Вы находитесь на странице: 1из 16

LAPORAN RESMI

MAGNETIC TEST

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

2015
BAB 7
MAGNETIC TEST
7.1

Pendahuluan
7.1.1

Latar belakang

7.1.1

Tujuan percobaan
Tujuan dari uji magnetik partikel adalah untuk mendeteksi diskontinuitas
bahan logam ferromagnetik pada permukaannya atau discontinuity sub
surface. Biasanya pengujian ini dilakukan pada benda kerja di semua tahapan
produksi.

7.2

Dasar teori
Magnet merupakan suatu logam yang dapat menarik besi, dan selalu
memiliki dua kutub yaitu kutub utara dan kutub selatan. Dimana arah medan
magnet disetiap titik bersumber dari kutub utara menuju ke selatan dan mengarah
dari kutub selatan ke utara di dalam magnet. Berikut merupakan arah medan
magnet (garis-garis gaya) ditunjukkan pada Gambar 7.1

Gambar 7.1. Garis Gaya Magnet

7.2.1

Prinsip dasar pengujian magnetik partikel


Spesimen atau benda uji tersebut dimagnetisasi dengan cara
memberikan arus listrik. Karena perlakuan yang seperti itu, maka pada
benda uji akan timbul medan magnet sebagai akibat dari adanya beda
potensial (arus listrik mengalir dari tegangan tinggi ke tegangan rendah).
Pada daerah tersebut ditaburkan serbuk ferro magnetik. Selanjutnya serbuk

ferro magnetik tersebut akan mengikuti bagian yang cacat dari benda uji
tersebut.
7.2.2

Jenis-jenis magnet
Berdasarkan bahan yang akan dimagnetisasi, jenis magnet dapat
dibedakan menjadi dua jenis utama, yaitu:
1. Magnet permanen
Merupakan bahan-bahan logam tertentu yang jika dimagnetisasi
maka bahan logam tersebut akan mampu mempertahankan sifat
magnetnya dalam jangka waktu yang lama (permanen).
2. Elektromagnet
Merupakan magnet yang terbuat dari bahan ferro magnetik yang
jika diberikan arus listrik maka bahan tersebut akan menjadi magnet,
tetapi jika pemberian arus listrik dihentikan, maka sifat magnet pada
bahan tersebut akan hilang.

7.2.3

Metode magnetisasi
Metode dalam melakukan magnetisasi dapat dibedakan menjadi tiga,
didasarkan pada arah medan magnet yang dialirkan ke benda uji yaitu:
1. Magnetisasi longitudinal :
Proses mengubah benda menjadi magnet dengan cara arus listrik yang
dialirkan dalam koil sehingga mengelilingi benda. Bentuk tersebut
menyerupai gelombang longitudinal seperti tampak pada Gambar 7.2
berikut:

Long Field

Current

Current

Gambar 7.2. Magnetisasi Longitudinal


2. Magnetisasi Yoke

Magnetisasi dapat dilakukan dengan menggunakan yoke, yaitu alat yang


dapat menghantarkan medan magnet. Caranya, ujung kaki yoke
ditempelkan pada material yang akan dimagnetisasi, sehingga benda
feromagnetik akan memiliki sifat magnet.
3. Magnetisasi sirkular.
Magnetisasi juga dapat dilakukan secara sirkular, dimana berdasarkan
Current

pengaliran arus listriknya terdiri dari:


a. Magnetisasi tak langsung: arus listrik dialirkan ke konduktor sentral.
Medan magnet dialirkan sedemikian sehingga mengenai bahan /
benda yang dilingkupinya. Gambar 7.3 dibawah ini merupakan

Gambar 7.3. Magnetisasi tak langsung

contoh dari magnetisasi sirkular dengan metode tak langsung.

Deffect

Circular Field

b. Magnetisasi langsung: arus listrik dialirkan pada bahan yang akan


dimagnetisasi secara langsung.
c. Magnetisasi proud: magnetisasi dengan cara material ferromagnetic
dililiti dengan logam tembaga kemudial dialiri arus listrik. Metode
ini tampak pada Gambar 7.4 dibawah ini:

Gambar 7.5. Magnetisasi proud

7.2.4

Metode pengerjaan berdasarkan waktu magnetisasi


Berdasarkan waktu dilakukannya magnetisasi, metode pengerjaaan
dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, diantaranya:
1.

Medan magnet kontinyu :


Magnetisasi berlangsung secara terus menerus bersamaan dengan
pemberian serbuk ferromagnetik basah (tersuspensi) atau yang kering.

2.

Medan magnet sisa (residual) :


Partikel ferromagnetik (kering atau tersuspensi) diberikan setelah proses
magnetisasi material uji berakhir.

7.2.5

Metode pengaplikasian partikel ferromagnetik


Partikel

ferromagnetic

yang

digunakan

untuk

menunjukkan

diskontinuitas dapat dibedakan menjadi dua jenis. Berdasarkan jenis inilah


dapat dilakukan pembedaan terhadap metode dilakukannya uji magnetik:
1. Metoda Kering:
Partikel magnetik yang digunakan berupa bubuk kering. Metoda
ini digunakan pada permukaan benda uji yang kasar. Suhu kerja yang
baik yaitu pada suhu kamar 10oC hingga 55oC, metoda ini juga masih
dapat dilakukan pada suhu tinggi asalkan benda uji masih berwujud
padat. Metoda ini tidak cocok dilakukan pada suhu dingin karena serbuk
ferromagnetic

akan

lengket

terkena

embun.

Warna

partiker

ferromagnetik yang dipilih harus kontras terhadap benda uji. Bubuk


diarahkan pada lokasi yang diinginkan secara perlahan-lahan, sisa
partikel yang berlebih dihilangkan dengan air.
2. Metoda Basah:
Partikel magnetik yang digunakan dalam bentuk suspensi. Metoda
ini bisa digunakan pada metoda kontinyu maupun residual. Metoda
basah biasa digunakan pada permukaan benda uji yang halus. Metoda
ini cocok digunakan pada suhu dingin dan batas maksimalnya adalah
tidak boleh lebih dari batas akhir temperatur kamar, yaitu 55oC karena
suspensi akan mengalami penguapan jika suhu terlalu panas.

7.2.6

Teknik inspeksi
Berikut merupakan ulasan mengenai prosedur dilakukannya
pengujian magnetik secara singkat.
1.

Pemilihan Teknik Inspeksi


Pemilihan teknik inspeksi partikel magnetik didasarkan pada
hal-hal sebagai berikut:
-

Kondisi Permukan Benda Uji :

Kasar : Metoda Kering


Halus : metoda Basah
-

Partikel feromagnetik yang digunakan:

Kering

: Serbuk Kering

Basah

: Suspensi

Warna serbuk partikelnya harus kontras sehingga mudah


dibedakan

2. Prosedur Inspeksi
Persiapan Permukaan (Pre Cleaning)
Penyemprotan White Contrast Paint (WCP 2)
Magnetisasi Benda Uji
Aplikasi serbuk magnet
Evaluasi
Demagnetisasi

Post Cleaning
7.2.7

Demagnetisasi
Demagnetisasi dilakukan dengan maksud untuk menghilangkan sisa
sifat magnet yang terdapat pada benda uji agar benda uji tersebut tidak akan
dapat menarik serbuk-serbuk besi yang nantinya akan mnyulitkan proses
pembersihan.
Demagnetisasi dapat dilakukan dengan menggunakan arus AC atau
DC. Jika menggunakan arus AC, benda uji dimasukkan ke dalam koil yang
dialiri arus AC kemudian diturunkan perlahan-lahan. Jika menggunakan

arus DC step down bolak-balik berulang dengan kontak langsung atau


kontaktor inti, kemudian arus dibalik dan dikecilkan secara berulang-ulang.

BAB II
METODOLOGI
2.1 Alat dan Bahan
2.1.1

Alat
1. Kain Lap

2. Yoke
3. Lampu
4. Sikat besi
5. Gause Meter
6. Light Meter (Lux meter)
7. Penggaris
8. Foto

Gambar 2.1. Weld Part


2.1.2

Bahan
1. Cleaner
2. White Contrast (WCP 2)
3. Wet partikel (7HF)

2.2 Prosedur Kerja


1. Persiapan Alat, yaitu dengan menguji kekuatan yoke terlebih dahulu (Power
Lifting of Yoke) berdasarkan ASME section V Article 6 (T-773, 2), yaitu untuk
arus AC yoke harus mampu mengangkat beban seberat 4,5 kg (10 lb) pada
maximum pole spacing-nya. Apabila yoke masih dapat mengangkat beban yang

disyaratkan, maka yoke tersebut masih layak untuk digunakan. Pengujian lifting
power ini biasanya dilakukan dalam jangka waktu satu tahun sekali.
2. Specimen dibersihkan permukaannya dari oil, dan kotoran lain yang berupa
karat, lemak, cat, dan kotoran lainnya dengan menggunakan claner.
3. Material uji disemprot dengan White Contrast Paint (WCP 2) secara merata.
4. Tunggu sebentar hingga white contrast paint kering
5. Setelah kering, atur yoke sedemikian rupa sehingga dapat memagnetisasi
material uji dengan baik dan pada saat proses memagnetisasi material uji yoke
ditempatkan pada posisi yang berbeda-beda sehingga tampak semua
discontinuity yang ada pada material uji tersebut baik crack yang ada di
permukaan maupun yang sub-surface.

Gambar 2.3. Proses magnetisasi


6. Saat yoke memagnetisasi material uji, material uji disemprotkan wet particle
hingga tampak cacat yang ada pada material uji tersebut.
7. Amati discontiniuity yang tampak dan catat.
8. Demagnetisasi atau penghilangan sisa-sisa magnet pada spesimen setelah
evaluasi. Kemudian material uji diukur sifat magneticnya dengan menggunakan
gause meter.

Gambar 2.4. Pengukuran dengan gause meter


9. Post Cleaning/pembersihan akhir.

BAB III
ANALISA DATA

3.1.

Data yang Diperoleh

MAGNETIC PARTICLE TEST


Equipment

Yoke

Particle Type

Dry

Wet

Method

Koil

Lasan

Range

Part / Item

Weld Part

Proses mesin Gerinda

Weld part

Edge Preparation

Repair weld

Back chipping

Size of Defact

Linear

Roda gigi

= 43, 96 cm

Ligthing equipment : Lamp, light meter LM -100 F


Light Intensity

: 126,0 Fc

3.2. Gambar yang diperoleh

Base metal

Result

Remark
R

.d = 3,14 . 14 cm
2

Color cnt

Residual

Acc
1

SN:

Flourescent

Kontinyu

Surface Condition

No

Prod

Repair

Gambar 3.1. Hasil pengukuran intensitas penerangan dengan lux meter


Line Discontinuity

Gambar 3.2. Discontinuity Spesimen uji

BAB VI
PEMBAHASAN

Pada pengujian spesimen dengan menggunakan magnetic partikel ini kami


menggunakan intensitas penerangan sebesar 100,1 Fc. Intensitas penerangan ini kami
peroleh dengan menggunakan lampu philips 20 watt dan jarak antara lampu dan material
uji 30 cm.

Gambar 4.1. Jarak antara lampu dan material uji

Dari hasil pengujian kami menemukan satu discontinuity yang tembus pada
material uji. Panjang discontinuity tersebut bagian permukaan atas material uji 11 mm dan
bagian permukaan atas material uji 13 mm. Diskontinuity tersebut harus dilakukan
perbaikan.

Gambar 4.2. Bentuk Discontinuity pada material uji

BAB IV
KESIMPULAN
Dari hasil pengujian yang kami lakukan dapat disimpulkan bahwa discontinuity
yang terjadi pada shaft adalah discotinuity jenis linier. Retakan ini terjadi karena terjadinya
kelelahan pada shaft akibat kerja pada proses mesin.
Discontinuity yang terjadi tersebut harus segera diatasi/diperbaiki sebab jika
dibiarkan saja dan tetap masih digunakan, maka dikhawatirkan shaft tersebut akan patah
dan dapat merusak komponen-komponen lainnya didalam mesin.

DAFTAR PUSTAKA

Harsono, Dr. Ir. & T. Okumura, dr. (1991), Teknologi Pengelasan Logam, PT Pradya
Paramita, Jakarta.

Dosen Metallurgi, (1986), Petunjuk Praktikum Logam, Jurusan Teknik Mesin FTI, ITS.

ASME Section V Article 6

Вам также может понравиться