat yang mengetahui mengenai anafilaksis ini, padahal anafilaksis walau
memang jarang terjadi, tetapi bila terjadi umumnya bersifat tiba-tiba, tidak

terduga, dan potensial berbahaya. Oleh karena itu pengetahuan mengenai penyakit
ini perlu diperluas mengingat kewaspadaan dan kesiapaan menghadapi keadaan
tersebut tidak dapat dianggap sepele.1
Terkait dengan fakta di atas, dibuatlah artikel ini untuk mencari beberapa
hal terkait dengan reaksi anafilaksis secara umum. Di dalam artikel ini juga berisi
perbandingan dari berbagai jurnal yang terkait pula dengan gejala ini. Setiap
jurnal akan dibandingkan dan disusun menjadi: definisi dari anafilaksis, etiologi
dari anafilaksis, patofisiologi dari anafilaksis, gejala klinis dari anafilaksis,
diagnosis dari anafilaksis, penatalaksanaan dan pencegahan dari anafilaksis, dan
juga laporan kasus terkait dengan anafilaksis. Artikel ini diharapkan dapat
memberikan berbagai informasi tentang anafilaksis. Hal ini sangatlah penting
untuk patut diketahui di berbagai kalangan masyarakat khususnya pada orang
yang memiliki alergi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Definisi Anafilaksis
Secara umum, menurut World Alergy Organization (WAO)
anafilaksis didefinisikan sebagai reaksi hipersensitivitas yang bersifat
sistemik dan dapat mengancam nyawa dan suatu reaksi alergi yang
memiliki onset cepat dan dapat menyebabkan kematian.4 Anafilaksis
merupakan suatu sindroma yang menyerang berbagai system yang
disebabkan oleh pengeluaran mediator mediator dari sel mast dan basofil
yang dimediasi ke sirkulasi sistemik. Mediator mediator inilah yang
menyebabkan gejala pada tubuh.5 Sedangkan syok anafilaktik berkaitan
dengan penurunan tekanan darah yang disebabkan oleh vasodilatasi
pembuluh darah di bawah 30% dari nilai standar.6

2.2 Etiologi Anafilaksis


Terdapat beberapa golongan alergen yang dapat menimbulkan
reaksi anafilaksis, yaitu makanan, obat-obatan, bisa atau racun serangga
dan alergen lain yang tidak bisa di golongkan. Secara umum penyebab
anafilaksis

dapat

dikelompokkan

sebagai

berikut:1

1. Obat
-

Antibiotik : penisilin, streptomisin, klorampenikol, sulfonamide,

kanamisin, dll.
Kemoterapeutik : carboplatin and doxorubicin.
Vaksin : difteri, morbili, parotitis, influenza, pertusis, rabies,
tetanus, tipoid.

2. Makanan
-

Kacang tanah, kacang kedelai, susu sapi, telur, jamur, udang, ikan,

kerang, nasi.
Buah : nanas, mangga, nangka, apel, rambutan

3. Bisa/cairan binatang : serangga, ular, laba-laba, ubur-ubur, nyamuk.


4. Natural rubber latex (NRL) : Dalam dunia kesehatan seperti masker, alat
tensimeter, stetoskop, handschoen, kateterm tourniquets. Selain itu
barang barang yang mengandung NRL lain seperti, sarung tangan,
kondom, dot bayi, balon, mainan, dan alat olahraga.
5. Faktor lisis : panas, dingin, getaran, cahaya, tekanan.
6. Faktor kolinergik dan kegiatan jasmani
7. Idiopatik

Gambar 1. Etiologi dari reaksi anafilaksis

2.3 Patofisiologi Anafilaksis


Patogenesis dari anafilaksis secara umum dibagi menjadi dua
mekanisme yaitu; (1) reaksi IgE-dependen dan (2) IgE-independen. Yang
pertama, reaksi IgE-dependen disebabkan oleh allergen yang menginduksi
reseptor FceRI yang ada di sel mast dan basofil, yang mengeluarkan
mediator

inflamasi

dan

sitokin

yang

menyebabkan

peningkatan

permeabilitas vascular dan kontraksi otot polos, hipersekresi kelenjar


mukosa.5
Mekanisme kedua berkaitan dengan IgE-independen, yang
berhubungan dengan pengikatan IgG, dan membutuhkan lebih banyak
antigen-antibodi daripada mekanisme IgE-dependen. Anafilaksis yang
berhubungan dengan IgG-dependen dapat melibatkan makrofag ataupun
basofil. Kedua mekanisme ini sama sama mengeluarkan faktor aktivasi
platelet, tetapi hanya IgE-dependen yang mengeluarkan histamine. Untuk
mekanisme yang kedua yaitu IgE-independen belum terbukti terhadap
manusia, namun IgG mampu mengaktivasi makrofag untuk mengeluarkan
faktor aktivasi platelet.5

Gambar 2. Patofisiologi dari Reaksi Anafilaksis


Reaksi anafilaksis terjadi dalam reaksi jaringan terjadi dalam
beberapa menit setelah antigen bergabung dengan antibodi yang sesuai.
Urutan kejadian anafilaksis adalah sebagai berikut:
1. Fase Sensitisasi, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan IgE
sampai diikatnya oleh reseptor spesifik pada permukaan sel mast dan
basofil.

2. Fase Aktivasi, yaitu waktu yang


diperlukan antara pajanan ulang
dengan antigen yang spesifik dan sel mast melepas isinya yang
menimbulkan reaksi.
3. Fase Efektor, yaitu waktu terjadi respons yang kompleks (anafilaksis)
sebagai efek mediator-mediator yang dilepas sel mast dengan aktivitas
farmakologik.7
Anafilaksis dapat terjadi sebagai suatu gangguan sistemik atau
reaksi lokal. Sering kali hal ini ditentukan oleh rute pajanan antigen.
Pemberian antigen protein atau obat secara sistemik (parental)
menimbulkan anafilaksis sistemik. Dalam beberapa menit setelah
pemberian, pada pasien yang tersensitisasi akan muncul rasa gatal,
urtikaria, dan eritema kulit, diikuti oleh kesulitan bernafas berat yang
disebabkan oleh bronkokonstriksi paru dan diperkuat dengan hipersekresi
mukus. Edema laring dapat memperberat persoalan dengan menyebabkan
obstruksi saluran pernafasan bagian atas. Selain itu, otot semua saluran
pencernaan dapat terserang, dan mengakibatkan vomitus, kaku perut, dan
diare. Tanpa intervensi segera, dapat terjadi vasodilatasi sistemik atau
kondisi syok anafilaktik, dan penderita dapat mengalami kegagalan
sirkulasi dan kematian dalam beberapa menit.7

2.4

Manifestasi klinis Anafilaksis


Reaksi anafilaksis merupakan

reaksi akut, sistemik

yang

melibatkan lebih dari satu sistem organ seperti kulit dan jaringan bawah
kulit, sistem respirasi, sistem kardiovaskular, sistem gastrointestinal yang
dapat mengancam nyawa. Pada reaksi penderita reaksi anafilaksis, banyak
manifestasi klinis yang dapat terlihat.

Klinis yang terlihat, dapat

membantu untuk melakukan menegakkan diagnosis dan melakukan


penanganan secara cepat pada penderita reaksi anafilaksis. Berikut
merupakan tabel gejala dan tanda pada reaksi anafilaksis berdasarkan
organ sasaran yang terpajan.8

Tabel 1. Gejala dan Tanda Anafilaksis berdasarkan organ sasaran


Sistem

Gejala dan Tanda

Umum

Lesu, lemah, rasa tak enak yang sulit di lukiskan, rasa tak

Prodromal

enak di bagian dada dan perut, rasa gatal di hidung atau


palatum.

Pernapasan
Hidung

Hidung gatal, bersin dan tersumbat

Laring

Rasa tercekik, suara serak, sesak napas, stridor, edema,


spasme
Edema

Lidah
Bronkus

Batuk, sesak, mengi, spasme

Kardiovaskula

Pingsan, sinkop, palpitasi, takikardia, hipotensi sampai

syok, aritmia,
Kelainan EKG : Gelombang T datar, atau tanda tanda
infark miokard

Gastro

Disfagia, mual, muntah, klik, diare yang kadang

instestinal

kadang disertai darah, peristaltic usus meningkat

Kulit

Urtika, angioedema pada bagian bibir, muka atau


ekstremitas

Mata

Gatal, lakrimasi

Susunan saraf Gelisah, kejang


pusat

2.5

Diagnosis Anafilaksis
Diagnosis anafilaksis ditegakkan berdasarkan anamnesis yang
teliti, dan adanya gejala klinis sistemik yang muncul beberapa detik atau

menit setelah penderita terpajan oleh alergen atau faktor pencetusnya.


Anamnesis yang teliti dapat memberikan penjelasan mengenai penyebab
terjadinya reaksi anafilaksis. Gejala yang timbul dapat ringan seperti
pruritus atau urtikaria sampai kepada gagal napas atau syok anafilaktik
yang mematikan.Tetapi, kadang kadang gejala anafilaksis yang berat
seperti syok anafilaktik atau gagal napas dapat langsung muncul tanpa
tanda tanda awal. Kumpulan gejala tersebut dapat dilihat pada tabel 1.8
Gejala gejala tersebut dapat timbul pada satu organ saja, tetapi
pula dapat muncul gejala pada beberapa organ secara serentak atau hampir
serentak. Kombinasi gejala yang sering muncul adalah urtikaria atau
angioedema yang disertai gangguan pernapasan baik karena edema laring
atau spasme bronkus. Kadang kadang didapatkan kombinasi urtikaria
dengan gangguan kardiovaskular seperti syok berat sampai terjadi
penurunan

kesadaran.

Setiap

manisfestasi

system

kardiovaskular,

pernapasan, atau kulit juga apat disertai dengan gejala yang lain seperti
mual, munth, diare berdarah, kejang uterus atau pendarahan vagina.8
Diagnosis anafilaksis berdasarkan kriteria Sampson HA adalah
sebagai berikut 3
1) Onset akut (dalam hitungan menit sampai beberapa jam) dengan
melibatkan jaringan kulit dan mukosa atau keduanya (pruritus
generalisata, flushing sembab bibir, lidah dan ovula). Dan minimal
salah satu yang berikut :
a. Keluhan sistem respirasi (sesak nafas, wheezing, stridor,
hipoksemia).
b. Penurunan tekanan darah, kolaps, sinkope, inkontinensia.
2) Dua atau lebih dari gejala gambaran klinis yang terjadi segera paska
paparan
a. Keterlibatan jaringan kulit dan mukosa, (pruritus generalisata,
flushing sembab bibir, lidah dan ovula)
b. Keterlibatan sistem respirasi (sesak nafas, wheezing, stridor,
hipoksemia).
c. Penurunan tekanan darah, kolaps, sinkope, inkontinensia.
d. Gejala gastrointestinal (mual, muntah, kram perut)

3) Penurunan tekanan darah segera paska paparan. Tekanan darah sistolik


kurang dari 90 mmHg atau penurunan lebih dari 30% dari tekanan
darah sebelumnya.
Diagnosis reaksi anafilatik adalah berdasarkan klinis. Ada beberapa
pemeriksaan laboratorium yang dianjurkan seperti darah lengkap, faeces
lengkap, hitung eusinofil, IgE, EKG, rontgent dada, dan laboratorium
lainnya tergantung dari kondisi pasien.8

2.6

Diagnosis Banding
Beberapa keadaan dapat menyerupai reaksi anafilaksis, yaitu
seperti reaksi vasovagal, infark miokard akut, reaksi hipoglikemik, reaksi
histerik atau angioedema herediter.8
Reaksi vasovagal dijumpai pada pasien yang mendapat suntikan.
Pasien terlihat tampak mau pingsan, dan berkeringat. Pada reaksi
vasovagal ditemukan nadinya lambat dan tidak ditemukan sianosis, walau
tekanan

darahnya

turun

namun

biasanya

tidak

terlalu

rendah

dibandingakan dengan reaksi anafilaksis.8


Pada infark miokard akut gejala yang menonjol adalah nyeri dada,
dengan atau adanya perjalanan penyakit sebelumnya. Gejala tersebut dapat
diikuti dengan sesak, tetapi tidak ada tanda tanda obstruksi pernapasan,
maupun kelainan kulit.8
Reaksi hipoglikemik dapat disebebkan oleh penggunaan obat
antidiabetes dan lainnya. Pasien terlihat lemah, pucat, berkeringan hingga
tidak sadarkan diri. Tekanan darah menurun tapi tidak disertai dengan
obstruksi pernapasan dan kelainan pada kulit.8
Pada Reaksi histerik tidak ditemukan adanya tanda gagal napas
hipotensi ataupun sianosis. Penilaian tanda tanda vital dan status
neurologik dapat segera membedakan keadaan ini dengan reaksi
anafilaksis.8

2.7

Penatalaksaan dan Pencegahan Anafilaksis


Penatalaksanaan farmakologis seperti pemberian epinephrine
intravena pada pasien rekasi anafilaksis tidak boleh ditunda. Pemberian
epinephrine pertama diberikan 0,01 ml/kg/BB sampai mencapai maksimal
0,3 ml subkutan dan diberikan setiap 15-20 menit sampai 3-4 kali.
Seandainnya kondisi semakin memburuk atau memang kondisinya sudah
buruk, suntikan dapat diberikan secara intramuskuler dan bisa dinaikan
sampai 0,5 ml selama pasien diketahui tidak mengidap penyakit jantung.2
Adrenalin atau epinephrine merupakan hormone kerja cepat yang
disekresi kelenjar suprarenalis. Bersifat simpatomimetik (a-adrenergic, badrenergic agonist) dengan indek terapi dan toksisitas yang sempit. Tidak
ada kontraindikasi absolut penggunaannya pada reaksi anaflaksis dan
merupakan pilihan utama.2
Selain

epinephrine,

golongan

kortikosteroid

seperti

metil

prednisolone, dexametason, hidrokortison juga dapat diberikan secara


inhalasi untuk menurunkan produksi mucus yang menyumbat saluran
pernafasan. Pemberian obat golongan antihistamin dapat dipilih bila fase
syok anafilaktik telah tertangani. Setelah kondisi pasien mulai membaik,
observasi sebaiknya dilakukan 2-3 kali 24 jam (pada kasus ringan cukup
observasi 6 jam saja)8
Pencegahan terhadap paparan alergen merupakan penatalaksanaan
terbaik. Untuk mengetahui secara pasti alergen yang berpotensi
menyebabkan hipersensitivitas dapat dilakukan uji cukit (Skin Prick Test)
agar dapat menghindari paparan alergen yang berpotensi tersebut.8
Pencegahan merupakan faktor yang tidak kalah penting dalam
tatalaksana reaksi anafilaksis. Pencegahan dapat berupa :8
1) Riwayat penyakit : apakah ada reaksi alergi sebelumnya. Pemberian
antibiotic dan obat-obatan lainnya secara rasional (tepat pasien, tepat
indikasi, tepat obat, tepat dosis dan cara pemberian, serta waspada efek
samping). Pemberian oral lebih dianjurkan daripada parenteral.
2) Informed consent / persetujuan keluarga

10

3) Bila terjadi reaksi, berikan penjelasan dasar kepada pasien dan


keluarga agar tidak terulangnya kejadian tersebut.

BAB III
LAPORAN KASUS

3.1

IDENTITAS PASIEN

11

Nama

: SP

Umur

: 15 tahun

Jenis kelamin

: Perempuan

Suku

: Jawa

Bangsa

: Indonesia

Agama

: Islam

Pendidikan

: Tamat SMP

Status perkawinan

: Belum menikah

Pekerjaan

: pelajar

Alamat

: Ketapang lelantang negara jembrana

Tanggal MRS

: 2 Juli 2016

TanggalPemeriksaan : 21 Juli 2016

3.2

ANAMNESIS
Keluhan Utama: gatal-gatal dan sesak
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluhkan sesak dan gatal pada seluruh tubuh,keluhan
dikatakan mendadak muncul setelah pasien mendapat terapi transfusi TCApheresis. Saat itu pasien sedang menjalani terapi transfusi 4 kantong TCApheresis, keluhan mulai dirasakan saat tranfusi TC-Apharesis kantong
kedua dan semakin memberat saat tranfusi TC-Apheresis kantong ketiga.
Selain sesak dan gatal seluruh tubuh, pasien juga mengeluhkan
tenggorokan gatal, bengkak pada kedua mata dan lidah terasa tebal
Riwayat Penyakit dan Pengobatan Dahulu
Riwayat MRS terakhir di rumah sakit sanglah tanggal 13/6/2011.
Namun pasien maupun keluarga lupa dengan alasan MRS
Riwayat Keluarga
12

Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang pernah memiliki


keluhan yang sama serta tidak ada anggota keluarga yang memiliki
penyakit, jantung, hati, diabetes maupun asma serta penyakit sistemik lain.
RiwayatSosial
Pasien tinggal bersama kedua orang tuanya di Jembrana. Pasien
tidak memiliki riwayat minum minuman beralkohol maupun merokok.
Pasien juga menyangkal pernah menggunakan obat - obatan jangka
panjang.

3. 3

PEMERIKSAAN FISIK
Tanda- tanda vital
Kedaan umum : Sedang
Kesadaran

: Compos Mentis

Gizi

: Baik

GCS

: E4 V5 M6

Tekanan Darah

: 100/70 mmHg

Nadi

: 80 x / mnt

RR

: 20 x/ mnt

Tax

: 36,50C

Berat Badan

: 52 kg

Tinggi Badan

: 158 cm

BMI

: 20.8 kg/m2

Pemeriksaan Khusus
Mata : anemis +/+, ikterus -/-, reflek pupil +/+ Isokor
THT

: tonsil T1/T1, faring normal, atrofi pupil lidah (-)

Mulut : lidah: plak (-), hiperemi (-) bibir: pucat (-) Perdarahan gusi (+)

13

Leher : JVP + 0 cm H2O, pembesaran kelenjar (-), peteki (-)


Thorak :
Cor

:
Inspeksi

: Iktus kordis tidak tampak

Palpasi

: Iktus kordis tidak teraba, kuat angkat (-), thrill


(-)

Perkusi

: Batas atas jantung ICS 2 sinistra


Batas kanan jantung parasternal line dekstra
Batas kiri jantung midclavicula line sinistra ICS
5

Auskultasi : S1S2 tunggal regular murmur (-)


Pulmo
Inspeksi

: Simetris
Palpasi

Perkusi :

Auskultasi

: Tactile fremitus N

Sonor
Sonor
Sonor

Sonor
Sonor
Sonor

: Vesikular + + Rhonki

Wheezing

- -

- -

- -

14

Abdomen

Inspeksi

: Distensi (-)

Auskultasi

: BU (+) Normal

Perkusi

: Timpani (+), shifting dullness (-)

Palpasi

: Nyeri tekan (-), traube space (+), nyeri ketok CVA


(-), Ballottement (-), Hepar/lien tidak teraba

Ekstrimitas

3.4

:Edema

Hangat

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Darah lengkap ( 20 juli 2016)
Pemeriksaan

Hasil

Normal

7,26

4.10 11.00

70,75

47.00 89.00

21,83

13.00 40.00

6,65

2.00 11.00

0,18

0.00 5.00

0,59

0.00 2.00

5,14

2.50 7.50

1,59

1.00 4.00

0,48

0.10 1.20

0,01

0.00 0.50

0,04

0.00 0.10

RBC

3,62

4,00 5,20

Rendah

HGB

10,17

12,00 16,00

Rendah

WBC
-

Neu %
Lym %
Mo %
Eo %
Ba %
Neu #
Lym #
Mo #
Eo #
Ba #

Keterangan

15

HCT

32,59

36,00 46,00

MCV

89,97

80,00 100,00

MCH

28,07

26,00 34,00

MCHC

31,20

31,00 36,00

RDW

14,70

11,60 14,80

PLT

10,35

140,00 440,00

Rendah

Critical value

Kimia Klinik (21 juli 2016)


Pemeriksaan

Hasil

Rentang

Keterangan

Normal
Analisa gas
darah +
Elektrolit

3.5

Ph

7,48

7.35-7.45

Tinggi

Pco2

24,6

35.00-45.00

Rendah

pO2

206,10

80.00-100.00

Tinggi

BEecf

-4.4

-2-2

Rendah

HCO3-

19.10

22.00-26.00

Rendah

SO2C

99,5

95%-100%

TCO2

19,90

24.00-30.00

Rendah

Natrium (Na)

135

136-145

Rendah

Kalium (K)

3.43

3.50-5.10

Rendah

Klorida (Cl)

94

96-108

Rendah

Diagnosis Kerja
1. Syok anafilaksis et causa product darah (trombosit concentrate)

16

2. Observasi acute leukemia et causa suspect acute myeloid leukemia


3. Hypokalemia et causa suspect loss dd shift
3.6

Penatalaksanaan
-

IVFD RL 1,5-2 liter dalam 2 jam

Adrenalin 0,3 ml IM

Metil Prednisolon 2 x 62,5 mg IO

Oxygen via sungkup 8-10 liter per menit.


Monitor

Tanda-tanda vital
Tanda perdarahan
Keluhan
Reaksi transfusi
Darah lengkap post transfusi.

3.7

Prognosis
Ad vitam: Dubius ad malam
Ad functionam: Dubius ad malam
Ad sanationam: Dubius ad malam

3.8

Perjalanan Penyakit Pasien


Tanggal 21 Juli 2016
S: Pasien mengeluh seluruh badan terasa gatal dan sesak nafas setelah
mendapat tranfusi trombosit concentrate.
O: Tekanan Darah : 90/50 mmHg
Nadi: 150 x/menit
Respirasi : 38 x/menit
Suhu : 34,5OC
SpO2 : 99 %

17

Mata

: anemis -/-, ikterus -/-, reflek pupil +/+ Isokor

Thorax
Cor

: S1S2 tunggal regular murmur (-)

Pulmo : VES +/+, RH -/-, WH -/Abdomen

: distensi tidak ada

Ekstremitas : hangat di ke empat extremitas


A: Syok anafilaksis et causa produk darah (trombosir concentrate)
Observasi akut leukemia et causa akut suspek myeloid leukemia
Hypokalemia et causa suspek loss dd shift membaik.
Metrorargia et causa trombositopenia
P: Injeksi epinefrin 0,5 mg intra muscular
Oksigen 4 liter permenit via sungkup
Pasang infus double line
Injeksi metal prednisolon 1,25mg intravena
Injeksi ulang epinefrin 0,5mg tiap 15 menit bila masih syok
Monitoring vital sign dan keluhan
Tanggal 22 Juli 2016
S: Saat ini keluhan pasien sudah berkurang. Gatal tidak ada, sesak
berkurang, mens masih hanya flek flek saja lemas berkurang.
Sebelumnya pasien dengan riwayat transfuse tidak ada keluhan.
O: Kesadaran

: Kompos mentis

Tekanan darah

: 110/70 mmHg

Nadi

: 88 x/menit

Respirasi

: 22 x/menit

Suhu

: 36,8OC

Mata

: anemis -/-, ikterus -/-, reflek pupil +/+ Isokor


18

Thorax
Cor

: S1S2 tunggal regular murmur (-)

Pulmo

: VES +/+, RH -/-, WH -/-

Abdomen

: distensi tidak ada

Ekstremitas

: hangat di keempat extremitas

A: Syok anafilaksis et causa produk darah (trombosir concentrate)


membaik
Observasi akut leukemia et causa akut myeloid leukemia
Metrorargia et causa trombositopenia
Hypokalemia et causa suspek loss dd shift membaik.
P: Oksigen via sungkup 8-10liter per menit
Metylprednisolon 62,5mg tiap 12 jam selama 3 hari
Tunda pemberian trombosit concentrate, bila di butuhkan ganti produk
trombosit concentrate dari orang yang berbeda

Tanggal 23 Juli 2016


S: Saat ini keluhan pasien sudah berkurang. Gatal tidak ada, sesak tidak
ada
O: Kesadaran

: kompos mentis

Tekanan Darah

: 120/70 mmHg

Nadi

: 88 x/menit

Respirasi

: 22 x/menit

Suhu

: 36,8OC

Mata

: anemis -/-, ikterus -/-, reflek pupil +/+ Isokor

Thorax
Cor

: S1S2 tunggal regular murmur (-)

Pulmo

: VES +/+, RH -/-, WH -/-

19

Abdomen

: distensi tidak ada

Ekstremitas

: hangat di keempat ekstremitas

A: Syok anafilaksis et causa produk darah (trombosit concentrate)

P:

membaik
Observasiakut leukemia et causa akut myeloid leukemia
Metrorargia et causa trombositopenia
Hypokalemia et causa suspek loss dd shift membaik.
IVFD normal saline 20 tetes per menit
Oksigen via sungkup 8-10liter per menit bila sesak
Monitoring keluhan, vital sign, tanda tanda syok anafilatik

BAB IV
PEMBAHASAN
Masalah yang dibahas pada kasus ini adalah:
1. Masalah diagnosis
2. Masalah etiologi
3. Masalah penatalaksanaan
4.1

Masalah Diagnosis
Anafilaksis merupakan suatu sindroma yang menyerang berbagai
system yang disebabkan oleh pengeluaran mediator mediator dari sel
mast dan basofil yang dimediasi ke sirkulasi sistemik. Untuk mendiagnosis
apakah pasien tersebut mendapatkan gejala dari reaksi anafilaksis dipakai
kriteria Sampson HA. Diagnosis anafilaksis berdasarkan kriteria Sampson
HA adalah sebagai berikut
1) Onset akut (dalam hitungan menit sampai beberapa jam) dengan
melibatkan jaringan kulit dan mukosa atau keduanya (pruritus
generalisata, flushing sembab bibir, lidah dan ovula). Dan minimal
salah satu yang berikut :

20

a. Keluhan sistem respirasi (sesak nafas, wheezing, stridor,


hipoksemia).
b. Penurunan tekanan darah, kolaps, sinkope, inkontinensia.
2) Dua atau lebih dari gejala gambaran klinis yang terjadi segera paska
paparan
e. Keterlibatan jaringan kulit dan mukosa, (pruritus generalisata,
flushing sembab bibir, lidah dan ovula)
f. Keterlibatan sistem respirasi (sesak nafas, wheezing, stridor,
hipoksemia).
g. Penurunan tekanan darah, kolaps, sinkope, inkontinensia.
h. Gejala gastrointestinal (mual, muntah, kram perut)
3) Penurunan tekanan darah segera paska paparan. Tekanan darah sistolik
kurang dari 90 mmHg atau penurunan lebih dari 30% dari tekanan
darah sebelumnya.
Berkaitan dengan diagnosis yang berdasarkan kriteria Sampson HA
ini, didapatkan pasien sebelumnya mendapatkan transfusi darah berupa
trombosit dikarenakan trombositopenianya. Awalnya pasien terlihat
normal sebelum pemberian. Namun, setelah pemberian kantung kedua,
pasien tiba tiba mengeluhkan gatal gatal disekujur tubuhnya. Selain
gatal gatal, pasien juga mengeluhkan tenggorokan gatal, bengkak pada
kedua mata dan lidah terasa tebal. Pasien juga mengaku sesak nafas saat
pemberian transfuse kedua tersebut. Dalam pemeriksaan fisik, didapatkan
tekanan darahnya paska pemberian kantung pertama sebesar 90/50 mmHg.
Secara keseluruhan, paska pemberian transfuse trombosit pasien
mengalami gatal gatal, sesak nafas, dan juga penurunan tekanan darah
yang bermakna bahwa pasien ini mengalami reaksi anafilaksis.
4.2

Masalah Etiologi
Berbagai zat atau keadaan dapat menyebabkan reaksi anafilaksis.
Ada yang berupa antigen seperti protein (serum, hormone, enzim, bisa
binatang, makanan, dan sebagainya), atau polisakarida, juga ada yang
berupa hapten yang nanti bertindak sebagai antigen apabila berikatan
dengan protein (antibiotik, anastesi lokal, analgetik, zat kontras, dan lain-

21

lain). Antigen tersebut dapat masuk ke dalam tubuh melalui oral,


suntikan/sengatan, inhalasi, atau topikal.
Dalam pasien ini, memang sebelumnya tidak terdapat riwayat alergi
terhadap makanan, maupun juga obat obatan. Didapatkan reaksi
anafilaksis tersebut dalam pemberian transfuse darah berupa trombosit.
Alergi dari pemeberian trombosit ini dicurigai tepat setelah pemberian
kantung kedua. Hal ini terjadi dikarenakan kecocokan protein/antigen dari
pendonor dengan antigen dari pasien.

4.3

Masalah Penatalaksanaan
Menghentikan semua obat yang diperoleh oleh penderita
merupakan tindakan pertama yang harus dilakukan. Manifestasi klinis
umumnya berangsur hilang dalam beberapa hari. Bila suatu obat
merupakan obat esensial yang tidak dapat dicarikan alternatifnya, maka
harus dipertimbangkan secara cermat risiko untuk terus memberikan obat
tersebut dibandingkan risiko untuk tidak mengobati penyakit dasarnya.
Kemudian secara simultan, pemberian epinephrine intravena pada pasien
rekasi anafilaksis tidak boleh ditunda. Pemberian epinephrine pertama
diberikan 0,01 ml/kg/BB sampai mencapai maksimal 0,3 ml subkutan dan
diberikan setiap 15-20 menit sampai 3-4 kali. Selain epinephrine,
golongan

kortikosteroid

seperti

metil

prednisolone,

dexametason,

hidrokortison juga dapat diberikan secara inhalasi untuk menurunkan


produksi mucus yang menyumbat saluran pernafasan. Pemberian obat
golongan antihistamin dapat dipilih bila fase syok anafilaktik telah
tertangani. Setelah kondisi pasien mulai membaik, observasi sebaiknya
dilakukan 2-3 kali 24 jam (pada kasus ringan cukup observasi 6 jam saja).
Pada kasus ini, pasien sudah dilakukan penatalaksanaan untuk
anafilaksis sesuai dengan teori yang sudah dibahas, yaitu stop transfuse
darah, dan diberikan epinepherin serta diberikan terapi oksigen 8-10 L
(sungkup), kortikosteroid yaitu Metylprednisolon.

22

BAB V
PENUTUP

5.1

Simpulan
Anafilaksis didefinisikan sebagai reaksi hipersensitivitas yang
bersifat sistemik dan dapat mengancam nyawa dan suatu reaksi alergi yang
memiliki onset cepat dan dapat menyebabkan kematian. Gejala dari
anafilaksis yang biasanya terjadi berupa manifestasi kulit, pernapasan ini
dapat terlihat dalam hitungan menit maupun jam. Suatu manajemen yang
tepat dan cepat sangatlah mempengaruhi prognosis pada pasien.
Dalam laporan kasus ini telah diuraikan kasus perempuan usia 15
tahun, dengan syok anafilaksis et kausa pemeberian tranfusi darah berupa
trombosit. Kecurigaan adanya syok anakfilaksis didapatkan berdasarkan
kriteria Sampson HA yaitu dari anamnesis berupa sesak nafas dengan gatal
gatal di sekujur tubuh, dan juga pemeriksaan fisi berupa penurunan
tekanan darah. Penatalaksanaan pada pasien ini sudah dilakukan berupa
stop pemberian tranfusi, pemberian epinephrine, oksigen sungkup 8-10 L
dan juga diberikan kortikosteroid yaitu metylprednisolon.

5.2

Saran

23

Penanganan yang adekuat dari para tenaga medis dalam melakukan


anamnesa, pemeriksaan fisik sehingga dapat memberikan penatalaksanaan
yang adekuat sehingga dapat mempengaruhi prognosanya.
Kepada masyarakat, khususnya pada orang yang memilki riwayat
alergi, hendaknya untuk meningkatkan kesadaran terhadap pentingnya
alergi yang dimilikinya. Selain itu hendaknya juga memiliki pengetahuan
yang terkait dengan reaksi anafilaksis ini sehingga ke depannya dapat
mengetahui gejala dan penanganan pada pasien yang mengalami reaksi
anafilaksis ini.

24

Вам также может понравиться

  • KATA PENGANTAR Peb
    KATA PENGANTAR Peb
    Документ2 страницы
    KATA PENGANTAR Peb
    Mona Mentari Pagi
    Оценок пока нет
  • Kata Pengantar Dewi
    Kata Pengantar Dewi
    Документ2 страницы
    Kata Pengantar Dewi
    Mona Mentari Pagi
    Оценок пока нет
  • Kata Pengantar Dewi
    Kata Pengantar Dewi
    Документ2 страницы
    Kata Pengantar Dewi
    Mona Mentari Pagi
    Оценок пока нет
  • PBL Skizofrenia Paranoid
    PBL Skizofrenia Paranoid
    Документ18 страниц
    PBL Skizofrenia Paranoid
    Mona Mentari Pagi
    Оценок пока нет
  • KATA PENGANTAR Peb
    KATA PENGANTAR Peb
    Документ2 страницы
    KATA PENGANTAR Peb
    Mona Mentari Pagi
    Оценок пока нет
  • Lapsus KPD Singaraja
    Lapsus KPD Singaraja
    Документ42 страницы
    Lapsus KPD Singaraja
    Mona Mentari Pagi
    Оценок пока нет
  • KATA PENGANTAR Peb
    KATA PENGANTAR Peb
    Документ2 страницы
    KATA PENGANTAR Peb
    Mona Mentari Pagi
    Оценок пока нет
  • Lapsus DHF Rsud Sanjiwani 2016
    Lapsus DHF Rsud Sanjiwani 2016
    Документ42 страницы
    Lapsus DHF Rsud Sanjiwani 2016
    Mona Mentari Pagi
    Оценок пока нет
  • Rinitis Alergi NISA PBL
    Rinitis Alergi NISA PBL
    Документ7 страниц
    Rinitis Alergi NISA PBL
    Mona Mentari Pagi
    Оценок пока нет
  • Perencanaan Penunjuk Arah Desa Pengejaran
    Perencanaan Penunjuk Arah Desa Pengejaran
    Документ4 страницы
    Perencanaan Penunjuk Arah Desa Pengejaran
    Mona Mentari Pagi
    Оценок пока нет
  • Jurnal Reading Psikiatri Bangkit
    Jurnal Reading Psikiatri Bangkit
    Документ12 страниц
    Jurnal Reading Psikiatri Bangkit
    Mona Mentari Pagi
    Оценок пока нет
  • HIPERTENSI
    HIPERTENSI
    Документ12 страниц
    HIPERTENSI
    Mona Mentari Pagi
    Оценок пока нет
  • PBL Skizofrenia Paranoid
    PBL Skizofrenia Paranoid
    Документ18 страниц
    PBL Skizofrenia Paranoid
    Mona Mentari Pagi
    Оценок пока нет
  • ISI Abortus Inkomplit
    ISI Abortus Inkomplit
    Документ23 страницы
    ISI Abortus Inkomplit
    Mona Mentari Pagi
    Оценок пока нет
  • 6 Infeksi Virus (Triana)
    6 Infeksi Virus (Triana)
    Документ48 страниц
    6 Infeksi Virus (Triana)
    VilasineeAriHaraKumar
    Оценок пока нет
  • TINJAUAN PUSTAKA TENTANG TINIA KAPITIS
    TINJAUAN PUSTAKA TENTANG TINIA KAPITIS
    Документ32 страницы
    TINJAUAN PUSTAKA TENTANG TINIA KAPITIS
    Mona Mentari Pagi
    Оценок пока нет
  • Jadwal Belajar Penebel I
    Jadwal Belajar Penebel I
    Документ5 страниц
    Jadwal Belajar Penebel I
    Mona Mentari Pagi
    Оценок пока нет
  • JURNAl
    JURNAl
    Документ9 страниц
    JURNAl
    Mona Mentari Pagi
    Оценок пока нет
  • Lapsus Kulit Psoriasis Vulgaris
    Lapsus Kulit Psoriasis Vulgaris
    Документ35 страниц
    Lapsus Kulit Psoriasis Vulgaris
    Mona Mentari Pagi
    Оценок пока нет
  • Responsi Doc X
    Responsi Doc X
    Документ25 страниц
    Responsi Doc X
    Mona Mentari Pagi
    Оценок пока нет
  • Responsi THT CHECK
    Responsi THT CHECK
    Документ33 страницы
    Responsi THT CHECK
    Mona Mentari Pagi
    Оценок пока нет
  • PropPKM Draft
    PropPKM Draft
    Документ11 страниц
    PropPKM Draft
    Mona Mentari Pagi
    Оценок пока нет
  • Pre Post
    Pre Post
    Документ1 страница
    Pre Post
    Mona Mentari Pagi
    Оценок пока нет
  • 5 Dermatitis
    5 Dermatitis
    Документ40 страниц
    5 Dermatitis
    Mona Mentari Pagi
    Оценок пока нет
  • Lapsus b24 Tropik
    Lapsus b24 Tropik
    Документ6 страниц
    Lapsus b24 Tropik
    Mona Mentari Pagi
    Оценок пока нет
  • Proposal Sumarhanayudhi FIX
    Proposal Sumarhanayudhi FIX
    Документ17 страниц
    Proposal Sumarhanayudhi FIX
    Mona Mentari Pagi
    Оценок пока нет
  • Luka Bakar
    Luka Bakar
    Документ19 страниц
    Luka Bakar
    Eva Primananda
    Оценок пока нет
  • Bab III Responsi THT
    Bab III Responsi THT
    Документ6 страниц
    Bab III Responsi THT
    Mona Mentari Pagi
    Оценок пока нет
  • PKMpelaksanaan
    PKMpelaksanaan
    Документ16 страниц
    PKMpelaksanaan
    Mona Mentari Pagi
    Оценок пока нет
  • JURNAl
    JURNAl
    Документ9 страниц
    JURNAl
    Mona Mentari Pagi
    Оценок пока нет