Вы находитесь на странице: 1из 19

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN Tn.B


Dengan GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN (Diabetes Militus dan Gangren)
di RUANG ALAMANDA I RSUD SLEMAN

Disusun oleh:
Endri Normawati

(2520142434)

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO


YOGYAKARTA
2016

BAB 1
KONSEP DASAR
1.

Pengertian Diabetes Militus


Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.
(Brunner dan Suddarth. 2003).
Diabetes Mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin atau kedua-duanya, dimana hiperglikemia
berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau
kegagalan berbagai organ tubuh, terutama mata, ginjal, syaraf, jantung
dan pembuluh darah.
1. Tipe DM

1. Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM)


2. Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM)
3. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya
4. Diabetes mellitus gestasional (GDM)
2. Etiologi
1. Diabetes tipe I
Dirumuskan bahwa kerusakan sel beta terjadi diakibatkan karena infeksi ,
biasanya virus dan atau respon autoimun secara genetik pada orang yang
terkena. Awitan dimulai pada saat usia kurang dari 30 tahun.
a. Faktor genetik
b. Faktor-faktor imunologi
c. Faktor lingkungan : virus/toksin
d. Penurunan sel beta : Proses radang, keganasan pankreas, pembedahan.
e. Kehamilan
f. Infeksi lain yang tidak berhubungan langsung.
2

2. Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui.
Faktor-faktor resiko :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
d. Gaya hidup
(Brunner & Suddarth, Tucker Susan Martin)
3. Manifestasi Klinis
a. Poliuria

g. Kesemutan, rasa baal

b. Polifagia

h. Pruritus, bisul

c. Polidipsi

i. Mata kabur

d.

j. Impotensi pada pria

Kelemahan

e. Berat badan turun

k. Pruritus vulva / keputihan

f. Infeksi Saluran Kencing

l. Luka yang lama sembuhnya

(PAPDI, IPD, 2003)


4. Pemeriksaan Penunjang
1. Glukosa darah sewaktu
2. Kadar glukosa darah puasa
3. Tes toleransi glukosa
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM
(mg/dl)
Bukan DM

Belum pasti DM

DM

< 100

100-200

>200

<80

80-200

>200

Kadar glukosa darah sewaktu


-

Plasma vena

Darah kapiler

Kadar glukosa darah puasa

Plasma vena

Darah kapiler
<110

110-120

>126

<90

90-110

>110

Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus


Pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200
mg/dl
E. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas
insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi
vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah
mencapai kadar glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
1. Diet
Diet dan pengendalian beratbadan merupakan dasar dari penatalaksanaan
DM dengan tujuan :

Memberikan semua unsur makanan essensial

Mencapai dan mempertahankan BB yang sesuai

Memenuhi kebutuhan energi

Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya

Menurunkan kadar kemak darah jika meningkat.

2. Latihan
Efek latihan dapat menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi
resiko penyakit kardiovaskuler.
3. Pemantauan
4

Dengan melakukan pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri,


penderita DM dapat mengukur terapinya untuk mengendalikan kadar
glukosa darah secara optimal.

Cara ini memungkinkan deteksi dan

pencegahan hipoglikemi serta hiperglikemia lainnya.


4. Terapi (jika diperlukan)
Pada DM tipe I, tubuh kehilangan kemampuan untuk memproduksi
insulin.

Dengan demikian insulin eksogeneus harus diberikan dalam

jumlah tak terbatas. Pada DM tipe II, insulin myngkin diperlukan terapi
jangka panjang untuk mengendalikna kadar glukosa darah jika diet dan
obat hipoglikemia oral tidak berhasil mengontrolnya.
5. Pendidikan
Pendidikan mengenai penyuntikan insulin perlu diberikan kepada klien
dan keluarganya.
(Brunner & Suddarth)
6. Komplikasi
Koomplikasi akut DM :
1. Hipoglikemia
2. Hiperglikemia
3. Ketoasidosis Diabetik
Komplikasi kronis DM :
1. Mata : retinopati diabetik, katarak
2. Ginjal : glomerulosklerosis intra kapiler, infeksi
3. Saraf : Neuropati perifer, neuropati kranial, neuropati otonom.
4. Kulit :

dermopati diabetik, nekrobiosis lipoidika diabetikorum,


kandidiasis, tukak kaki dan tungkai

5. Sistem kardiovaskuler : penyakit jantung dan gangren pada kaki


6. Infeksi tak lazim : fasilitis dan miositis nekrotikans, meningitis mucor,
kolesistitis emfisematosa, otitis eksterna maligna.

H. Pemeriksaan Diagnostik
- Glukosa darah : meningkat 200-100 mg/dl atau lebih
- Aseton plasma : Positif secara mencolok
- Asam lemak bebas : Kadar lipid dan kolesterol meningkat
- Osmolalitas serum : meningkat
- Elektrolit :
Natrium : mungkin normal meningkat/menurun
Kalium : Normal, peningkatan semu selanjutnya akan menurun
Fosfor : lebih sering menurun
ureum/ kreatinin : mungkin meningkat/normal
Insulin darah : mungkin menurun
Urine : gula dan aseton positif
Kultur dan sensivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran
kemih
I. Pengertian Gangren
Luka didefinisikan sebagai suatu kelainan dimana terjadi gangguan
keseimbangan terhadap imtegritas kulit baik kehilangan ataupun kerussakan
sebagian struktur jaringan utuh, akibat trauma mekanik, termal, radiasi, fisik,
pembedahan dan zat kimia. Luka kaki merupakan kejadian luka yang tersering
pada klien diabetik.

Neuropati menyebabkan hilangnya rasa pada kondisi

terpotong kaki.
Gangrene atau pemakan luka didefinisikan sebagai jaringan nekrosis
atau jaringan mati yang disebabkan oleh akarena adanya emboli pembuluh
darah besar arteri pada bagian tubuh sehingga suplai darah terhenti, dapat
terjadi akibat proses inflamasi yang memanjang perlukaan bisa akibat digigit
serangga, kecelakaan kerja atau terbakar, proses degeneratif/ateriosklerosis
atau ganggaun metabolik / diabetes mellitus.

J. Penatalaksanaan Luka Diabetik (Gangren)


1.

Tujuan perawatan luka


a.

Mengurangi atau menghilangkan faktor penyebab

b.

Optimalisasi suasana luka dalam kondisi lembab

c.

Dukungan / kondisi klien termasuk nutrisi, kontrol DM, kontrol faktor


penyebab.

d.
2.

Tingkatkan edukasi klien dan kelluarganya.

Perawatan luka diabetik


a.

Mencuci luka
Mencuci luka merupakan hal yang pokok unutk memperbaiki,
meningkatkan dan mempercepat proses penyembuhan luka serta
menghindari kemungkinan terjadinya infeksi. Tujuan mencuci luka
adalah menghilangkan jaaringan neksrosis, menghilangkan cairan luka
yang berlebihan, dan menghilangkan sisa metabolisme tubuh pada
permukaan luka.

Cairan yang terbaik untuk mencuci luka adalah

cairan non toksik misalnya normal saline / NaCl 0.9 %. Cairan anti
septik sebaiknya digunakan ketika luka mengalami infeksi atau tubuh
dalam keadaan penurunan imunitas, yang kemudian dilakukan
pembilasan kembali dengan normal saline.
b.

Debridement
Merupakan upaya untuk membuang jaringan nekrosis / slough pada
luka. Debridement dilakukan untuk menghindari infeksi atau selulitis,
karena jaringan nekrosis selalu berhubungan dengan peningkatan
jumlah bakteri.

c.

Perawatan kulit sekitar luka


Melindungi kulit di sekitar luka merupakan hal penting untuk
mencegah timbulnya luka baru. Penggunaan Zinc-oxide salep cukup
efektif untuk melindungi kulit sekitar luka dari cairan atau eksudat
berlebihan.

d.

Penggunaan balutan pada luka


Penggunaan balutan bertujuan untuk mempertahakan daaerah luka
agar selalu lembab, mempercepat proses penyembuhan hingga 50 %,
absorpsi eksudat dan cairan luka yang berlebihan, membuang
jaaringan nekrosis, kontrol terhadap infeksi dan menurunkan rasa sakit
serta menurunkan biaya selama perawatan.
1.

Absorbent dressing
Jenis balutan yang paling banyak menyerap cairan pada luka,
juga

berfungsi

sebagai

homeostasis

tubuh

jika

terdapat

perdarahan dan brter terhadap kontaminasi pseudomonas. Contoh


balutan : aliginate, kaltostaat, sorbsan, alevyn.
2.

Hydrocoloid
Jenis balutan yang berfungsi untuk mempertahankan luka dalam
keadaan lembab, melindungi luka dari trauma dan menghindari
kontaminasi, digunakan pada keadaan luka berwarna merah.
Contoh balutan : cuntinova-hydro, duoderm CGF, comfell.
Kedua jenis balutan diatas disebut occlusive dressing, merupakan
jenis balutan yang mempertahankan lingkungan luka dalam
keadaan optimal, saat penggantian balutan akan tampak peluruhan
jaringan nekrotik dengan dasar luka bersih.

e.

Topikal terapi
Hydroactive gel merupakan jenis terapi topicl yang membnatu
peluruhan jaringan nekrotik oleh tubuh sendiri (support autolisis
debridement). Contoh : intrasit gel, duoderm-gel.

f.

Balutan untuk mengontrol terjadinya edema


Kontrol edema diperlukan guna membantu proses penyembuhan luka
diabetik, seringkali ditemukan edema pada ekstremitas.

Kontrol

edema dapat dilakukan dengan cara memberikan kompresi atau


penekanan dengan menggunakan elastic bandage (elastis stoking),
dengan penekanan kurang lebih sekitar 18 mmHg atau kekuatan 50%
tarikan.
8

K. Asuhan Keperawatan
1.

Pengkajian

Identitas klien

Riwayat kesehatan

Riwayat pengobatan

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan penunjang

a. Aktivitas / istirahat
Gejala : lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot
menurun, gangguan tidur.
Tanda : Takikardia dan takipneu, letargi dan disorientasi, koma,
penurunan kekuatan otot.
b. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayaat hipertensi, kesemutan pada ekstremitas,
ulkus pada kaki,penyembuhan yang lama.
Tanda

: Takikardia, perubahan tekanan darah postural, hipertensi,


nadi yang menurun, disritmia, krekels, kulit panas,
kering dan kemerahan, mata cekung

c. Integritas Ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah keuangan.
Tanda

: Ansietas, peka rangsang.

d. Eliminasi
Gejala :

Perubahan pola berkemih (poliuria/nokturia), rasa


nyeri/terbakar, kesulitan berkemih, ISK baru/berulang,
nyeri tekan abdomen, diare.

Tanda :

Urine encer, pucat, kuning, poluria dapat berkembang


menjadi oligouria/anuria jika terjadi hipovolemia berat,
urine berkabut, bau busuk (infeksi), abdomen keras,

adanya asites, bising usus lemah dan menurun :


hiperaktif (diare)
e. Makanan/Cairan
Gejala : hilang nafsu makan, mual/muntah, peningkatan masukkan
glukosa

dan

karbohidrat,

penurunan

BB,

haus,

penggunaan diuretik.
Tanda : Kulit kering, bersisik, turgor jelek, muntah, bau halitosis,
nafas bau aseton.
f. Neurosensori
Gejala : Pusing, sakit kepala, kesemutan, parastesia, ganguan
penglihatan.
Tanda : Disorientasi, mengantuk, letargi, stupor, gangguan memori,
aktifitas kejang.
g. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Abdomen tegang/nyeri.
Tanda : Wajah meringis.
h. Pernapasan
Gejala : Merasa kekuranagn oksigen, batuk
Tanda : Lapar udara, batuk
i. Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit
Tanda :

Demam, diaforesis, kulit rusak / ulserasi, menurunnya


kekuatan umum / rentang gerak, parestesia / paralisis otot
termasuk otot-otot pernafasan jika kadar kalium menurun
dengan cukup tajam.

j. Seksualitas
Gejala : Impotensi, kesulitan orgasme pada wanita, luka / lecet pada
vagina.
(Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, 2000)

10

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pengkajian luka Diabetes


Mellitus (gangrene) adalah :
1. Lokasi / letak luka
Lokasi atau letak luka dapat digunakan sebagai indikator terhadap
kemungkinan penyebab terjadinya luka sehingga luka dapat
diminimalkan.
2. Stadium luka
Dibedakan atas ;
a. Anatomi kulit (Pressure Ulcers Panel, 1990)
1). Partial Thickness : hilangnya lapisan epidermis hingga
lapisan dermis yang paling atas.
2). Full thicknes : hilangya lapisan epidermis hingga lapisan
sub kutan.
Stadium I

Kulit berwarna merah, belum

tampak adanya lapisan epidermis.


Stadium II

: Hilangnya lapisan epidermis atau


lecet sampai batas dermis paling atas.

Stadium III

Rusaknya lapisan dermis bagian

bawah hingga lapisan sub kutan.


Stadium IV

: Rusaknya lapisan sub kutan hingga


otot dan tulang.

b. Warna dasar luka (Nedherlands Woundcare Consultant


Society, 1984)
Merah

: (pink, merah, merah tua) disebut jaringan


sehat, granulasi / epitelisasi / vaskularisasi.

Kuning

: (kuning muda, kuning kehijauan, kuning


tua, kuning kecoklatan) disebut jaringan mati
yang

lunak,

fibrionilitik,

slough,

avaskularisasi.
Hitam

: Jaringan nekrosis, avaskularisasi.

c. Stadium Wagner untuk luka diabetik


11

1). Superficial ulcer


Stadium 0 : Tidak terdapat lesi, kulit dalam keadaan
baik, tapi dengan bentuk tulang kaki yang
menonjol (charcot arthropathies)
Stadium I : Hilang lapisan kulit hingga dermis dan
kadang-kadang tampak menonjol.

2). Deep Ulcers


Stadium II

Lesi terbuka dengan penetrasi

tulang atau tendon (dengan goa).


Stadium III

Penetrasi dalam, osteomyelitis,

pyartrosis, plantar abses atau infeksi


hingga ke tendon.
3). Gangrene
Stadium IV

Gangrene sebagian, menyebar

hingga sebagian jari kaki, kulit


sekitarnya

selulitis,

gangrrene

lembab atau kering.


Stadium V

Seluruh kaki dalam kondisi

nekrotik atau gangrene.


3. Bentuk dan ukuran luka
Pengkajian bentuk dan ukuran luka dapat dilakukan dengan
pengukuran

tiga

dimensi

atau

mengambil

foto

mengevaluasi kemajuan proses penyembuhan luka.


harus

diperhatikan

dalam

pengukuran

adalah

untuk

Hal yang
dengan

menggunakan alat ukur yang tepat dan jika alat ukur tersebut
digunakan berulang kali, hindari terjadinya infeksi silang
(nosokomial). Lakukan inspeksi dan palpasi pada kulit selitar
luka untuk mengetahui apakah pada luka terdapat selulitis, edema,
benda asing, dermatitis kontak atau maserasi.
12

a. Pengukuran tiga dimensi


Dilakukan dengan mengkaji panjang-lebar-kedalaman dan
dengan menggunakan kapas lidi steril untuk menilai ada
tidaknya goa (sinus track/undermining0 dengan mengukur
berputar searah jarum jam.
b. Photography
c. Serial

foto

dapat

memberikan

gambaran

proses

penyembuhan luka secara komprehensif, (catatan berikan


inform consent sebelum pengambilan foto).
4. Status Vaskuler
Menilai status vaskuler berhubungan dengan pengangkutan atau
penyebaran oksigen yang adekuat ke seluruh lapisan sel dan
merupakan unsur penting dalam proses penyembuhan luka.
Pengkajian

status

vaskuler

meliputi

perlakuan

palpasi,

capillaryrefill, edema dan temperatur kulit.


a. Palpasi
b. Langkah pertama dalam pengkajian status perkusi jaringan
adalah palpasi pada daerah tibia dan dorsal pedis untuk
menilai ada tidaknya denyut nadi. Klien usia lanjut kadang
sulit diraba denyut nadinya dan dapat menggunakan
stetoskop ultrasonic doppler.
Tingkatan denyut nadi :
0

: Nadi tidak teraba

: Ada denyut nadi sebentar

: Teraba tapi kemudian hilang

: Normal

Sangat jelas kemudian ada bendungan (aneurysm)

c. Capillary Refill
Waktu pengisian kapiler dievaluasi dengan memberikan
tekanan pada ujung jari, setelah tampak kemerahan segera
13

lepasksna dan lihatlah apakah ujung jari segera kembali ke


kulit normal.

Pada beberapa kondisi menurunnya atau

hilangnya denyut nadi, pucat, kulit dingin, kulit jari tipis


dan rambut yang tidak tumbuh merupakan indikasi
iskemik (arterrial insufficiency) dengan capillary refill
labih dari 40 detik.
Capillary Refill Time
Normal

: 10 15 detik

Iskemik Sedang

: 15 25 detik

Iskemik berat

: 25 40 detik

Iskemik sangat berat : lebih dari 40 detik


d. Edema
Pengkajian ada tidaknya

edema dilakukan dengan

mengukur lingkar pada midealf, ankle, dorsum kaki


kemudian dilanjutkan dengan menekan jari kaki pada
tulang menonjol di tibia atau maleolus. Kulit yang edema
akan tampak lebih coklat kemerahan atau mengkilat,
seringkali merupakan tanda adanya ganguan darah balik
vena.
Tingkatan udema :
Tingkatan edema :
0 inchi

: 1 + (mild)

- inchi : 2 + (moderate)
- 1 inchi

: 3 + (several)

e. Temperaturkulit
Temperatu kulit memberikan informasi tentang kondisi
perfusi jaringan dan fase inflamasi, serta merupakan
variabel penting dalam menilai adanya peningkatan atau
penurunan perfusi jaringan terhadap tekanan.

14

Cara melakukan penilaian dengan menempelkan puggung


tangan pada kulit sekitar luka, membandingkannya dengan
kulit pada bagian lain yang sehat.
5. StatusNeurologik
a. Fungsi Motorik
Pengkajian

fungsi

motorik

berhubungan

dengan

kelemahan otot secara umum, yang menampakkan adanya


perubahan bentuk tubuh (terutama kaki), seperti jari0jari
yang menekuk atau mencengkram dan telapak kai yang
menonjol.

Penurunan fungsi motorik menyebabkan

pengguanaan sepatu atausandal berubah, biasanya akan


terjadi penekanan terus menerus pada ujung-ujung tulang
kaki sehingga menimbulkan kalus yang kemudian menjadi
luka.
b. Fungsi Sensorik
Pengkajian fungsi ini berhubungan dengan cara penilaian
terhadap kehilangan sensasi pada ujung-ujung ekstremitas.
Banyak klien DM dengan neuropati sensori akan
mengatakan bahwa lukanya barusaja terjadi namun
kenyatannya terjadi beberapa waktu sebelumnya.
c. Fungsi Autonom
Dilakukan pada klien DM untuk melihat tingkat
kelembaban

kulit.

Biasanya

klien

keringatnya berkurang dan kering kulitnya.

mengatakan
Penurunan

faktor kelembaban kulit akan mempermudah terjadinya


lecet atau pecah-pecah (terutama pada ektremitas)
akibatnya akan timbul fisura yang akan diikuti oleh
formasi luka.
6. Infeksi
Merupakanmasalah yang paling serius pada penderita luka DM.
Pseudomonas Aureginase dan staphylococcus aureus, keduanya
15

merupaka organisme patogenik yang paling sering muncul saat


perawatan luka. Penilaian ada tidaknya infeksi pada luka didasari
pengertian bahwa seluruh jenis luka kronik adalah jenis luka yang
terkontaminasi oleh adanya kolonisasi bakteri, tetapi tidak
semuanya terinfeksi.

Pada keadaan luka terinfeksi akan

memperlihatkan adanya :
a. Sistematik Tubuh
Bertambahnya jumlah leukosit dan mekrofag melebihi
batas normal yang diikuti dengan peningkatan suhu tubuh.
b. Lokal Infeksi
Jumlah eksudat yang bertambah banyak danmenjadi lebih
kental, berbau tidak sedap dan disertai dengan penurunan
panas dan nyeri.

Infeksi dapat meluas dengan cepat

hingga tulang (osteomyelitis dapat dilihat dengan X


rays) jika tidak dibatasi segera.
rekomendasi

yang

dikerjakan

Kultur merupakan
untuk

menentukan

pemberian antibiotik.
2. Diagnosa keperawatan
a.

Kekurangan volume cairan b.d. gejala poliuria, masukan dibatasi

Tujuan : Hidrasi adekuat


Kriteria : Tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan
pengisian kapiler baik, haluaran urine tepat secara individu,
kadarelektrolit dalam batas normal.
Intervensi :

Pantau masukan dan keluaran

Pantau tanda-tanda vital

Waspadai tanda-tanda hipovolemik dan penurunan BB.

Catat hal-hal yang dilaporkan seperi mual, muntah, nyeri


abdomen dan distensi lambung.

16

Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari


dlam batas yang dapat ditoleransi jantung jika pemasukan oral
dapat diberikan.

b.

Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d. gangguan


keseimbangan insulin, anoreksia, mual
Tujuan : Tidak terjadi perubahan nutrisi
Kriteria :

Mencerna jumlah kalori / nutrien yang tepat,


Menunjukkan tingkat energi biasanya, BB stabil, nilai
laboratorium normal.

Intervensi :

Kaji pola masukan diet dan status nutrisi.

Berikan konsultasi diet untuk instruksi tentang diet.

Anjurkan klien makan sesuai jumlah porsi yang diberikan

Berikan insulin sebelum makan

Kaji asupan nutrisi 24 jam

Timbang BB setiap hari sekali

Jelaskan manfaat nutrisi

Kolaborasi pemeriksaan Hb.

c. Resiko infeksi b.d kadar glukosa tinggi


Tujuan : Tidak terjadi infeksi
Kriteria : Merawat luka denagn tehnik septik
Intervensi :

Observasi tanda-tanda infeksi

Tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci


tangan yang baik pada semua orang yang berhubungan
dengan klien termasuk kliennya sendiri.

Pertahankan tehnikaseptik pada prosedur invasif.

Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguhsungguh, massage daerah yang tertekan, jaga kulit tetap
kering, linen kering.

Lakukan perubahan posisi minimal 2 jam sekali


17

d.

Kelelahan b.d penurunan produksi energi metabolik,

insufisiensi

insulin
Tujuan : Klien dapat mengungkapkan peniingkatan tingkat energi
Kriteria : Klien mampu untuk berpartisipasi dalam aktifitas yang
diinginkan.
Intervensi :

Diskusikan dengan klien kebutuhan akan aktifitas.

Berikan aktifitas alternatif dengan periode istirahat yang


cukup.

Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum


dan sesudah melakukan aktifitas.

Tingkatkan partisipasi klien dalam melkukan aktifitas seharihari sesuai dengan yang dapat ditoleransi.

18

DAFTAR PUSTAKA
1. Smeltzer Suzanne C, Bare Brendo G Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner, Suddart, Edisi 8, vol 2, Jakarta: EGC 2003.
2. Soegondo Sidartawan, Soewondo Pradana, Penatalaksanaan Diabetes
Mellitus Terpadu, Jakarta : Heul 2002
3. Saferi Andra. 2013. KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah(Keperawatan
Dewasa). Jl.Sadewa No.1 Sorowajan Baru, Yogyakarta:Nuha Medika.
4. Wijayaningsah Kartika.2013.Standar Asuhan Keperawatan. CV.Trans Info
Media: Jakarta.
5. Doenges, ME and Moor House, Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi ke 3,
Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.
6. Digiulio mary,RN, MSN, APRN. 2007.Keperawatan Medikal Bedah.Edisi 1.
Rapha Publishing: Yogyakarta.

19

Вам также может понравиться