Вы находитесь на странице: 1из 19

SOLUSIO PLASENTA

KEPERAWATAN MATERNITAS

MAKALAH

oleh
Kelompok 4

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2016

SOLUSIO PLASENTA
KEPERAWATAN MATERNITAS

MAKALAH
disusun sebagai pemenuhan tugas Keperawatan Maternitas dengan
dosen pengampu: Ns. Ratna Sari H, S.Kep, M.Kep

oleh
Rosita Amalia D.L

142310101094

Nanda Ema A

142310101120

Delia Nurfalahita V.P 142310101139

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2016

Puji

syukur

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah kehadirat Allah

SWT, karena

telah

melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan


pembuatan makalah dengan judul Solusio Plasenta dengan tepat waktu. Dalam
menyelesaikan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan, bantuan dan
saran dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima
kasih kepada:
1. Ns. Ratna Sari H S.Kep, M.Kep selaku dosen pembimbing dalam pembuatan
makalah Solusio Plasenta tersebut,
2. Teman teman yang selalu memberikan dukungan pada saat penulisan
makalah, dan
3. Semua pihak yang memberikan bantuan dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari didalam penyusunan dan penulisan makalah ini banyak
kekurangannya dari segi tehnik dan metode penulisan yang jauh dari sempurna.
Merupakan suatu penghargaan bagi penulis apabila ada saran dan kritik yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi pembaca dan penulis.

Jember, 8 September 2016


Penulis

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN COVER.................................................................................

HALAMAN JUDUL...................................................................................

ii

KATA PENGANTAR.................................................................................

iii

DAFTAR ISI...............................................................................................

iv

BAB 1. PENDAHULUAN.........................................................................

1.1 Latar Belakang...................................................................

1.2 Tujuan....................................................................................

1.3 Implikasi Keperawatan........................................................

BAB 2. PEMBAHASAN...........................................................................

2.1 Pengertian solusio plasenta..................................................

2.2 Epidemiologi solusio plasenta..............................................

2.3 Etiologi solusio plasenta.......................................................

2.4 Manifestasiklinik solusio plasenta.......................................


2.5 Patofisiologi dan pathway solusio plasenta........................
2.6 Komplikasi & prognosis solusio plasenta...........................
2.7 Pencegahan dan pengobatan solusio plasenta....................
2.8 Penatalaksanaan solusio plasenta.......................................
BAB 3. PENUTUP......................................................................................
3.1 Kesimpulan.............................................................................
3.2 Saran.......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta sebagian atau seluruhnya dari
tempatnya yang normal. Pelepasan tersebut dapat terjadi saat janin belum lahir
yakni pada trimester III atau setelah 28 minggu kehamilan. Faktor pencetusnya
dapat berupa kehamilan pada usia diatas 35 tahun, mempunyai tekanan darah
tinggi, bersamaan dengan terjadinya pre eklamsia dan eklamsia, ataupun trauma
langsung lainnya.
Gejala klinis yang biasa muncul adalah perdarahan dengan rasa sakit, perut
terasa tegang, gerakan janin berkurang bahkan tidak terasa lagi bergerak, pada
palpasi janin sulit diraba, auskultasi jantung janin (-) / tidak terdengar. Pada
pemeriksaan dalam, ketuban tegang dan menonjol, uterus terjadi gangguan
kontraksi dan atonia uteri.
1.2 Tujuan
1.2.1

Umum

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah Untuk mengetahui dan
memahami tentang solusio plasenta
1.2.2

Khusus

a. Untuk mengetahui dan memahami tentang pengertian solusio plasenta


b. Untuk mengetahui dan memahami tentang etiologi solusio plasenta.
c. Untuk mengetahui dan memahami tentang pathway solusio plasenta
d. Untuk mengetahui dan memahami tentang manifestasi klinis solusio
plasenta
e. Untuk mengetahui dan memahami tentang klasifikasi dari solusio plasenta.
f. Untuk mengetahui dan memahami tentang bagaiman proses pencegahan
solusio plasenta
g. Untuk mengetahui dan memahami tentang penatalaksanaan solusio plasenta.
h. Untuk mengetahui dan memahami tentang komplikasi dan prognosis dari
solusio plasenta

i. Untuk mengetahui dan memahami tentang asuhan keperawatan solusio


plasenta
1.3 Implikasi Keperawatan
1.3.1 Perawat dapat memiliki pengetahuan yang lebih luas mengenai solusio
plasenta sehingga nantinya dapat melakukan asuhan keperawatan secara
profesional.
1.3.2 Perawat diharapkan dapat menjadi pedamping yang cermat untuk klien
dalam memberikan asuhan keperawatan terkait masalah solusio plasenta.
1.3.3 Perawat dapa memberikan edukasi pada klien sehingga klien dapat
memahami konsep solusio plasenta dan penatalaksanaannya.

BAB 2 TINJAUAN TEORI


2.1 Pengertian

Solusio plasenta adalah suatu keadaan dalam kehamilan viable, dimana


plasenta yang tempat implatasinya normal (pada fundus atau korpus uteri)
terkelupas atau terlepas sebelum trimester III ( early separation of the
normally implanted placenta).
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta sebelum waktunyadengan
implantasi normal pada kehamilan lebih dari 22 minggu berat janin di atas
500 gr (Rustam 2002 )
Jadi , Solusio placenta ( atau abruption placentae ) adalah lepasnya
sebagian atau seluruh placenta sebelum lahirnya seorang anak tersebut ,
normalnya placenta terlepas setelah anak lahir sekitar 22 minggu.

Menurut rustam mochtar,1998. Solusio placenta dibagi menjadi :


a. Solusio plasenta parsialis
Terlepasnya sebagian plasenta dari tempat perlekatannya.
b. Solusio plasenta totalis ( komplet )
Terlepasnya seluruh placenta dari tempat perlekatannya

c. Prolapsus plasenta
Plasenta turun kebawah dan dapat teraba pada pemeriksaan dalam.
Berdasarkan gambaran kliniknya , terlepasnya placenta dibagi
menjadi :
a. Solusio plasenta ringan

Plasenta yang terlepas memiliki ukuran kurang dari


seperempat luasnya

Gejala klinik tidak timbul dan ditemukan setelah


persalinan

Keadaan

umum

ibu

dan

janin

tidak

mengalami

gangguan

Persalinan berjalan lancar

b. Solusio plasenta sedang

Terlepasnya plasenta lebih dari seperempat tetapi


belum mencapai 2/3 bagian luas plasenta

Gejala klinik yang muncul : perdarahan dengan rasa


sakit, perut terasa tegang, gerak janin berkurang,
palpasi bagian janin sulit teraba, auskultasi jantung
janin dapat terjadi asfiksia ringan dan sedang

Ketuban menonjol saat dilakukan pemeriksaan dalam

Beresiko terjadinya gangguan pembekuan darah

c. Solusio plasenta berat

Ukuran plasenta yang terlepas mencapai 2/3 bagian


luasnya

Terjadi perdarahan disertai rasa nyeri

Terjadinya syok , gangguan pembekuan darah, palpasi


abdomen tegang, bagian janin sulit teraba dan janin
dapat meninggal dalam rahim.

2.2 Epidemiologi

Kejadian solusio plasenta sangat bervariasi dari 1 di antara 75 sampai 830


persalinan dan merupakan penyebab 0.1 1% kematian perinatal. Kejadian
ini bervariasi pada berbagai daerah tergantung beberapa faktor.
Walaupun angka kejadiannya cenderung menurun pada akhir-akhir ini
denan makin diterimanya upaya anternal care, namun morbiditas perinatal
masih cukup tinggi, termasuk gangguan neurologis pada tahun pertama
kehidupan.
Kejadian solusio plasenta sering berulang pada kehamilan berikutnya.
Kejadian ini tercacat sebesar 1 di antara 8 kehamilan. Diperkirakan resiko
kematian ibu 0,5-5% dan kematian janin 50 80% (Mansjoer,2001).

2.3 Etiologi

Penyebab utama dari solusio plasenta masih belum diketahui. Namun


beberapa faktor menjadi penyebab terjadinya solusio placenta tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Trauma langsung terhadap uterus hamil :

Terjatuh tertelunkup

Tedangan anak yang sedang digendong saat hamil

Atau trauma langsung lainnya.

2. Trauma karena tindakan kebidanan yang telah dilakukan :

Setelah memecahkan ketuban sang ibu

Persalinan anak kedua hamil kembar

3. Dapat terjadi pada kehamilan dengan tali pusat yang pendek


4. Faktor predisposisi terjadinya solusio placenta

hamil pada usia tua


Dalam penelitian Prawirohardjo di RSUPNCM dilaporkan

bahwa terjadinya peningkatan kejadian solusio plasenta sejalan dengan

meningkatnya umur ibu. Hal ini dapat diterangkan karena makin tua
umur ibu, makin tinggi frekuensi hipertensi menahun.

hipertensi

bersamaan dengan pre-eklampsia atau eklampsia

tekanan vena kava inferior yang tinggi

kekurangan asam folik

kebiasaan merokok

kecanduan obat seperti kokain

5. Infeksi : koriamnionitis yang selanjutnya menimbulkan PROM dan dapat


diikuti dengan solusio plasenta
6. Keadaan social ekonomi berkaitan dengan pendidikan dan penerimaan
norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera ( NKKBS).
7. Leiomioma uteri (uterine leiomyoma) saat hamil dapat menyebabkan
solusio plasenta jika plasenta janin yang berimplantasi mengandung
leiomioma.

2.4 Tanda dan gejala


a. Solusio plasenta ringan
Terjadi rupture sinus masrginalis ditandai dengan perdarahan warna
merah kehitaman pada pervaginam, terasa agak sakit pada bagian perut
atau perut terasa tegang namun janin masih teraba.
b. Solusio plasenta sedang
Plasenta telah terlepas seperempat sampai duapertiga luas bagian.
Tanda dan gejala yang dapat timbul seperti ibu merasa sakit perut terus
menerus, terasa nyeri tekan, bagian janin sukar di raba., BJJ sukar di
dengar dengan stetoskop biasa. Tanda kegawatdaruratan terjadi kelainan
pembekuan darah atau ginjal.
c. Solusio plasenta berat

Plasenta telah lepas lebih duapertiga luas bagian, terjadi secara tibatiba, ibu syok dan janin meningggal. Uterus terasa tegang seperti papan
dan sangat nyeri. Besar kemungkinan telah terjadi gangguan pembekuan
darah dan ginjal.
2.5 Patofisiologi dan Pathways

Solusio plasenta di awali dengan adanya perdarahan pada desidua basalis.


Kemudian desidua terpisah dan meninggalkan satu lapisan tipis yang melekat
pada endometrium. Akibatnya, terjadi pembentukan hematom desidua yang
menyebabkan pemisahan, penekanan, dan akhirnya destruksi plasenta yang
ada di dekatnya. Pada tahap ini belum terlihat adanya gejala klinis yang
muncul.
Pada beberapa kasus, arteri spiralis desidua mengalami rupture sehingga
menyebabkan hematom retroplasenta, jika membesar maka semakin banyak
pembuluh darah dan plasenta yang terlepas. Maka plasenta akan memisah
dengan cepat dan meluas hingga mencapai pada tepi plasenta. Sehingga
uterus tidak dapat berokontraksi untuk menjepit pembuluh darah yang robek
yang memperdarahi tempat implantasi plasenta. Darah yang keluar dapat
memisahkan selaput ketuban dari dinding uterus dan akhirnya muncul sebagai
perdarahan eksternal.

PATWAYS
FAKTOR
PENCETUS

FAKTOR RESIKO

Perdarahan pada pembuluh darah plasenta /


uterus
Perdarahan pada desidu
basalis
Solusio plasenta
ringan

Perdarahan pervaginam
berwana kehitaman

Plasenta
terdesak
Plasenta
terlepas
Otot uterus
meregang
Otot tidak mampu
berkontraksi
perdarahan

Terlepas lebih dari

Hematoma
retroplasenter

Solusio plasenta
berat

Plasenta terlepas
-
Solusio plasenta
sedang

2.6 Komplikasi & prognosis


Komplikasi yang akan terjadi pada ibu, meliputi :
1. Perdarahan
2. Gangguan pembekuan darah

Masuknya tromboplastin ke dalam sirkulasi darah yang


menyebabkan

pembekuan

darah

intravascular

disertai

hemolisis

Penurunan fibrogen dapat terjadi sehingga ibu mengalami


hipofibrinogen yang dapat menggangu pembekuan darah.

3. Oliguria

Sumbatan pada glomerulus ginjal dan dapat menimbulkan


produksi urine berkurang

4. Perdarahan pascapartum

Jenis solisio plasenta sedang dan berat memiliki resiko tinggi


terjadinya infiltrasi darah ke otot rahim sehingga enggangu
kontraksi dan menimbulkan perdarahan

Adanya gangguan saat pembekuan darah dapat terjadi


perdarahan

5. Gagal ginjal
Disebabkan oleh keadaan hipovolemia dan nekrosis tubuli ginjal yang
mendadak.
6. Apoplexy uteroplacenta ( uterus couvelaire )
Perdarahan yang menyebabkan terjadinya gangguan kontraktilitas
uterus dan berubahnya warna uterus menjadi biru atau ungu.

Komplikasi pada janin

Rintangan terjadinya asfiksi sampai kematian janin dalam rahim


bergantung pada seberapa besar plasenta lepas dari implantasinya di
fundus uteri.
Prognosis ibu tergantung luas bagian plasenta yang terlepas dari
dinding uterus, banyaknya perdarahan, ada atau tidak hipertensi
menahun atau preeklamsi, ada tidaknya perdarahan tersembunyi, dan
selisih waktu terjadinya solusio plasenta sampai selesainya persalinan.
Angka kematian ibu pada kasus solusio plasenta berat berkisar antara
0,5-5%. Sebagian besar kematian tersebut disebabkan oleh perdarahan
dan gagal ginjal. Hampir 100% janin pada kasus solusio plasenta berat
mengalami kematian. Tetapi ada literatur yang menyebutkan angka
kematian pada kasus berat berkisar antara 50-80%. Pada kasus solusio
plasenta ringan sampai sedang, keadaan janin tergantung pada luasnya
plasenta yang lepas dari dinding uterus, lamanya solusio plasenta
berlangsung dan usia kehamilan. Perdarahan lebih dari 2000 ml
biasanya menyebabkan kematian janin. Pada kasus-kasus tertentu
tindakan seksio sesaria dapat mengurangi angka kematian janin.
2.7 Pengobatan dan atau pencegahan
a. Terapi Medik
1) Usia gestasi < 36 minggu atau TBJ < 2500 gram.
a) Ringan : terapi konservatif bila ada perdarahan berhenti, kontraksi
uterus tidak ada, janin hidup dan keadaan ibu baik. Pasien dianjurkan
tirah baring, mengatasi anemia, USG dan KTG serial (bila
memungkinkan) dan tunggu partus normal. Terapi aktif dilakukan bila
terjadi perdarahan berlangsung secara terus menerus, kontraksi uterus
terus berlangsung, dan dapat mengancam ibu atau janin. Bila terjadi
perdarahan banyak, skor pelvik < 5 atau persalinan masih lama > 6

jam, segera lakukan seksio sesarea. Bila partus dapat terjadi < 6 jam,
amniotomi dan infus oksitosin.
b) Sedang / Berat : resusitasi cairan, atasi anemia (transfusi darah), partus
pervaginam bila < 6 jam (amniotomi dan infus oksitosin); bila
perkiraan partus > 6 jam, lakukan seksio sesarea.
2) Tidak terdapat renjatan : usia gestasi 36 minggu atau 2500 gram.
Solusio plasenta derajat ringan/sedang/berat bila persalinan lebih dari 6
jam, lakukan seksio sesarea.
3) Terdapat renjatan :
Atasi renjatan, resusitasi cairan dan transfusi darah. Bila renjatan tidak
teratasi, upayakan tindakan penyelamatan yang optimal. Bila renjatan
dapat diatasi, pertimbangkan untuk seksio sesarea bila janin hidup atau
partus lebih lama dari 6 jam.
b. Terapi Bedah
1) Partus per vaginam dipercepat.
2) Seksiosesarea atas indikasi medik.
3) Seksiohisterektomi bila terdapat perdarahan postpartum yang tidak dapat
diatasi dengan terapi medikamentosa atau ligasi arteri uterina. Ligasi
hipogastrika hanya boleh dilakukan oleh operator yang kompeten.
Pencegahan Solusio Plasenta
a. Hindari minuman beralkohol, merokok, atau penggunaan narkotika dan
psikotropika selama kehamilan.
b. Pemeriksaan kehamilan ke dokter atau bidan sejak awal diketahui adanya
kehamilan dan secara teratur selama masa kehamilan.
c. Mengenali dan mengatasi adanya masalah kesehatan pada ibu hamil seperti
diabetes dan tekanan darah tinggi dapat menurunkan risiko terjadinya solusio
plasenta.

2.8 Penatalaksanaan

Hanya untuk solusio plasenta derajat ringan dan janin belum cukup

bulan, apalgi jika janin telah meninggal dalam rahim.


Dilakukan tranfusi darah ( 1 x 24 jam ) bila anemia ( Hb 10,0% ).
Apabila ketuban telah pecah, dipacu dengan oksitosin 10 UI dalam

larutan saline 500 cc, kemudian ditunggu sampai lahir per vaginam.
Bila 1 botol tersebut belum lahir, ulangi dengan 1 botol lagi dan
ditunggu sampai lahir. Dengan langkah ini biasanya sebagian besar
kasus dapat diselesaikan dengan baik ( 90% ), sedangkan bayi yang

gagal dapat dilakukan SC emergency.


Melakukan uji pembekuan darah.
Jika terjadi perdarahan hebat, maka segera dilakukan persalinan, jika :
Pembukaan seriks lengkap, persalinan dengan ekstraksi vakum
Pembukaan serviks belum lengkap, persalinan dengan SC
Jika perdarahan ringan atau sedang ( dimana ibu tidak berada dalam
bahaya ) tindakan bergantung pada denyut jantung janin ( DJJ )
Jika DJJ normal atau tidak terdengar, pecahkan ketuban. Jika
kontraksi jelek, perbaiki dengan pemberian oksitosin. Jika serviks
kenyal, tebal dan tertutup, lakukan SC.
DJJ abnormal ( < 100 atau >180/menit ) : lakukan persalinan
pervaginam segera, jika tidak memunngkinkan lakukan persalinan

dengan SC. ( Winkjosastro, 2001).


Solusio plasenta ringan
Bila usia kehamilan kurang dari 36 minggu dan bila ada perbaikan
( perdarahan berhenti, perut tidak sakt, uterus tidak tegang, janin
hidup) dengan tirah baring dan observasi ketat, kemudian tunggu
persalinan spontan.
Bila perdarahan terus menerus, maka kehamilan haarus segera
diakhiri. Bila janin hidup, mala lakukan seksio sekaria, bila janin
meninggal lakukan amniotomi disusul infuse oksitosin untuk

mempercepat persalinan.
Solusio plasenta sedang dan berat
Apabila tanda dan gejala klinis solusio plasenta jelas ditemukan,
penanganan di rumah sakit meliputi tranfusi darah, amniotomi, infuse
oksitosin dan jika perlu lakukan seksio sesaria.

Apabila diagnosis

solusio plasenta dapat ditegakkan berarti

perdarahan telah terjadi kurang lebih 1000 ,l. maka transfuse harus
segera dilakukan. Amniotomi akan merangsang persallinan dan
mengurangi tekanan intrauterine.
Dengan melakukan persalinan secepatnya dan transfuse darah dapat
mencegah kelainan pembekuan darah. Persalinan ddiharapkan terjadi
dalam 6 jam . tetapi jika dalam waktu tersebut tidak memungkinkan
maka dilakukan amniotomi dan infuse oksitosin, maka persalinan
yang hanya bisa dlakukan adalah seksio sesaria.
Apoplexy uteroplacenta bukan merupakan indikasi histeroktoi. Jika
terjadi perdarahan yang tidak dapat dikendalikan setelah dilakukan
seksio sesaria makan histerektomi perlu dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Bagus, ida.prof.dr. 2004. Penuntun Kepaniteran Klinik Obstetri dan


Ginekologi, E/2. Jakarta : EGC.
Chrisdiono, dr. 2004. Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta
:EGC.
Sulaiman, DKK. 2005. Ilmu Kesehatan Reproduksi : Obstetri
Patologi,E/2. Padjajaran Medical Press : Buku Kedokteran EGC.
Triana, Ani, DKK. 2015. Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal,
Ed.1.cet 1.yoogyakarta : Deepubllish.
Yulaikhah, lily. 2009. Kehamilan : Seri Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC

Вам также может понравиться