Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
17
Kajian Erosi pada DAS Cisanggarung Bagian Hulu di Kabupaten Kuningan Jawa Barat
Pendahuluan
Praktek pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) dan penerapan tata
guna lahan yang tidak dilakukan secara terpadu dan tidak terencana
dengan baik, salah satunya dapat mempengaruhi proses terjadinya erosi.
Erosi adalah proses terkikisnya dan terangkutnya tanah atau bagian-bagian
tanah oleh media alami yang berupa air (air hujan). Erosi dapat
mempengaruhi produktivitas lahan yang biasanya mendominasi DAS bagian
hulu dan dapat memberikan dampak negatif pada DAS bagian hilir (sekitar
muara sungai) yang berupa hasil sedimen. Totok Gunawan (1995: 27)
mendefinisikan DAS sebagai suatu wilayah kesatuan ekosistem yang
dibatasi oleh pemisah topografis dan berfungsi sebagai pengumpul,
penyimpan dan penyalur air, sedimen, unsur hara dalam sistem sungai dan
keluar keluar melalui satu saluran tunggal/Single outlet . Chay Asdak
(1995: I-11) menggambarkan komponen ekosistem DAS yaitu daerah hulu,
tengah dan hilir. Daerah hulu dipandang sebagai sebagai suatu ekosistem
yang terdiri atas empat komponen utama yaitu desa, sawah/ladang, sungai,
dan hutan. Gambar 1 menunjukan bahwa ada hubungan timbal balik antar
ekosistem DAS, maka apabila terjadi perubahan pada salah satu komponen
lingkungan, ia akan mempengaruhi komponen yang lain,dan perubahan
komponen tersebut pada gilirannya dapat mempengaruhi perubahan
komponen yang pertama. Selain itu juga diungkapkan ilustrasi, bahwa
masalah degradasi lingkungan sering berpangkal pada komponen desa.
MATAHARI
Hutan
Desa
Sawah/Ladang
Tumbuhan
Tanah
Manusia
Hewan
Air
Sungai
DEBIT/LUMPUR/UNSUR HARA
18
19
Kajian Erosi pada DAS Cisanggarung Bagian Hulu di Kabupaten Kuningan Jawa Barat
Vegetasi
Tanah
Air Sungai
Manusia
IPTEK
DAS = Prosesor
20
21
Kajian Erosi pada DAS Cisanggarung Bagian Hulu di Kabupaten Kuningan Jawa Barat
(1985) yaitu menjumlahkan faktor besar erosi tanah permukaan (A) dengan
erosi lembah dan erosi saluran yang besarnya adalah 25% dari faktor
kehilangan tanah. Adapun rumusnya:
E = A + (25% A)
Sementara itu, besar erosi yang diperbolehkan dihitung dengan
menggunakan rumus: Mm X BV x 10 = T (ton/ha/th). Dimana Mm adalah
besarnya erosi tanah yang diperbolehkan (T) untuk tanah-tanah di Indonesia
dalam satuan milimeter, BV adalah berat volume tanah.
Populasi penelitian ini adalah Daerah Aliran Sungai Cisanggarung
bagian hulu dalam pengertian secara fisik sebagai sistem hidrologi dan
ekosistem suatu daerah sebagai pengumpul, penyimpan dan pengalir air
dan sedimen ke daerah di bawahnya/hilir. Satuan unit lahan akan dijadikan
sebagai sampel untuk menghitung besar erosi tanah yang terjadi di Daerah
Aliran Sungai Cisanggarung bagian hulu. Satuan unit lahan tersebut
diperoleh berdasarkan hasil overlay peta kondisi geologi, jenis tanah,
kemiringan lereng dan tataguna lahan.
Teknik pengambilan sampel besar erosi tanah di Daerah Aliran Sungai
Cisanggarung bagian hulu menggunakan stratified random sampling yaitu
lahan Daerah Aliran Sungai Cisanggarung bagian hulu terlebih dahulu
digolongkan menurut kondisi geologi, kemiringan lereng, jenis tanah dan
penggunaan lahan. Dari penggolongan-penggolongan di atas, untuk
memudahkan pemetaan dilakukan pemberian simbol-simbol, sehingga
diperoleh data-data sebagai berikut: (1). Kondisi geologi Daerah Aliran
Sungai Cisanggarung bagian hulu adalah Old Quartery yang diberi simbol Q.
(2) Kemiringan lereng lahan Daerah Aliran Cisanggarung bagian hulu dapat
digolongkan ke dalam kemiringan kurang dari 15 persen diberi sombol I,
antara 15-25 persen diberi simbol II, 25-40 persen diberi simbol III dan
lebih dari 40 persen yang diberi simbol IV. (3). Jenis tanah yang ada pada
lahan Daerah Aliran Cisanggarung bagian hulu adalah komplek latosol
coklat kemerahan diberi simbol lt dan podsolik merah kekuningan diberi
simbol pd. (4) Penggunaan lahan Daerah Aliran Cisanggarung bagian hulu
adalah pemukiman diberi simbol Pk, sawah diberi simbol Sw, tegalan diberi
simbol Tg, kebun campuran diberi simbol Kb dan simbol Ht untuk hutan.
Dari penggolongan-penggolongan diatas kemudian dibuat suatu peta guna
mempermudah pengambilan titik-titik sampel yang disebut dengan peta
satuan unit lahan.
Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan
dokumentasi. Observasi dilakukan untuk memperoleh data-data primer:
erodibilitas tanah, kemiringan dan panjang lereng, pengelolaan tanaman,
dan erosivititas hujan. Untuk memperkuat pengamatan dalam metode
22
23
Kajian Erosi pada DAS Cisanggarung Bagian Hulu di Kabupaten Kuningan Jawa Barat
1). Erosivitas
Erosivitas hujan di daerah DAS Cisanggarung di bagian hulu
diperoleh dengan memperhitungkan rata-rata hujan bulanan selama
periode 10 tahun. Berdasarkan hasil penelitian Nursaban (2003) diketahui
besar erosivitas hujan di Daerah Aliran Sungai Cisanggarung bagian hulu
selama kurun waktu 10 tahun sejak 1992-2001 diperoleh nilai rata-rata
erosivitas hujan setiap tahun yaitu 3499,09. Besar erosivitas ini hingga saat
ini tidak mengalami perubahan yang berarti. Oleh karena itu nilai tersebut
dapat mewakili besar erosivitas yang terjadi saat ini.
2). Erodibilitas
Erodibilitas tanah merupakan faktor kepekaan (resistensi) partikelpartikel tanah terhadap erosi. Pada penelitian ini analisis sampel tanah
dilakukan untuk mengetahui tekstur, bahan organik, permeabilitas dan
struktur tanah. Analisis erodibilitas ini dilakukan di laboratorium, lalu
dihitung dengan rumus:
100K= 1,292[2,1 M1,14(10-4)(12-a)+3,25(b-2)+2,5(c-3)]
Data-data faktor erodibilitas diperoleh mendasarkan hasil dari
pengukuran laboratorium. Kelas tekstur tanah pada daerah penelitian lebih
banyak mengandung lempung yang memiliki nilai M yaitu 1685. Kandungan
bahan organik terbesar yang dijumpai pada satuan unit lahan dengan
penggunaan lahannya sebagai kawasan hutan. Berdasarkan dari data pada
peta struktur tanah kecamatan Darma yang dikeluarkan oleh Badan
Pertanahan Nasional kabupaten Kuningan diperoleh keterangan bahwa
daerah penelitian sebagian besar memiliki struktur tanah menyerupai kubus
dan sebagian lain berupa prisma. Berdasarkan hasil uji laboratorium,
tingkat permeabilitas tanah di daerah penelitian memiliki rentang sangat
lambat sampai kategori sedang. Hal tersebut diperkirakan volume air
permukaan (run off) akan banyak tergenang ketika terjadi hujan, sehingga
akan terjadi penggerusan pada tanah permukaan yang berakibat besarnya
erosi tanah permukaan.
Berdasarkan faktor-faktor erodibilitas di atas diketahui, maka nilai
erodiblitas Daerah Aliran Sungai Cisanggarung bagian hulu dapat diketahui
seperti ditunjukan oleh tabel 1. Tabel 1 menunjukan bahwa tingkat
erodibilitas yang terjadi di daerah penelitian berada pada rentang antara
0,18 pada satuan unit lahan Q I Pd Tg dan tertinggi pada satuan unit lahan
Q III Lt Kb yaitu dengan nilai 0,56. angka tersebut menunjukan bahwa
tingkat erodibilitas yang terjadi di DAS Cisanggarung cukup besar.
24
Satuan Lahan
Q I Pd Kb
Q I Pd Tg
Q II Pd Kb
Q II Pd Tg
Q III Pd Kb
Q III Pd Ht
Q IV Pd Kb
Q IV Pd Ht
Q I Lt Tg
Q I Lt Sw
Q I Lt Pk
Q I Lt Kb
Q II Lt Kb
Q II Lt Pk
Q III Lt Tg
Q III Lt Kb
M
1685
1213
2830
1685
1685
2830
2830
4390
1685
1685
2830
2830
1685
2830
6330
6330
a
1,85
1,22
2,32
1,84
1,81
6,41
3,86
10,09
2,47
3,66
0,74
3,51
4,88
3,62
2,47
4,47
b
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
c
5
3
4
3
6
5
4
6
5
6
3
5
6
5
4
6
K
0,28
0,18
0,34
0,22
0,25
0,28
0,31
0,25
0,27
0,29
0,35
0,35
0,27
0,34
0,38
0,56
25
Kajian Erosi pada DAS Cisanggarung Bagian Hulu di Kabupaten Kuningan Jawa Barat
Satuan Lahan
Q I Pd Kb
Q I Pd Tg
Q II Pd Kb
Q II Pd Tg
Q III Pd Kb
Q III Pd Ht
Q IV Pd Kb
Q IV Pd Ht
Q I Lt Tg
Q I Lt Sw
Q I Lt Pk
Q I Lt Kb
Q II Lt Kb
Q II Lt Pk
Q III Lt Tg
Q III Lt Kb
Kemiringan
lereng (%)
14
14
21
18
31
35
51
44
8
3
6
12
17
16
34
35
Panjang
lereng (m)
26
22
28
21
31
29
32
36
54
76
48
37
44
53
41
28
LS
2,43
2,14
3,87
3,41
7,95
10,22
17,82
15,20
1,40
0,38
0,82
1,92
3,13
3,13
12,52
9,70
26
Satuan Lahan
Q I Pd Kb
Q I Pd Tg
Q II Pd Kb
Q II Pd Tg
Q III Pd Kb
Q III Pd Ht
Q IV Pd Kb
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Q IV Pd Ht
Q I Lt Tg
Q I Lt Sw
Q I Lt Pk
Q I Lt Kb
Q II Lt Kb
Q II Lt Pk
Q III Lt Tg
Q III Lt Kb
Tanaman
Kebun campuran (kopi, cengkeh, kelapa,
bambu)
Tegalan (ubi kayu, jagung, kentang,)
Kebun campuran (kopi, cengkeh, kakao,
kelapa)
Tegalan (palawija, ubi kayu)
Kebun campuran (kopi, cengkeh, kelapa,
bambu)
Hutan homogen
Kebun campuran (kopi, cengkeh, kelapa,
bambu)
Hutan pinus
Tegalan (sengon, ubi kayu, jagung)
Sawah (padi lahan basah)
Lahan kosong diolah
Kebun campuran
Kebun campuran
Lahan kosong diolah
Tegalan (jagung, ubi kayu, palawija)
Kebun campuran
Nilai C
0,2
0,637
0,2
0,363
0,2
0,001
0,2
0,001
0,363
0,010
0,950
0,2
0,2
0,950
0,637
0,2
27
Kajian Erosi pada DAS Cisanggarung Bagian Hulu di Kabupaten Kuningan Jawa Barat
Satuan lahan
Q I Pd Kb
Q I Pd Tg
Q II Pd Kb
Q II Pd Tg
Q III Pd Kb
Q III Pd Ht
Q IV Pd Kb
Q IV Pd Ht
Q I Lt Tg
Q I Lt Sw
Q I Lt Pk
Q I Lt Kb
Q II Lt Kb
Q II Lt Pk
Q III Lt Tg
Q III Lt Kb
Teknik konservasi
Tanaman perkebunan: penutup tanah rapat
Teras gulud: Jagung, ubi kayu
Tanaman perkebunan: penutup tanah rapat
Teras gulud: ubi kayu, palawija
Tanaman perkebunan: penutup tanah sedang
Tanaman dalam kontur, kemiringan>20%
Tanaman dalam kontur, kemiringan >20%
Tanaman dalam kontur, kemiringan >20%
Teras gulud: Ubi kayu, jagung
Teras gulud: Padi, jagung
Teras tradisional
Tanaman perkebunan: penutup tanah rapat
Tanaman perkebunan: penutup tanah sedang
Teras tradisional
Teras gulud: jagung ubi kayu
Tanaman perkebunan: penutup tanah sedang
Nilai P
0,10
0,056
0,10
0,063
0,50
0,90
0,90
0,90
0,056
0,013
0,40
0,10
0,50
0,40
0,056
0,50
Satuan
lahan
1. Q I Pd Kb
2.
Q I Pd Tg
3. Q II Pd Kb
4. Q II Pd Tg
5. Q III Pd Kb
6. Q III Pd Ht
7. Q IV Pd Kb
8. Q IV Pd Ht
9.
Q I Lt Tg
10. Q I Lt Sw
11. Q I Lt Pk
12. Q I Lt Kb
13. Q II Lt Kb
14. Q II Lt Pk
15. Q III Lt Tg
16. Q III Lt Kb
Jumlah
Rata-rata
LS
3499,09
3499,09
3499,09
3499,09
3499,09
3499,09
3499,09
3499,09
3499,09
3499,09
3499,09
3499,09
3499,09
3499,09
3499,09
3499,09
0,28
0,18
0,34
0,22
0,25
0,28
0,31
0,25
0,27
0,29
0,35
0,35
0,27
0,34
0,38
0,56
2,43
2,14
3,87
3,41
7,95
10,22
17,82
15,20
1,40
0,38
0,82
1,92
3,13
3,13
12,52
9,70
0,2
0,637
0,2
0,363
0,2
0,001
0,2
0,001
0,363
0,010
0,950
0,2
0,2
0,950
0,637
0,2
0,10
0,056
0,10
0,063
0,50
0,90
0,90
0,90
0,056
0,013
0,40
0,10
0,50
0,40
0,056
0,50
28
Luas
(ha)
Erosi (A)
(ton/ha/th)
Erosi
(ton/th)
4,8
2,8
8,5
8,8
1,00
0,8
2,6
2,9
2,2
1,7
1,9
1,6
2,1
5,1
3,2
5,0
55
47,62
48,08
92,08
60,03
695,44
9,01
3479,34
11,97
26,89
0,05
381,61
47,03
295,71
1415,02
593,84
1900,71
9.104,42
228,55
134,63
782,70
528,28
695,44
7,21
9046,29
34,70
59,15
0,09
725,06
75,24
620,99
7216,59
1900,29
9503,53
31.558,74
717,24
B
SB
: Berat
: Sangat Berat
Satuan
lahan
Erosi (A)
(ton/ha/th)
KET
Kelas
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Q I Pd Kb
Q I Pd Tg
Q II Pd Kb
Q II Pd Tg
Q III Pd Kb
Q III Pd Ht
Q IV Pd Kb
Q IV Pd Ht
Q I Lt Tg
Q I Lt Sw
Q I Lt Pk
Q I Lt Kb
Q II Lt Kb
Q II Lt Pk
Q III Lt Tg
Q III Lt Kb
47,62
48,08
92,08
60,03
695,44
9,01
3479,34
11,97
26,89
0,05
381,61
47,03
295,71
1415,02
593,84
1900,71
> 90
60-90
60-90
60-90
60-90
>90
60-90
>90
30-60
30-60
30-60
>90
60-90
30-60
<30
30-60
II
II
III
III
V
I
V
I
II
I
IV
II
IV
V
V
V
Keterangan
ton/ha/tahun
15-60
15-60
60-180
60-180
> 480
<15
> 480
<15
15-60
< 15
180-480
15-60
180-480
> 480
> 480
> 480
Kategori
R
S
B
B
SB
SR
SB
SR
B
S
SB
R
SB
SB
SB
SB
Keterangan:
KET
SB
R
: Sedang
B
: Berat
SR
: Sangat Ringan
29
Kajian Erosi pada DAS Cisanggarung Bagian Hulu di Kabupaten Kuningan Jawa Barat
Satuan
lahan
Erosi (A)
ton/ha/th
25 % A
Erosi (A)
ton/thn
25 % A
Erosi Total
(E) (ton/thn)
1.
Q I Pd Kb
2.
47,62
11,90
Q I Pd Tg
3.
48,08
Q II Pd Kb
4.
92,08
Q II Pd Tg
5.
Q III Pd Kb
6.
Q III Pd Ht
7.
9,01
2,25
11,26
7,21
1,80
9,01
Q IV Pd Kb
8.
3479,3
869,84
4349,18
9046,29
2261,57
11307,86
Q IV Pd Ht
9.
11,97
2,99
14,96
34,70
8,68
43,38
Q I Lt Tg
10.
26,89
6,72
33,61
59,15
14,79
73,94
Q I Lt Sw
11.
12.
Q I Lt Pk
0,05
381,61
0,01
95,40
0,06
477,01
0,09
725,06
0,02
181,27
0,11
906,33
Q I Lt Kb
13.
47,03
11,76
58,78
75,24
18,81
94,06
Q II Lt Kb
14.
15.
16.
Q II Lt Pk
Q III Lt Tg
Q III Lt Kb
295,71
1415,0
593,84
1900,71
73,93
353,75
148,46
475,18
369,64
1768,77
742,30
2375,88
620,99
7216,59
1900,29
9503,53
155,25
1804,15
475,07
2375,88
776,23
9020,74
2375,37
11879,41
30
59,52
228,55
57,14
285,69
12,02
60,10
23,02
115,10
134,63
33,66
168,28
782,70
195,67
60,03
15,01
978,37
75,04
528,28
132,07
695,44
173,86
660,35
869,31
695,44
173,86
869,31
Jumlah
9.104,42
2.276,11
11.380,53
31.558,74
7.889,69
39.448,43
Satuan lahan
Q I Pd Kb
Q I Pd Tg
Q II Pd Kb
Q II Pd Tg
Q III Pd Kb
Q III Pd Ht
Q IV Pd Kb
Q IV Pd Ht
Q I Lt Tg
Q I Lt Sw
Q I Lt Pk
Q I Lt Kb
Q II Lt Kb
Q II Lt Pk
Q III Lt Tg
Q III Lt Kb
Kedalaman
efektif
tanah
> 90
60-90
60-90
60-90
60-90
>90
60-90
>90
30-60
30-60
30-60
>90
60-90
30-60
<30
30-60
Permeabilitas
Substratum
BV
(g/cc)
Nilai T
(mm/th)
Sangat lambat
Sedang
Lambat-sedang
Sedang
Sangat lambat
Lambat
Lambat-sedang
Sangat lambat
Lambat
Sangat lambat
Sedang
Lambat
Sangat lambat
Lambat
Lambat-sedang
Sangat lambat
Telah melapuk
Telah melapuk
Telah melapuk
Telah melapuk
Telah melapuk
Telah melapuk
Telah melapuk
Telah melapuk
Telah melapuk
Telah melapuk
Telah melapuk
Telah melapuk
Telah melapuk
Telah melapuk
Telah melapuk
Telah melapuk
1,240
1,092
1.029
1,013
1,272
0,992
1,621
0,990
0,981
0,981
1,382
1,010
1,003
1.273
1,421
1,562
1,4
1,2
1,2
1,2
1,2
1,6
1,2
1,4
0,8
0,8
0,8
1,6
1,2
0,8
0,4
0,8
31
Kajian Erosi pada DAS Cisanggarung Bagian Hulu di Kabupaten Kuningan Jawa Barat
Satuan Unit
Lahan
Q I Pd Kb
Q I Pd Tg
Q II Pd Kb
Q II Pd Tg
Q III Pd Kb
Q III Pd Ht
Q IV Pd Kb
Q IV Pd Ht
Q I Lt Tg
Q I Lt Sw
Q I Lt Pk
Q I Lt Kb
Q II Lt Kb
Q II Lt Pk
Q III Lt Tg
Q III Lt Kb
Jumlah
Nilai T
(mm/th)
BV
(g/cc)
Nilai T
(ton/ha/th)
Luas
(ha)
1,4
1,2
1,2
1,2
1,2
1,6
1,2
1,4
0,8
0,8
0,8
1,6
1,2
0,8
0,4
0,8
1,240
1,092
1,029
1,013
1,272
0,992
1,621
0,990
0,981
0,981
1,382
1,010
1,003
1,273
1,421
1,562
17,36
13,104
12,348
12,156
15,264
15,872
19,452
13,86
7,848
7,848
11,056
16,16
12,036
10,184
5,684
12,496
202,728
4,8
2,8
8,5
8,8
1,00
0,8
2,6
2,9
2,2
1,7
1,9
1,6
2,1
5,1
3,2
5,0
55
Nilai
T(ton/thn)
83.328
36.691
104.958
106.973
15.264
12.698
50.575
40.194
17.266
13.342
21.006
25.856
25.276
51.938
18.189
62.480
686.033
32
Satuan Unit
lahan
Q I Pd Kb
Q I Pd Tg
Q II Pd Kb
Q II Pd Tg
Q III Pd Kb
Q III Pd Ht
Q IV Pd Kb
Q IV Pd Ht
Q I Lt Tg
Q I Lt Sw
Q I Lt Pk
Q I Lt Kb
Q II Lt Kb
Q II Lt Pk
Q III Lt Tg
Q III Lt Kb
Jumlah
Rata-rata
(ton/ha/thn)
Erosi (A)
(ton/tahun)
228,55
134,63
782,70
528,28
695,44
7,21
9046,29
34,70
59,15
0,09
725,06
75,24
620,99
7216,59
1900,29
9503,53
31.558,74
573,795
717,244
Nilai T
(ton/tahun)
83.328
36.691
104.958
106.973
15.264
12.698
50.575
40.194
17.266
13.342
21.006
25.856
25.276
51.938
18.189
62.480
686.033
12.473
33
Kajian Erosi pada DAS Cisanggarung Bagian Hulu di Kabupaten Kuningan Jawa Barat
Daftar Pustaka
Chay Asdak. (1995). Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Isa M. Darmawijaya. (1997). Klasifikasi Tanah. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
Kirkby, M.J. and Morgan, R.P.C. (1980). Soil Erosion. Harlow, England: John
Wiley and Son
Morgan, R.P.C. (1995). Soil Erosion and Conservation. England: Longman,
Silsoe College and Cranfield University
Schmidt F.H. dan J.H.A. Ferguson (1951). Rainfall Types Based on Wet and
Dry Periode Ratios For Indonesia with Western New Guinea. (cetak
ulang). Djakarta: Kementrian Perhubungan Djawatan Meteorologi
dan Geofisika. Verhandelingen No. 42.
Sitanala Arsyad. (1989). Konservasi Tanah dan Air. Bogor: Penerbit IPB.
Totok Gunawan. (1995). Penginderaan Jauh Terapan untuk Studi Ekologi
dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Program Pasca
Sarjana Universitas Gadjah Mada.
Wiscmeier, W.H. dan D.D.Smith. (1978) Predicting Rainfall Erosion Losses:
A Guide To Conservation Planning. Agriculture Handbook No.282.
United States Department in Coorporation With Purdue Agricultural
Experimental Station.
34