Вы находитесь на странице: 1из 9

MAKALAH

MATA KULIAH PRODUKSI BENIH


PENGEMBANGAN SISTEM PERBENIHAN
KELOMPOK 7

WILIARDI
MUHAMMAD ILHAM
RANDI ISMIRAT
HESY ARYES
MIRA AYU SAFITRI

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2016

Perkembangan Perbenihan di Indonesia dan Luar Negeri

Perbaikan yang pertama dalam pembenihan di Jerman dimulai pada tahun 1869 ketika
Friendrick Nobbe pada suatu penelitian di kota kecil Tharandt, sekarang terletak di Jerman
Selatan. Para petani primitif di Eropa hanya mengusahakan tanaman serealian dan tanaman
sejenis. Biji dipanen, dimana sebagian besar untuk dikonsumsi, tetapi pada beberapa tahun
setelah itu digunakan untuk tujuan pembibitan atau diusahakan. Benih yang diusahakan ini
mempunyai lahan benih dimana pengawasanya tidak terkontrol dengan mudah, biji yang dipanen
sebagian besar tidak murni, tetapi lama-kelamaan petani tahu bagaimana menghasilkan panen
dengan benih bermutu (Thomson, 1979).

Kata revolusi merupakan perubahan yang besar, tetapi tidak lain istilah yang cukup
memberikan pengaruh benih baru (unggul) terhadap negara miskin dimana benih menggunakan
teknologi peralihan terus-menerus diperoleh oleh pusat pengembangan pertanian yang memberi
perubahan dalam ekonomi, sosial dan tatanan politik negara miskin (Brown, 1970).
Pemerintah Hindia Belanda yang sangat berkepentingan untuk mengeruk dan memeras usaha
keringat para petani Indonesia, semenjak tahun 1920-an telah mulai menaruh perhatian terhadap
masalah pembenihan ini, sejalan dengan meningkatnya perbaikan cara-cara bercocok tanam.
Dalam pengadaan benih padi yang baik misalnya, usaha pengadaan benih ini dengan pendirian
lumbung-lumbung benih untuk para petani. Sesudah tahun 1930-an kegiatan pengadaan benih
ditingkatkan lagi dengan pembangunan Balai Benih. Pembangunan sekolah pertanian di
Sukabumi, Bogor yang pada waktu itu terkenal dengan hasil-hasil penelitianya sangat membantu
usaha Benih tersebut, yang berfungsi sebagai sumber benih yang agak lebih baik mutunya, yang
secara terus-menerus dapat memenuhi kebutuhan para petani beserta tanah-tanah pertaniannya di
desa-desa (Kartasapoetra, 2003)

Pengembangan industri pemuliaan melalui teknologi rekayasa genetika sudah barang


tentu memerlukan pengembangan sumber daya manusia/SDM yang profesional melalui
pendidikan dan pelatihan. Di samping itu, pengembangan industri pemuliaan dan pembenihan
memerlukan waktu pula yang lama dan dana investasi yang besar. Oleh karena itu, untuk

menumbuhkan daya tarik yang kuat bagi pengembangan industri ini diperlukan antara lain
adanya suatu peraturan atau perundangan tentang perlindungan varietas tanaman. Sudah saatnya
pihak-pihak terkait dengan penyusunan dan penerbitan peraturan/perundangan tersebut bekerja
keras untuk segera dapat menyelesaikannya secara tuntas (Rasaha, dkk. 1999).
PERKEMBANGAN INDUSTRI BENIH DI INDONESIA

Di Indonesia, pada zaman Belanda tahun 1920 telah mulai adanya perhatian terhadap soal
perbenihan dan meningkatkan perbaikan dengan cara-cara bercocok tanam. Usaha-usahanya
diarahkan kepada pengadaan benih yang kemudian diikuti dengan pendirian lumbung-lumbung
benih untuk menyediakan benih bagi para petani. Pada tahun 1930 kegiatannya meningkat yaitu
dengan dibangunnya balai Benih (khususnya di Jawa). Balai Benih ini berfungsi sebagai sumber
benih yang agak lebih baik mutunya dan secara terus menerus dapat memenuhi kebutuhan para
petani. Suatu cara yang sangat disayangkan ketika itu adalah tentang pendistribusiannya tertuju
pada basis yang tidak efisien, sehingga terjadi kontaminasi yang terasa kurang manfaatnya, sebab
sebagian besar petani yang produktif tidak memanfaatkannya (Kartasaputra, 2003).
Sejak tahun 1958 khusus mengenai benih padi varietas unggul, semakin banyak diperkenalkan
melalui usaha-usaa intensifikasi (KOGM, SSBM, BIMAS). Dan pada tahun 1970 pemerintah
menganggap perlu adanya kesatuan dalam kebijkaan mengenai kegiatan-kegiatan baik dalam hal
usaha peningkatan produksi pertanian, maupun yang berkaitan dengan masalah perbenihan.
Sehingga dibentuk Badan Balai nasional (BBN) dalam lingkungan administratif Departemen
Pertanian. Badan ini berfungsi untuk membantu Menteri Pertanian dalam merencanakan dan
merumuskan kebijaksanaan dalam bidang pembenihan. Salah satu di antara tugas pokok badan
Benih nasional yaitu membentuk lembaga yang tugasnya memperbanyak dan memproduksi
benih dari varietas-varietas yang ditingkatkan dan berkualitas tinggi bagi kepentingan
masayarakat, khususnya para petani. Varietas-varietas ini berasal dari program Seleksi Balai
Penelitian (Kartasaputra, 2003).

Untuk pengembangan industri benih nasional perlu terus dikembangkan kebijaksanaan


operasional, terutama dengan optimalisasi fungsi dan pembinaan, pelayanan dan pengawasan
dari pemerintah, serta meningkatkan peran swasta dalam industri benih. Upaya-upaya tersebut

ditempuh antara lain: peningkatana kualitas sumber daya manusia di bidang perbenihan,
pembenihan kelembagaan perbenihan, peningkatan peran Indonesia dalam organisasi benih
internasional serta penciptaan iklim yang kondusif untuk mengembangkan agribisnis dan industri
benih (Rasah dkk, 2003).

Ketersediaan benih yang unggul bermutu dengan paket teknologi dan kebijakan
pemerintah yang memadai merupakna faktor-faktor penting penentu keberhasilan swasembada
pangan disamping ketekunan berbagai pihak yang terkait dalam usaha produksi. Khusus
mengenai ketersediaan benih unggul, keanggapan para pemulia tanaman dan Balai-balai
Penelitian Tanaman Pangan dalam menghasilkan varietas baru yang lebih unggul daripada
varietas-varietas yang ada sebelumnya dipertahankan dan ditingkatkan dengan memperhatikan
spesifikasi wilayah pengembangan pertaniannya. Sementara itu pembinaan mutu benihnya
jangan sampai tertinggal oleh permintaan petani maju sehingga juga memerlukan penanganan
yang serius oleh semua pihak yang berada pada setiap subsisten perbenihan (Mugnisjah dan
Setiawan, 1995).

INDUSTRI BENIH

Sektor industri sebagaimana yang dimaksud dalam APBN 98/99 adalah usaha industri
yang berciri ekonomi masyarakat sebagai penggerak ekonomi melalui pemerataan pembangunan
menetapkan program penghapusan kemiskinan serta memperluas kesempatan kerja dan
kesempatan berusaha. Dengan demikian usaha pengembangan sektor agroindustri akan dapat
mempercepat pengentasan kemiskinan yang dirasakan masyarakat Indonesia saat ini.
Yang dimaksud dengan industri perbenihan dan perbibitan swasta nasional adalah seluruh
kegiatan dalam menghasilkan benih/bibit unggul baru berproduktivitas tinggi dan berkualitas
tinggi dengan daya saing tinggi, memperbanyaknya, mengedarkannya dan memasarkannya, baik
dalam satu kelembagaan usaha ataupun bagiannya, seperti: penangkar benih dan lain-lain, yang
memanfaatkan potensi sumber daya hayati nasional secara bijak dan lestari. Membangun industri
perbenihan dan perbibitan swasta nasional merupakan upaya mendasar dalam pembangunan

sektor pertanian keseluruhan. Sebab benih dan bibit varietas unggul bermutu merupakan penentu
batas atas produktivitas dan kualitas produk suatu usaha tani, baik itu usaha tani besar maupun
usaha tani kecil. Membangun industri perbenihan dan perbibitan swasta nasional merupakan
landasan yang baik bagi proses produksi dan industri pangan dan industri lainnya yang berbasis
produk pertanian.

Produk industri perbenihan dan perbibitan swasta nasional yang unggul dan berkualitas
tinggi serta murah akan menjamin keuntungan dan memperkecil resiko bagi petani produsen,
baik itu dari usaha tani kecil ataupun besar (komoditi pangan dan komoditi lainnya). Bagi petani
tanaman pangan penggunaan benih/ bibit unggul yang spesifik wilayah dari produk industri
benih, akan memberikan jaminan keuntungan bagi usaha taninya. Dengan demikian upaya
tersebut meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan para petani di desa-desa, serta membantu
mengentaskan kemiskinan di desa-desa.

Dampak langsung dari pengembangan agroindustri adalah kebutuhan bibit yang sangat
tinggi,secara komvensional kebutuhan tersebut sulit dipenuhi secara cepat. Dinegara
maju,aplikasi teknologi baru seperti penggunaan benih sintetik telah dirasakan manfaatnya.
Industri benih merupakan syarat penting bagi pertanian tangguh yang berorentasi pasar. Industri
benih merupakan tahap akhir perkembangan perbenihan dan termasuk dalam kelompok
agribisnis. Disebut industri menurut Sadjad (1997), karena prosesnya berawal dari produk yang
belum siap pakai dn berakhir menjadi produk siap pakai yang berupa benih suatu varietas
tanaman. Selanjutnya dinyatakan sebagai industri hilir,industri benih menghadapi permintaan
benih berkualitas yang bersumber dari permintaan pasar untuk suatu komoditas dengan syarat
syarat tertentu.

Dalam

pertanian

maju,benih

memegang

peranan

penting

sebagai

sistim

penyalur(delivery system) atau pembawa teknologi baru (carrier of new technology).


Beberapa teknologi baru (varietas baru) disampaikan ke petani melalui benih bermutu.kualitas
benih varietas unggul harus diketahui baik sebagai komponen sebagai komponen kunci didalam
paket input yang dibutuhkan untuk memperbaiki produksi tanaman maupun sebagai katalis untuk

mengeksploitasi teknologi baru dalam produksi tanaman Untuk memenuhi permintaan, benih
tidak dapat diproduksi secara mendadak atau secara langsung,tetapi memerlukan perencanaan
yang baik. Perencanaan dan penanganan yang kurang baik dapat merugikan produksi benih.
Pemuliaan tanaman yang aktif dan produktif merupakan dasar untuk industri benih.varietas baru
yang dilepas harus sampai kepetani atau kebun dengan sifat sifat yang unggul(produksi
tinggi,resisten tehadap hama dan penyakit utama dll).keaslian kultival atau klon dapat dijamin
melalui pengawasan mutu yang ketat yang merupakan komponen industri benih.

Berdasarkan teknologi yang digunakan industri benih dapat dibagi menjadi lima tingkat yaitu:

1. Industri benih tingkat satu. Teknologi yang digunakan sederhana, pembersihan benih hanya
menggunakan tampah.

2. Industri benih tingkat dua. Industri menggunakan mesin mesin pembersih seperti air screen
cliner.
3. Industri benih tingkat tiga. Industri ini melaksanakan pemilahan bemnih yang sudah bersih.
setelah dibersikan benih dipilah berdasarkan besar, panjang, lebar, tebal, atau berat butiran.
Industri benih ini benih yang prima.

4. Industri benih tingkat empat. Industri ini selau berhubungan dengan kegiatan lembaga
penelitian dan pengembangan disamping proses produksinya seperti industri tingkat tiga.

5. Industri benih tingkat lima. Industri ini memiliki kemampuan untuk memproduksi benih hasil
litbang sendiri. Kegiatan penelitian dan pengembangan disini,selain memproduksi hibrida yang
selalu diperbaharui,juga melakukan penelitian dan pengembangan bioteknologi. Industri benih
tingkat lima menerapkan teknologi sangat canggih dan memiliki kemampuan dalam
mengusahankan rekayasa genetik sehingga benih yang dihasilkan memiliki keunggulan yang
sangat spesifik. Industri benih tingkat lima tidak memerlukan lembaga sertifikasi eksternal

karena program sertifikasnya diakreditasi sehingga kebenaran informasi mutunya terpercaya


(Sadjad 1997).

Berdasarkan

dasar

usahanya

industri

benih

dapat

dibgi

menjadi;

1. Usaha perbenihan kecil (UPK), yaitu usaha benih yang dikelola oleh rakyat dan relatif kecil
serta pemasarannya terbatas pada daerah setempat. Kelompok ini mungkin dapat disamakan
dengan industri benih tingkat satu.

2. Usaha perbenihan besar (UPB), yaitu usaha benih yang dilakukan oleh perusahaan atau
koperasi dengan skala yang relatif besar dan jangkauan pemasaran yang lebih luas (Direktorat
bina perbenihan,1998).

3. Untuk benih ortodoks, kelompok ini bias digolongkan pada industri benih tingkat IIV
seperti untuk benihkapas, rosella, kenap, yute, linum, wijen, bungamatahari, jarak, ketumbar,
jinten,

adas

dan

juga

jambu

mete

asal

teknologinya

disesuaikan.

Untuk UPK dan UPB biasanya dilakukan oleh lembaga lembaga penelitian,sedangkan untuk
usaha usaha ketiga dan keempay bias dilakukan oleh pengusaha baik pemerintah atau swasta.
Bila usaha usaha tersebut suda terlaksana dengan baik sesuai persyaratan maka usaha-usaha
tersebut suda dapat dianggap sebagai suatu industri benih.

Di negara maju benyak tanaman kehutanan yang telah diproduksi melalui pembuatan
benih sintetik Leluet,at al,1994;Rout at el,1995). Untuk produksi masal digunakan bioreactor
yang dapat menghasilkan bibit berjut juta banyaknya hanya dalam wadah tertentu saja. Melalui
bioreactor embrio somatic dapat menggandakan diri sebanyak banyaknya secar berkelanjutan.
Nutrisi, zat pengatur tumbuh,dan oksigen diberikan secara otomatis yang telah deprogram dalam
computer. Banyak harapan telah dijanjikan oleh bioteknologi untuk produksi benih sintetik
dalam memenuhi kebutuhan bibit dalam jumlah besar,seragam dan kemurniannya tinggi.
Komponen dalam Industri Benih untuk Mengembangkan Perusahaan

Dalam menganalisis komponen-komponen yang terdapat dalam industri benih, maka perlu dikaji
segala permasalahan dan tantangan dalam peningkatan produksi benih, kemudian dijabarkan
pula upaya mengatasi hambatan industri benih.

DAFTAR PUSTAKA
Anonymous.

2011. http://ajangmaruapey.blogspot.com/2010/03/hambatan-dan-tantangan-

industri.html. Diakses pada 5 Maret 2011

Anonymous.

2011http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1108/1/pemuliaan

%20tanaman-khairunnisa.pdf. Diakses pada 5 Maret 2011

Brown, L.R. 1970. Seeds of Change. Praeger Publisher. New York.

Direktorat bina perbenihan,1998. Sistem Perbenihan Subsektor Perkebunan. Ditjenbun. Jakarta

Kartasapoetra, AG. 2003. Teknologi Benih. Rineka Cipta. Jakarta.

Mugnisjah, W. Q., dan Setiawan, A. 1995. Pengantar Produksi Benih. PT. Raja Grafindo

Sadjad,

S.

1994.

Kuantifikasi

Metabolisme

Benih.

Gramedia.

Thompson, J.R. 1979. An Introduction to Seed of Change. Praeger Publisher. New York.

Jakarta

Вам также может понравиться