Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
Palpebra adalah lipatan tipis kulit, otot, dan jaringan fibrosa yang
berfungsi melindungi struktur-struktur jaringan mata yang rentan. Palpebra sangat
mudah digerakkan karena kulit di sini paling tipis di antara kulit di bagian tubuh
lain. Di palpebra terdapat rambut halus, yang hanya tampak dengan pembesaran.
Di bawah kulit terdapat jaringan areolar longgar yang dapat meluas pada edema
masif. Muskulus orbikularis oculi melekat pada kulit. Permukaan dalamnya
dipersarafi nervus fascialis (VII), dan fungsinya adalah untuk menutup palpebral.1
Kalazion umumnya nodul yang berkembang perlahan dan tidak nyeri pada
palpebra yang disebabkan oleh inflamasi kelenjar meibom (kalazion interna) atau
kelenjar sebasea (kalazion superfisial) kalazion sering kronik, tanpa tanda-tanda
peradangan akut seperti yang ditemukan pada hordeolum. Hordeolum biasanya
nyeri, melibatkan kelenjar pilosebaceus palpebra, dan infeksinya karena
staphylococcus aureus, streptococcus, atau flora kulit lainnya.2
Hordeolum adalah infeksi local atau inflamasi tepi kelopak mata yang melibatkan
kelenjar Zeis atau Moll (hordeolum eksterna) atau kelenjar Meibom (hordeolum
interna). Sedangkan kalazion adalah granuloma yang tidak nyeri pada kelenjar
meibom.3
BAB 2
1
PEMBAHASAN
A. Anatomi Palpebra
Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang
dapat menutup dan melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip
melindungi kornea dan konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra superior berakhir
pada alis mata, palpebra inferior menyatu dengan pipi.
Palpebra terdiri atas lima bidang jaringan utama. Dari superfisial ke
dalam terdapat lapis kulit, lapis otot rangka (orbikularis okuli), jaringan
areolar, jaringan fibrosa (tarsus), dan lapis membran mukosa (konjungtiva
pelpebrae).
1.
Kulit
Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis,
longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak
subkutan.
2.
3.
Jaringan areolar
Terdapat di bawah muskulus orbikularis okuli, berhubungan degan
lapis subaponeurotik dari kulit kepala.
4.
Tarsus
Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan fibrosa
padat yang disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas
jaringan penyokong kelopak mata dengan kelenjar Meibom (40 buah
di kelopak atas dan 20 buah di kelopak bawah).
5.
Konjungtiva palpebrae
Bagian posterior palpebrae dilapisi selapis membran mukosa,
konjungtiva palpebra, yang melekat erat pada tarsus.
dari apeks orbita dan berjalan ke depan dan bercabang menjadi sebuah
aponeurosis dan bagian yang lebih dalam yang mengandung serat-serat otot
polos dari muskulus Muller (tarsalis superior). Di palpebra inferior, retraktor
utama adalah muskulus rektus inferior, yang menjulurkan jaringan fibrosa
untuk membungkus meuskulus obliqus inferior dan berinsersio ke dalam
batas bawah tarsus inferior dan orbikularis okuli. Otot polos dari retraktor
palpebrae disarafi oleh nervus simpatis. Levator dan muskulus rektus inferior
dipasok oleh nervus okulomotoris.
Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae adalah a. Palpebra.
Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus V
(Trigeminus), sedang kelopak mata bawah oleh cabang kedua nervus V
(Trogeminus).
HORDEOLUM
DEFINISI
Hordeolum adalah infeksi kelenjar pada palpebra. Bila kelenjar Meibom yang
terkena, timbul pembengkakan besar yang disebut hordeolum interna. Sedangkan
hordeolum eksterna yang lebih kecil dan superfisial adalah infeksi kelenjar Zeiss
atau Moll.
KLASIFIKASI
Dikenal 2 bentuk hordeolum, yaitu hordeolum internum dan eksternum.
Penjelasannya adalah sebagai berikut :
5
A. Hordeolum eksternum
Hordeolum eksternum merupakan infeksi pada kelenjar Zeiss atau
Moll dengan penonjolan terutama ke daerah kulit kelopak. Pada
hordeolum eksternum, nanah dapat keluar dari pangkal rambut.
Tonjolannya ke arah kulit, ikut dengan pergerakkan kulit dan mengalami
supurasi, memecah sendiri ke arah kulit (Gbr.2).
EPIDEMIOLOGI
Data epidemiologi internasional menyebutkan bahwa hordeolum merupakan
jenis penyakit infeksi kelopak mata yang paling sering ditemukan pada praktek
kedokteran. insidensi tidak tergantung pada ras dan jenis kelamin.
ETIOLOGI
Staphylococcus aureus adalah agen infeksi pada 90-95% kasus hordeolum.
FAKTOR RESIKO
Faktor resiko hordeolum adalah sebagai berikut :
a. Penyakit kronik.
b. Kesehatan atau daya tahan tubuh yang buruk.
c. Peradangan kelopak mata kronik, seperti Blefaritis.
d. Diabetes.
e. Hiperlipidemia, termasuk hiperkolesterolemia.
f. Riwayat hordeolum sebelumnya.
g. Higiene dan lingkungan yang tidak bersih.
h. Kondisi kulit seperti dermatitis seboroik.
PATOGENESIS
Patogenesis terjadinya hordeolum eksterna diawali dengan pembentukan
nanah dalam lumen kelenjar oleh infeksi Staphylococcus aureus. Biasanya
mengenai kelenjar Zeis dan Moll. Selanjutnya terjadi pengecilan lumen dan statis
hasil sekresi kelenjar. Statis ini akan mencetuskan infeksi sekunder oleh
Staphylococcus aureus. Terjadi pembentukan nanah dalam lumen kelenjar. Secara
histologis akan tampak gambaran abses, dengan ditemukannya PMN dan debris
nekrotik. Hordeolum interna terjadi akibat adanya infeksi sekunder kelenjar
Meibom di lempeng tarsal.
MANIFESTASI KLINIS
a.
Gejala
1) Pembengkakan.
2) Rasa nyeri pada kelopak mata.
3) Perasaan tidak nyaman dan sensasi terbakar pada kelopak
mata.
b.
Tanda
1) Eritema.
2) Edema.
3) Nyeri bila ditekan di dekat pangkal bulu mata.
4) Seperti gambaran absces kecil.
DIAGNOSIS
8
Diagnosis
hordeolum
ditegakkan
berdasarkan
gejala
dan
hasil
pemeriksaan oftalmologis.
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosa banding hordeolum adalah :
1) Kalazion :
Gambar 4
2) Dakriosistitis:
Gambar 5
3) Selulitis preseptal:
Gambar 6
9
PENATALAKSANAAN
Biasanya hordeolum dapat sembuh sendiri dalam waktu 5-7 hari.
a.
Non farmakologi
1) Kompres hangat 4-6 kali sehari selama 15 menit tiap kalinya
untuk membantu drainase. Lakukan dengan mata tertutup.
2) Bersihkan kelopak mata dengan air bersih atau pun dengan
sabun atau sampo yang tidak menimbulkan iritasi, seperti
sabun bayi. Hal ini dapat mempercepat proses penyembuhan.
Lakukan dengan mata tertutup.
3) Jangan menekan atau menusuk hordeolum, hal ini dapat
menimbulkan infeksi yang lebih serius.
4) Hindari pemakaian make-up pada mata, karena kemungkinan
hal itu menjadi penyebab infeksi.
5) Jangan memakai lensa kontak karena dapat menyebarkan
infeksi ke kornea.
b.
Farmakologi
Antibiotik diindikasikan bila dengan kompres hangat selama 24 jam
tidak ada perbaikan dan bila proses peradangan menyebar ke sekitar
daerah hordeolum.
1) Antibiotik topikal
Bacitracin atau tobramicin salep mata diberikan setiap 4 jam
selama 7-10 hari. Dapat juga diberikan eritromisin salep mata
10
Pembedahan
Bila dengan pengobatan tidak berespon dengan baik, maka prosedur
pembedahan mungkin diperlukan untuk membuat drainase pada
hordeolum.
Pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesi topikal
dengan pantokain tetes mata. Dilakukan
11
KOMPLIKASI
Komplikasi hordeolum adalah mata kering, simblefaron, abses, atau selulitis
palpebra yang merupakan radang jaringan ikat jarang palpebra di depan septum
orbita dan abses palpebra
PENCEGAHAN
Pencegahan hordeolum dapat dilakukan dengan cara berikut :
a.
b.
c.
d.
PROGNOSIS
Prognosis umumnya ad bonam, karena proses peradangan pada hordeolum
bisa mengalami penyembuhan dengan sendirinya, asalkan kebersihan daerah mata
12
tetap dijaga dan dilakukan kompres hangat pada mata yang sakit serta terapi yang
sesuai.
KALAZION
DEFINISI
Kalazion merupakan peradangan granulomatosa kelenjar Meibom yang
tersumbat. Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar Meibom dengan
infeksi ringan yang mengakibatkan peradangan kronis kelenjar tersebut.
ETIOLOGI
Kalazion dapat muncul secara spontan akibat sumbatan pada orifisium
kelenjar atau karena adanya hordeolum.Kalazion seringkali dihubung-hubungkan
dengan disfungsi kelenjar sebasea dan obstruksi di kulit (seperti komedo, wajah
berminyak). Higiene yang buruk pada palpebra dan faktor stress juga sering
dikaitkan dengan terjadinya kalazion.
FAKTOR RESIKO
terjadinya kalazion.
Hygiene palpebra yang buruk mungkin dapat dihubungkan dengan
PATOFISIOLOGI
Produk-produk hasil pemecahan lipid (lemak), mungkin dari enzim-enzim
bakteri yang berupa asam lemak bebas, mengakibatkan tertahannya sekresi
13
MANIFESTASI KLINIS
Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan nodul tunggal yang tidak lunak yang
terdapat di dalam palpebra, berbeda dari hordeolum yang terdapat lebih
superfisial. Pada pembalikan kelopak mata mungkin dapat ditemukan pembesaran
kelenjar Meibom dan penebalan kronis pada kelenjar yang berkaitan.
Gambar 5. Kalazion
14
DIAGNOSIS
Anamnesis
Dari anamnesis didapatkan keluhan pasien berupa adanya benjolan pada
kelopak mata atas maupun bawah (lebih sering mengenai kelopak mata atas)
yang diriwayatkan mengalami pembesaran dari waktu ke waktu namun
15
perlahan. Benjolan tidak disertai dengan nyeri tekan, tidak gatal, dan tidak
hiperemi (pada sebagian kasus didapatkan hiperemi minimal). Adanya
keluhan
mengganjal
pada
mata.
Mungkin
dapat
ditemukan
Langerhans.
Biopsi diindikasikan pada kalazion berulang karena tampilan karsinoma
kelenjar meibom dapat mirip tampilan kalazion.
Bila terjadi kalazion berulang beberapa kali terutama yang terjadi di
tempat yang sama meskipun telah dilakukan drainase dengan baik sebelumnya,
harus dipertimbangkan adanya suatu keganasan dan sebaiknya dilakukan
pemeriksaan histopatologik karena adanya kemungkinan benjolan tersebut
merupakan suatu keganasan misalnya karsinoma sel basal, karsinoma
kalazion. Sering kelihatan seperti kalazion yang tidak khas atau berulang,
menunjukkan konsistensi yang kenyal. Karsinoma Kelenjar sebasea adalah
keganasan kedua terbanyak pada palpebra.
Kultur
bakteri
biasanya
negatif,
tapi
Staphylococcus
aureus,
DIAGNOSIS BANDING
Hordeolum
Hordeolum merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata.
Hordeolum yang biasanya merupakan infeksi staphylococcus pada kelenjar
sebasea kelopak biasanya sembuh sendiri dan dapat diberi hanya kompres hangat.
Terdapat dua bentuk hordeolum yaitu:
Hordeolum internum
merupakan infeksi kelenjar Meibom yang terletak di dalam tarsus
memberikan penonjolan terutama ke daerah konjungtiva tarsal
biasanya berukuran lebih besar dibanding hordeolum eksternum
Hordeolum eksternum
merupakan infeksi pada kelenjar Zeiss atau Moll
memberikan penonjolan terutama ke daerah kulit kelopak
nanah dapat keluar dari pangkal rambut
17
adanya benjolan berwarna kemerahan pada kelopak mata, nyeri bila ditekan,
hangat, bengkak. Hordelum biasanya akan hilang dengan sendirinya dalam waktu
1-2 minggu.
Adanya pseudoptosis atau ptosis terjadi akibat bertambah beratnya kelopak
sehingga sukar diangkat. Pada pasien dengan hordeolum kelenjar preautikel
biasanya turut membesar. Sering hordeolum ini membentuk abses dan pecah
dengan sendirinya.
Untuk mempercepatkan peradangan kelenjar dapat diberikan kompres hangat, 3
kali sehari selama 10 menit sampai nanah keluar. Pengangkat bulu mata dapat
memberikan jalan untuk drainase nanah. Diberikan antibiotik lokal terutama bila
berbakat untuk rekuren atau terjadinya pembesaran kelenjar preaurikel. Antibiotik
sistemik yang diberikan eritromisin 250 mg atau 125-250 mg dikloksasilin 4 kali
sehari, dapat juga diberi tetrasiklin. Bila terdapat infeksi stafilokokus di bagian
tubuh lain maka sebaiknya diobati juga bersama-sama. Pada nanah dari kantung
nanah yang tidak dapat keluar dilakukan insisi. Pada hordeolum internum dan
18
19
20
TATALAKSANA
Terapi non-medikamentosa
Pengobatan pada kalazion adalah dengan memberikan kompres hangat.
mengurangkan gejala dilakukan ekskokleasi isi abses dari dalamnya atau
dilakukan ekstirpasi kalazion tersebut.
di depat kalazion.
Kalazion dijepit dan kemudian klem dibalik sehingga konjungtiva tarsal
Kalazion yang besar, atau yang dibiarkan berlangsung lama, serta kalazion
yang mengalami fibrosisi luas mungkin membutuhkan eksisi yang lebih besar,
termasuk pengangkatan sebagian lempeng tarsal. Kalazion multipel harus disayat
dengan hati-hati agar tidak terjadi deformitas luas pada palpebra, sehingga
memungkinkan lempeng tarsal sembuh tanpa meninggalkan celah.
21
KOMPLIKASI
Drainase marginal kalazion dapat menyebabkan terbentuknya tonjolan,
trikiasis, dan hilangnya bulu mata. Pada penderita kalazion dapat terjadi
astigmatisma jika massa palpebra mencapai bagian kornea. Kalazion yang
didrainase secara tidak sempurna dapat megakibatkan timbulnya massa besar
terdiri dari jaringan granuloma yang jatuh ke konjungtiva atau kulit. Kalazion
rekuren atau berulang, terutama yang terjadi di tempat yang sama meskipun telah
dilakukan drainase dengan baik sebelumnya, harus dipertimbangkan adanya suatu
keganasan berupa karsinoma sel sebasea. Biopsi langsung dengan potongan beku
perlu dilakukan. Insisi yang kurang baik dapat menyebabkan terbentuknya
tonjolan. Sedangkan insisi yang terlalu dalam dapat menyebabkan timbulnya
fistula dan jaringan parut. Suntikan kortikosteroid intralesi dapat menimbulkan
hilangnya pigmentasi pada kulit. Pada pasien tertentu, pemberian kortikosteroid
dapat menimbulkan peningkatan tekanan intra ocular.
PROGNOSIS
22
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan
Hordeolum merupakan infeksi lokal atau proses peradangan pada
kelopak mata. Bila kelenjar Meibom yang terkena disebut hordeolum
internum, sedangkan bila kelenjar Zeiss atau Moll yang terkena maka disebut
hordeolum eksternum.
Staphylococcus aureus adalah agen infeksi pada 90-95% kasus
hordeolum.
Diagnosis pada pasien ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan oftalmologis. Dari anamnesis didapatkan adanya benjolan pada
kelopak mata yang awalnya hanya berupa benjolan kecil berwarna kemerahan
namun makin lama makin membesar dan disertai nyeri bila ditekan. Benjolan
ini menjadi besar dan mengalami reaksi radang akibat infeksi kuman
stafilokokus pada kelenjar kelopak mata.
Dari pemeriksaan oftalmologi didapatkan adanya edema dan hiperemi
pada palpebra yang disertai nyeri. Benjolan menonjol kearah kulit dan ikut
bergerak dengan pergerakan kulit disertai adanya supurasi tanpa injeksi
konjungtiva. Kadang ditemukan pseudoptosis atau ptosis yang terjadi akibat
bertambah beratnya kelopak sehingga sukar diangkat.
23
pada
pasien
ditegakkan
berdasarkan
anamnesis
dan
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Belden MD. Chalazion. Taken from : www.emedicine.com. Last Updated : 24
Juli 2002.
2. Santen S. Chalazion. Taken from : www.emedicine.com. Last Updated : 5 Juli
2001.
3. Bessette M. Hordeolum and Stye. Taken from : www.emedicine.com. Last
Updated : 3 Mei 2002.
4. Sidarta I, SR Yulianti. Ilmu Penyakit Mata, Cetakan IV, Balai Penerbit FK
UI, Jakarta 2011: Hal1-2 ; 92-94
5. Chalazion. Diunduh dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0002001/, 20 Juli 2016.
9. Prof. Dr. H. Sidarta Ilyas. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Jakarta; Balai
Penerbit FKUI: 2010
10.
25
26
27