Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Jerawat merupakan penyakit kulit yang sering dialami oleh remaja sebagai
tanda awal terjadinya pubertas.(1) Hal ini dapat dilihat dari tingginya prevalensi
kasus jerawat terhadap remaja yaitu 47-90%. (2) Gejala klinis pada jerawat seperti
komedo, papul, pustul dan scar pada daerah wajah, leher, lengan atas, dada dan
punggung dapat mempengaruhi penampilan dan memberikan efek psikologis yang
buruk bagi penderitanya.(3,4)
Jerawat terjadi akibat adanya produksi sebum, penyumbatan saluran pilosebase
serta kolonisasi bakteri di saluran pilosebase.Adapun mikroorganisme yang
berperan penting dalam patogenesis jerawat adalah Propionibacterium acnes.
(5,6)
daya sebar yang sangat baik pada kulit.(18) Span 60 juga telah digunakan pada
formulasi cold cream ekstrak kulit Garcinia mangostana L. dan diketahui
menghasilkan sediaan cold cream dengan stabilitas fisik yang baik.(19) Selain itu,
span 60 juga pernah digunakan dalam formulasi sunscreen cream nano propolis
dan menghasilkan sediaan yang stabil.(20)
Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian mengenai efektivitas
antibakteri mikroemulsi ekstrak etanol rimpang Z. officinale Rosc. terhadap P.
acnes dengan menggunakan variasi konsentrasi span 60 untuk mendapatkan
sediaan mikroemulsi yang stabil baik secara fisika maupun kimia serta memiliki
efek sebagai antijerawat.
I.2 Rumusan Masalah
Perumusan masalah dari penelitian ini yaitu :
1. Berapa konsentrasi hambat minimum (KHM) ekstrak etanol rimpang Z.
officinale Rosc. terhadap P. acnes ?
2. Berapa konsentrasi optimum span 60 yang digunakan untuk dapat membuat
sediaan mikroemulsi ekstrak etanol rimpang Z. officinale Rosc. yang stabil
secara fisik dan kimia ?
3. Bagaimana perbandingan efektivitas sediaan mikroemulsi ekstrak etanol
rimpang Z. officinale Rosc. terhadap P. acnes jika dibandingkan dengan
kontrol negatif (mikroemulsi tanpa ekstrak) dan kontrol positif (ekstrak etanol
rimpang Z. officinale Rosc.) ?
I.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Monocotyledonae
Ordo
: Zingiberales
Famili
: Zingiberaceae
Genus
: Zingiber
Spesies
II.1.3 Kandungan
Senyawa identitas dari Z. officinale Rosc. adalah shogaol.(23) Adapun struktur
kimia shogaol dapat dilihat pada gambar 2. Sedangkan metabolit sekunder yang
merupakan senyawa bioaktif yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri
berasal dari golongan fenolik, flavanoid, terpenoida dan minyak atsiri yang
terdapat pada ekstrak jahe.(11)
II.2 Simplisia
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan
yang telah dikeringkan.(28)
II.2.1 Penggolongan simplisia
II.2.1.1 Simplisia Nabati
Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian
tanaman, atau gabungan antara ketiganya.(29)
II.2.1.2 Simplisia Hewani
Simplisia hewani adalah simplisia berupa hewan utuh atau zat-zat berguna
yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni.(29)
II.2.1.3 Simplisia Pelikan
Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan atau
mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum
berupa bahan kimia murni.(29)
II.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Simplisia
II.2.2.1 Bahan baku simplisia
Simplisia bisa diperoleh dari tanaman liar atau tanaman yang dibudidayakan.
Jika simplisia diambil dari tanaman yang dibudidayakan maka keseragaman umur,
masa panen dan galur tanaman dapat dipantau. Sementara jika diambil dari
tanaman liar maka banyak kendala dan variabilitas yang tidak bisa dikendalikan.
(29)
10
11
Soklet adalah ekstraksi kontinu menggunakan alat soklet, di mana pelarut akan
terdestilasi dari labu menuju pendingin, kemudian jatuh membasahi dan
merendam sampel yang mengisi bagian tengah alat soklet setelah pelarut
mencapai tinggi tertentu maka akan turun ke labu destilasi, demikian berulangulang.(28)
II.3.2.3 Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur
yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu secara umum dilakukan
pada temperatur 40-50oC.(28)
II.3.2.4 Infus
Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air
(bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-98oC)
selama waktu tertentu (15-20 menit).(28)
II.3.2.5 Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (30menit) dan temperatur
sampai titik didih air.(28)
II.4 Kulit
Kulit merupakan lapisan yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki fungsi
utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar.
Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti
pembentukan lapisan tanduk secara terus-menerus, respirasi, pengaturan suhu
tubuh, produksi sebum dan keringat, pembentukan pigmen melanin untuk
12
melindungi kulit dari bahaya sinar ultraviolet matahari, sebagai peraba dan perasa,
serta pertahanan terhadap tekanan dan infeksi dari luar.(30) Struktur kulit dapat
dilihat pada gambar 4.
Stratum Korneum
Lapisan
Kulit Baru
Subkutan
Kelenjar Keringat
Otot
Folikel
Rambut
KelenjarSebasea
Sel Lemak
13
14
15
: Bacteria
Sub Divisi
: Actinobacteria
Kelas
: Actinobacteridae
16
Ordo
: Actinomycetales
Famili
: Propionibacteriaceae
Genus
: Propionibacterium
Spesies
: Propionibacterium acnes
Antibodi antipropionibacterium menambah respon inflamasi melalui
17
Kekuatan antibakteri merupakan ukuran aktivitas zat aktif yang terkandung dalam
antibakteri untuk menghambat atau membunuh bakteri tertentu. Efektivitas daya
hambat atau daya bunuh antibakteri sangat tergantung pada jumlah dan kekuatan
zat aktifnya.Berdasarkan perbedaan keefektifan terhadap bakteri Gram positif dan
Gram negatif, antibakteri dibagi menjadi spektrum aktivitas sempit dan aktivitas
luas. Antibakteri yang berspektrum aktivitas sempit hanya efektif untuk bakteri
Gram positif atau Gram negatif (seperti penisilin dan gentamisin), sedangkan
antibakteri berspektrum luas efektif untuk bakteri Gram positif dan Gram negatif
(seperti tetrasiklin dan kloramfenikol).(37)Mekanisme antibakteri dibedakan
menjadi lima, yaitu antibakteri dengan mekanisme penghambatan sintesis dinding
sel, perusakan membran plasma, penghambatan sintesis protein, penghambatan
sintesis asam nukleat dan penghambatan sintesis metabolit esensial.(38)
18
jam. Daerah bening yang terdapat di sekeliling cakram kertas atau silinder
menunjukkan hambatan pertumbuhan bakteri, diamati dan diukur.(39)
II.8.1.2 Cara Sebar
Media agar dituangkan ke dalam cawan petri kemudian dibiarkan memadat,
lalu suspensi bakteri uji disebarkan. Media dilubangi dengan alat pencetak lubang
(punch hole), ke dalamnya diteteskan zat antibakteri, didiamkan, diinkubasikan
pada suhu 37C selama 18-24 jam. Zona hambat diukur yaitu daerah bening
disekitar lubang dengan menggunakan jangka sorong.(39)
II.8.2 Cara Turbidimetri
Pada cara ini digunakan media cair, yaitu dilakukan penuangan media ke
dalam tabung reaksi, ditambahkan suspensi bakteri, kemudian dilakukan
pemipetan larutan uji, dan inkubasi. Selanjutnya dilakukan pengukuran
kekeruhan, kekeruhan yang disebabkan oleh pertumbuhan bakteri diukur dengan
menggunakan instrumen yang cocok, misalnya nephelometer setelah itu dilakukan
penghitungan potensi antimikroba.(39)
II.8.3 Cara Dilusi
Cara ini digunakan untuk menentukan KHM (kadar hambat minimum) dan
KBM (kadar bunuh minimum) dari obat antimikroba. Prinsip dari metode dilusi
yaitu menggunakan satu seri tabung reaksi yang diisi media cair dan sejumlah
tertentu sel mikroba yang diuji. Kemudian masing-masing tabung diuji dengan
obat yang telah diencerkan secara serial. Seri tabung diinkubasi pada suhu 37 OC
selama 18-24 jam dan diamati terjadinya kekeruhan pada tabung. Konsentrasi
terendah obat pada tabung yang ditunjukkan dengan hasil biakan yang mulai
19
tampak jernih (tidak ada pertumbuhan mikroba) adalah KHM dari obat.
Konsentrasi terendah obat pada biakan padat yang ditunjukkan dengan tidak
adanya pertumbuhan koloni mikroba adalah KBM dari obat terhadap bakteri uji.
(38)
II.9 Sterilisasi
Steril merupakan keadaan suatu zat yang bebas dari mikroba hidup, baik yang
menimbulkan penyakit maupun tidak menimbulkan penyakit, sedangkan
sterilisasi adalah suatu proses untuk membuat ruang atau benda menjadi steril.
Sterilisasi panas dibagi menjadi dua macam yaitu sterilisasi dengan pemanasan
secara kering dan pemanasan secara basah. Sterilisasi dengan pemanasan secara
kering menggunakan oven dan pemijaran. Sedangkan sterilisasi dengan
pemanasan secara basah menggunakan autoklaf.(40)
II.10 Mikroemulsi
Mikroemulsi merupakan sediaan yang stabil secara termodinamik, transparan,
dispersi dari minyak dan air distabilkan oleh lapisan antarmuka dari molekul
surfaktan. Surfaktan yang digunakan dapat merupakan surfaktan murni, campuran
atau kombinasi dengan zat tambahan lain. Sistem homogen ini bisa disiapkan
dengan bermacam-macam konsentrasi surfaktan dan rasio minyak dan air
(20-80%).(41)
Mikroemulsi memiliki beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan emulsi
biasa yaitu mikroemulsi lebih stabil secara termodinamik, transparan dan
memiliki viskositas rendah. Akan tetapi dalam formulasinya membutuhkan
surfaktan dalam jumlah besar.(41) Hal ini dilakukan untuk membentuk tegangan
antarmuka yang sangat rendah sehingga mikroemulsi yang terbentuk stabil. Selain
20
21
Berdasarkan ionisasinya dalam larutan air surfaktan dibagi menjadi empat tipe
yaitu anionik, kationik, nonionik, dan amfoterik.(45)
II.11.1 Surfaktan Anionik
Surfaktan ini membawa muatan negatif pada bagian hidrofilik. Golongan utama
yang terkandung di dalam surfaktan anionik adalah ion karboksilat, sulfat, dan
sulfonat. Secara luas, surfaktan ini banyak digunakan karena harganya yang
murah. Namun, surfaktan ini dapat menyebabkan iritasi dan toksik sehingga
hanya digunakan untuk sediaan luar. Surfaktan ini hanya menghasilkan emulsi
a/m. Contoh surfaktan ionik yaitu: Garam Na, K, atau ammonium dari asam
lemak rantai panjang seperti sodium stearat, sodium lauril sulfat, triethanolamine,
sodium dioctylsulphosuccinate dan sebagainya.(45)
II.11.2 Surfaktan Kationik
Surfaktan ini mengandung muatan positif pada bagian hidrofilik. Gugus
terpenting pada surfaktan ini terdiri atas senyawa quartenary ammonium.
Surfaktan ini memiliki sifat toksik sehingga cenderung digunakan untuk formula
krim antiseptik. Surfaktan kationik tidak dapat bercampur dengan surfaktan
anionik serta tidak stabil di pH tinggi. Contoh
22
23
buah kelapa seperti vitamin E dan enzim - enzim lain tetap terdapat di dalamnya.
VCO memiliki nilai bilangan asam, Free Fatty Acid (FFA), bilangan tidak
tersaponofikasi dan bilangan peroksida lebih rendah dari minyak kelapa biasa.(47,48)
VCO mengandung asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Asam
lemak jenuh yang terdapat dalam VCO, yaitu asam laurat (50,50%), asam miristat
(16,18%), asam kaprat (8,60%), asam palmitat (7,50%), asam kaprilat (6,10%),
asam stearat (1,50%) dan asam kaproat (0,20 %). Asam lemak tidak jenuh yang
terdapat dalam VCO yaitu asam oleat (6,50%), asam linoleat (2,70 %) dan asam
palmitoleat (0,20 %). Asam lemak dapat meningkatkan penetrasi berbagai macam
obat seperti asam oleat dan
24
penggunaan DMDM hydantoin pada kosmetik menurut BPOM adalah 0,6%. (50)
Struktur kimia DMDM Hydantoin dapat dilihat pada gambar 8.
25
26
mm
P.acnes.(12)
terhadap
Penelitian
sebelumnya
telah
mencoba
Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dibuat sediaan mikroemulsi yang
Variasi konsentrasi
ekstrak dan span 60
1.
2.
3.
4.
5.
Aktivitas ekstrak
Organoleptis mikroemulsi
PH mikroemulsi
Bobot jenis mikroemulsi
Ukuran globul mikroemulsi
6. Efektivitas sediaan mikroemulsi
27
II.15 Hipotesis
Mikroemulsi ekstrak etanol rimpang Z. officinale Rosc. dengan menggunakan
span 60 dapat menghasilkan mikroemulsi yang stabil secara fisika maupun kimia
serta memiliki efektivitas terhadap P. acnes.
BAB III
METODOLOGI
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
eksperimental.
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain autoclave, laminar air
flow (LAF) cabinet, lemari pendingin, oven (Memmert), vacuum rotary
evaporator (Rotavapor II BUCHI), water bath (Memmert), soxhlet, timbangan
analitik (Precisa), magnetic stirrer, desikator, blender, mikroskop, jangka sorong,
jarumose,
prevorator,
tip dan
28
pekat (Merck), asam sulfat (H2SO4 ) pekat (Merck), besi (III) klorida (FeCl 3) 5%
(Merck), kloroform (CH3Cl) (Merck), larutan standar Mc. Farland no. 0,5,
magnesium (Mg) (Merck), natrium klorida (NaCl) 0,9%, pereaksi mayer, pereaksi
dragendorf, spiritus dan bahan habis pakai. Bakteri yang digunakan adalah kultur
murni bakteri P. acnes.
30
Variabel
Variasi
konsentrasi
ekstrak
2.
Variasi
konsentrasi
surfaktan
3.
Zona
Hambat
4.
Organoleptis
5.
PH
6.
Bobot Jenis
Definisi
Operasional
Konsentrasi
ekstrak etanol
rimpang
Z.
officinale
Rosc. dalam
uji antibakteri
Konsentrasi
span 60 untuk
membuat
sediaan
mikroemulsi
Zona jernih
yang
tidak
tampak
adanya
pertumbuhan
koloni
P.acnes
Penampakan
sediaan
Alat Ukur
Instrumen
pengukur
Hasil Ukur
(Kategori)
Persen (%)
Skala
Rasio
Rasio
Jangka
sorong
Rasio
Milimeter
(mm)
1.Tidak ada
pemisahan
2.Ada
pemisahan
PH
yang PH meter
didapat
setelah
formula
dibuat
Perbandingan Piknomete
bobot sediaan r
terhadap air
dengan
voume sama
yang
ditimbang di
udara
pada
31
Nomin
a
Rasio
Gram/mililiter
(g/mL)
Rasio
7.
Ukuran
Globul
suhu
yang
sama
Diameter
PSA
globul rata
rata formula
optimum
Nanometer
(nm)
Rasio
32
disimpan dalam wadah yang kedap dan terhindar dari sinar matahari secara
langsung. Simplisia serbuk rimpang kering akan digunakan untuk membuat
ekstrak(52).
III.6.4 Ekstraksi Simplisia
Serbuk simplisia rimpang Z. officinale Rosc. diekstraksi dengan pelarut etanol
96% secara sokletasi pada suhu 70C. Ekstrak yang diperoleh diuapkan dengan
vacuum rotary evaporator dan dijaga pada suhu 40C. Ekstrak kemudian
diuapkan diatas water bath pada suhu60C(49).
33
% Susut Pengeringan =
................(1)
Berat akhir
% Kadar sari larut air = Berat awal ekstrak x
........................................(2)
100%
34
pereaksi Mayer, ke dalam tabung reaksi kedua ditambahkan dua tetes pereaksi
Dragendorf dan ke dalam tabung ketiga ditambahkan dua tetes pereaksi Wagner.
Adanya senyawa alkaloid ditandai dengan terbentuknya endapan putih pada
tabung reaksi pertama dan timbulnya endapan berwarna coklat kemerahan pada
tabung reaksi kedua dan ketiga(53). Pemeriksaan alkaloid dilakukan triplo.
III.6.6.1.2 Pemeriksaan Fenol
Ekstrak dilarutkan dengan etanol, kemudian dimasukkan sedikit ke dalam
tabung reaksi, lalu ditambahkan beberapa tetes pereaksi FeCl3 1%. Jika warna
larutan berubah menjadi warna hijau, biru atau ungu menunjukkan adanya
senyawa fenol(54). Pemeriksaan fenol dilakukan triplo.
III.6.6.1.3 Pemeriksaan Flavonoid
Ekstrak dilarutkan dengan etanol, kemudian dimasukkan sedikit ke dalam
tabung reaksi, lalu ditambahkanpita Mg. Setelah ituditambahkan HCl pekat. Jika
terjadi perubahan warna larutan menjadi warna kuning, orange dan hijau
menandakan adanya flavonoid(54). Pemeriksaan flavonoid dilakukan triplo.
III.6.6.1.4 Pemeriksaan Glikosida
Ekstrak dilarutkan dengan etanol, lalu ditambahkan dengan 5 ml asam asetat
anhidrat P dan asam sulfat P ditambahkan 10 tetes. Terjadi warna biru atau hijau
menunjukkan adanya glikosida (reaksi Lieberman-Burchard)(55).
III.6.6.1.5 Pemeriksaan Saponin
Ekstrak dilarutkan dengan etanol, kemudian ditambahkan dengan air, dikocok
vertikal selama 10 detik. Pembentukan busa setinggi 110 cm yang stabil selama
tidak kurang dari 10 menit menunjukkan adanya saponin(55).
35
36
37
direndam dalam alkohol 70% . Selain itu, sterilisasi jarum ose dilakukan dengan
membakar jarum ose menggunakan api bunsen sampai merah. Sterilisasi media,
NaCl dilakukan dengan cara membungkusnya dengan alumunium foil atau kertas
sampul dan dibungkus dengan plastik tahan panas. Dimasukkan ke dalam autoklaf
dan diatur pada suhu 121oC dengan tekanan 15 psi (per square inchi) selama 15
menit. Pengerjaan uji mikrobiologi dilakukan secara aseptis di dalam lemari
aseptis yang sebelumnya telah dibersihkan dengan alkohol 70%, lalu disinari
dengan lampu UV yang dinyalakan 15 menit sebelum digunakan(39).
III.6.8 Pembuatan Media untuk Bakteri Uji
III.6.8.1 Pembuatan Blood Agar
Serbuk nutrient agar sebanyak 28 gram dilarutkan dalam 1 L aquades hingga
terlarut sempurna.Dipanaskan dan diaduk hingga larut sempurna. Media
diautoklaf pada suhu 121C dengan tekanan 15 psi selama 15-20 menit, kemudian
didinginkan hingga mencapai suhu 40-50oC. Selanjutnya ditambahkan dengan
darah manusia steril yang telah didefibrinasi sebanyak 5-10%.Lalu media
ditempatkan pada petri yang telah disterilisasi menggunakan oven. Media yang
telah dingin kemudian digunakan untuk penanaman bakteri dengan metode
sebar(58).
III.6.8.2 Pembuatan Agar Miring
Sebanyak 3 mL media blood agar steril dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
didiamkan pada temperatur kamar sampai sediaan membeku pada posisi miring
membentuk sudut 45oC. Kultur kemudian disimpan dalam lemari pendingin pada
suhu 5oC.
38
39
aquadest sampai garis tanda. Disterilkan di autoklaf pada suhu 121oC selama 15
menit
III.6.10 Persiapan Uji Aktivitas Antibakteri
III.6.10.1 Pembuatan Cakram Kertas
Cakram kertas dibuat secara aseptis dari kertas saring yang dibentuk menjadi
cakram yang mempunyai diameter 6 mm dengan menggunakan prevorator.
Kemudian disterilisasikan menggunakan autoklaf.
III.6.10.2 Pembuatan Larutan Seri Konsentrasi Ekstrak Etanol Rimpang Z.
officinale Rosc.
Seri konsentrasi dibuat berdasarkan acuan nilai KHM dari penelitian
sebelumnya yaitu 0,045%(13). Pada penelitian ini dibuat 3 seri konsentrasi yang
dapat dilihat pada tabel 2. Pembuatan larutan ekstrak rimpang Z. officinale Rosc.
terdiri dari pembuatan larutan stok 1% b/v dan pembuatan variasi konsentrasi.
Tabel 2. Seri Konsentrasi Ekstrak Etanol Rimpang Z. officinale Rosc.
Konsentrasi
Ekstrak (%b/v)
0,0225
0,045
0,09
DMSO 10%(mL)
ad 5,0
ad 5,0
ad 5,0
40
F1
0,045
0,25
5
0,1
0,6
ad 10
F2
0,045
0,5
5
0,1
0,6
ad 10
F3
0,045
0,75
5
0,1
0,6
ad 10
F4
0,045
1
5
0,1
0,6
ad 10
Fungsi
Zat aktif
Surfaktan
Fase air
Antioksidan
Pengawet
Fase minyak
Fase minyak yang terdiri dari Span 60, BHT dan VCO dicampurkan dan
dipanaskan pada suhu 40oC. Fase air yang terdiri dari aquadest, DMDM hydantoin
41
dan ekstrak etanol rimpang Z. officinale Rosc. dicampurkan dan dipanaskan pada
suhu 40oC. Fase air dan fase minyak kemudian dicampurkan dan diaduk pada 500
rpm dengan magnetic stirrer selama 90 menit hingga terbentuk mikroemulsi (14).
Setelah mikroemulsi yang jernih terbentuk dilakukan sonikasi selama 24 menit(60).
III.6.13 Uji Stabilitas
Sediaan mikroemulsi yang sudah jadi kemudian dilakukan rangkaian uji
stabilitas seperti uji organoleptis meliputi warna, aroma, dan kekeruhan, uji PH,
penetapan bobot jenis, dan pengukuran ukuran globul mikroemulsi. Pengujian
stabilitas hanya dilakukan pada formula yang menghasilkan sediaan mikroemulsi
yang baik yaitu yang ditandai dengan tidak adanya pemisahan fase dan
jernih.Pengujian dilakukan selama 28 haripada suhu ruangan yaitu 27oC.Pengujian
dilakukan pada hari ke 0, 1, 3, 7, 11, 21, dan 28 untuk melihat kestabilan dari
formulasi.
III.6.13.1 Uji Organoleptis
Pemeriksaan terhadap organoleptik yang dilakukan meliputiwarna, aroma dan
kekeruhan yang diamati secara visual pada suhu ruangan.
III.6.13.2 Pengukuran PH
Pengukuran pH sediaan dilakukan dengan menggunakan pH meter soil tester.
Sebelumnya pH meter dikalibrasi dahulu dengan dapar pH 4 dan dapar pH 7.
Setelah pengkalibrasian, sediaan diteteskan pada PH meter. Kemudian dilihat
perbahan skala pada pH meter. Angka yang tertera pada skala pH meter
merupakan nilai pH dari sediaan.
III.6.13.3 Penetapan Bobot Jenis
42
Bobot jenis diukur dengan menggunakan piknometer pada suhu 25C. Pada suhu
ruangan, piknometer yang bersih dan kering ditimbang (A g). Kemudian diisi
dengan air sampai penuh dan ditimbang (A1 g). Air dikeluarkan dari piknometer
dan piknometer dibersihkan. Sediaan mikroemulsi diisikan dengan piknometer
sampai penuh dan ditimbang (A2 g). Bobot jenis sediaan diukur dengan
perhitungan pada persamaan 3:
A 2A
Bobot jenis = A 1A x bobot jenis air
..........................................(3)
43
selama 1 jam sebelum diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam. Aktivitas
antibakteri ditentukan dengan mengukur diameter zona hambat dengan
menggunakan
jangka
sorong.
Pengujian
dilakukan
sebanyak
kali
Simplisia
Pengumpulan dan determinasi
tanaman
Skrining Fitokimia :
Simplisia)
Penetapan susut pengeringan, danPengolahan
kadar sariSampel(Pembuatan
yang larut dalam
air
Uji tabung dan kromatografi lapis
Ekstraksi Simplisia Rimpang Z. officinale Rosc.
Uji aktivitas
ekstrak etanol rimpang Z. officinale Rosc. dengan metode d
Sterilisasiantibakteri
alat dan
bahan
Formulasi mikroemulsi
45
47
penutupan sampel menggunakan kain hitam, hal ini juga bertujuan untuk
menjamin pemanasan secara merata. Pengeringan dilakukan selama 14 hari.
Ciri sampel telah kering yaitu sampel mudah dipatahkan ketika diremas
dengan tangan. Sampel yang telah menjadi simplisia kering selanjutnya
disortasi untuk memisahkan simplisia dari pengotor yang didapat dari proses
pengeringan. Simplisia kemudian ditimbang dan diketahui beratnya sebesar
710 gram.
Simplisia kering diblender agar diperoleh simplisia yang lebih halus
dengan luas permukaan yang lebih besar sehingga memudahkan dalam
penyarian simplisia karena akan memperluas bidang kontak antara simplisia
dengan pelarut yang memungkinkan senyawa yang tersari akan lebih banyak.
(62)
kering dan terhindar dari sinar matahari langsung untuk menghindari rusaknya
simplisia. Berat simplisia yang telah halus adalah 662,91 gram. Dokumentasi
pengolahan sampel dapat dilihat pada lampiran 3.
IV.3 Ekstraksi Simplisia Rimpang Z. officinale Rosc.
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair.
Metode ekstraksi yang digunakan adalah sokletasi. Sokletasi merupakan
metode ekstraksi dengan cara panas dan ekstraksi secara kontinu
menggunakan alat soklet.(28)Metode sokletasi digunakan karena lebih efektif
dalam menyari zat antibakteri dalam Z. officinale Rosc. jika dibandingkan
dengan metode maserasi.(63)
Pelarut yang digunakan untuk ekstraksi adalah etanol 96%. Pelarut etanol
96% digunakan karena senyawa metabolit aktif yang berefek sebagai
48
49
Pelarut
etanol 96%
(mL)
3675
Berat ekstrak
yang
diperoleh (g)
52,63
Rendemen
(%b/b)
Warna ekstrak
kental
10,74
Kuning Kecoklatan
50
Metabolit
Sekunder
Reagen
Alkaloid
Mayer
Pengamatan
Dragendorf
Sebelum
Sesudah
Kuning
kecoklatan
Kuning
kecoklatan
Tidak ada
endapan putih
Tidak ada
endapan coklat
kemerahan
Tidak ada
endapan coklat
kemerahan
Warna hijau
kehitaman
Warna orange
gelap
Tidak
terbentuk
warna biru
atau hijau
Wagner
Kuning
kecoklatan
Kuning
kecoklatan
Kuning
kecoklatan
Kuning
kecoklatan
Fenol
FeCl3
Flavonoid
Glikosida
LiebermanBurchard
51
Hasi
l
-
+
+
-
Saponin
Air
Steroid dan
terpeenoid
LiebermanBurchard
Tanin
FeCl3 5%
Kuning
kecoklatan
Kuning
kecoklatan
Tidak berbuih
Terbentuk
cincin merah
(terpenoid)
Warna biru tua
Kuning
+
kecoklatan
Keterangan: (+) : mengandung senyawa yang diuji;
() : tidak mengandung senyawa yang diuji.
Hasil uji tabung menunjukkan bahwa di dalam ekstrak etanol rimpang Z.
officinale Rosc. terdapat senyawa fenol, flavonoid, terpenoid dan tanin.Senyawa
yang berhasil terekstraksi tersebut bersifat cenderung ke arah polar, hal ini
disebabkan oleh pelarut etanol yang digunakan saat ekstraksi bersifat polar
sehingga lebih banyak menarik senyawa yang bersifat polar dari pada yang non
polar. Hasil skrining dapat dilihat pada lampiran 8.
IV.5.1 Alkaloid
Alkaloid merupakan metabolit sekunder yang memiliki paling sedikit satu atom
nitrogen. Adanya gugus nitrogen pada alkaloid menyebabkan alkaloid bersifat
basa sehingga sering diisolasi dalam bentuk garamnya. Ekstraksi senyawa
alkaloid dilakukan dengan menggunakan kloroform beramonia karena senyawa
alkaloid larut dalam pelarut organik seperti kloroform selain itu ditambahkan
amonia untuk memberikan sifat basa pada kloroform sehingga alkaloid lebih
mudah larut dalam kloroform bersuasana basa. Ekstraksi dengan kloroform
beramonia juga bertujuan untuk menarik senyawa alkaloid saja sehingga sampel
tidak mengandung protein yang dapat menimbulkan hasil false positive. Setelah
dikocok, campuran disaring dan ditambahkan asam sulfat 2Nyang berfungsi untuk
mengasamkan suasana kloroform sehingga terjadi pembentukan garam alkaloid
yang kemudian akan larut dibagian asam.
52
53
terjadinya perubahan warna menjadi warna hijau kehitaman. Senyawa fenol akan
membentuk komplek dengan besi, sehingga menimbulkan perubahan warna dari
ungu sampai hijau.
Identifikasi ekstrak juga dilakukan dengan menggunakan kromatografi lapis
tipis (KLT). Fase gerak yang digunakan adalah campuran dari toluen : etil asetat
(50 : 50) sedangkan fase diam yang digunakan adalah plat silica gel F254. Hasil
(B)
Mg
serta
(A)
(B)
55
56
(A)
(B)
57
58
59
bermakna terhadap ekstrak etanol rimpang Z.officinale Rosc. Selain itu dapat
dilihat konsentrasi hambat minimal (KHM) ekstrak etanol rimpang Z.officinale
Rosc. afalah 0,045% dengan diameter zona hambat........... yang termasuk dalam
rentang ..............................Hasil pengujian antibakteri dapat dilihat pada tabel 6.
60
Rata - Rata
Keterangan : X :
Y:
Berdasarkan tabel 6 dapat terlihat bahwa ekstrak etanol rimpang Z.officinale
Rosc memiliki aktivitas antibakteri terhadap P.acnes yang dapat dilihat
berdasarkan adanya zona hambat yang terbentuk. Zona hambat yang paling besar
ditunjukkan pada konsentrasi 0,045% yaitu >>>>>>>>>>. Selain itu dari hasil
pengujian tersebut dapat dilihat bahwa peningkatan konsentrasi tidak diikuti
dengan peningkatan zona hambat terhadap P.acnes. karena blalalalalalaalal.
Sehingga dapat ditentukan konsentrasi hambat minimum ekstrak etanol rimpang
Z.officinale Rosc. adalah pada konsentrasi 0,045% dengan diameter zona hambat
<<<>>>> mm
Tabel 7. Ketentuan Daya Antibakteri(David dan Stout, 1971) skripsi wati
No.
1.
2.
3.
4.
Zona Hambat
> 20 mm
10-20 mm
5-10 mm
< 5 mm
Ketentuan
Sangat Kuat
Kuat
Sedang
Lemah
61
Gambar 13. Hasil pengujian antibakteri ekstrak etanol rimpang Z.officinale Rosc.
IV.10 Pembuatan Formulasi Mikroemulasi
Mikroemulsi yang dibuat adalah mikroemulsi dengan tipe a/m yaitu air sebagai
fase dalamnya dan minyak sebagai fase luar. Sebelum dilakukan pembuatan
mikroemulsi, terlebih dahulu dilakukan uji pendahuluan terhadap suhu, kecepatan
pengadukan dan lama pengadukan. Setelah ditemukan suatu kondisi yang tepat
maka dilakukan optimasi terhadap konsentrasi surfaktan yang dibutuhkan untuk
dapat membentuk suatu mikroemulsi yang stabil.
Suhu yang digunakan saat uji pendahuluan divariasikan yaitu pada suhu 0 OC
hingga 40OC. Pembuatan mikroemulsi pada suhu 0OC atau tanpa pemanasan
hingga suhu kurang dari 40OC menghasilkan suatu mikroemulsi yang keruh. Pada
suhu 40OC dihasilkan suatu sediaan mikroemulsi yang jernih sehingga digunakan
suhu 40OC sebagai suhu yang digunakan untuk membuat sediaan mikroemulsi.
Kecepatan pengadukan yang sesuai juga diperlukan dalam pembuatan
mikroemulsi. Kecepatan pengadukan divariasikan antara 200-500 rpm. Pada
pengadukan dengan kecepatan 200rpm mikroemulsi tidak terbentuk dan keruh.
Setelah itu kecepatan pengadukan ditingkatkan hingga mencapai 500 rpm. Pada
kecepatan 500 rpm selama 120 menit mikroemulsi dapat terbentuk dan jernih.
Oleh karena itu, digunakan kecepatan 500 rpm selama 120 menit untuk membuat
sediaan mikroemulsi.
62
Paramete
r
Warna
Aroma
Kekeruhan
63
Hari ke 7
11
21
28
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Fissy ASON. Uji Efektivitas Sediaan Gel Anti Jerawat Ekstrak Etanol
Rimpang Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc. var. rubrum) terhadap
Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis.[Skripsi].
Skripsi. Pontianak: Universitas Tanjungpura; 2013.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
65
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
66
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
Institute C and LS. Method for dilution antimicrobial susceptibility tests for
bacteria that grow aerobically, 6th ed. CLSI, Wyne. 2003;23(1):135.
60.
61.
62.
63.
Malu SP, Obochi GO, Tawo EN, Nyong BE. Antibacterial Activity and
Medicinal Properties of Ginger (Zingiber officinale). Glob J Pure Appl Sci.
2009;15(3/4):3658.
64.
65.
66.
67.
68.
69.
70.
71.
72.
70