Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
KERJA MAHASISWA
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas selesainya penyusunan Buku Pedoman Kerja
Mahasiswa (BPKM) untuk Modul Hematologi dan Onkologi 2016. BPKM ini merupakan
panduan bagi mahasiswa pada modul Hematologi & Onkologi.
Modul Hematologi & Onkologi merupakan modul ke-12 yang dilaksanakan pada semester
VI selama 5 minggu.
Mudah-mudahan Modul Hematologi dan Onkologi dapat menjadi langkah awal untuk
memahami penyakit hematologi dan onkologi mulai dari penegakkan diagnosis, prinsip
pengobatan, pemantauan hasil pengobatan, hingga meramalkan prognosis.
Kami menyadari masih terdapat kekurangan dalam penyusunan modul ini, untuk itu kami
mohon saran, kritik dan usul yang membangun untuk perbaikan.
Akhir kata, kami Tim Penyusun mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada
semua pihak terkait yang telah membantu dalam penyusunan modul Hematologi dan
Onkologi ini, khususnya kepada personalia Badan Pendidikan Kedokteran Fakultas
Kedokteran Universitas Tanjungpura.
Tim Penyusun
PENDAHULUAN
Kurang darah atau anemia merupakan masalah yang sering dijumpai di praktik
klinik maupun di masyarakat. Anemia dapat mengakibatkan perkembangan intelektual
terganggu dan produktivitas menurun karena oksigenisasi jaringan terganggu. Walaupun
penyebab anemia yang paling sering adalah kekurangan zat besi, tidak semua anemia
dapat diobati dengan pemberian zat besi misalnya pada thalassemia justru terjadi
penimbunan zat besi. Selain masalah anemia, penderita hemofilia juga masih banyak
yang belum terdiagnosis, sehingga perdarahan sendi yang berulang mengakibatkan
kecacatan bahkan kematian akibat perdarahan intra kranial. Sesungguhnya penderita
hemofilia dapat berkembang menjadi manusia yang produktif apabila mendapat terapi
yang adekuat. Di samping masalah hematologi, pada umumnya keganasan baru
terdiagnosis pada stadium lanjut sehingga banyak pasien yang tidak dapat tertolong
lagi.
Modul Hematologi dan Onkologi termasuk modul Medical Sciences yang diberikan
pada semester ke-6 dengan beban 4,4 SKS. Modul ini diselenggarakan selama 5 minggu,
berupa integrasi dari beberapa cabang ilmu kedokteran. Kegiatan dalam modul ini
meliputi kuliah, praktikum, KKD, diskusi kelompok dan diskusi pleno yang didasarkan
pada penggunaan metoda pembelajaran berdasarkan masalah.
KARAKTERISTIK MAHASISWA
Mahasiswa yang dapat mengikuti Modul Hematologi dan Onkologi ini adalah
mahasiswa tahap II yang telah lulus tahap I dan telah mencapai keterampilan dan
sikap dasar, yaitu keterampilan belajar sepanjang hayat, keterampilan generik dan
sikap peduli terhadap lingkungan/ masyarakat
SASARAN PEMBELAJARAN
SASARAN PEMBELAJARAN TERMINAL
Bila dihadapkan pada data sekunder tentang masalah klinik, laboratorium dan
epidemiologik penyakit hematologi dan onkologi, mahasiswa diharapkan mampu
menjelaskan, dasar diagnosis dan penyebab penyakit hematologi dan onkologi. Selain
itu, mahasiswa diharapkan mengetahui rencana penatalaksanaan yang rasional, non
farmakologik dan farmakologik, serta tindakan pencegahan sesuai standar yang telah
ditetapkan.
Sasaran yang hendak dicapai Modul Hematologi dan Onkologi, setelah selesai
modul ini
Bila mahasiswa dihadapkan pada data sekunder masalah klinik, laboratorium dan
epidemiologik penyakit dengan kelainan hematologi, mahasiswa mampu menjelaskan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
A.
7.
RUJUKAN
1. Thibodeau GA, Patton KT. Anatomy & physiology. 5 th ed. Philadelphia : Mosby;
2003.p.629-40.
2. Digg, Sturm, Bell. The morphology of human blood cells. 7 th ed. Tennessee: Abbott
Laboratories.edisi terbaru, 2005.
3. Hoffbrand AV, Petitt JE, Moss PAH. Essential haematology. 4 th ed. Oxford: Blackwell
Science. 2001;p.12-70, 71-90, 113-25, 126-44, 162-90, 191-235, 236-49, 307-25.
4. McKenzie SB. Textbook of hematology. 2nd ed. Baltimore: William & Wilkins. 2010;p.931,50-104,146-367, 383-404, 421-568, 612-731.
5. Stiene-Martin EA, Lotspeich-Steininger CA, Koepke JA. Clinical hematology. 2 nd ed.
Philadelphia: Lippincott. 1998;p.599-611, 612-34, 661-74, 675-88, 689-706, 717-34.
6. Kresno SB. Imunologi; diagnosis dan prosedur laboratorium. 4 th ed. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI; 2001.p.381-9, 414-21.
7. Devita VT, Jr, Hellman S, Rosenberg SA, eds. Cancer Principles and practice of
oncology, 1993, hal 3-415.
8. Rooney DE, Czepulkowski BH. Human cytogenetics a practical approach volume II
malignancy and acquired abnormalities. 2 nd ed. Oxford: Oxford University Press;
1992.p.1-25.
9. Mendelsohn J, Howley PM, Israel MA, Liotta LA. The molecular basis of cancer.
Philladelphia: WB Saunders; 1995.
10. Vokes EE, Golomb H. Oncologic therapies. 2 nd ed. Chicago : Springer-Verlag; 2002.p.195.
11. Devita VT, Hellmaqn S, Rosenberg SA. Cancer principles & practice of oncology. 3 rd ed.
Philadelphia : JB Lippincott Company; 1985.p.236-96.
12. Cotran RS, Kumar V, Robbins SL. Robbins pathologic basis of disease. 7 th ed.
Philadelphia : WB Saunders Company; 2005.p.661-710.
13. Stevens A, Lowe J. Pathology. 2nd ed. Edinburgh : Mosby; 2000.p.305-28.
14. Pizzo PA, Poplack DG. Principles and practice of pediatric oncology. 4 th ed.
Philadelphia: Saunders; 2003.
15. Nathan DG, Orkin SH. Nathan and Oskis hematology of infancy and childhood. 5 th ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2006
16. Amstrong Peter. Pulmonary neoplasms. In : Grainger & Allisons Diagnostic radiology,
text book of medical imaging. 3rd. Churchill Livingstone; vol. 1, 1997.p.375.97.
17. Boejang N, Kusumawidjaja K. Tumor di dalam toraks. 1 st ed. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI; 2001.p.1-36.
18. Charles E Putman, Carl E Ravin. Textbook of diagnostic imaging. W.B Saunders
Company; 1998.p.387-97, 604-20, 1226-31, 1540-53.
19. David Sutton. A textbook of radiology and imagin. 3 rd ed. Churchill Livingstone;
1980.p.346-62, 1230-1306.
20. Husband JE, Reznek RH. Imaging in oncology. 2 nd ed. Taylor & Francis; 2004.p.95-125,
217-43, 817-917, 935-71.
21. Meschan. Rontgen signs in diagnostic imaging. W.B Saunders Company; 1984.p.561946.
22. Rasad S, Kartoleksono S, Ekayuda I. Radiologi diagnostik. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;
2005.p.1-5, 11-29, 145-59, 418-23, 467-504, 537-616.
23. Scott W Atlas. Magnetic resonance imaging of the brain and spine. Raven Press;
1991.p.223-76, 921-66.
24. Leibel SA & Phillips TL. Textbook of radiation oncology. 2 nd ed. Saunders. 2004.
25. Rath GK, Mohanti BK. Textbook of radiation oncology. Principles and practice. 1 st ed.
New Delhi: Churchill Livingstone Pvt Ltd; 2000.
LAMPIRAN 1
PEMICU 1
Juleha berusia 36 tahun, datang dengan keluhan benjolan pada payudara bagian kiri
sejak 3 bulan lalu. Benjolan semakin lama semakin membesar dengan diameter kurang
lebih 4 cm . Tidak ada kelainan pada kulit payudara. Pasien hamil 4 bulan, G1POAO.
Tidak ada keluhan sesak napas , batuk darah atau sakit tulang lainnya. Tidak ada
penurunan berat badan yang berarti.
Pemeriksaan status generalis dalam batas normal , status lokalis payudara kiri : masa
ukuran 4cm , keras , permukaan tidak rata , batas tidak jelas . Status obstetrikus :
G1POA0 H16 minggu
Riwayat keluarga : Nenek dari ibu menderita benjolan pada payudara dan sudah
meninggal.
Riwayat lainnya : sering olahraga , mensturasi umur 9 tahun , makanan sehari-harinya
vegetarian
PEMICU 2 :
Minum ASI eksklusif hingga usia 4 bulan kemudian mulai diberikan tambahan
susu formula sejak usia 5 bulan.
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
Berat lahir 2450 gram.Usia 1 bulan BB 2700 gram panjang 49 cm, usia 3 bulan
BB 3900 gram dan panjang badan 51 cm, usia 5 bulan 4400 gram dengan
panjang badan 52cm.
Saat tiba di RS untan: Pemeriksaan fisik: Nadi: 156x/menit Laju Pernapasan:
58x/menit suhu 36.7 C
Tampak pucat, Pemeriksaan jantung paru dalam batas normal. Pemeriksaan
abdomen ditemukan adanya splenomegali (shuffner I)
PEMICU 3
Anak Mela, perempuan, usia 6 tahun dibawa ibunya ke RS Untan dengan keluhan
pucat sejak 1 bulan SMRS. Mela merupakan penduduk pindahan dari jawa Barat.
Dari keterangan ibu diketahui bahwa Mela sudah tampat pucat sejak 1 bulan
yang lalu disertai dengan pembesaran perut tanpa adanya nyeri, kadang timbul
demam. Demam sembuh bila diberikan obat parasetamol dari Bidan. Selama itu
BAB dan BAK normal. Mela kemudian dirujuk dari Puskesmas ke RS Kerawang
untuk mendapatkan transfuse darah merah. Kondisi membaik setelah transfusi.
Sejak 2 minggu SMRS ibu merasakan timbulnya benjolan2 sebesar kelereng di
area lipat paha dan leher, Mela mulai tampak pucat lagi dan dibadannya timbul
memar kebiruan spontan tanpa adanya trauma. Mela juga tampak semakin
kurus meskipun napsu makannya masih seperti biasa.Mela dibawa berobat ke RS
Kerawang dan kembali mendapat transfusi darah merah. Mela kemudian dibawa
pulang ke Pontianak karena keluarga ingin mencoba pengobatan alternatif.
Namun karena kondisi Mela tidak bertambah baik, Mela dibawa ke RS Untan
untuk pemeriksaan lanjutan.
Saat tiba di RS Untan, kondisi Mela lemah, pucat disertai demam tinggi. Kedua
tungkai membengkak disertai bintik-bintik kemerahan di wajah dan kedua
tungkai. BAB cair kehitaman. BAK lancar. Asupan makanan berkurang.
Riwayat penyakit dahulu: Tidak ada riwayat sakit berat sebelumnya. Kadangkadang menderita batuk dan pilek. Riwayat keluarga: Tidak ada riwayat penyakit
kelainan darah atau keganasan. Tidak ada hubungan saudara antara ayah dan
ibu pasien. Lingkungan rumah terletak di lingkungan padat penduduk dan tidak
terdapat pabrik kimia. Rumah bersebelahan dengan sawah, sering disemprot
pestisida. Riwayat imunisasi dasar lengkap, lanjutan belum diberikan. Riwayat
persalinan, tumbuh kembang selama ini baik. Anak Mela diketahui senang
mengkonsumsi sosis ayam dan sapi, ikan kaleng, makan ringan dengan bumbu
cabe didalamnya dan juga minuman-minuman botol.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan:
Sadar, sakit berat, Sesak (+), sianosis (-)
Tanda vital: FN= 140x/mnt, FP= 45x/mnt, T=40,3C, TD= 110/60 mmHg
Status antropometri : BB 19,3 kg, TB 115 cm, LLA 12 cm
Kulit tampak petekiae dan purpura. Konjunctiva pucat. Pemeriksaan paru tampak
retraksi minimal interkostalis saat bernapas, bunyi napas bronkovesikuler. Bunyi
jantung dalam batas normal. Abdomen ditemukan pembesaran, hepatomegali
5cm bac,tepi tumpul, kenyal, permukaan rata. Limpa Shuffner IV, dan bising usus
normal. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening multiple dileher kiri dan
kanan, juga di area axilla dan inguinal dengan diameter sekita 0,5 cm -1cm.
Edema pada kedua tungkai.
PEMICU 4
Asepso, 2 tahun datang ke praktek dokter dibawa oleh ibunya dengan keluhan
lutut kanan yang membengkak dan berwarna kemerahan. Ibu pasien
mengatakan anaknya mengalami hal tersebut setelah bermain bersama temantemannya. Ibu mengatakan anaknya mengeluhkan nyeri di bagian lutut yang
bengkak. Keluhan lutut membengkak disertai nyeri ini semakin sering terjadi
sejak 6 bulan terakhir. Tidak ada riwayat terbentur dan jatuh.
Ibu pasien mengatakan saudara laki-lakinya pernah mengalami hal serupa
seperti anak asep. Saudara laki-laki ibu Asep(paman Asep) meninggal saat usia 6
tahun karena perdarahan saat operasi Hernia.
Dari pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh dokter, didapatkan tanda vital
N:120x/menit, suhu 37,2C, laju pernafasan 40x/menit. Pemeriksaan jantung
paru dalam batas normal. Pemeriksaan abdomen tidak ditemukan
hepatosplenomegali dan bising usus normal. Pada pemeriksaan status lokalis
didapatkan tungkai kanan area lutut tampak pembengkakan disertai kemerahan
dan nyeri tekan.
MATERI KKD:
I.
Anamnesis atau medical history adalah informasi yang dikumpulkan oleh dokter dengan
melakukan pertanyaan-pertanyaan spesifik baik itu terhadap pasien (autoanamnesis) maupun
dari orang yang dianggap dapat memberikan keterangan yang berhubungan dengan keadaan
pasien (alloanamnesis/heteroanamnesis). Pada saat pasien datang ke dokter, maka yang
pertama kali dokter lakukan adalah dengan melakukan anamnesis. Anamnesis adalah tombak
terdepan yang akan menentukan arah diagnosa dokter terhadap pasien. Anamnesis yang baik
akan memudahkan dokter dalam menentukan tindakan selanjutnya, baik itu pemeriksaan fisik
yang lebih spesifik, pemeriksaan penunjang, maupun terapi yang akan diberikan. Data - data
yang didapat dari anamnesis sangat penting untuk pegangan dokter dalam menangani pasien,
bahkan dengan anamnesis saja 70% diagnosa sudah bisa ditegakkan.
Untuk Itu perlu dikuasai oleh dokter tekhnik anamnesis yang baik. Berikut adalah
langkah
langkah
dalam
melakukan
anamnesis
yang
baik.
A. PEMBUKAAN
1. Menyapa pasien dan memperkenalkan diri. Hal ini diperlukan untuk membina
sambung rasa/ hubungan yang baik dengan pasien.
2. Identitas Pasien penting untuk dicatat lengkap :
B.
Nama Pasien. Idealnya hanya ada satu nama untuk satu orang, seperti alamat e-mail
anda yang tidak ada kembarannya, begitu pula nama, hal ini penting untuk mencegah
tertukarnya status pasien yang satu dengan yang lainnya.
Jenis Kelamin. Penyakit-penyakit tertentu ada yang hanya dimiliki oleh salah satu
jenis kelamin perempuan atau jenis kelamin pria saja, tidak kedua - duanya. Begitu
juga dengan pemberian obat-obatan spesifik untuk jenis kelamin tertentu (hormon).
Status Pernikahan. Penting seperti penyakit2 tertentu yang umumnya lebih besar
terjadi pada wanita yang sudah menikah, atau kontraindikasi obat pada wanita hamil
dan menyusui.
Suku. hampir sama dengan agama dikaitkan dengan kebiasaan dan pantanganpantangan pada suku suku tertentu misalnya suku padang sering menderita gastritis
karena doyan makan pedas dsb.
INFORMASI
PENYAKIT
Onset (Waktu terjadinya gejala) Kapan gejala mulai dirasakan? sudah berapa lama?
seberapa sering muncul?
Quality (Kualitas) Seperti apa rasanya, misalnya pada nyeri dada apakah seperti
ditusuk atau seperti tertimpa benda berat dsb.
Modifying factor (Faktor yang memodifikasi) Apa saja yang meredakan atau
memperburuk penyakit.
Associated Symptoms (manifestasi terkait) Apakah ada hal lain yang menyertai gejala
tersebut.
obat
Menjadi pendengar yang baik dan mendengarkan keluhan pasien secara efektif.
(dapat
memfasilitasi
pasien,
Pada
masa
pubertas,
kelenjar
payudara
perempuan
akan
10
Pada wanita dewasa, dasar payudara terbentang dari iga kedua atau
ketiga sampai iga keenam, dan dari pinggir sternum sampai linea axilaris
media.13 Payudara terletak di atas fascia pektoralis profunda, yang melapisi
pektoralis mayor dan seratus anterior, pada inferior oblique eksternal dan
aponeurosis membentuk dinding anterior pembungkus rektus abdominis. Antara
payudara
dan
Fascia
profundus
terdapat
jaringan
ikat
longgar.
Hal
ini
11
10
stroma
dipengaruhi
oleh
payudara,
sedangkan
progesteron.13,14
pertumbuhan
Progesteron
lobulus
yang
dan
alveoli
berperan
dalam
pertumbuhan alveoli tidak merangsang alveoli untuk menyekresikan air susu. Air
susu akan disekresikan jika dirangsang oleh prolaktin yang dilepaskan oleh
kelenjar hipofisis anterior.13
Selama kehamilan, sejumlah besar estrogen disekresikan oleh plasenta
sehingga sistem duktus payudara tumbuh dan bercabang. Secara bersamaan,
stroma payudara juga bertambah besar dan sejumlah besar lemak terdapat di
dalam
stroma.
Perkembangan
akhir
payudara
menjadi
organ
yang
pertama
kehidupan,
sel
tumbuh
dan
membelah
dengan
cepat
dewasa,
sel-sel
tersebut
hanya
membelah
untuk
kepentingan
menggantikan sel yang mati atau sel yang mengalami cedera. Timbulnya kanker
adalah ketika sel-sel pada bagian tubuh tertentu terus membelah tanpa
pengaturan.16 Kanker merupakan tumor ganas, sel kanker dapat menginvasi
jaringan sekitarnya di mana sel tersebut berada dan menyebar ke bagian lain
dalam tubuh. Penyebaran kanker dari bagian tubuh tertentu ke bagian tubuh
lainnya disebut dengan metastasis
17
menyebabkan
mutasi
yang
mempengaruhi
pertumbuhan
dan
pembelahan dari sel. Ketika hal tersebut terjadi, sel tidak akan mati seperti selsel normal yang mengikuti siklus sel, dan di sisi lain sel-sel baru akan terbentuk
dan kelebihan sel-sel tersebut akan membentuk massa jaringan yang disebut
dengan tumor.16
Terdapat tiga kelas gen regulatorik normal, yaitu protoonkogen yang
mendorong pertumbuhan sel, gen penekan tumor ( tumor suppressor gene) yang
menghambat pertumbuhan sel, dan gen yang mengatur kematian sel terencana
(programmed cell death) atau apoptosis. Ketiganya memiliki peran utama pada
kerusakan genetik dalam karsinogenesis. Adapun alel protoonkogen dikenal
dengan onkogen, di mana onkogen ini meningkatkan pertumbuhan otonom
pada sel kanker, artinya dapat mendorong pertumbuhan sel walaupun tidak
terdapat sinyal pendorong pertumbuhan yang normal.
19
20
Adapun definisi kanker payudara itu sendiri adalah kanker yang terbentuk
pada jaringan payudara, biasanya pada duktus (saluran yang menyalurkan air
susu ke puting payudara) dan lobus (kelenjar yang menghasilkan air susu).
Kanker payudara dapat terjadi pada pria dan wanita, namun kanker payudara
pada pria jarang ditemukan. 21,22 Kanker payudara merupakan tumor ganas yang
berkembang dari sel-sel pada payudara. Tumor ganas merupakan kumpulan sel
kanker yang dapat tumbuh menginvasi jaringan sekitar atau menyebar jauh
(metastasis) ke jaringan lain dalam tubuh.16
Sebagian besar perempuan dengan kanker payudara herediter memiliki
mutasi di gen BRCA1 dan gen BRCA2 yang berperan sebagai gen penekan
pertumbuhan sel. Mutasi pada gen-gen ini menyebabkan pertumbuhan sel yang
tidak terkontrol sehingga dapat menimbulkan terjadinya kanker.
19
payudara di Amerika Serikat tahun 2010, terdapat 207.090 kasus baru kanker
payudara invasif yang didiagnosis pada wanita, dan 54.010 kasus baru
karsinoma in situ (CIS) yang didiagnosis (karsinoma in situ bersifat noninvasif
dan awal dari kanker payudara),
kanker payudara. 17
Faktor resiko terjadinya kanker payudara menurut American Cancer
Society adalah sebagai berikut :
1.
18
Jenis kelamin
b.
Usia
c.
Genetik
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
Menstruasi dini3,9
k.
Menopause terlambat3,9
l.
Radiasi thorak
3,9
3
3,9
9
3
b.
c.
3,5
3,9
d.
Tidak menyusui
e.
Konsumsi alkohol5
f.
Kebiasaan merokok
g.
Obesitas
h.
3
3,8
23
1. Inspeksi
2. Pemeriksaan aksila
3. Palpasi
Dalam mempermudah komunikasi, payudara dibagi menjadi empat
kuadran. Dua garis khayalan ditarik melalui puting susu, masing-masing saling
tegak lurus. Empat kuadran yang dihasilkannya adalah atas luar, atas dalam,
bawah luar, dan bawah dalam. Ekor merupakan perluasan kuadran atas luar.
Adapun langkah-langkah dalam pemeriksaan fisik payudara adalah :
1. Pasien duduk dengan posisi tegak, pakaian dibuka sampai batas pinggang:
2. Kedua tangan penderita dijatuhkan ke samping
3. Pemeriksa berdiri di depan penderita
4. Inspeksi :
a. Kedua payudara : bentuk, ukuran, simetri, kontur, warna, dan edema.
b. Puting
cairan.
c. Kulit payudara
d. Tanda retraksi
5.
: massa
penunjang
seperti
seperti
mammografi
biopsi.
dan
Selain
itu
ultrasonografi
dapat
(USG).
dilakukan
16
pula
Mammografi
: Karsinoma lobulus
b.
Infiltrating
Paget
Karsinoma duktus invasif ini merupakan
jenis yang
paling sering
Stadium
Stadium 0
Stadium I
Stadium IIA
TNM
Tis N0 M0
T1 N0 M0
T0 N1 M0
T1 N1 M0
Stadium IIB
T2 N0 M0
T2 N1 M0
T3 N0 M0
Stadium IIIA
T0 N2 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1 M0
Stadium IIIB
T3 N2 M0
T4 N0 M0
T4 N1 M0
Stadium IIIC
Stadium IV
a.
T4 N2 M0
Semua T N3 M0
Semua T , semua N dan M1
Tis
: Carcinoma in situ
T1
T2
T3
T4
T4a
T4b
b.
N0
N1
N2
N2a
N2b
N3
c.
N3a
N3b
N3c
M0
M1
3,8
Faktor resiko
Usia
>4
Riwayat Keluarga :
>5
>2
>2
3-4
Biopsi Payudara
Atipikal
>4
dengan
hyperplasia
4-5
Biopsi
Payudara
dengan
Carsinoma
In
situ
atau
Carsinoma In situ.
Lobular
Ductal
8-10
Riwayat Reproduksi:
Menarche usia dini (<12 tahun)
Menopause di atas usia 45 tahun
melahirkan anak pertama pada usia >
30 tahun
Penggunaan terapi sulih hormon (HRT)
kombinasi
Penggunaan kontrasepsi oral
2
1-5-2
2
1,5-2
1,25
1,5-2
1,3-1,5
Konsumsi alkohol
1,5
2.4.1 Usia
Usia merupakan salah satu faktor risiko penyebab kanker payudara.
Banyak
penelitian
yang
menghubungkan
bertambahnya
3,26
usia
dengan
26
10
kanker
payudara
diketahui
memiliki
riwayat
kanker
dalam
30
Diketahui gen BRCA1 dan BRCA2 merupakan gen yang paling sering
berhubungan dengan penurunan penyakit kanker payudara dalam keluarga.
Pada sel normal, gen BRCA1 dan BRCA2 berperan mencegah terjadinya kanker
melalui
protein
yang
dihasilkan,
di
mana
protein
ini
dapat
mencegah
pertumbuhan yang abnormal dari sebuah sel. 16,27 Menurut penelitian pula,
dikatakan seseorang akan beresiko 80% lebih tinggi mengidap kanker payudara
jika salah satu anggota keluarganya diketahui mengalami mutasi pada gen-gen
ini, mutasi pada kedua gen ini pun dapat menyebabkan berkembangnya
penyakit kanker ovarium, prostat dan kanker kolon. 31
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Brandt et al, seorang wanita akan
mengidap kanker payudara 12,3 tahun lebih awal dari umumnya yaitu rata-rata
pada usia 50 tahun, jika ibunya mengidap kanker payudara pada usia <40 tahun.
Hal ini menunjukkan pengaruh riwayat kanker payudara dalam keluarga sebagai
faktor risiko kanker payudara.31 Penelitian lain juga menyebutkan seorang wanita
yang memiliki dua atau lebih riwayat kanker payudara pada keluarga tingkat
pertama memiliki resiko relatif 5 kali terhadap wanita yang tidak memiliki
riwayat kanker payudara di keluarga tingkat pertamanya. 3
2.4.3 Faktor Reproduksi
Salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya kanker payudara
adalah peran hormonal. Hormon ovarium berperan dalam mempengaruhi siklus
menstruasi
dan
juga
mempengaruhi
pertumbuhan
jaringan
payudara. 13,16
Usia Menarche
Wanita yang mengalami menarche pada usia dini, yaitu pada usia kurang
dari
12
tahun
akan
mengalami
siklus
menstruasi
yang
lebih
banyak
kanker
payudara
di
keluarganya. 34
Salah
satu
penelitian
lain
27
2.4.3.4
Riwayat Menyusui
Salah satu faktor reproduksi yang berperan dalam meningkatkan risiko
kanker payudara adalah tidak adanya riwayat menyusui. Menurut salah satu
penelitian, risiko relatif (RR) menurun 4,3% jika terdapat riwayat menyusui
selama lebih dari 12 bulan. 39 Menurut teori yang ada, dengan adanya riwayat
menyusui lebih dari 12 bulan, akan mengurangi siklus menstruasi pada seorang
wanita dan akan menurunkan risiko mengidap kanker payudara. 16
2.4.3.5
Riwayat Tumor Jinak Payudara
Wanita yang didiagnosis mengidap tumor jinak payudara memiliki risiko
tinggi mengidap kanker payudara. Adapun tumor jinak payudara diklasifikasikan
dalam lesi nonproliferatif, lesi proliferatif nonatipik, lesi proliferatif atipik. Jenis
tumor jinak yang berpotensi besar menyebabkan kanker payudara adalah lesi
proliferatif atipik diikuti dengan lesi proliferatif non atipik. Sedangkan lesi
nonproliferatif
tidak
meningkatkan
risiko
menjadi
kanker
payudara.
lesi
Namun, ada pula yang menyebutkan risiko terjadinya kanker pada penggunaan
kontrasepsi oral pada kelompok ini juga kecil dengan risiko relative 1,1-1,2 dan
tidak
begitu
dipengaruhi
oleh
lama
penggunaan,
dosis
hormon,
usia
40
erat
kaitannya
pada
wanita
multipara
yang
telah
menggunakan
kontrasepsi oral selama empat tahun atau lebih sebelum kehamilan pertama
kali.41
Namun di sisi lain, ada penelitan yang mengatakan bahwa penggunaan
kontrasepsi oral oleh seorang wanita tidak meningkatkan risiko terjadinya kanker
payudara kecuali wanita tersebut memiliki riwayat kanker dalam keluarganya.
2.4.3.8
Konsumsi Alkohol
43
membuktikan
dalam
penelitiannya,
bahwa
wanita
yang
alkohol
bermakna
meningkatkan
risiko
kanker
payudara
jika
dikonsumsi sebanyak 10 gram perhari atau dapat disamakan satu gelas alkohol
perhari dapat meningkatkan risiko kanker payudara.
45
2.4.3.9
Riwayat Merokok
Riwayat kebiasaan merokok dapat meningkatkan risiko kanker payudara.
salah satu penelitian menyebutkan bahwa intensitas kebiasaan merokok
merokok
meningkatkan
risiko
kanker
payudara
pada
wanita
postmenopause.46
Adapun suatu penelitian eksperimental menunjukkan bahwa zat yang
terkandung dalam rokok, seperti polycyclic hydrocarbons, amina aromatik, and
N-nitrosamin dapat memicu kanker payudara. Hal ini dibuktikan dengan
ditemukannya mutasi gen P53 pada wanita kanker payudara yang memiliki
kebiasaan merokok.46
Peningkatan risiko kanker payudara berhubungan dengan usia saat
kebiasaan merokok itu dimulai. Wanita yang merokok pada usia < 15 tahun
memiliki risiko paling tinggi mengidap kanker payudara. Hal ini dikarenakan
perkembangan jaringan payudara saat pubertas belum mengalami diferensiasi
yang sempurna. Jaringan payudara akan mengalami diferensiasi sempurna
setelah wanita tersebut mengalami kehamilan pertama kali. Jadi, jika wanita
remaja yang baru mengalami pubertas terpapar oleh zat rokok, maka risiko
mengidap kanker payudara akan sangat besar. 46
Penelitian yang dilakukan oleh Luo mengenai risiko kanker payudara pada
wanita postmenopause menunjukkan bahwa merokok 5 batang per hari memiliki
odd ratio 1,12, dan meningkat jika jumlah batang rokok yang dikonsumsi
semakin banyak. Risiko kanker payudara paling besar pada wanita yang
mengonsumsi rokok lebih dari 25 batang per hari. Durasi kebiasaan merokok
juga
mempengaruhi,
semakin
lama
kebiasaan
merokok
akan
semakin
Kanke
Perabaan dimulai dengan teknik pola jarum jam, yaitu meraba dengan gerakan memijat
searah jarum jam 12 kemudian pindah ke arah jam 3, 6, 9 dan kembali ke jam 12. Setelah itu,
perabaan kedua dilakukan dengan teknik pola juring atau irisan yaitu meraba payudara
dengan gerakan melingkar dari luar ke dalam. Selanjutnya dengan teknik megusap payudara
naik turun.
Waktu yang paling tepat untuk melakukan SADARI adalah 7 hari sampai dengan 10 hari
setelah menstruasi. Pada saat itu kondisi payudara sudah tidak bengkak karena perubahan
hormon pada saat menstruasi sehingga payudara terasa lebih lunak (tidak kencang). Tujuan
pemeriksaan payudara sendiri secara rutin adalah untuk merasakan dan mengenal lekuk
payudara sehingga jika terjadi perubahan dapat segera diketahui.
Jika Anda merasakan adanya benjolan, perubahan warna/bentuk pada payudara, Anda dapat
melakukan pemeriksaan klinis mammografi ke dokter.
The American Cancer Society menganjurkan wanita untuk melakukan SADARI mulai usia
20 tahun dan setiap 3 tahun sekali dianjurkan tetap melakukan pemeriksaan mammografi.
Setelah usia 40 tahun, mammografi harus dilakukan secara rutin setiap satu tahun sekali.
Pemeriksaan dengan metode mammografi juga harus dilakukan setiap 2 tahun sekali terhadap
wanita yang telah menopause yang tidak memiliki riwayat kanker dari keluarganya. Jika
keluarga Anda memiliki riwayat kanker payudara, lakukan mammografi setiap 1 tahun sekali.
Perabaan dimulai dengan teknik pola jarum jam, yaitu meraba dengan
gerakan memijat searah jarum jam 12 kemudian pindah ke arah jam 3,
6, 9 dan kembali ke jam 12. Setelah itu, perabaan kedua dilakukan
dengan teknik pola juring atau irisan yaitu meraba payudara dengan
gerakan melingkar dari luar ke dalam. Selanjutnya dengan teknik
megusap payudara naik turun.
Waktu yang paling tepat untuk melakukan SADARI adalah 7 hari
sampai dengan 10 hari setelah menstruasi. Pada saat itu kondisi
payudara sudah tidak bengkak karena perubahan hormon pada saat
menstruasi sehingga payudara terasa lebih lunak (tidak kencang).
2.1.2
Kanker Serviks
A. Definisi
Serviks merupakan bagian bawah uterus yang menjulur ke dalam
vagina atas (Anthony L, 2011).
275.000 (CCI, 2008). Delapan puluh enam persen dari kasus kanker serviks
yang baru akan terlihat di negara-negara berkembang. Di seluruh dunia,
angka kematian akibat kanker serviks adalah 52 persen (WHO, 2010).
Angka kejadian dan kematian global tergantung pada kehadiran program
skrining untuk prakanker serviks dan kanker serta vaksinasi Human
Papilloma Virus, yang kemungkinan besar akan tersedia di negara-negara
maju. Karena intervensi ini, telah terjadi penurunan 75 persen dalam
kejadian dan kematian dari kanker serviks selama 50 tahun terakhir di
negara-negara maju (Quinn M, et al, 1999; Willoughby, et al, 2006).
Di negara maju pada tahun 2008, kanker serviks merupakan jenis
kanker kesepuluh yang paling umum pada wanita (9,0 per 100.000
perempuan) dan peringkat di bawah sepuluh penyebab kematian (3,2 per
100.000). Sebaliknya, di negara-negara berkembang kanker serviks adalah
jenis yang paling umum kedua (17,8 per 100.000) dan penyebab kematian
akibat kanker (9,8 per 100.000) di antara wanita. Di benua Afrika dan di
Amerika Tengah, kanker serviks merupakan penyebab nomor satu kematian
terkait kanker di kalangan perempuan (WHO, 2010).
Indonesia sendiri, setiap satu jam terdapat satu wanita yang
meninggal karena kanker serviks. Profil kesehatan 2010 menyebutkan
bahwa presentase penyakit kanker leher rahim adalah 19,70% per 10.000
penduduk. Berdasarkan laporan program yang berasal dari Rumah Sakit
dan Puskesmas di salah satu kota besar di Indonesia yaitu Kota Semarang,
pada tahun 2005 kasus penyakit kanker yang ditemukan sebanyak 2.020
kasus, 55% di antaranya adalah kanker leher rahim dan 45% diantaranya
bukan kanker leher rahim (Dinkes, 2005).
C. Etiologi
Kanker serviks disebabkan oleh Human Papilloma Virus. Human
Papilloma Virus (HPV) berbentuk kecil, beruntai ganda, dan merupakan
virus DNA yang terdiri dari lebih dari 130 jenis (Mammas I, et al, 2008;
Sanclemente G, et al, 2002; Zur Hausen H 2002). Mukosa membran yang
terinfeksi HPV kemudian dapat menyebabkan neoplasia serviks pada orang
dewasa serta anogenital kutil pada anak-anak maupun orang dewasa. HPV
tipe 16 dan 18 merupakan tipe yang paling sering berisiko tinggi yang
biasanya terdeteksi pada wanita dari sistem anogenital dan terdeteksi pada
lebih dari 70% dari wanita dengan kanker serviks (Clifford GM,
(sesak atau batuk darah), tulang (nyeri atau patah), hati (nyeri perut kanan
atas, kuning, atau pembengkakan) dan lain-lain (Nuranna, 2005).
E. Stadium
National Cancer Institute pada tahun 2014 menetapkan stadium kanker
sebagai berikut:
1. Dalam karsinoma in situ (stadium 0), sel-sel abnormal ditemukan di lapisan
terdalam serviks. Sel-sel yang abnormal dapat menjadi kanker dan
menyebar ke jaringan normal di dekatnya.
2. Stadium I
Pada stadium I, kanker ditemukan pada serviks saja. Stadium I dibagi
menjadi stadium IA dan IB, berdasarkan ukuran tumor yang ditemukan.
a. Stadium IA
Ditemukan kanker dalam jaringan serviks dengan jumlah yang sangat
kecil yang hanya dapat dilihat dengan mikroskop. Stadium IA dibagi
menjadi stadium IA1 dan IA2, berdasarkan ukuran tumor.
i.
Pada stadium IA1, dalam kanker tidak lebih dari 3 milimeter dan
ii.
serviks ke vagina.
Pada stadium IIA1, tumor dapat dilihat tanpa mikroskop dan ukuran 4 cm atau lebih
kecil.
Pada stadium IIA2, tumor dapat dilihat tanpa mikroskop dan lebih besar dari 4 cm.
b. Pada stadium IIB, kanker telah menyebar ke luar serviks dan jaringan di
sekitar rahim.
4. Stadium III
Pada stadium III, kanker telah menyebar ke sepertiga bagian bawah vagina,
dan / atau ke dinding panggul, dan / atau telah menyebabkan masalah
ginjal.
Stadium III dibagi menjadi stadium IIIA dan IIIB, berdasarkan seberapa
jauh kanker telah menyebar.
a. Stadium IIIA
Kanker telah menyebar ke sepertiga bagian bawah vagina namun tidak
ke dinding panggul.
b. Stadium IIIB
Kanker telah menyebar ke dinding panggul; dan / atau tumor telah
menjadi cukup besar untuk memblokir ureter.
5. Stadium IV
Pada stadium IV, kanker telah menyebar ke kandung kemih, rektum, atau
bagian lain dari tubuh. Stadium IV dibagi menjadi stadium IVA dan IVB,
didasarkan pada tempat kanker ditemukan.
a. Stadium IVA
Kanker telah menyebar ke organ terdekat, seperti kandung kemih atau
rektum. Kanker telah menyebar ke organ terdekat, seperti kandung
kemih atau rektum.
b. Stadium IVB
Kanker telah menyebar ke bagian tubuh selain serviks, seperti hati, paruparu, tulang, atau kelenjar getah bening jauh.
6. Kanker Serviks berulang
Kanker serviks berulang adalah kanker yang telah berulang (kembali)
setelah dirawat. Kanker dapat kembali pada serviks atau di bagian lain dari
tubuh.
Sumber : www.cancer.gov
F. Patogenesis
Virus yang menginfeksi sel epitel terutama melalui abrasi kulit atau
mukosa, di mana ia dapat bersifat sebagai infeksi laten jangka panjang yang
dapat mengaktifkan atau bertahan (Sinal, 2005). Dalam sebagian besar individu,
infeksi HPV tetap sementara dan asimptomatik. Akan tetapi dalam banyak kasus
infeksi HPV menyebabkan kematian seseorang hanya dalam waktu 2 tahun
dari waktu awal terinfeksi (Steben M, 2007).
Proses terjadinya kanker serviks sangat erat hubungannya dengan proses
metaplasia. Masuknya mutagen atau bahan-bahan yang dapat mengubah sifat sel
secara genetik pada saat fase aktif metaplasia dapat menimbulkan sel-sel yang
berpotensi ganas. Sel yang mengalami mutasi tersebut dapat berkembang
menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut displasia.
Dimulai dari displasia ringan, displasia sedang, displasia berat dan karsinoma
in-situ dan kemudian berkembang menjadi karsinoma invasif. Tingkat displasia
dan karsinoma in-situ dikenal juga sebagai tingkat pra-kanker. Displasia
mencakup pengertian berbagai gangguan maturasi epitel skuamosa yang secara
sitologik dan histologik berbeda dari epitel normal, tetapi tidak memenuhi
persyaratan sel karsinoma. Perbedaan derajat displasia didasarkan atas tebal
epitel yang mengalami kelainan dan berat ringannya kelainan pada sel.
Sedangkan karsinoma in-situ adalah gangguan maturasi epitel skuamosa yang
menyerupai karsinoma invasif tetapi membran basalis masih utuh. Klasifikasi
terbaru menggunakan istilah Neoplasia Intraepitel Serviks (NIS) untuk kedua
bentuk displasia dan karsinoma insitu (Sjamsuddin, 2001).
NIS terdiri dari: NIS 1, untuk displasia ringan; NIS 2, untuk displasia
sedang; NIS 3, untuk displasia berat dan karsinoma in-situ. Patogenesis NIS
dapat dianggap sebagai suatu spektrum penyakit yang dimulai dari displasia
ringan (NIS 1), displasia sedang (NIS 2), displasia berat dan karsinoma in-situ
(NIS 3) untuk kemudian berkembang menjadi karsinoma invasif. Beberapa
peneliti menemukan bahwa 30-35% NIS mengalami regresi, yang terbanyak
berasal dari NIS 1/NIS 2. Karena tidak dapat ditentukan lesi mana yang akan
berkembang menjadi progesif dan mana yang tidak, maka semua tingkat NIS
dianggap potensial menjadi ganas sehingga harus ditatalaksana sebagaimana
mestinya (Sjamsuddin, 2001).
G. Faktor Resiko
Tingkat/Stadium
Stadium 0
Terapi
a.
b.
c.
d.
e.
LEEP
Operasi laser.
Konisasi.
Cryosurgery
Histerektomi total bagi wanita yang tidak
ingin atau tidak dapat lagi memiliki anak. Hal
ini dilakukan hanya jika tumor tidak dapat
Stadium IIA
radiasi eksternal.
a. Kombinasi terapi radiasi internal dan terapi
radiasi eksternal plus kemoterapi.
b. Histerektomi radikal dan pengangkatan
kelenjar getah bening.
c. Histerektomi radikal dan pengangkatan
Stadium III
Stadium IVA
Stadium IVB
Pengobatan Pilihan
untuk Kanker Serviks
berulang
kombinasi obat.
a. Eksenterasi panggul diikuti dengan terapi
radiasi dikombinasikan dengan kemoterapi.
b. Kemoterapi sebagai terapi variatif untuk
J.
Prognosis
Prognosis kanker serviks adalah buruk. Prognosis yang buruk tersebut
Pap Smear
A. Definisi
Menurut Koliopoulos tahun 2007, Pap Smear adalah tes skrining yang
sangat baik untuk mendeteksi lesi skuamosa serviks.
Sedangkan menurut National Cancer Institute tahun 2014, Pap Smear
merupakan sebuah prosedur untuk mengumpulkan sel-sel dari permukaan leher
rahim dan vagina. Sepotong kapas, kuas, atau tongkat kayu kecil digunakan
dengan lembut untuk mengikis sel-sel dari leher rahim dan vagina. Kemudian
sel-sel yang dilihat di bawah mikroskop untuk mengetahui apakah sel tersebut
tidak normal.
B. Manfaat
Fase prakanker dapat dikenali dan dideteksi sehingga dapat ditatalaksana
secara aman, efektif dan dengan cara yang dapat diterima. Terapi pada fase
prakanker amat murah dibandingkan dengan penatalaksanaan bila sudah terjadi
kanker. Target dari tes-tes skrining tersebut adalah menemukan lesi prakanker
seviks (lesi intra epitel leher rahim/ neoplasia intra epitel leher rahim). Bila
dilakukan terapi pada lesi pra kanker serviks, kesembuhan dapat mencapai
100% (Octiyanti,2006).
C. Petunjuk Pemeriksaan
American Cancer Society (2009) merekomendasikan semua wanita
sebaiknya memulai skrining 3 tahun setelah pertama kali aktif secara seksual.
Pap Smear dilakukan setiap tahun. Wanita yang berusia 30 tahun atau lebih
dengan hasil tes Pap Smear normal sebanyak tiga kali, melakukan tes kembali
setiap 2-3 tahun, kecuali wanita dengan risiko tinggi harus melakukan tes setiap
tahun. Selain itu wanita yang telah mendapat histerektomi total tidak dianjurkan
melakukan tes Pap Smear lagi. Namun pada wanita yang telah menjalani
histerektomi tanpa pengangkatan serviks tetap perlu melakukan tes Pap atau
skrining lainnya sesuai rekomendasi di atas.
Dalam Feig (2001), American College
of
Obstetricians
and
Meja periksa
Lampu
Spekulum
Sarung tangan
Lidi kapas
Asam asetat 3-5%
Wadah yang berisi 0,5% klorin untuk dekontaminasi alat yang sudah dipakai.
tumor,
servisitis,
leukoplakia,
kista
naboti,
kondiloma
servikal
serta
IVA Negatif
IVA Positif
Pada wanita dengan hasil IVA positif akan segera diberi penatalaksanaan berupa krioterapi
dan wanita yang dicurigai kanker akan segera dirujuk (Depkes RI, 2009). Berikut diagram
alur pemeriksaan IVA :
Kanker
Lesi luas*
Tidak
Ya
Sarankan Krioterapi
Konseling
Setuju
Menolak
Rujuk
Servisitis
Anjurkan untuk ulangi IVA 1 tahun yang akan datang
Ya
Tidak
Krioterapi
Obati
Tunggu 2 minggu untuk krioterapi
Kembali lagi 1 bulan setelah krioterapi
Evaluasi untuk melihat apakah lesi sudah sembuh
Kembali lagi 6 bulan setelah
6 bulan
krioterapi
setelah krioterapi pertama
Keterangan : * lesi > 75% meluas ke dinding vagina atau lebih dari 2 mm dari diameter cryoprobe atau diluar
jangkauan cryoprobe.
kali
ini
penulis
akan
memberikan
tahap-tahap
untuk
Pasien
Dokter
Pasien
Dokter
saya menggantikan dr. ASMUIN yang berhalangan hadir. Apakah saya boleh
tahu nama bapak?
Pasien
Dokter
bagaimana?
Pasien
Dokter
alamat bapak?
Pasien
: Benar dok.
Dokter
Pasien
Dokter
: Sebelum saya membacakan hasil lab ini, saya ingin tahu terlebih
perubahan dr, dari beberapa hari yang lalu, Saya masih mengalami sesak nafas
dengan nyeri di dada, batuk disertai dengan darah dr. Demamnya juga masih dr.
Dokter
Pasien
tidak mengalami perubahan yang berarti meskipun itu sudah di berikan obat,
benar begitu bapak asca?
Pasien
Dokter
: Ya benar dok.
: Baik bapak selanjutnya saya akan membacakan hasil
laboraturium. Bapak asca saya harapkan bapak tabah dan menerima apapun
hasil dari pemeriksaan laboratorium ini, baik hasil itu sesuai dengan harapan
bapak atau tidak, saya harapkan bapak tetap menerimanya ya bapak?
Pasien
: Baik dr.
Dokter
Pasien
: Siap dr.
Dokter
telah menggunakan alat dengan sensitivitas dan spesifisasi yang hampir sama
yaitu 99,99%. Namun apabila bapak ragu bapak boleh melakukan tes untuk
kedua kalinya.
Pasien
: Lalu apa yang akan terjadi pada saya dr? Apakah saya akan
mati?
Dokter
lain melalui batuk dan dahak bapak. Saran saya apabila bapak batuk sebisa
mungkin di tutup agar tidak menyebarkan bakteri lalu bapak jagan membuang
dahak sembarangan.
Pasien
Dokter
menyerah. Bukankah bapak masih memiliki anak dan istri, pikirkanlah mereka,
jadikan mereka sebagai motivasi bapak untuk terus bertahan hidup karena masih
banyk orang yang menyayangi bapak. Baik bapak apakah bapak setuju untuk
melakukan terapi yang saya anjurkan?
Pasien
Dokter
Pasien
Dokter
SARANA
1.
2.
3.
4.
Jurnal/majalah kedokteran
5.
6.
7.
8.
9.
MEDIA INSTRUKSIONAL
1.
2.
3.
Laptop
4.
Pointer
5.
White board
6.
Mikroskop (45)
7.
Sediaan mikroskopis
8.
Flip chart
9.
Spidol
10.
Disket, CD
PRASARANA
1.
2.
3.
Ruang praktikum
4.
5.
Ruang perpustakaan.