Вы находитесь на странице: 1из 2

Penyebab Naik Turunnya Pertumbuhan Ekonomi

di Provinsi Sulawesi Tengah

Oleh :
Andi Dusa Aftiniwati
Stambuk : C 301 14 011
Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi, Universitas Tadulako

Persoalan ekonomi di Indonesia, khususnya Sulawesi Tengah hingga saat ini, belum
menemukan titik ujungnya. Krisis ekonomi terjadi secara berkepanjangaan dan sangat
dirasakan dampaknya oleh hampir semua kalangan masyarakat. Pada tahun 2014,
Sulawesi Tengah mengalami pertumbuhan ekonomi hanya sebesar 5,11 persen. Itu artinya,
pertumbuhan ekonomi melambat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, sebesar
9,55 persen. Penyebab paling signifikan melemahnya pertumbuhan ekonomi itu adalah
terhentinya ekspor nikel yang selama ini menyumbang hampir 80 persen dari total
penerimaan devisa Sulteng, ditambah lagi melemahnya ekspor biji kakao yang merupakan
komoditi unggulan sektor perkebunan.
Hal ini menunjukkan bahwa Sulawesi Tengah belum maksimal dalam melaksanakan
pembangunan pada berbagai aspek, khususnya yang berkaitan dengan potensi daerah
yang berdampak pada laju pertumbuhan ekonomi. Padahal, potensi lokal yang ada mampu
menjawab persoalan ekonomi jika cermat melihatnya sebagai peluang.
Setelah melalui fase perlambatan pada tahun sebelumnya. Perekonomian Provinsi Sulawesi
Tengah pada triwulan II tahun 2015 mampu mencapai pertumbuhan sebesar 15,72%. Faktor
yang mendorong meningkatnya pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah adalah
meningkatnya kontribusi sektor industri pengolahan seiring dengan beroperasinya industri
pengolahan LNG dan smelter. Pertumbuhan ekonomi juga ditopang oleh masih tingginya
realisasi investasi dan masih berlangsungnya proyek konstruksi skala besar seperti
pembangunan smelter tahap II di Kabupaten Morowali.
Sulawesi Tengah, khususnya Kota Palu memiliki banyak keanekaragaman hayati yang tinggi
berupa sumber daya alam yang berlimpah, baik di daratan maupun di perairan, memiliki
keunikan dan keaslian budaya tradisional, keindahan bentangan alam, gejala alam seperti
terbentuknya pusat laut, peninggalan sejarah/budaya berupa patung-patung megalitikum.
Semuanya bisa menjadi objek wisata yang menarik. Selain sebagai media pendidikan dan
pelestarian lingkungan, obyek wisata ini merupakan sumber daya ekonomi yang bernilai
tinggi. Namun, permasalahannya hingga saat ini, semua daya pesona tersebut belum
digarap atau dikembangkan secara professional.
Berbagai organisasi internasional antara lain PBB, Bank Dunia dan World Tourism
Organitation (WTO) juga telah sepakat dan mengakui bahwa pariwisata merupakan bagian

yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan
ekonomi. Pendapat ini sejalan dengan seberapa besar pengaruh positif yang diberikan oleh
pariwisata, yaitu sebagai berikut :

1.

memberikan pendapatan devisa dan pemicu investasi

2. penyediaan dan penciptaan lahan pekerjaan

3.

pembangunan serta perbaikan infrastruktur baik host maupun tourist serta

pemicu pembangunan perekonomian lokal

Untuk melihat bahwa potensi pariwisata sangat besar, sejenak kita melirik data tentang
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atau jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh
seluruh unit usaha pada suatu wilayah tertentu.
Berikut adalah Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tengah Triwulan I Tahun 2015 :

Perekonomian Sulawesi Tengah yang diukur berdasarkan besaran Produk Domestik


Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku triwulan I-2015 mencapai Rp
25.541 miliar dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai 19.797 miliar.

Ekonomi Sulawesi Tengah triwulan I-2015 terhadap triwulan I-2014 (y-on-y) tumbuh
17,76 persen dibanding periode yang sama pada tahun 2014. Dari sisi produksi,
pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha Industri Pengolahan sebesar
89,92 persen, adapun dari sisi Pengeluaran terjadi pada Komponen Perubahan
Inventori yang tumbuh 367,18 persen.

Ekonomi Sulawesi Tengah triwulan I-2015 terhadap triwulan sebelumnya (q-to-q)


tumbuh sebesar 2,35 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan ini disebabkan oleh
Lapangan Usaha Industri Pengolahan yang tumbuh 69,68 persen. Sedangkan dari
sisi Pengeluaran lebih disebabkan meningkatnya kinerja Perubahan Inventori
(1.603,1 persen) dan Ekspor (14,14 persen).

Struktur ekonomi Sulampua secara spasial pada triwulan I-2015 didominasi oleh
kelompok provinsi di Pulau Sulawesi. Kelompok provinsi di Pulau Sulawesi
memberikan kontribusi terbesar terhadap Produk Domestik Regional Bruto
Sulampua, yakni sebesar 72,28 persen, diikuti oleh Pulau Papua sebesar 21,09
persen, dan Kepulauan Maluku 6,63 persen. Sementara pertumbuhan tertinggi
dicapai oleh Provinsi Gorontalo 4,13 persen (q-to-q) dan Sulawesi Tengah 17,76
persen (y-on-y).

Вам также может понравиться