Вы находитесь на странице: 1из 22

ASKEP DAN PEMBAHASAN

KASUS : KATARAK
April 5, 2012

BAB I
TINJAUAN TEORI
KATARAK
1. DEFINISI
Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, bahasa Inggris Cataract, dan LatinCataracta yang
berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti tertutup air terjun
akibat lensa yang keruh.
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan
cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat kedua-duanya.
Katarak adalah setiap kekeruhan pada lensa. (Vaughan,2009)
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. (Brunner & Suddart,2001)
Katarak adalah suatu keadaan dimana lensa mata yang biasanya jernih dan bening menjadi keruh.
(Sidarta Ilyas,2004)
Katarak adalah proses terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau kapsul lensa, umumnya
akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang lebih dari 65 tahun (Marilynn Doengoes, dkk.
2000).
Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami
perubahan dalam waktu yang lama.
2. ETIOLOGI
Katarak dapat terjadi akibat :
1. Kelainan bawaan/ kongenital
2. Proses penuaan
Prevalensi katarak pada individu berusia 65 74 tahun adalah sebanyak 50%, prevalensi ini meningkat
hingga 70% pada individu di atas 75 tahun.
1. Kelainan sistemik atau metabolik seperti diabetes mellitus, galaktosemi dan
distrofi miotonik.
2. Genetik dan gangguan perkembangan
3. Infeksi virus di masa pertumbuhan janin
4. Bahan toksik : kimia dan fisik

5. Bermacam-macam penyakit mata seperti glaucoma, ablasi retina, uveitis dan


retinitis pigmentosa
6. Keracunan beberapa jenis obat seperti eserin 0.25 0.5%, kortikosteroid ergot,
antikolinesterase topical
7. Kelainan kaca mata minus yang dalam
PERAWATAN YANG DITUJUKAN PADA KEMUNGKINAN PENYEBAB : Jaga kesehatan ibu saat hamil,
jangan terjadi infeksi virus (rubella) dan toksoplasma, pada proses menua jaga kesehatan dengan baik,
penyakit diabetes dikontrol dengan baik, hati-hati memakai obat yang dapat mempercepat timbulnya
katarak, jaga mata dan dapatkan perawatan yang baik pada penyakit mata yang ada
MANIFESTASI KLINIK
Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subyektif. Biasanya pasien melaporkan penurunan
ketajaman penglihatan dan silau dan gangguan fungsional sampai derajat tertentu . temuan obyektif
biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak
dengan oftalmoskop.
Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukan ditransmisikan dengan tajam
menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan kabur atau redup, menyilaukan yang
menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya
berwarna hitam, akan tampak kekuningan, abu-abu atau putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama
bertahun-tahun, dan ketika katarak sudah sangat memburuk, lensa koreksi (kaca mata) yang sangat
tebalpun tak akan memperbaiki penglihatan.
PATOFISIOLOGI
Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona central terdapat nucleus, di perifer ada korteks
dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Pada lensa katarak secara
karakteristik terdapat agregat-agregat protein yang menghamburkan berkas cahaya dan mengurangi
transparansinya. Perubahan protein pada lensa mengakibatkan perubahan warna lensa menjadi coklat
kekuningan. Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior nucleus. Opasitas
pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna nampak seperti kristal salju pada
jendela.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan pada serabut
halus multiple, memanjang dari badan silier ke sekitar daerah lensa mengakibatkan penglihatan distorsi.
Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagolasi, sehingga mengakibatkan
pandanganberkabut.Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks air ke
dalam lensa yang mengakibatkan patahnya serabut lensa yang tegang sehingga mengganggu transmisi
sinar.
Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim tertentu mempunyai peran dalam melindungi lensa dari
degenerasi, jumlah enzim ini akan menurun dengan bertambahnya usia.
Sejumlah faktor yang diduga turut berperan dalam terbentuknya katarak antara lain kerusakan oksidatif
(dari proses radikal bebas), sinar ultraviolet dan malnutrisi.
KLASIFIKASI
Berdasarkan Penyebabnya :

1. Katarak traumatik
Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh trauma benda asing pada lensa atau trauma tumpul
pada bola mata. Peluru senapan angin dan petasan merupakan penyebab yang sering. Lensa menjadi
putih segera setelah masuknya benda asing karena lubang pada kapsul lensa menyebabkan humor
aqueus dan kadang-kadang vitreus masuk ke dalam struktur lensa.
2. Katarak toksika
Kortikosteroid yang diberikan dalam waktu lama baik secara sistemik maupun dalam bentuk obat tetes
mata dapat meneyebabkan kekeruhan lensa. Obat-obat lain yang diduga menyebabkan katarak antara
lain : phenotiazine, chlorpromazine, obat tetes miotik kuat seperti phospholine iodine.
3. Katarak komplikata
Katarak dapat terbentuk akibat efek langsung penyakit intraocular yang mempengaruhi fisiologis lensa.
Katarak biasanya berawal dari daerah subkapsular posterior dan akhirnya mengenai seluruh struktur
lensa. Penyakit intraokuler yang sering berkaitan antara lain uveitis kronik atau rekuren, glaucoma,
retinitis pigmentosa dan ablation retinae. Katarak ini biasanya unilateral. Katarak komplikata juga dapat
disebabkan akibat gangguan sistemik seperti diabetes mellitus, distrofi miotonik, dermatitis atopic,
hipoparatiroidisme, galaktosemia dan sindrom Lowe, Werner dan down.
Berdasarkan Usia
1. Katarak kongenital : Katarak yang sudah terlihat pada usia kurang dari 1 tahun
2. Katarak juvenile : Katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun
3. Katarak senile : Katarak setelah usia 50 tahun (Ilyas,1999)
JENIS-JENIS KATARAK
Katarak kongenital
Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan bayi berusia
kurang dari 1 tahun. Sewaktu dalam kandungan, terbentuknya lensa adalah minggu ke lima sampai ke
delapan usia kehamilan. Pada masa ini belum terbentuk kapsul pelindung, sehingga virus bisa masuk ke
dalam jaringan lensa. Seluruh lensa buram, tampak abu-abu putih.
Penyebab katarak kongenital :
1. Mungkin herediter dengan atau tanpa penyakit mata atau penyakit sistemik lain.
2. Infeksi teratogenik yang diderita ibu saat kehamilan seperti campak jerman, cacar
air, penyakit gondong, hepatitis dan poliomyelitis.
3. Infeksi maternal selama masa kehamilan seperti pada infeksi toksoplasmosis
4. Ibu hamil penderita diabetes melitus
5. Kelainan genetik seperti Trisomi 21, galaktosemia dan sindrom Lowe
Katarak kongenital digolongkan menjadi 2 macam katarak :

1. Kapsulolentikuler dimana pada golongan ini termasuk katarak kapsuler dan


katarak Polaris
2. Katarak lentikuler termasuk dalam golongan ini katarak yang mengenai korteks
atau nucleus lensa.
Jenis-jenis katarak kongenital :
1. Katarak nuklear
2. Katarak zonular
3. Katarak bentuk kumparan
4. Katarak polar anterior dan posterior
5. Katarak piramidal
Katarak kongenital dapat menimbulkan komplikasi lain berupa nistagmus dan strabismus
Tindakan pengobatan adalah operasi, operasi dilakukan bila refleks fundus tidak tampak, biasanya bila
katarak bersifat total, operasi dapat dilakukan pada usia 2 bulan atau lebih muda. Tindakan bedah pada
katarak kongenital yang umum dikenal adalah disisio lensa, ekstraksi linier, ekstraksi dengan aspirasi.
Pengobatan katarak kongenital tergantung pada :
1. Katarak totak bilateral, dimana sebaiknya dilakukan pembedahan secepatnya
segera setelah katarak terlihat.
2. Katarak total unilateral, dilakukan pembedahan 6 bulan sesudah terlihat atau
segera sebelum terjadiny juling; bila terlalu muda akan mudah terjadi ambliopia
bila tidak dilakukan tindakan segera.
3. Katarak total atau kongenital unilateral, mempunyai prognosis yang buruk, karena
mudah sekali terjadi ambliopia; karena itu sebaiknya dilakukan pembedahan
secepat mungkin, dan diberikan kacamata segera dengan latihan beban mata.
4. Katarak bilateral partial, biasanya pengobatan lebih konservatif sehingga
sementara dapat dicoba dengan kacamata atau midriatika, bila terjadi kekeruhan
yang progresif disertai dengan mulainya tanda-tanda juling dan ambliopia maka
dilakukan pembedahan, biasanya mempunyai prognosis yang lebih baik.
Katarak Rubela
Rubella pada ibu dapat mengakibatkan katarak pada lensa fetus.
Terdapat 2 bentuk kekeruhan yaitu kekeruhan sentral dengan perifer jernih seperti mutiara dan kekeruhan
diluar nuclear yaitu korteks anterior dan posterior atau total.
Mekanisme terjadinya tidak jelas, akan tetapi diketahui bahwa rubella dapat dengan mudah menular
melalui barier plasenta. Virus ini dapat masuk atau terjepit di dalam vesikel lensa dan bertahan di dalam
lensa sampai 3 tahun.

Katarak Juvenil
Kekeruhannya halus dan bulat, umumnya timbul pada usia tigapuluhan
Katarak ini perkembangannya lamban dan biasanya tidak mengganggu penglihatan.
Jika kekeruhan ini menyatu akan berbentuk cincin di perifer yang disebut katarak koronaria, apabila tipis
dan kebiru-biruan disebut katarak serulea.
Biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun metabolik dan penyakit lainnya seperti katarak
metabolik, distrofi miotonik, katarak traumatic dan katarak komplikata.
Katarak Senil
Biasanya timbul pada usia 50 tahun
Secara klinik dikenal dalam 4 stadium yakni insipient, imatur, matur dan hiper matur
Pada stadium awal (katarak insipiens) mungkin ada celah-celah kekeruhan di bagian perifer atau
berbentuk baji (kuneiform). Keadaan ini bisa diperburuk dengan adanya katarak nuklear yang merupakan
lanjutan daripada sklerosis nuclear fisiologis. Dengan berlanjutnya pertumbuhan katarak, tajam
penglihatan menjadi terganggu (katarak imatur). Katarak dikatakan matur bila lensa sudah keruh
seluruhnya sehingga fundus tidak dapat dilihat lagi. Di antaranya ada stadium intemusen yaitu stadium
membengkaknya lensa dan edema lensa. Pada akhirnya katarak matur berubah menjadi stadium
hipermatur, yaitu korteksnya mencair sehingga intinya mengambang turun ke dasar kantong kapsul. Pada
stadium ini mungkin terjadi reaksi fakolitik dan glaukoma. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai
dengan kapsul yang tebal maka korteks akan memperlihatkan bentuk menjadi sekantong susu disertai
dengan nukleus yang terbenam di dalam korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini disebut sebagai
katarak morgagni
Perbedaan katarak insipien, imatur , matur dan hipermatur

Insipien

Imatur

Matur

Hipermatur

Kekeruhan

Ringan

Sebagian

Seluruh

Masif

Cairan lensa

Normal

Bertambah
(masuk)

Normal

Berkurang
(air+masa lensa
keluar)

Iris

Normal

Terdorong

Normal

Tremulans

Bilik mata
depan

Normal

Dangkal

Normal

Dalam

Sudut bilik mata

Normal

Sempit

Normal

Terbuka

Shadow test

Negatif

Positif

Negatif

Pseudopos

Penyulit

Glaukoma

Uveitis +
glaukoma

Katarak senile dibagi menjadi 2 jenis yakni


1. Katarak kortikal
Kekeruhan korteks lensa perifer berbentuk ruji roda yang dipisahkan oleh celah-celah air. Meningkatnya
cairan yang masuk ke dalam lensa mengakibatkan terjadinya separasi lamellar dan akhirnya terjadi
kekeruhan korteks berwarna abu-abu putih yang tidak merata.
2. Katarak nuklear
Kekeruhan inti embrional dan inti dewasa yang berwarna kecoklatan. Korteks anterior dan posterior
relative jernih dan masih tipis. Bentuk kekeruhan nuklear ini bisa menyebabkan terjadinya miopia berat
yang memungkinkan penderita membaca jarak dekat tanpa memakai kaca mata koreksi seperti
seharusnya (second sight)
3. Katarak Brunesen
Katarak yang berwarna coklat sampai hitam (katarak nigra) terutama pada nukleus lensa, juga dapat
terjadi pada katarak pasien diabetes mellitus dan myopia tinggi. Sering tajam penglihatan lebih baik
daripada dugaan sebelumnya dan biasanya ini terdapat pada orang berusia lebih dari 65 tahun yang
belum memperlihatkan adanya katarak kortikal posterior.
4. Katarak diabetes
Diakibatkan karena adanya penyakit diabetes mellitus.
Terbagi dalam 3 bentuk :

Pasien dengan dehidrasi berat, asidosis dan hiperglikemia nyata, pada lensa
akan terlihat kekeruhan berupa garis akibat kapsul lensa berkerut. Bila dehidrasi
lama akan terjadi kekeruhan lensa, kekeruhan akan hilang bila terjadi rehidrasi
dan kadar gula normal kembali

Pasien diabetes juvenile dan tua tidak terkontrol, dimana terjadi katarak serentak
pada kedua mata dalam 48 jam, bentuk dapat snow flake atau bentuk piring
subkapsular

Katarak pada pasien diabetes dewasa dimana gambaran secara histologik dan
biokimia sama dengan katarak pasien nondiabetik.

PEMERIKSAAN KATARAK

1. Pemeriksaan visus dengan kartu snellen atau chart projector dengan koreksi
terbaik serta menggunakan pinhole
2. Pemeriksaan dengan slit lamp untuk melihat segmen anterior
3. Tekanan intraocular (TIO) diukur dengan tonometer non contact, aplanasi atau
Schiotz
4. Jika TIO dalam batas normal (< 21 mmHg) dilakukan dilatasi pupil dengan tetes
mata Tropicanamide 0.5%. setelah pupil cukup lebar dilakukan pemeriksaan
dengan slit lamp untuk melihat serajat kekeruhan lensa apakah sesuai dengan
visus pasien.
1. Derajat 1 : nukleus lunak, biasanya visus masih lebih baik dari 6/12, tampak
sedikit kekeruhan dengan warna agak keputihan. Refluks fundus masih
mudah diperoleh. Usia penderitanya biasanya kurang dari 50 tahun.
2. Derajat 2 : Nukleus dengan kekerasan ringan, biasanya visus antara 6/12
6/30, tampak nucleus mulai sedikit berawarna kekuningan. Refleks fundus
masih mudah diperoleh dan paling sering memberikan gambaran seperti
katarak subkapsularis posterior.
3. Derajat 3 : nukleus dengan kekerasan medium, biasanya visus antara 6/30
3/60, tampak nukleus berwarna kuning disertai kekeruhan korteks yang
berwarna keabu-abuan
1. Derajat 4: nukleus keras, biasanya visus antara 3/60 1/60, tampak nukleus
berwarna kuning kecoklatan. Reflex fundus sulit dinilai
2. Derajat 5 ; nukleus sangat keras, biasanya visus hanya 1/60 atau lebih jelek. Usia
penderita sudah di atas 65 tahun. Tampak nucleus berawarna kecoklatan bahkan
sampai kehitaman, katarak ini sangat keras dan disebut juga
sebagaiBrunescence cataract atau black cataract.
3. Pemeriksaan funduskopi jika masih memungkinkan
4. Pemeriksaan penunjang : USG untuk menyingkirkan adanya kelainan lain pada
mata selain katarak
5. Pemeriksaan tambahan : biometri untuk mengukur power IOL jika pasien akan
dioperasi katarak dan retinometri untuk mengetahui prognosis tajam penglihatan
setelah operasi.
1. PENATALAKSANAAN
1. Pembedahan dengan membersihkan lensa mata yang keruh
2. Katarak tidak dapat dibedah dengan sinar

3. Hasil bedah katarak sangat baik, 90% pasien pasca bedah dapat
mempergunakan matanya seperti sedia kala
4. Ada dua jenis operasi katarak yakni Ekstraksi Katarak Intrakapsuler (EKIK) dan
Ekstraksi Katarak Ekstrakapsuler (EKEK).
5. EKIK adalah pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama
kapsul. Dapat dilakukan pada zonula zinn telah rapuh atau berdegenerasi dan
mudah diputus. Pada EKIK tidak akan terjasi katarak sekunder.kontraindikasi
EKIK adalah pada pasien < 40 tahun yang masih mepunyai ligament hialoidea
kapsuler. Penyulit yang sering terjadi: astigmat, glaucoma, uveitis, endoftalmus
danperdarahan.EKIK sekarang jarang dilakukan karena tersedianya teknik
bedah yang lebih canggih.
6. EKEK adalah tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan
pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior
sehingga masa lensa dan korteks lensa dapat keluar melalui robekan tersebut.
Termasuk ke dalam golongan ini ekstraksi linier, aspirasi dan irigasi. Penyulit
yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katark sekunder,
yakni terbentuknya jaringan fibrosis pada sisa lensa yang tertinggal, paling
cepat keadaan ini terlihat sesudah 2 hari EKEK.
7. Salah satu penemuan terbaru pada EKEK adalah Fakoemulsi. Cara ini
memungkinkan pengambilan lensa melalui insisi yang lebih kecil dengan
menggunakan alat ultrasound frekwensi tinggi untuk memecah nucleus dan
korteks lensa menjadi partikel kecil yang kemudian diaspirasi melalui alat yang
sama yang juga memberikan irigasi kontinu. Dengan teknik ini waktu
penyembuhan menjadi lebih pendek dan penurunan insiden astigmatisme
pasca operasi.
8. Pada mata yang telah dikeluarkan lensanya akibat katarak, pasien akan
menggalami penglihatan yang tidak jelas dan perlu lensa pengganti dan mata
tidak dapat melihat dekat atau berakomodasi. Karena itu pasien memerlukan
sebuah lensa pengganti / koreksi. Koreksi ini dapat dilakukan dengan metode :
kaca mata apakia, lensa kontak atau implant lensa intraokuler (IOL)
9. Kaca mata apakia
Keuntungan : dapat mengambil alih fungsi lensa mata yang dikeluarkan, kaca mata merupakan alat
penglihatan yang aman dan harga yang tidak terlalu mahal.
Kerugian : adanya perasaan asing sewaktu memakainya, kaca mata terlalu tebal dan berat, benda akan
terlihat melengkungg, terlihat benda lebih besar 30% dari ukuran sesungguhnya, pada waktu melihat
harus selalu menggerakkan kepala karena melihat dengan bagian tengah lensa, akibatnya terjadi
penyempitan lapang pandangan, serta terdapat bagian yang tidak terlihat pada lapang pandangan 4060%.

1. Lensa kontak jauh lebih nyaman dari kaca mata apakia, dengan pembesaran 5%
10%, tidak menimbulkan aberasi sferis, tak ada penurunan lapang pandang
dan tak ada kesalahan orientasi spasial.
Kelemahan tenik ini adalah penyimpanan yang selamanya harus bersih dan kalau bisa steril, pemakaian
sukar pada usia lanjut dan diperlukannya ketrampilan pasien dalam hal memasang, melepaskan dan
merawat lensa kontak secara bersih.
1. IOL adalah lensa permanen plastic yang secara bedah diimplantasi ke dalam
mata. Mampu menghasilkan bayangan dengan bentuk dan ukuran normal,
menghilangkan efekoptikal lensa afakia yang menjengkelkan dan
ketidakpraktisan lensa kontak .
Ada beberapa bentuk IOL :
1. Lensa bilik mata yang ditempatkan di depan iris dengan kaki penyokongnya
bersandar pada sudut bilik mata
2. Lensa dijepit pada iris yang kakinya tidak terletak pada sudut bilik mata
3. Lensa bilik mata belakang yang diletakkan pada kedudukan lensa normal di
belakang iris.
1. PEDOMAN DALAM PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan non bedah untuk visus lebih baik atau sama dengan 6/12,
yaitu pemberian kacamata dengan koreksi terbaik.
2. Jika visus masih lebih baik dari 6/12 tetapi sudah mengganggu untuk
melakuklan aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan pasien atau ada indikasi
medis lain untuk operasi, pasien dapat dilakukan operasi katarak.
3. Tatalaksana katarak dengan visus terbaik kurang dari 6/12 adalah operasi
katarak berupa EKEK + IOL atau fakoemulsifikasi + IOL dengan
mempertimbangkan ketersediaan alat, derajat kekeruhan katarak dan tingkat
kemampuan ahli bedah.
4. Operasi katarak dilakukan menggunakan mikroskop operasi dan peralatan
bedah mikro, dimana pasien dipersiapkan untuk implantasi IOL
5. Ukuran IOL dihitung berdasarkan data keratometri serta pengukuran biometri Ascan
6. Apabila tidak tersedia peralatan keratometri dan biometri ukuran IOL dapat
ditentukan berdasar anamnesis ukuran kacamata yang selama ini dipakai
pasien. IOL standar power +20.00 dioptri, jika pasien menggunakan kacamata,
power IOL standar dikurangi dengan ukuran kaca mata. Misalnya pasien
menggunakan kaca mata S -6.00 maka dapat diberikan IOL power +14.00
dioptri.

7. Operasi katarak bilateral (operasi dilakukan pada kedua mata sekaligus secara
berurutan) sangat tidak dianjurkan berkaitan dengan resiko pasca operasi
(endoftalmitis) yang bisa berdampak kebutaan.
1. PERAWATAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMBEDAHAN
1. Sebelum pembedahan :

Pemeriksaan kesehatan tubuh umum untuk menentukan kondisi kesehatan


umum pasien

Dilakukan pemeriksaan mata untuk mencegah penyulit pembedahan seperti


adanya infeksi, glaucoma serta penyakit mata lain yang dapat menimbulkan
penyulit sewaktu pembedahan

1. Sesudah pembedahan :
2. Hal yang dianjurkan : memakai dan meneteskan obat seperti yang dianjurkan,
memakai penutup mata seperti yang dinasehatkan, tidak melakukan pekerjaan
berat, tidak membungkuk terlalu dalam.
3. Hal yang tidak boleh dilakukan : menggosok mata, bungkuk terlalu dalam,
membaca berlebihan dari biasanya, mengejan keras sewaktu buang air besar,
berbaring ke sisi mata yang baru dibedah dan menggosok gigi pada minggu
pertama.
4. KOMPLIKASI PEMBEDAHAN
1. Luka yang tidak sempurna menutup
2. Edema kornea
3. Inflamasi dan uveitis
4. Atonik pupil
5. Papillary captured
6. Kekeruhan kapsul posterior
7. TASS (toxic anterior segment syndrome)
8. Ablasio retina
9. Endoftalmus
10. Sisa massa lensa
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KATARAK

1. PENGKAJIAN
2. Riwayat

1. Riwayat penyakit trauma : trauma mata, penggunaan obat kortikosteroid,


penyakit diabetes mellitus, hipotiroid, uveitis, glaucoma.
2. Riwayat keluhan gangguan : stadium katarak.
3. Psikososial : kemampuan aktivitas, gangguan membaca, resiko jatuh,
berkendaraan.
4. Pengkajian umum
1. Usia.
2. Gejala penyakit sistemik : diabetes mellitus, hipotiroid.
3. Pengkajian khusus mata
1.

Dengan pelebaran pupil, ditemukan gambaran kekeruhan lensa (berkas


putih) pada lensa.

2.

Keluhan terdapat diplopia, pandangan berkabut.

3.

Penurunan tajam penglihatan (miopia).

4.

Bilik mata depan menyempit.

5.

Tanda glaucoma (akibat komplikasi).

1. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang muncul selama periode peri operasi (pre, intra dan post operasi) adalah :
1. Penurunan persepsi sensori : penglihatan yang berhubungan dengan penurunan
tajam penglihatan dan kejelasan penglihatan.
2. Ansietas yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kejadian
operasi.
3. Resiko cedera yang berhubungan dengan peningkatan tekanan intraocular (TIO),
perdarahan, kehilangan vitreous.
4. Nyeri yang berhubungan dengan luka pasca operasi.
5. Gangguan perawatan diri yang berhubungan dengan penurunan penglihatan,
pembatasan aktivitas pasca operasi.
6. Resiko ketidakefektifan penatalaksanaan regimen terapeutik yang berhubungan
dengan kurang pengetahuan, kurang sumber pendukung.
Intervensi :
Rencana tindakan yang mungkin dapat diterapkan pada klien dengan katarak meliputi :
Dx. 1
Penurunan persepsi sensori : penglihatan yang berhubungan dengan penurunan tajam penglihatan dan
kejelasan penglihatan.

Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 324 jam
klien melaporkan
atau memeragakan kemampuan yang lebih baik untuk proses rangsang penglihatan dan
mengkomunikasikan perubahan visual.
Kriteria hasil

Klien mengidentifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi

fungsi penglihatan.

Klien mengidentifikasi dan menunjukan pola-pola alternative untuk meningkatkan penerimaan rangsang
penglihatan.
Intervensi

:
1. Kaji ketajaman penglihatan klien.

R/ Mengidentifikasi kemampuan visual klien.


1. Identifikasi alternative untuk optimalisasi sumber rangsangan.
R/ Memberikan keakuratan penglihatan dan perawatanya.
1. Sesuaikan lingkungan untuk optimalisasi penglihatan :

Orientasikan klien terhadap ruang rawat.

Letakan alat yang sering digunakan di dekat klien atau pada sisi mata yang lebih sehat.

Berikan pencahayaan cukup.

Letakan alat di tempat yang tepat.

Hindari cahaya menyilaukan.

Anjurkan penggunaan alternative rangsang lingkungan yang dapat diterima: auditorik, taktil.

R/ Meningkatkan kemampuan persepsi sensori.


Dx. 2
Ansietas yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kejadian operasi.
Tujuan
kecemasan.

: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 324 jam

Kriteria hasil

: Klien mengungkapkan kecemasan hilang atau minimal.

tidak terjadi

Klien berpartisipasi dalam persiapan operasi.


Intervensi

:
1. Jelaskan gambaran kejadian pre dan paska operasi, manfaat operasi, dan sikap
yang harus dilakukan klien selama masa operasi.

R/ Meningkatkan pemahaman tentang gambaran operasi untuk menurunkan ansietas.

1. Jawab pertanyaan khusus tentang pembedahan.


R/ Meningkatkan kepercayaan dan kerjasama.
1. Berikan waktu untuk mengekspresikan perasaan.
R/ Berbagi perasaan membantu menurunkan tegangan.
1. Informasikan bahwa perbaikan penglihatan tidak terjadi secara langsung, tetapi
bertahap sesuai penurunan bengkak pada mata dan perbaikan kornea.
R/ Informasi tentang perbaikan penglihatan bertahap diperlukan untuk mengantisipasi depresi atau
kekecewaan setelah fase operasi dan memberikan harapan akan hasil operasi.
Dx. 3
Resiko cedera yang berhubungan dengan peningkatan tekanan intraocular (TIO), perdarahan, kehilangan
vitreous.
Tujuan
pasca operasi.
Kriteria hasil

: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 324 jam tidak terjadi cedera mata

: Klien dapat menyebutkan faktor yang menyebabkan cedera.

Klien tidak melakukan aktivitas yang meningkatkan resiko

cedera.

Intervensi :
1. Diskusikan tentang rasa sakit, pembatasan aktifitas dan pembalutan mata.
R/ Meningkatkan kerjasama dan pembatasan yang diperlukan.
1. Tempatkan klien pada tempat tidur yang rendah dan ajurkan untuk membatasi
pergerakan mendadak atau tiba-tiba serta menggerakan kepala berlebih.
R/ Istirahat mutlak diberikan hanya beberapa menit hingga satu atau dua jam paska operasi atau satu
malam jika ada komplikasi.
1. Bantu aktifitas selama fase istirahat.
R/ Mencegah atau menurunkan resiko komplikasi cedera.
1. Ajarkan klien untuk menghindari tindakan yang dapat menyebabkan cedera.
R/ Tindakan yang dapat meningkatkan TIO dan menimbulkan kerusakan struktur mata paska operasi:

Mengejan (valsalva maneuver)

Menggerakan kepala mendadak

Membungkuk terlalu lama

Batuk

1. Amati kondisi mata : luka menonjol, bilik mata depan menonjol, nyeri mendadak
setiap 6 jam pada awal operasi atau seperlunya.
R/ Berbagai kondisi seperti luka menonjol, bilik mata menonjol, nyeri mendadak, hyperemia serta
hipopion mungkin menunjukan cedera mata paska operasi.Apabila pandangan melihat benda
mengapung (floater) atau tempat gelap mungkin menujukan ablasio retina.
Dx. 4
Nyeri yang berhubungan dengan luka pasca operasi.
Tujuan
dan terkontrol.
Kriteria hasil

: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 324 jam

nyeri berkurang, hilang

: Klien mendemonstrasikan tehnik penurunan nyeri.

Klien melaporkan nyeri berkurang atau hilang.


Intervensi :
1. Kaji derajat nyeri setiap hari.
R/ Normalnya nyeri terjadi dalam waktu kurang dari lima hari setelah operasi dan berangsur menghilang.
Nyeri dapat meningkat karena peningkatan TIO 2-3 hari paskaoperasi.Nyeri mendadak menunjukan
peningkatan TIO massif.
1. Anjurkan untuk melaporkan perkembangan nyeri setiap hari atau segera saat
terjadi peningkatan nyeri mendadak.
R/ Meningkatkan kolaborasi ; memberikan rasa aman untuk peningkatan dukungan psikologis.
1. Anjurkan klien untuk tidak melakukan gerakan tiba-tiba yang dapat
memprovokasi nyeri.
R/ Beberapa kegiatan klien dapat meningkatkan nyeri seperti gerakan tiba-tiba, membungkuk, mengucek
mata, batuk, mengejan.
1. Ajarkan tehnik distraksi dan relaksasi.
R/ Menurunkan ketegangan, mengurangi nyeri.
1. Lakukan tindakan kolaboratif untuk pemberian analgesic topical atau sistemik.
R/ Mengurangi nyeri dengan meningkatkan ambang nyeri.
Dx. 5
Gangguan perawatan diri yang berhubungan dengan penurunan penglihatan, pembatasan aktivitas
pasca operasi.
Tujuan
klien terpenuhi.

: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 324 jam kebutuhan perawatan diri

Kriteria hasil

: Klien mendapatkan bantuan parsial dalam pemenuhan kebutuhan diri.

Klien memeragakan perilaku perawatan diri secara bertahap.

Intervensi :
1. Terangkan pentingnya perawatan diri dan pembatasan aktivitas selama fase
paska operasi.
R/ Klien dianjurkan untuk istirahat di tempat tidur pada 2-3 jam pertama paska operasi atau 12 jam jika
ada komplikasi. Selama fase ini, bantuan total diperlukan bagi klien.
1. Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri.
R/ Memenuhi kebutuhan perawatan diri.
1. Secara bertahap, libatkan klien dalam memenuhi kebutuhan diri.
R/ Upaya melibatkan klien dalam aktivitas perawatan dirinya dilakukan bertahap dengan berpedoman
pada prinsip bahwa aktivitas tidak memicu peningkatan TIO dan menyebabkan cedera mata. Kontrol
klinis dilakukan dengan menggunakan indicator nyeri mata pada saat melakukan aktivitas.Umumnya 24
jam paska operasi, individu boleh melakukan aktivitas perawatan diri.
Dx. 6
Resiko ketidakefektifan penatalaksanaan regimen terapeutik yang berhubungan dengan kurang
pengetahuan, kurang sumber pendukung.
Tujuan
berjalan efektif.
Kriteria hasil
diperlukan.

: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 324 jam perawatan rumah

: Klien mampu mengidentifikasi kegiatan keperawatan rumah (lanjutan) yang

Keluarga menyatakan siap untuk mendampingi klien dalam melakukan perawatan.


Intervensi :
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang perawatan paska hospitalisasi.
R/ Sebagai modalitas dalam pemberian pendidikan kesehatan tentang perawatan di rumah.
1. Terangkan aktivitas yang diperbolehkan dan dihindari (minimal untuk 1 minggu)
untuk mencegah komplikasi post operasi.
R/ Aktivitas yang diperbolehkan :

Menonton televise, membaca tetapi jangan terlalu lama.

Mengerjakan aktivitas biasa (ringan dan sedang).

Mandi waslap, selanjutnya dengan bak mandi atau pancuran (dengan bantuan).


Tidak boleh membungkuk pada wastafel atau bak mandi, condongkan kepala sedikit kebelakang
saat mencuci rambut.

Tidur dengan perisai atau pelindung mata logam pada malam hari, mengenakan kacamata pada
siang hari.

Aktivitas dengan duduk.

Mengenakan kaca mata hitam untuk kenyamanan.

Berlutut atau jongkok saat mengambil sesuatu dari lantai.

R/ Aktivitas yang dihindari :

Tidur pada sisi yang sakit.

Menggosok mata, menekan kelopak mata.

Mengejan saat defekasi.

Memakai sabun mendekati mata.

Mengangkat benda lebih dari 7 kg.

Melakukan hubungan seks.

Mengendarai kendaraan.

Batuk, bersin, muntah.

Menundukan kepala sampai bawah pinggang.


1. Terangkan berbagai kondisi yang perlu dikonsultasikan.

R/ Kondisi yang harus segera dilaporkan :

Nyeri pada dan disekitar mata, sakit kepala menetap.

Setiap nyeri yang tidak berkurang dengan obat pengurang nyeri.

Nyeri disertai mata merah, bengkak, atau keluar cairan : inflamasi dan cairan dari mata.

Nyeri dahi mendadak.

Perubahan ketajaman penglihatan, kabur, pandangan ganda, selaput pada lapang penglihatan,
kilatan cahaya, percikan atau bintik didepan mata, kalau di sekitar sumber cahaya.
1. Terangkan cara penggunaan obat-obatan.
R/ Klien mungkin mendapatkan obat tetes atau salep(topical).
1. Berikan kesempatan bertanya.

R/ Meningkatkan rasa percaya, rasa aman, dan mengeksplorasi pemahaman serta hal-hal yang mungkin
belum dipahami.
1. Tanyakan kesiapan klien paska hospitalisasi.
R/ Respon verbal untuk meyakinkan kesiapan klien dalam perawatan hospitalisasi.
1. Identifikasi kesiapan keluarga dala perawatan diri klien paska hospitalisasi.
R/ Kesiapan keluarga meliputi orang yang bertanggung jawab dalam perawatan, pembagian peran dan
tugas serta penghubung klien dan institusi pelayanan kesehatan.
BAB II
TINJAUAN KASUS

1. Skenario
Seorang laki-laki umur 65 tahun masih aktif bekerja pada salah satu perusahaan swasta di karawang.
Telah lama mengeluh pengelihatannya kabur seperti melihatkabut.Akhir-akhir ini batuk terasa semakin
berat dan mengganggu aktivitas kerjanya sehari-hari. Saat ia memeriksakan diri ke rumah sakit X
dinyatakan katarak dan dianjurkan untuk dilakukan operasi pada mata kiri nya. Pada pengkajian yang
dilakukan perawat A didapatkan data mengeluh seperti melihat kabut, silau, dan penglihatan tidak
jelas .Pada pemeriksaan fisik didapatkan leokokorea pada lensa mata kiri.Tidak didapatkan riwayat
diabetes, hipertensi, dan penyakitjantung.Saat ini operasi telah dilakukan pada mata kiri 2 hari yang
lalu.Mengeluhkan nyeri semakin meningkat.Peningkatan nyeri pertama kali dirasakan saat berdiri dari
sujud pada sholat subuh.Ia juga mengalami batuk dan bersin pada waktu bangun pagi.
1. Data Fokus
1. Data subjektif :

Klien mengatakan nyeri meningkat

Klien mengatakan peningkatan nyeri pertama kali dirasakan pada saat berdiri dari sujud pada
sholat subuh
1. Data objektif :

Pada pemeriksaan fisik didapatkan lekokorea pada lensa mata kiri

Tidak didapatkan riw.diabetes, hipertensi dan penyakit jantung

Klien mengalami batuk dan bersin pada waktu bangun pagi

Klien Post Operasi katarak 2 hari yang lalu


1. Analisa Data

NO

DATA PENUNJANG

PROBLEM

ETIOLOGI

1.

DS :

Klien mengatakan nyeri


meningkat

Gangguan rasa
nyaman : nyeri

Peningkatan TIO

Resiko cidera

Peningkatan TIO,
perdarahan
intaokuler,
kehilangan
vitreus

Klien mengatakan
peningkatan nyeri pertama kali
dirasakan pada saat berdiri dari
sujud pada sholat subuh
DO :

Klien Post Operasi katarak


2 hari yang lalu

Pada pemeriksaan fisik


didapatkan lekokorea pada lensa
mata kiri
2.

DS :

Klien mengatakan nyeri


meningkat

Klien mengatakan
peningkatan nyeri pertama kali
dirasakan pada saat berdiri dari
sujud pada sholat subuh
DO :

Pada pemeriksaan fisik


didapatkan lekokorea pada lensa
mata kiri

Tidak didapatkan
riw.diabetes, hipertensi dan
penyakit jantung

Klien mengalami batuk dan


bersin pada waktu bangun pagi

Klien Post Operasi katarak


2 hari yang lalu
1. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan peningkatan TIO


2. Resiko cedera berhubungan dengan peningkatan TIO, perdarahan intraokuler,
kehilangan vitreus
3. Rencana Keperawatan
1. Ganguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan peningkatan TIO
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 324 jam diharapkan nyeri dapat
berkurang/hilang.
Kriteria hasil :

Klien terlihat rileks

Klien mengatakan nyeri berkurang/hilang

Skala nyeri 0-1

Intervensi :
1. Kaji derajat nyeri setiap hari.
2. Anjurkan untuk melaporkan perkembangan nyeri setiap hari atau segera saat
terjadi peningkatan nyeri mendadak.
3. Anjurkan klien untuk tidak melakukan gerakan tiba-tiba yang dapat
memprovokasi nyeri.
4. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
5. Berikan pendidikan kesehatan mengenai hal-hal yang dapat mengurangi
bertambahnya nyeri akibat meningkatnya TIO seperti tidak membungkuk terlalu
dalam (anjurkan pasien melakukan ibadah salat dalam posisi duduk) dan tidur
berbaring ke arah mata yang sehat.
6. Lakukan tindakan kolaboratif untuk pemberian analgesic topical atau sistemik.
1. Resiko cidera berhubungan dengan peningkatan TIO, perdarahan intraokuler,
kehilangan vitreus
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 324 jam diharapkan tidak terjadi cidera
Kriteria hasil :

Klien dapat menyebutkan faktor yang menyebabkan cedera.

Klien tidak melakukan aktivitas yang meningkatkan resiko cedera.

Intervensi :
1. Diskusikan tentang rasa sakit, pembatasan aktifitas dan pembalutan mata.

2. Tempatkan klien pada tempat tidur yang rendah dan ajurkan untuk membatasi
pergerakan mendadak atau tiba-tiba serta menggerakan kepala berlebih.
3. Bantu aktifitas selama fase istirahat.
4. Ajarkan klien untuk menghindari tindakan yang dapat menyebabkan cedera.
5. Berikan pendidikan kesehatan mengenai hal-hal yang boleh dan tidak boleh
dilakukan pasca pembedahan. Hal yang dianjurkan : memakai dan meneteskan
obat seperti yang dianjurkan, memakai penutup mata seperti yang dinasehatkan,
tidak melakukan pekerjaan berat, tidak membungkuk terlalu dalam. Hal yang
tidak boleh dilakukan : menggosok mata, bungkuk terlalu dalam, membaca
berlebihan dari biasanya, mengejan keras sewaktu buang air besar, berbaring ke
sisi mata yang baru dibedah
6. Amati kondisi mata : luka menonjol, bilik mata depan menonjol, nyeri mendadak
setiap 6 jam pada awal operasi atau seperlunya.
EVIDENCE BASED NURSING PRACTICE
The eye is likely to feel itchy or mildly uncomfortable for some days following surgery, and patients may
be provided with a plastic eye shield to be worn at night to prevent accidental rubbing. Lifting heavy items
or prolonged bending should be avoided for several weeks, as these activities may increase the pressure
in the eye (Thom and Sanderson 2006). The patient will be advised to look out for any signs of infection,
such as redness, pain or discharge, and report these promptly (Watkinson 2005).
Mata akan cenderung merasa gatal atau tidak nyaman untuk beberapa hari setelah operasi, dan pasien
diberikan pelindung/penutup mata plastik untuk dikenakan pada malam hari untuk mencegah mata
disentuh/ digosok baik secara sadar maupun tak sadar. Mengangkat barang berat dalam waktu
berkepanjangan harus dihindari untuk beberapa minggu, karena kegiatan ini dapat meningkatkan
tekanan dalam mata (IOP/ intra ocular pressure) (Thom dan Sanderson 2006). Pasien disarankan untuk
memperhatikan tanda-tanda infeksi yang muncul, seperti kemerahan, rasa sakit atau seperti terlepas, dan
melaporkan dengan segera (Watkinson 2005).
The nurse should advise instilling the drop into the pocket created by pulling down gently on the lower
eyelid, as the eye is less sensitive here than it is closer to the iris and pupil. The tip of the bottle should
not be allowed to touch the eye or eyelids to minimize the risk of corneal damage and cross-infection
(Russell 2008).
Perawat juga harus memberikan pendidikan untuk meneteskan obat tetes mata ke dalam celah/lekukan
yang dibuat dengan cara menarik sedikit kearah bawah kelopak mata bagian bawah, ini merupakan
bagian mata yang kurang sensitive dan merupakan bagian yang terdekat dengan iris dan pupil. Ujung
dari botol tetes mata dilarang untuk bersentuhan degan mata atau kelopak mata untuk meminimalkan
risiko kerusakan kornea dan terjadinya infeksi. (Russell 2008).
The main risks and complications of cataract surgery are (James et al 2007):
1. Endophthalmitis although rare, occurring in less than 0.3% of patients (James
et al 2007),this is an infection of the eye that has the potential to lead to
blindness. Symptoms include pain and worsening vision and usually occur four to

five days after surgery (Olver and Cassidy 2005). Urgent treatment with topical,
systemic and intraocular antibiotics is required.
2. Increased intraocular pressure this may occur in the days following surgery. It
can be treated with topical, oral or intravenous medication. The patient may
experience severe headache, eye pain, nausea and vomiting, which should be
reported promptly.

Risiko dan komplikasi utama pada operasi katarak adalah (James et al 2007):
1. Endophthalmitis walaupun jarang, kejadian < 0.3% pasien, ini adalah infeksi
pada mata yang memiliki potensial untuk terjadi kebutaan. Gejala yang timbul
diantaranya : rasa nyeri pada mata, penurunan penglihatan dan biasanya terjadi
dalam 4 5 hari sesudah operasi (Olver dan Cassidy 2005). Pengobatan dengan
segera dibutuhkan menggunakan antibiotik topical, sistemik maupun intraokular.
2. Peningkatan tekanan intra ocular ini terjadi pada hari operasi. Hal ini dapat
ditangani dengan obat-obatan topical, oral atauoun intravena. Pasien mengalami
sakit kepala yang berat, nyeri pada mata, mual dan muntah, yang harus dengan
segera dilaporkan.
DAFTAR PUSTAKA
Vaughan et al. 2009. Oftalmologi Umum. Jakarta. EGC
Ilyas Sidarta. 2004. Ilmu Perawatan Mata. Jakarta. CV.Sagung Seto
Brunner et al. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta. EGC
Hollwich Fritz. 1993. Opthalmology. Jakarta. Binarupa Aksara
NS522 Hardy J (2009) Supporting patients undergoing cataract extraction surgery. Nursing Standard. 24,
14, 51-56. Date of acceptance: September 11 2009.
download : ASKEP DAN PEMBAHASAN TUTORIAL : KATARAK
Share
Aboutthis:
these ads

Twitter

Facebook

From ASKEP

Leave a Comment
Leave a Reply

Recent Posts
ASKEP DAN PEMBAHASAN KASUS : KATARAK

Categories
ASKEP

Archives
April 2012
Blog at WordPress.com. | The Titan Theme.

Вам также может понравиться