Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Para peserta Program Internsip Dokter Indonesia (PIDI) saat ini mendapatkan Biaya Bantuan
Hidup (BBH) sebesar Rp 2.437.500/bulan. Kenyataan ini sangat mengenaskan mengingat
bahwa kami tidak bisa memperoleh pendapatan lain selain BBH Internsip. Berdasarkan
peraturan yang berlaku, kami masih tidak diperbolehkan berpraktik di luar tempat Internsip
walaupun sudah dinyatakan kompeten sebagai dokter. Selain itu, jam kerja Dokter Internsip
yang padat tidak memungkinkan kami untuk mencari pendapatan sampingan. Sangat
mengenaskan saat seorang dokter yang bekerja dengan standar keprofesiannya dan segala
resiko yang diemban dalam menjalani profesinya memperoleh pendapatan yang tidak cukup
untuk hidup layak.
Permasalahan BBH ini telah menjadi bahasan di tataran pemerintah. Pada Februari 2016,
Kementrian Kesehatan telah mengusulkan kenaikan BBH Internsip di surat Sekretaris Jenderal
Kementerian Kesehatan No. PR.01.03/235/2016. Pada bulan Maret 2016, usulan tersebut telah
ditindaklanjuti dengan persetujuan Kementerian Keuangan mengenai Kenaikan BBH di SK no
S.133/MK.02/2016.
SK Kemenkes
Sayangnya hal tersebut belum terealisasi hingga saat ini. BBH yang ditransfer melalui rekening
peserta nominalnya masih sejumlah Rp. 2.437.500 hingga bulan Mei.
Atas dasar itu, kami, dokter peserta Program Internsip Dokter Indonesia (PIDI),
menuntut:
1. Pemerintah segera merealisasikan peningkatan BBH Dokter Internsip sebesar 3.15
juta/bulan untuk wilayah Indonesia Barat, dan 3.62 juta/bulan untuk wilayah Indonesia
Timur.
2. Pemerintah memberikan hak Dokter Internsip berupa BBH tambahan, dihitung sejak
kebijakan kenaikan BBH Dokter Internsip menjadi sebesar 3.15 juta/bulan untuk
wilayah Indonesia Barat, dan 3.62 juta/bulan untuk wilayah Indonesia Timur
diberlakukan.
3. Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Kesehatan membangun komunikasi yang
intensif dan terbuka dengan para peserta PIDI, mengenai kebijakan-kebijakan terkait
PIDI
4. Pemerintah meningkatkan koordinasi antar otoritas terkait kebijakan yang berkaitan
dengan PIDI, sehingga keterlambatan implementasi kebijakan seperti ini tidak terjadi
kembali di kemudian hari
2.
3.
2.
3.
4.
5.
4.
5.
6.
7.
6.
7.
8.
9.
8.
9.
10.
11.
10.
11.
12.
13.
12.
13.
14.
15.
14.
15.
16.
17.
16.
17.
18.
19.
18.
19.
20.
21.
20.
21.
22.
23.
22.
23.