Вы находитесь на странице: 1из 22

RANCANGAN PENINGKATAN MANAJEMEN MUTU

PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR MELALUI


PELAKSANAAN MANAJEMEN KELAS

Nama:
NIM :

BAB 1
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia. Pendidikan sangat
berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif.
Menyadari akan hal tersebut, pemerintah sangat serius menangani bidang pendidikan, sebab
dengan sistem pendidikan yang baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang
berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Kemajuan pendidikan dapat dilihat dari kemampuan dan kemauan dari masyarakat untuk
menangkap proses informatisasi dan kemajuan teknologi. Karena Proses informatisasi yang
cepat karena kemajuan teknologi semakin membuat horizon kehidupan didunia semakin meluas
dan sekaligus semakin mengerut. Hal ini berarti berbagai masalah kehidupan manusia menjadi
masalah global atau setidak-tidaknya tidak dapat dilepaskan dari pengaruh kejadian dibelahan
bumi yang lain, baik masalah politik, ekonomi , maupun sosial. Sejalan dengan hal diatas, Tilaar
menyatakan bahwa : Kesetiakawanan sosial umat manusia semakin kental, hal ini berarti
kepedulian umat manusia terhadap sesamanya semakin merupakan tugas setiap manusia,
pemerintah, dan sistem pendidikan nasional. Selanjutnya dikatakan pula bahwa pendidikan
bertugas untuk mengembangkan kesadaran akan tanggung jawab setiap warga Negara terhadap
kelanjutan hidupnya, bukan saja terhadap lingkungan masyarakat dan Negara, juga umat
manusia. (H.A.R Tilaar , 2004 : 4)
Selanjutnya Syaiful Sagala menyatakan bahwa pembelajaran mempunyai dua karakteristik,
yaitu: Pertama, dalam proses pembelajaran melibatkan proses berfikir. Kedua, dalam proses

pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses Tanya jawab terus menerus yang
diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berfikir siswa , yang pada
gilirannya kemampuan berfikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang
mereka konstruksi sendiri. (Syaiful Sagala,2003 : 63)
Dari uraian diatas, proses pembelajaran yang baik dapat dilakukan oleh siswa baik didalam
maupun diluar kelas, dan dengan karakteristik yang dimiliki oleh siswa diharapkan mereka
mampu berinteraksi dan bersosialisasi dengan teman- temannya secara baik dan bijak.
Dengan intensitas yang tinggi serta kontinuitas belajar secara berkesinambungan diharapkan
proses interaksi sosial sesama teman dapat tercipta dengan baik dan pada gilirannya mereka
saling menghargai dan menghormati satu sama lain walaupun dalam perjalanannya mereka
saling berbeda pendapat yang pada akhirnya mereka saling menumbuhkan sikap demokratis
antar sesama.
Paradigma metodologi pendidikan saat ini disadari atau tidak telah mengalami suatu pergeseran
dari behaviourisme ke konstruktivisme yang menuntut guru dilapangan harus mempunyai syarat
dan kompetensi untuk dapat melakukan suatu perubahan dalam melaksanakan proses
pembelajaran dikelas. Guru dituntut lebih kreatif, inovatif, tidak merasa sebagai teacher center,
menempatkan siswa tidak hanya sebagai objek belajar tetapi juga sebagai subjek belajar dan
pada akhirnya bermuara pada proses pembelajaran yang menyenangkan, bergembira, dan
demokratis yang menghargai setiap pendapat sehingga pada akhirnya substansi pembelajaran
benar-benar dihayati.
Sejalan dengan pendapat diatas, pembelajaran menurut pandangan konstruktivisme adalah:

Pembelajaran dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui
konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong. Pembelajaran bukanlah
seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus
mengkonstruksi Pembelajaran itu dan membentuk makna melalui pengalaman nyata.
(Depdiknas,2003:11)
Implementasi pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran diwujudkan dalam bentuk
pembelajaran yang berpusat pada siswa (Student Center) . Guru dituntut untuk menciptakan
suasana belajar sedemikian rupa , sehingga siswa bekerja sama secara gotong royong
(cooperative learning)
Untuk menciptakan situasi yang diharapkan pada pernyataan diatas seoarang guru harus
mempunyai syarat-syarat apa yang diperlukan dalam mengajar dan membangun pembelajaran
siswa agar efektif dikelas, saling bekerjasama dalam belajar sehingga tercipta suasana yang
menyenangkan dan saling menghargai (demokratis) , diantaranya :
1. Guru harus lebih banyak menggunakan metode pada waktu mengajar, variasi metode
mengakibatkan penyajian bahan lebih menarik perhatian siswa, mudah diterima siswa,
sehingga kelas menjadi hidup, metode pelajaran yang selalu sama(monoton) akan
membosankan siswa.
2. Menumbuhkan motivasi, hal ini sangat berperan pada kemajuan , perkembangan siswa,.
Selanjutnya melalui proses belajar, bila motivasi guru tepat dan mengenai sasaran akan
meningkatkan kegiatan belajar, dengan tujuan yang jelas maka siswa akan belajar lebih
tekum, giat dan lebih bersemangat.(Slamet ,1987 :92)

Kita yakin pada saat ini banyak guru yang telah melaksanakan teori konstruktivisme dalam
pembelajaran di kelas tetapi volumenya masih terbatas, karena kenyataan dilapangan kita masih
banyak menjumpai guru yang dalam mengajar masih terkesan hanya melaksanakan kewajiban. Ia
tidak memerlukan strategi, metode dalam mengajar, baginya yang penting bagaimana sebuah
peristiwa pembelajaran dapat berlangsung.
Disisi lain menurut Hartono Kasmadi (1993 :24) bahwa pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
dimana pengajar masih memegang peran yang sangat dominan, pengajar banyak ceramah
(telling method) dan kurang membantu pengembangan aktivitas murid .
Dari uraian diatas, tidak dipungkiri bahwa dilapangan masih banyak guru yang masih melakukan
cara seperti pendapat diatas, dan diakui bahwa banyaka faktor penyebabnya sehingga kita akan
melihat akibat yang timbul pada peserta didik, kita akan sering menjumpai siswa belajar hanya
untuk memenuhi kewajiban pula, masuk kelas tanpa persiapan, siswa merasa terkekang,
membenci guru karena tidak suka gaya mengajarnya, bolos, tidak mengerjakan tugas yang
diberikan guru, takut berhadapan dengan mata pelajaran tertentu, merasa tersisihkan karena tidak
dihargai pendapatnya, hak mereka merasa dipenjara , terkekang sehingga berdampak pada
hilangnya motivasi belajar, suasan belajar menjadi monoton, dan akhirnya kualitas pun menjadi
pertanyaan.
Dari permasalahan yang ada , sekolah dalam hal ini kepala sekolah, guru dan stakeloders
mempunyai tanggung jawab terhadap peningkatan mutu pembelajaran di sekolah terutama guru
sebagai ujung tombak dilapangan (di kelas) karena bersentuhan langsung dengan siswa dalam
proses pembelajaran.

Guru mempunyai tugas dan tanggung jawab yang sangat berat terhadap kemajuan dan
peningkatan kompetensi siswa , dimana hasilnya akan terlihat dari jumlah siswa yang lulus dan
tidak lulus.dengan demikian tangung jawab peningkatan mutu pendidikan di sekolah , selalu
dibebankan kepada guru .lalu bagaimana kesiapan unsur-unsur tersebut dalam peningkatan mutu
proses pembelajaran?

BAB II
PEMBAHASAN

A.Hakekat Pendidikan
Menurut pendapat Ki Hajar Dewantoro dalam Kongres Taman Siswa (1930) mengungkapkan :
Pendidikan. Umumnja berarti daja-upaja untuk memadjukan bertumbuhnja budi pekerti
(kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect) dan tubuh anak:
[Pendidikan. Umumnya berarti daya-upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti
(kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect) dan tubuh anak: ] (Ki Hajar Dewantoro, 1962:
3)
Dalam arti yang sempit, pendidikan hanya mempunyai fungsi yang terbatas, yaitu memberikan
dasar-dasar dan pandangan hidup kepada generasi yang sedang tumbuh, yang dalam prakteknya
identik dengan pendidikan formal di sekolah dan dalam situasi dan kondisi serta lingkungan
belajar yang serba terkontrol. (Ismaun, 2007: 57). Pendidikan dapat dimaknai sebagai proses
mengubah tingkah laku anak didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri
dan sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan alam sekitar dimana individu itu berada.
(Syaiful Sagala , 2006 : 3).
Selanjutnya Dodi Nandika (2007:15) Pendidikan bukan sekedar mengajarkan atau mentransfer
pengetahuan, atau semata mengembangkan aspek intelektual, melainkan juga untuk
mengembangkan karakter, moral, nilai-nilai, dan budaya peserta didik. Dengan kata lain,
pendidikan adalah membangun budaya, membangun peradaban, membangun masa depan. alam
Kamus Besar bahasa Indonesia (1995 : 232) menyatakan bahwa pendidikan adalah proses
pengubahan sikap dan tata laku sesorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan

manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan;proses, perbuatan, cara mendidik. Dalam
Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 Bab I Pasal 1 ayat (1) dikatakan bahwa :

B. Hakekat Mutu Pendidikan


Sebelum membahas tentang mutu pendidikan terlebih dahulu akan dibahas tentang mutu dan
pendidikan. Banyak ahli yang mengemukakan tentang mutu, seperti yang dikemukakan oleh
Edward Sallis (2006 : 33) mutu adalah Sebuah filsosofis dan metodologis yang membantu
institusi untuk merencanakan perubahan dan mengatur agenda dalam menghadapi tekanantekanan eksternal yang berlebihan. Sudarwan Danim (2007 : 53) mutu mengandung makna
derajat keunggulan suatu poduk atau hasil kerja, baik berupa barang dan jasa. Sedangkan dalam
dunia pendidikan barang dan jasa itu bermakna dapat dilihat dan tidak dapat dilihat, tetapi dan
dapat dirasakan. Sedangkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991 :677) menyatakan Mutu
adalah (ukuran), baik buruk suatu benda;taraf atau derajat (kepandaian, kecerdasan, dsb)
kualitas. Selanjutnya Lalu Sumayang ( 2003 : 322) menyatakan quality (mutu) adalah tingkat
dimana rancangan spesifikasi sebuah produk barang dan jasa sesuai dengan fungsi dan
penggunannya, disamping itu quality adalah tingkat di mana sebuah produk barang dan jasa
sesuai dengan rancangan spesifikasinya.
Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulan bahwa mutu (quality) adalah sebuah
filsosofis dan metodologis, tentang (ukuran) dan tingkat baik buruk suatu benda, yang membantu
institusi untuk merencanakan perubahan dan mengatur agenda rancangan spesifikasi sebuah

produk barang dan jasa sesuai dengan fungsi dan penggunannya agenda dalam menghadapi
tekanan-tekanan eksternal yang berlebihan
Dalam pandangan Zamroni (2007 : 2) dikatakan bahwa peningkatan mutu sekolah adalah suatu
proses yang sistematis yang terus menerus meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan
faktor-faktor yang berkaitan dengan itu, dengan tujuan agar menjadi target sekolah dapat dicapai
dengan lebih efektif dan efisien.
Peningkatan mutu berkaitan dengan target yang harus dicapai, proses untuk mencapai dan faktorfaktor yang terkait. Dalam peningkatan mutu ada dua aspek yang perlu mendapat perhatian,
yakni aspek kualitas hasil dan aspek proses mencapai hasil tersebut.
Teori manajemen mutu terpadu atau yang lebih dikenal denganTotal Quality Management.
(TQM) akhir-akhir ini banyak diadopsi dan digunakan oleh dunia pendidikan dan teori ini
dianggap sangat tepat dalam dunia pendidikan saat ini.
Konsep total quality management pertama kali dikemukakan oleh Nancy Warren, seorang
behavioral scientist di United States Navy (Walton dalam Bounds, et. al, 1994). Istilah ini
mengandung makna every process, every job, dan every person (Lewis & Smith, 1994).
Pengertian TQM dapat dibedakan menjadi dua aspek (Goetsch & davis, 1994).
Aspek pertama menguraikan apa TQM. TQM didefinisikan sebagai sebuah pendekatan dalam
menjalankan usaha yang berupaya memaksimumkan daya saing melalui penyempurnaan secara
terus menerus atas produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan organisasi.

Aspek kedua menyangkut cara mencapainya dan berkaitan dengan sepuluh karakteristik TQM
yang terdiri atas : (a) focus pada pelanggan (internal & eksternal), (b) berorientasi pada
kualitas, (c) menggunakan pendekatan ilmiah, (d) memiliki komitmen jangka panjang, (e) kerja
sama tim, (f) menyempurnakan kualitas secara berkesinambungan, (g) pendidikan dan
pelatihan, (h) menerapkan kebebasan yang terkendali, (i) memiliki kesatuan tujuan, (j)
melibatkan dan memberdayakan karyawan.(Ety Rochaety,dkk,2005 :97)
Edward Sallis (2006:73) menyatakan bahwa Total Quality Management (TQM) Pendidikan
adalah sebuah filsosofis tentang perbaikan secara terus- menerus , yang dapat memberikan
seperangkat alat praktis kepada setiap institusi pendidikan dalam memenuhi kebutuhan ,
keinginan , dan harapan para pelanggannya saat ini dan untuk masa yang akan datang
Di sisi lain, Zamroni memandang bahwa peningkatan mutu dengan model TQM , dimana
sekolah menekankan pada peran kultur sekolah dalam kerangka model The Total Quality
Management (TQM). Teori ini menjelaskan bahwa mutu sekolah mencakup tiga kemampuan,
yaitu : kemampuan akademik, sosial, dan moral. (Zamroni , 2007 :6)
Menurut teori ini, mutu sekolah ditentukan oleh tiga variabel, yakni kultur sekolah, proses
belajar mengajar, dan realitas sekolah. Kultur sekolah merupakan nilai-nilai, kebiasaankebiasaan, upacara-upacara, slogan-slogan, dan berbagai perilaku yang telah lama terbentuk di
sekolah dan diteruskan dari satu angkatan ke angkatan berikutnya, baik secara sadar maupun
tidak. Kultur ini diyakini mempengaruhi perilaku seluruh komponen sekolah, yaitu : guru, kepala
sekolah, staf administrasi, siswa, dan juga orang tua siswa. Kultur yang kondusif bagi
peningkatan mutu akan mendorong perilaku warga kearah peningkatan mutu sekolah, sebaliknya
kultur yang tidak kondusif akan menghambat upaya menuju peningkatan mutu sekolah.

C. STRATEGI PENINGKATAN MUTU PEMBELAJARAN DI SEKOLAH MELALUI


PELAKSANAAN MANAJEMEN KELAS DI SEKOLAH DASAR

a. Menciptakan dan memelihara lingkungan belajar yang kondisif

1.

Kelas yang kondusif


Kelas adalah lingkungan social bagi anak/siswa, dimana di dalam kelas terjadi proses
interaksi baik siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru. Di dalam kelas juga terjadi kontak
secara fisik di mana siswapun akan berhubungan dengan segala fasilitas yang ada di dalam kelas.
Oleh karena itu kelas harus di desain sedemikian rupa sehingga kelas merupakan lingkungan
yang menyenangkan bagi siswa dalam tugas dan peranannya di dalam kelas sebagai peserta didik
dan tugas serta peranannya dalam perkembangan fisik maupun emosionalnya.Oleh karena itu
kelas harus memenuhi syarat-syarat yang menggambarkan sebagai kelas baik dan menyenangkan
a.
b.
c.
d.
e.

2.

:
Kelas itu harus rapi, bersih, sehat dan tidak lembab
Kelas harus memiliki atau memperpleh sedikit cahaya yang meneranginya
Sirkulasi uadara dari dalam dan luar kelas harus cukup
Perabot dalam keadaan baik, cukup jumlahnya dan di tata dengan rapi
Jumlah siswa tidak melebihi 40 orang ( Adian, 2010)
Kelas Yang Nyaman
Dalam pelaksanaan proses pembelajar, perlu diciptakan susasan kelas yang kondusif untuk
menunjang proses pembelajaran yang adem dimana anak merasa senang berasa di dalam kelas

selama pembelajaran berlangsung.oleh Bustamin Ismail,(2010),mengatakan bahwa kelas nyaman


adalah:
a.

Penataan runag kelas, kelas menjadi terasa nyaman sebagai tempat untuk belajar dan bermain
bagi siswa bila ruangan kelas tertata dengan rapi. Penempatan setiap fasilitas dalam kelas

mengikuti asas estetis ( keindahan ) dan asas safety ( keamanan )


b. Penataan perabot kelas, kelas yang nyaman dimana perabot kelas yang dimiliki tidak mahal akan
tetapi perabot tersebut di tempatkan pada tempat yang tepat sehingga tidak menganggu kegiatan
belajar dan dari sisi kebersihan terjaga dengan baik, serta tidak menimbulkan rasa tidak aman
bagi siswa.( Bustamin Ismail, 2010)
Untuk mengemnabngkan perencanaan sarana fisik dan perlengkapan kelas tergantung
dari empat factor pokok :
a. Aspek Fungsional
Di lihat dari kesesuain dengan kebutuhan akan ruang, memperhatikan norma kenyamanan dari
pandangan arsitektur dan kaidah internasional, serta terhindar dari kebisingan dan kegiatan yang
membutuhkan ketenangan di sekitar kelas.
b. Aspek Konstruksi
Memiliki keterpenuhan dan pemanfaatan bahan lokal yang berkualitas dan di tangani oleh
pekerja lokal, memenuhi tuntutan kekhasan bangunan lokal, dapat di padukan dengan bahan
modern dalam upaya memenuhi kebutuhan jangka panjang dan pemeliharaan yang murah serta
pemilihan metode konstruksi dan bahan yang tahan terhadap gangguan dan kerusakan alam.
c. Aspek Estetika
Memiliki kesesuian dengan kebutuhan yang layak untuk kemanusiaan, terintegrasi secara visual
dengan masyarakatnya, menarik bagi peserta belajar dan masyarakat untuk mengambil manfaat
keberadaannya serta mempertimbangkan secara sempurna tuntutan arsiktektur.
d. Pembiayaan

Masih dalam batas pertimbangan kebutuhan arsiktektur baik di liahat dari biaya per unit, biaya
persatuan peserta belajar.Fadli, (2010)
B.

MENCIPTAKAN KELAS YANG KONDUSIF DALAM PROSES PEMBELAJARAN


Seorang guru dalam menjalankan proses pembelajaran harus memiliki pengetahuan
/keterampilan, dalam menciptakan kondisi kelas yang kondisif artinya, kelas nyaman, aman,
tentram, indah, menarik dan menimbulkan rasa betah untuk berlama-lama tinggal di dalam kelas.
Penciptaan dan pemeliharaan kelas merupakan suatu tindakan pengelolaan kelas .
Penciptaan dan pemeliharaan kelas adalah seperangkat kegiatan untuk mengembangkan tingkah
laku siswa yang di inginkan, mengualang atau meniadakan tingkah laku yang tidak di inginkan,
dengan hubungan-hubungan interpersonal dan iklim sosio emosional yang positif serta
mengembangkan dan mempermudah oerganisasi kelas yang efektif.
Pengelolaan kelas merupakan suatu tindakan yang menunjukkan kepada kegiatankegiatan yang menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses
pembelajaran. Dengan terciptanya kelas kondusif, maka kegiatan belajar yang optimal dapat
terwujud.( Massofa, 2010)

1.
a.

Tujuan Penciptaan Dan Pemeliharaan Kelas Yang Kondisif Di Sekolah Dasar


Tujuannya adalah :
Agar semua siswa yang ada di dalam kelas dapat belajar dengan optimal dan mengatur sarana
pembelajaran serta mengendalikan suasana belajar yang menyenangkan untuk mencapai tujuan

b.
c.
d.

belajar
Mengalokasikan kegiatan kelas agar sesuai dengan kemampuan siswa
Menciptakan suatu kegiatan pembelajaran yang aktif
Untuk menciptakan suasana kelas yang bervariasi, termasuk suasana keakraban dan

e.

persahabatan
Agar lingkungan kelas dapat menjadi motivator dan pencipta inspirasi siswa. Andi Alamsyah,
(2008)

2.

Tujuan Untuk Siswa

a.

Mendorong siswa mengembangkan tanggung jawab individu terhadap tingkah lakunya , serta

b.

sadar untuk mengendalikan dirinya.


Membantu siswa agar mengerti akan arah tingkah laku yang sesuai dengan tata tertib kelas, dan

c.

melihat atau merasakan teguran guru sebagai suatu peringatan dan bukan kemarahan
Menimbulkan rasa kewajiban diri dalam tugas serta bertingkah laku wajar sesuai dengan
aktivitas-aktivitas kelas.

3. Tujuan Untuk Guru


a. Mengembangkan pengertian dan keterampilan dalam memelihara kelancaran penyajian dan
langkah langkah proses belajar mengajar secara efektif
b. Memiliki kesadaran terhadap kebutuhan siswa dan mengembangkan kompetensinya dalam
memberikan pengarahan yang jelas kepada siswa.
c. Member respon secara efektif terhadap tingkah laku siswa yang menimbulkan gangguangangguan kecil atau ringan serta memahami dan menguasai seperangkat kemungkinan strategi
dan yang dapat di gunakan dalam hubungan dengan masalah tingkah laku siswa yang berlebihan
atau terus menerus melawan di kelas (Zainon AS, 2009).
C.

PENCIPTAAN SOSIO EMOSIONAL DI KELAS


Kelas adalah merupakan tempat berlangsungnya proses pembelajaran yang diwarnai oleh
berbagai perilaku murid ada yang berperilaku positif ada pula yang berperilaku negativf.
Perilaku murid yang positif di dalam kelas seperti, mengikuti prosess pembelajaran dengan baik,
memberikan respon psikologos yang positif. Bentuk perilaku murid yang positif di dalam kelas,
guru harus memberikan penguatan berupa perhatian sehingga perilaku ini mudah dimunculkan
bahkan bisa menjadi kebiasaan ketika murid tersebut berada di dalam kelas.
Perilaku yang negatif biasanya ditemukan dalam hasi proses observasi seperti: melanggar
disiplin kelas, mengorol, membuat gaduh kelas,memngganggu temannya, membuat sensasi,
responsif (menjawab hal-hal yang tidak perlu), peilaku yang negatif ini guru harus berupayan
untuk menghentuikannya, dengan cara manusiawi dan bersifat eduakatif karena hal seperti ini

akan mengganggu jalannya proses pembelajaran di kelas dan akan berdampak pada pencapaian
tujuan pembelajaran
Guru dalam menghadapi perilaku yang negatif di kelas harus responsif untuk segera
menghentikannya, sehingga guru harus memilki kestabilan emosi,dan menunjukkan sikap
perhatian dan persahabatan kepada murid, guru berusaha bertindak adil dan menciptakan suatu
kondisi yang menyebabkan murid menyadari kesalannya dan ada dorongan untuk memperbaiki
kesalahan tersebut. Disinalah tercermin kemampuan keprofesionalan guru selaku pendidik.
Syaiful Sagala, (2008), menjelaskan bahwa guru-guru dalam melaksanakan pengelolaan
kelas berkaitan dengan penciptaan kondisi sosio emosional yang kondusif, juga beruasaha
melakukan pembinaan raport, artinya ia berusaha dengan sungguh-sungguh mengadakan
pembinaan yang baik dengan siswa dalam kelas saat pelaksanaan PBM
Guru menggunakan berbagai pendekatan, pada saat guru ingin membina tingkah laku yang
dikehendaki, yaitu tingkah laku yang positif maka digunakan pendekatan perunagahan tingkah
laku, dengan cara memberikan penguatan (reinforcemen) yang bersifat positif, sedangkan untuk
menghilangkan atau menghentikan tingkah laku yang tidak diinginkan digunakan peringatan,
jika tidak memadai maka digunakan sanksi sesuai dengan kaidah-kaidah pendidikan. Dengan
peringatan dan sanksi ini maka murid diharapkan tidak lagi melakukan pelanggaran.dan
memberkan efek jera kepada murid yang bersifat edukatif dan bukan berupa siksa fisik.
Untuk menciptakan kondisi sosio emosional di kelas, berbagai factor yang menjadi perhatian
antara lain :
a. Kondisi kelas yang variatif membutuhkan yang membutuhkan perhatian guru yang focus.
b. Guru harus memiliki kecerdasan emosi, ketarampian dan pengetahuan untuk mengenal dan
c.
d.

menangani setiap penyimpangan perilaku peserta didik


Menguasai berbagai pendekatan pada saat guru ingin membina tingkah laku yang diinginkan
Mnciptakan suasana hangat, gembita, mengembangkan hubungan interpersonal yang
harmonis antara guru dengan murid di kelas.

e.

Melbatkan seluruh murid di kelas untuk mengikuti proses pembelajaran, dengan member
perhatian dan bimbingan kepada secara merata pada semua murid dalam kegiatan pembelajaran,

seperti kegiatan kerja kelompok, ataupun kegiatan individual.


f. Memperhatiak situasi dan kondisi dimana pembelajaran berlangsung.
g. Mengetahui tingkat pertumbuhan dan perkembangan, serta latar belakang kehidupan social
ekonomi anak.
D.

MENCIPTAKAN IKLIM KELAS YANG DEMOKRATIS


Menciptakan iklim kelas yang demokratis sangat membantu guru-guru dalam
menjalankan proses pembelajaran yang efektif dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran
yang optimal. Iklim kelas dapat dipandang sebagai sebuah karakteristik yang mencirikan suatu
kelas tertentu, yang membedakan antara kelas yang satu dengan yang lainnya yang
mempengaruhi perilaku guru dan murid terhadap suasana belajar di kelas.
Iklim belajar yang nyaman dan menyenangkan di kelas merupakan suasana yang sangat
penting karena, dapat menjadikan iklim yang sehat dimana guru dapat dengan leluasa
menjalankan tugasnya selaku pendidik dan murid lebih termotivasi untuk mengikuti proses
pembelajaran di kelas. Iklim kelas yang diciptakan guru ini memungkinkan untuk
mengembangkan potensi murid untuk belajar lebih dinamis cenderung bersikap demokratis.
Sikap demokratis ini tercermin dari upaya guru dalam mengembangkan rasa saling
percaya, saling menghargai, member kesempatan kepada setiap murid untuk terlibat langsung
dalam setiap kegiatan pembelajaran di kelas sesuai dengan kemampuannya yang disertai dengan
suasan yang harmonis Oleh Rudolf Dreikurs dalam Saiful Sagala, sangat menekankan
pentingnya suasan kelas yang demokratis, dimana siswa diajar untuk bertanggung jawab, siswa
diperlakukan sebagai manusia yang mampu, berharga, adanya saling menghargai dan
mempercayai. Dengan kondisi seperti ini memungkinkan anak merasa aman, tenang, merasa

dihargai, sehingga respon psikologi pada saat guru mengajar bisa lebih tinggi.yang pada akhirnya
proses pembelajaran dapat berjalan secara sitematis dan bermutu,sehingga tujuan pembelajaran
tercapai secara optimal.
Untuk menciptakan kondisi kelas yang demokrati oleh guru perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
a. Peserta didik adalah merupakan makhluk social yang membutuhkan bantuan, bimbingan arahan,
tuntunan, pembinaan dari guru.
b. Mengetahui dan mengenal krakteristik peserta didiknya.
c. Menghargai dan member respon psikologis terhadap setiap kegiatan yang dilakukan di dalam
kegiatan pembelajaran.
d. Bersipat tulus dihadapan murid menerima dan menghargai murid sebagai manusia, memahami
E.

murid dari sudut pandang sendiri (empaty)


KEGIATAN GURU MENGELOLA PEMBELAJARAN
Kegiatan pengelolaan pembelajaran guru adalah merupakan bagian dari pelaksanaan
manajemen kelas di SD, oleh H Martinis Yamin, (2009) bahwa: pengelolaan pembelajaran dalam
upaya peningkatan kualitas pembelajaran yang dimaksud adalah meliputi seluruh komponen
pembelajaran yang meliputi: pengelolaan tempat belajar /ruang kelas, pengelolaan pembelajaran,

1.

pengelolaan sumber belajar, dan pengelolaan strategi dan evaluasi pembelajaran


Konsep Dasar Pembelajaran
Untuk mempermudah memahami temtang pengelolaan pembelajaran maka para guru
perlu dibekali tentang pengetahuan tentang konsep dasar pembelajaran itu sendiri, yaitu tentang
apa itu prmbelajaran, dan komponen-komponen tentang pembelajaran. Selanjutnya akan
dikemukakan berbagai pengetian tentang pembelajaran, serta komponen-komponen yang

a.

mempengaruhi pembelajaran.
Pengertian Pembelajaran
Syaiful Sagala, (2005) pembelajaran ialah membelajarkan sisiwa dengan menggunakan azas-azas
pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.

Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru
sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didikatau murid.
Corey dalam Syaiful Sagala (2005), pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan
seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku
tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu,
pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan
H Martinis Yamin, (2009), pengertian pembelajaran yang berkaitan dengan sekolah, ialah;
kemampuan dalam mengelola secara operasional dan efisien terhadap komponen-komponen
2.

yang tambahterhadap komponen tersebut menurut norma standar yang berlaku


Komponen-Komponen Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Pembelajaran
Guru dalam melaksanakan tugasnya harus mengetahui dan mengaplikasikan berbagai

a.

komponen yang berpengaruh dalam pelaksanaan proses pembelajaran di kelas


Komponen peserta didik.
Kita sama mengetahui bahwa, anak yang berada di dalam kelas memiliki latar belakang
kehidupan social yang berbeda, tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang bervariasi antara

b.

anak yang satu dengan yang lainnya.


Komponen Pendidik (guru)
Guru adalah pendidik yang memiliki latar belakang kualifikasi pendidikan dan pengalaman kerja
yang bervariasi, latar belakang kondisi social ekonomi, memiliki tanggung jawab dan motivasi

c.

kerja, komitmen terhadap tugasnya, kreatif dan inovatif


Komponen Krikulum
Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh prose pendidikan.Kurikulum
mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan demi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan.
Kurikulum sekolah adalah merupakan instrument strategis untuk pengembangan kualitas sumber

d.

daya manusia baik jangka panjang maupun jangka pendek.Muhammad Joko Susilo,(2007)
Komponen Sarana dan Prasarana Pendidikan.
Sarana dan prasarana pendidikan sangat menunjang pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah,
adapun sarana dan prasarana pendidikan meliputi alat peraga (media), alat praktikum,

e.

laboratorium, perpustakaan, ruang keterampilan,ruang guru, dan ruang serbaguna


Komponen Pengelolaan Kelas

Pengelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan yang harus dilaksanakan guru sebelum
melaksanakan proses pembelajaran, kegiatan pengelolaan kelas ini meliputi, penempatan murid
di kelas, menata ruang kelas menjadi indah, menanamkan tatatertib kelas untuk dilaksanakan
bersama, mencegah dan mengatasi setiap masalah penyimpangan tingkah laku yang terjadi di
kelas.
f.

Komponen Pengelolaan Pembelajaran


Guru mengelola pembelajaran secara efektif adalah upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran
secara optimal, pengelolaan pembelajaran ini meliputi: keterampilan guru memilih model dan
metode pembelajaran yang tepat, mengembangkan media pembelajaran, mengembangkan materi
ajar, menetapkan strategi pembelajaran, membuat alat evaluasi yang tepat berdasarkan tingkat

pertumbuhan dan perkembangan peserta didik yang akan di ajar


3. Pengaturan Lingkungan Fisik Kelas
Pengaturan lingkungan fisik kelas sangat berkorelasi dengan pelaksanaan prose pembelajaran yang
dilaksanakan guru. Ada beberapa langkah yang harus ditempuh guru untuk mengatur lingkungan
kelas antara lain : a. Lingkungan fisik kelas harus bersih dan sehat;
b. Kelas adalah tempat anak menghabiskan sebagian besar kegiatan belajar mengajar
c. Kelas sedapat mungkin harus merupakan suatu tempat yang indah dan menyenangkan
d. Guru harus membagi dan membuat tanggung jawab latar belakang fisik iyu menjadi milik siswa
e.
f.

yang ada di kelas, tidak hanya milik guru


Banyak hal yang harusdi pertimbangkan mengorganisasikan lingkungan fisik kelas
Lingkungan fisik kelas harus mengandung unsur kesehatan, misalnya sikulasi udara dan cahaya
yang memadai (Unsyiah, 2010)

BAB III
PENUTUP
Kepemimpinan kepala sekolah dan kreatifitas guru yang professional, inovatif, kreatif, mrupakan
salah satu tolok ukur dalam Peningkatan mutu pembelajaran di sekolah ,karena kedua elemen ini
merupakan figure yang bersentuhan langsung dengan proses pembelajaran , kedua elemen ini
merupakan fugur sentral yang dapat memberikan kepercayaan kepada masyarakat (orang tua)
siswa , kepuasan masyarakat akan terlihat dari output dan outcome yang dilakukan pada setiap
periode. Jika pelayanan yang baik kepada masyarakat maka mereka tidak akan secara sadar dan
secara otomatis akan membantu segala kebutuhan yang di inginkan oleh pihak sekolah,sehingga
dengan demikian maka tidak akan sulit bagi pihak sekolah untuk meningkatkan mutu
pembelajaran dan mutu pendidikan di sekolah.

Referensi:

Darmadi, Hamid. 2007. Dasar Konsep Pendidikan Moral. Bandung : Alfabeta.

Dewantoro, Ki Hajar. 1962. Bagian Pertama: Pendidikan. Jogjakarta : Taman Siswa.

Edward Sallis. 2006. Total Quality Management In Education (alih Bahasa Ahmad Ali
Riyadi). Jogjakarta : IRCiSoD

Eti Rochaety,dkk.2005 . Sistem Informamsi Manajemen Pendidikan. Jakarta : bumi


Aksara

Indra Djati Sidi.2003. Menuju Masyarakat Belajar. Jakarta : Logos

Ismaun. 2007. Filsafat Administrasi Pendidikan. Bandung: Universitas Pendidikan.

Lalu Sumayang.2003. Manajemen produksi dan Operasi. Jakarta : Salemba Empat

Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia..1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta :Balai Pustaka

Republik Indonesia. (2003). Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem


Pendidikan Nasional. Jakarta: Kloang klede Putra Timur

Sagala,Syaiful.2005.Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: Alfabeta

.2004. Manajemen Berbasis Sekolah &Masyarakat. Bandaung: alfabeta

Sudarwan Danim.2007.Visi Baru Manajemen Sekolah. Jakarta : Bumi Aksara

Suyadi Prawirosentono. 2007 . Filosofi Baru tentang Manajemen Mutu terpadu abad 21.
Jakarta : Bumi Aksara

Zamroni. 2007 . Meningkatkan Mutu Sekolah . Jakarta : PSAP Muhamadiyah

Вам также может понравиться