Вы находитесь на странице: 1из 27

BAB I

PENDAHULUAN
Palpebra adalah lipatan tipis kulit, otot, dan jaringan fibrosa yang
berfungsi melindungi struktur-struktur jaringan mata yang rentan. Palpebra sangat
mudah digerakkan karena kulit di sini paling tipis di antara kulit di bagian tubuh
lain. Di palpebra terdapat rambut halus, yang hanya tampak dengan pembesaran.
Di bawah kulit terdapat jaringan areolar longgar yang dapat meluas pada edema
masif. Muskulus orbikularis oculi melekat pada kulit. Permukaan dalamnya
dipersarafi nervus fascialis (VII), dan fungsinya adalah untuk menutup palpebral.1
Kalazion umumnya nodul yang berkembang perlahan dan tidak nyeri pada
palpebra yang disebabkan oleh inflamasi kelenjar meibom (kalazion interna) atau
kelenjar sebasea (kalazion superfisial) kalazion sering kronik, tanpa tanda-tanda
peradangan akut seperti yang ditemukan pada hordeolum. Hordeolum biasanya
nyeri, melibatkan kelenjar pilosebaceus palpebra, dan infeksinya karena
staphylococcus aureus, streptococcus, atau flora kulit lainnya.2
Hordeolum adalah infeksi local atau inflamasi tepi kelopak mata yang melibatkan
kelenjar Zeis atau Moll (hordeolum eksterna) atau kelenjar Meibom (hordeolum
interna). Sedangkan kalazion adalah granuloma yang tidak nyeri pada kelenjar
meibom.3

BAB 2
1

PEMBAHASAN
A. Anatomi Palpebra
Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang
dapat menutup dan melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip
melindungi kornea dan konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra superior berakhir
pada alis mata, palpebra inferior menyatu dengan pipi.
Palpebra terdiri atas lima bidang jaringan utama. Dari superfisial ke
dalam terdapat lapis kulit, lapis otot rangka (orbikularis okuli), jaringan
areolar, jaringan fibrosa (tarsus), dan lapis membran mukosa (konjungtiva
pelpebrae).
1.

Kulit
Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis,
longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak
subkutan.

2.

Musculus orbikularis okuli


Fungsi otot ini adalah untuk munutup palpebra. Serat ototnya
mengelilingi fissura palpebra secara konsentris dan meluas sedikit
melewati tepian orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi.
Bagian otot yang terdapat di dalam palpebra dikenal sebagai bagian
pratarsal bagian diatas septum orbitae adalah bagian praseptal.
Segmen luar palpebra disebut bagian orbita. Orbikularis okuli
dipersarafi oleh nervus facialis.

3.

Jaringan areolar
Terdapat di bawah muskulus orbikularis okuli, berhubungan degan
lapis subaponeurotik dari kulit kepala.

4.

Tarsus
Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan fibrosa
padat yang disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas
jaringan penyokong kelopak mata dengan kelenjar Meibom (40 buah
di kelopak atas dan 20 buah di kelopak bawah).

5.

Konjungtiva palpebrae
Bagian posterior palpebrae dilapisi selapis membran mukosa,
konjungtiva palpebra, yang melekat erat pada tarsus.

Gambar 1. Anatomi Palpebra


3

Tepian palpebra dipisahkan oleh garis kelabu (batas mukokutan)


menjadi tepian anterior dan posterior. Tepian anterior terdiri dari bulu mata,
glandula Zeiss dan Moll. Glandula Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea
kecil yang bermuara dalam folikel rambut pada dasar bulu mata. Glandula
Moll adalah modifikasi kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu baris
dekat bulu mata. Tepian posterior berkontak dengan bola mata, dan sepanjang
tepian ini terdapat muara-muara kecil dari kelenjar sebasesa yang telah
dimodifikasi (glandula Meibom atau tarsal).
Punktum lakrimalis terletak pada ujung medial dari tepian posterior
palpebra. Punktum ini berfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui
kanalikulus terkait ke sakus lakrimalis.
Fisura palpebrae adalah ruang elips di antara kedua palpebra yang
dibuka. Fisura ini berakhir di kanthus medialis dan lateralis. Kanthus lateralis
kira-kira 0,5 cm dari tepian lateral orbita dan membentuk sudut tajam.
Septum orbitale adalah fascia di belakang bagian muskularis orbikularis yang
terletak di antara tepian orbita dan tarsus dan berfungsi sebagai sawar antara
palpebra orbita.
Septum orbitale superius menyatu dengan tendo dari levator palpebra
superior dan tarsus superior; septum orbitale inferius menyatu dengan tarsus
inferior.
Retraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra. Di palpebra
superior, bagian otot rangka adalah levator palpebra superioris, yang berasal

dari apeks orbita dan berjalan ke depan dan bercabang menjadi sebuah
aponeurosis dan bagian yang lebih dalam yang mengandung serat-serat otot
polos dari muskulus Muller (tarsalis superior). Di palpebra inferior, retraktor
utama adalah muskulus rektus inferior, yang menjulurkan jaringan fibrosa
untuk membungkus meuskulus obliqus inferior dan berinsersio ke dalam
batas bawah tarsus inferior dan orbikularis okuli. Otot polos dari retraktor
palpebrae disarafi oleh nervus simpatis. Levator dan muskulus rektus inferior
dipasok oleh nervus okulomotoris.
Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae adalah a. Palpebra.
Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus V
(Trigeminus), sedang kelopak mata bawah oleh cabang kedua nervus V
(Trogeminus).

HORDEOLUM
DEFINISI
Hordeolum adalah infeksi kelenjar pada palpebra. Bila kelenjar Meibom yang
terkena, timbul pembengkakan besar yang disebut hordeolum interna. Sedangkan
hordeolum eksterna yang lebih kecil dan superfisial adalah infeksi kelenjar Zeiss
atau Moll.

KLASIFIKASI
Dikenal 2 bentuk hordeolum, yaitu hordeolum internum dan eksternum.
Penjelasannya adalah sebagai berikut :
5

A. Hordeolum eksternum
Hordeolum eksternum merupakan infeksi pada kelenjar Zeiss atau
Moll dengan penonjolan terutama ke daerah kulit kelopak. Pada
hordeolum eksternum, nanah dapat keluar dari pangkal rambut.
Tonjolannya ke arah kulit, ikut dengan pergerakkan kulit dan mengalami
supurasi, memecah sendiri ke arah kulit (Gbr.2).

Gambar 2. Hordeolum Eksternum


B. Hordeolum internum
Hordeolum internum merupakan infeksi kelenjar Meibom yang terletak
di dalam tarsus dengan penonjolan terutama ke daerah kulit konjungtiva
tarsal. Hordeolum internum biasanya berukuran lebih besar dibandingkan
hordeolum eksternum. Pada hordeolum internum, benjolan menonjol ke
arah konjungtiva dan tidak ikut bergerak dengan pergerakan kulit, serta
jarang mengalami supurasi dan tidak memecah sendiri (Gbr.3)

Gambar 3. Hordeolum Internum 11

EPIDEMIOLOGI
Data epidemiologi internasional menyebutkan bahwa hordeolum merupakan
jenis penyakit infeksi kelopak mata yang paling sering ditemukan pada praktek
kedokteran. insidensi tidak tergantung pada ras dan jenis kelamin.

ETIOLOGI
Staphylococcus aureus adalah agen infeksi pada 90-95% kasus hordeolum.

FAKTOR RESIKO
Faktor resiko hordeolum adalah sebagai berikut :
a. Penyakit kronik.
b. Kesehatan atau daya tahan tubuh yang buruk.
c. Peradangan kelopak mata kronik, seperti Blefaritis.
d. Diabetes.
e. Hiperlipidemia, termasuk hiperkolesterolemia.
f. Riwayat hordeolum sebelumnya.
g. Higiene dan lingkungan yang tidak bersih.
h. Kondisi kulit seperti dermatitis seboroik.

PATOGENESIS
Patogenesis terjadinya hordeolum eksterna diawali dengan pembentukan
nanah dalam lumen kelenjar oleh infeksi Staphylococcus aureus. Biasanya

mengenai kelenjar Zeis dan Moll. Selanjutnya terjadi pengecilan lumen dan statis
hasil sekresi kelenjar. Statis ini akan mencetuskan infeksi sekunder oleh
Staphylococcus aureus. Terjadi pembentukan nanah dalam lumen kelenjar. Secara
histologis akan tampak gambaran abses, dengan ditemukannya PMN dan debris
nekrotik. Hordeolum interna terjadi akibat adanya infeksi sekunder kelenjar
Meibom di lempeng tarsal.

MANIFESTASI KLINIS
a.

Gejala
1) Pembengkakan.
2) Rasa nyeri pada kelopak mata.
3) Perasaan tidak nyaman dan sensasi terbakar pada kelopak
mata.

b.

Tanda
1) Eritema.
2) Edema.
3) Nyeri bila ditekan di dekat pangkal bulu mata.
4) Seperti gambaran absces kecil.

DIAGNOSIS
8

Diagnosis

hordeolum

ditegakkan

berdasarkan

gejala

dan

hasil

pemeriksaan oftalmologis.

DIAGNOSIS BANDING
Diagnosa banding hordeolum adalah :
1) Kalazion :

Gambar 4
2) Dakriosistitis:

Gambar 5
3) Selulitis preseptal:

Gambar 6
9

PENATALAKSANAAN
Biasanya hordeolum dapat sembuh sendiri dalam waktu 5-7 hari.
a.

Non farmakologi
1) Kompres hangat 4-6 kali sehari selama 15 menit tiap kalinya
untuk membantu drainase. Lakukan dengan mata tertutup.
2) Bersihkan kelopak mata dengan air bersih atau pun dengan
sabun atau sampo yang tidak menimbulkan iritasi, seperti
sabun bayi. Hal ini dapat mempercepat proses penyembuhan.
Lakukan dengan mata tertutup.
3) Jangan menekan atau menusuk hordeolum, hal ini dapat
menimbulkan infeksi yang lebih serius.
4) Hindari pemakaian make-up pada mata, karena kemungkinan
hal itu menjadi penyebab infeksi.
5) Jangan memakai lensa kontak karena dapat menyebarkan
infeksi ke kornea.

b.

Farmakologi
Antibiotik diindikasikan bila dengan kompres hangat selama 24 jam
tidak ada perbaikan dan bila proses peradangan menyebar ke sekitar
daerah hordeolum.
1) Antibiotik topikal
Bacitracin atau tobramicin salep mata diberikan setiap 4 jam
selama 7-10 hari. Dapat juga diberikan eritromisin salep mata
10

untuk kasus hordeolum eksterna dan hordeolum interna yang


ringan.
2) Antibiotik sistemik
Diberikan bila terdapat tanda-tanda bakterimia atau terdapat
tanda pembesaran kelenjar limfe di preauricular. Pada kasus
hordeolum internum dengan kasus yang sedang sampai berat.
Dapat diberikan cephalexin atau dicloxacilin 500 mg per oral 4
kali sehari selama 7 hari. Bila alergi penisilin atau
cephalosporin dapat diberikan clindamycin 300 mg oral 4 kali
sehari selama 7 hari atau klaritromycin 500 mg 2 kali sehari
selama 7 hari.
c.

Pembedahan
Bila dengan pengobatan tidak berespon dengan baik, maka prosedur
pembedahan mungkin diperlukan untuk membuat drainase pada
hordeolum.
Pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesi topikal
dengan pantokain tetes mata. Dilakukan

anestesi filtrasi dengan

prokain atau lidokain di daerah hordeolum dan dilakukan insisi yang


bila :
1) Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus,
tegak lurus pada margo palpebra.

11

2) Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo


palpebra.
Setelah dilakukan insisi, dilakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh
isi jaringan meradang di dalam kantongnya dan kemudian diberikan
salep antibiotik.

KOMPLIKASI
Komplikasi hordeolum adalah mata kering, simblefaron, abses, atau selulitis
palpebra yang merupakan radang jaringan ikat jarang palpebra di depan septum
orbita dan abses palpebra

PENCEGAHAN
Pencegahan hordeolum dapat dilakukan dengan cara berikut :
a.

Menjaga kebersihan wajah dan membiasakan mencuci tangan


sebelum menyentuh wajah agar hordeolum tidak mudah berulang.

b.

Mengusap kelopak mata dengan lembut menggunakan washlap


hangat untuk membersihkan ekskresi kelenjar lemak.

c.

Menjaga kebersihan peralatan make-up mata agar tidak


terkontaminasi oleh kuman.

d.

Menggunakan kacamata pelindung jika bepergian di daerah


berdebu.

PROGNOSIS
Prognosis umumnya ad bonam, karena proses peradangan pada hordeolum
bisa mengalami penyembuhan dengan sendirinya, asalkan kebersihan daerah mata
12

tetap dijaga dan dilakukan kompres hangat pada mata yang sakit serta terapi yang
sesuai.

KALAZION
DEFINISI
Kalazion merupakan peradangan granulomatosa kelenjar Meibom yang
tersumbat. Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar Meibom dengan
infeksi ringan yang mengakibatkan peradangan kronis kelenjar tersebut.

ETIOLOGI
Kalazion dapat muncul secara spontan akibat sumbatan pada orifisium
kelenjar atau karena adanya hordeolum.Kalazion seringkali dihubung-hubungkan
dengan disfungsi kelenjar sebasea dan obstruksi di kulit (seperti komedo, wajah
berminyak). Higiene yang buruk pada palpebra dan faktor stress juga sering
dikaitkan dengan terjadinya kalazion.

FAKTOR RESIKO

Belum diketahui dengan pasti faktor resiko apa yang menyebabkan

terjadinya kalazion.
Hygiene palpebra yang buruk mungkin dapat dihubungkan dengan

kalazion meskipun perannya masih perlu dibuktikan.


Stress juga sering dihubungkan dengan kalazion namun stress belum
dibuktikan sebagai penyebab dan mekanisme stress dalam menyebabkan

kalazion belum diketahui.


Faktor makanan seperti susu, coklat, seafood dan telur mungkin berperan.

PATOFISIOLOGI
Produk-produk hasil pemecahan lipid (lemak), mungkin dari enzim-enzim
bakteri yang berupa asam lemak bebas, mengakibatkan tertahannya sekresi
13

kelenjar sebasea (obstruksi), kemungkinan karena enzim dari bakteri merangsang


terbentuknya respon inflamasi. Massa yang terbentuk dari jaringan granulasi dan
sel-sel radang ini membentuk kalazion. Proses granulomatous ini yang
membedakan antara kalazion dengan hordeolum interna dan eksternum dimana
pada hordeolum terjadi reaksi radang akut dengan leukosit PMN dan nekrosis
disertai pembentukan pus. Namun demikian, hordeolum dapat menyebabkan
terbentuknya kalazion, dan sebaliknya.

Gambar 4. Obstruksi Kelenjar Sebasea

MANIFESTASI KLINIS
Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan nodul tunggal yang tidak lunak yang
terdapat di dalam palpebra, berbeda dari hordeolum yang terdapat lebih
superfisial. Pada pembalikan kelopak mata mungkin dapat ditemukan pembesaran
kelenjar Meibom dan penebalan kronis pada kelenjar yang berkaitan.

Gambar 5. Kalazion

14

Pada awalnya, kalazion tampak dan terasa seperti hordeolum, kelopak


mata membengkak, nyeri dan mengalami iritasi. Beberapa hari kemudian
gejala tersebut menghilang dan meninggalkan pembengkakan bundar tanpa
rasa nyeri pada kelopak mata dan tumbuh secara perlahan. Di bawah kelopak
mata terbentuk daerah kemerahan atau abu-abu. Pasien biasanya datang
dengan riwayat singkat adanya keluhan pada palpebra baru-baru ini, diikuti
dengan peradangan akut (misalnya merah, pembengkakan, perlunakan).
Seringkali terdapat riwayat keluhan yang sama pada waktu yang lampau,
karena kalazion memiliki kecenderungan kambuh pada individu-individu
tertentu. Kalazion lebih sering timbul pada palpebra superior, di mana jumlah
kelenjar Meibom terdapat lebih banyak daripada palpebra inferior. Penebalan
dari saluran kelenjar Meibom juga dapat menimbulkan disfungsi dari kelenjar
Meibom. Kondisi ini tampak dengan penekanan pada kelopak mata yang akan
menyebabkan keluarnya cairan putih seperti pasta gigi, yang seharusnya hanya
sejumlah kecil cairan jernih berminyak.
Kalazion dihubungkan dengan disfungsi kelenjar sebasea dan obstruksi di
kulit (seperti komedo, wajah berminyak). Juga mungkin terdapat akne rosasea
berupa kemerahan pada wajah (facial erythema), teleangiektasis dan spider
nevi pada pipi, hidung, dan kulit palpebra. Diantaranya :
a) benjolan pada kelopak mata, tidak hiperemis dan tidak ada nyeri tekan.
b) pseudoptosis
c) kelenjar preaurikel tidak membesar.
Kebanyakan kalzion mengarah ke permukaan konjungtiva, yang mungkin
sedikit memerah atau meninggi. Jika cukup besar, sebuah kalazion dapat
menekan bola mata dan menimbulkan astigmatisme.

DIAGNOSIS
Anamnesis
Dari anamnesis didapatkan keluhan pasien berupa adanya benjolan pada
kelopak mata atas maupun bawah (lebih sering mengenai kelopak mata atas)
yang diriwayatkan mengalami pembesaran dari waktu ke waktu namun

15

perlahan. Benjolan tidak disertai dengan nyeri tekan, tidak gatal, dan tidak
hiperemi (pada sebagian kasus didapatkan hiperemi minimal). Adanya
keluhan

mengganjal

pada

mata.

Mungkin

dapat

ditemukan

adanya riwayat infeksi pada kelopak mata yg nyeri sebelum terbentuk


kalazion, tapi ini tidak selalu terjadi.
Pemeriksaan Oftalmologis
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi tes penglihatan masing-masing
mata dan inspeksi muka, palpebra, dan mata itu sendiri.
Pada palpebra yang terkena didapatkan benjolan dengan konsistensi
lunak, berwarna kemerahan (dapat tidak berwarna kemerahan), tanpa disertai
rasa nyeri. Umumnya ditemukan nodul tunggal (jarang multiple). Biasanya
pada pemeriksaan visus dengan kalazion murni, didapatkan visus mata
normal, walaupun dapat terjadi kelaianan refraksi astigmatisme akibat
perubahan bentuk bola mata yang tertekan kalazion.
Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan laboratorium jarang diminta.
- Pemeriksaan histopatologis: menunjukkan proliferasi endotel asinus dan
respons radang granulomatosa yang melibatkan sel-sel kelenjar jenis
-

Langerhans.
Biopsi diindikasikan pada kalazion berulang karena tampilan karsinoma
kelenjar meibom dapat mirip tampilan kalazion.
Bila terjadi kalazion berulang beberapa kali terutama yang terjadi di
tempat yang sama meskipun telah dilakukan drainase dengan baik sebelumnya,
harus dipertimbangkan adanya suatu keganasan dan sebaiknya dilakukan
pemeriksaan histopatologik karena adanya kemungkinan benjolan tersebut
merupakan suatu keganasan misalnya karsinoma sel basal, karsinoma

kelenjar sebasea, atau adenokarsinoma.


Karsinoma sel basal adalah keganasan pada palpebra yang paling sering
dijumpai. 90% keganasan dari karsinoma pada palpebra merupakan karsinoma
sel basal. Karsinoma sel basal mempunyai presileksi pada palpebra inferior dan
kantus medialis.
Karsinoma kelenjar sebasea merupakan bisa menunjukkan gambaran
klinis berspektrum luas biasanya berbentuk nodul yang kecil, keras seperti
16

kalazion. Sering kelihatan seperti kalazion yang tidak khas atau berulang,
menunjukkan konsistensi yang kenyal. Karsinoma Kelenjar sebasea adalah
keganasan kedua terbanyak pada palpebra.

Kultur

bakteri

biasanya

negatif,

tapi

Staphylococcus

aureus,

Staphylococcus albus, atau organisme komensal kulit lainnya bisa


-

ditemukan. Propionibacterium acnes mungkin ada di dalam isi kelenjar.


Pencitraan fotografik infra merah dari kelenjar Meibom dapat
menunjukkan dilatasi abnormal yang tampak pada permukaan tarsal
palpebra yang dieversi.

DIAGNOSIS BANDING
Hordeolum
Hordeolum merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata.
Hordeolum yang biasanya merupakan infeksi staphylococcus pada kelenjar
sebasea kelopak biasanya sembuh sendiri dan dapat diberi hanya kompres hangat.
Terdapat dua bentuk hordeolum yaitu:

Hordeolum internum
merupakan infeksi kelenjar Meibom yang terletak di dalam tarsus
memberikan penonjolan terutama ke daerah konjungtiva tarsal
biasanya berukuran lebih besar dibanding hordeolum eksternum

Gambar 6. Hordeolum Internum

Hordeolum eksternum
merupakan infeksi pada kelenjar Zeiss atau Moll
memberikan penonjolan terutama ke daerah kulit kelopak
nanah dapat keluar dari pangkal rambut

17

Gambar 7. Hordeolum externum


Hordeolum/stye/bintitan terjadi karena adanya infeksi bakteri pada satu atau
lebih kelenjar kelopak mata, ditandai dengan terbentuknya abscess focal. Apabila
banyak kelenjar kelopak mata yang terinfeksi pada waktu yang sama maka disebut
hordeolosis. Jika mengenai kelenjar zeis dan moll maka disebut external
hordeolum dan jika mengenai kelenjar meiboiman disebut internal hordeolum.
Hordeolum merupakan suatu abses

di dalam kelenjar tersebut. Penyebab

utamanya adalah bakteri staphylococcus aureus.

Gejala yang muncul adalah

adanya benjolan berwarna kemerahan pada kelopak mata, nyeri bila ditekan,
hangat, bengkak. Hordelum biasanya akan hilang dengan sendirinya dalam waktu
1-2 minggu.
Adanya pseudoptosis atau ptosis terjadi akibat bertambah beratnya kelopak
sehingga sukar diangkat. Pada pasien dengan hordeolum kelenjar preautikel
biasanya turut membesar. Sering hordeolum ini membentuk abses dan pecah
dengan sendirinya.
Untuk mempercepatkan peradangan kelenjar dapat diberikan kompres hangat, 3
kali sehari selama 10 menit sampai nanah keluar. Pengangkat bulu mata dapat
memberikan jalan untuk drainase nanah. Diberikan antibiotik lokal terutama bila
berbakat untuk rekuren atau terjadinya pembesaran kelenjar preaurikel. Antibiotik
sistemik yang diberikan eritromisin 250 mg atau 125-250 mg dikloksasilin 4 kali
sehari, dapat juga diberi tetrasiklin. Bila terdapat infeksi stafilokokus di bagian
tubuh lain maka sebaiknya diobati juga bersama-sama. Pada nanah dari kantung
nanah yang tidak dapat keluar dilakukan insisi. Pada hordeolum internum dan

18

hordeolum eksternum kadang-kadang perlu dilakukan insisi pada daerah abses


dengan fluaktuasi terbesar.
Blefaritis
Blefaritis adalah peradangan kronis pada kelopak dan tepi kelopak mata.
Blefaritis sering dikaitkan dengan sejumlah penyakit kulit sistemik, seperti:
rosasea dan dermatitis seborheik. Keadaan ini juga erat kaitannya dengan
beberapa penyakit mata seperti: dry eye, khalazion, trikhiasis, konjungtivitis dan
keratitis.
Secara anatomis blefaritis dapat dikelompokkan menjadi blefaritis anterior dan
blefaritis posterior. Blefaritis anterior merujuk pada peradangan yang terutama
terpusat di sekitar bulu mata dan

folikel rambutnya. Sedangkan blefaritis

posterior kebanyakan melibatkan peradangan pada orifisium kelenjar Meibom.

Gambar 8. Blefaritis Anterior dan Posterior

19

Gambar 9. Perbandingan Mata Normal dan Blefaritis


Karsinoma
Karsinoma sel basal adalah keganasan yang berasal dari sel nonkeratosis yang
berasal dari lapisan basal epidermis. Karsinoma sel basal merupakan bentuk
tumor ganas tersering. Karsinoma sel basal merupakan keganasan palpebra
terbanyak yaitu 90% dari keganasan palpebra. Paling sering mengenai pinggir
bawah palpebra (50-60%) dan dekat kantus medial (25-30%), serta jarang
mengenai palpebra superior (15%) dan kantus medial (5%). Karsinoma sel basal
lebih sering mengenai orang berkulit putih/ terang, danlebih sering mengenai lakilaki daripada perempuan (3:2). Berkembang lambat tidak sakit bisa membentuk
nodul yang berkembang menjadi uleratif. Jarang metastase.
Radiasi sinar ultraviolet (UV) merupakan faktor utama penyebab karsinoma
sel basal. Merokok juga meningkatkan resiko terjadinya karsinoma sel basal.
Faktor genetik juga memegang peranan seperti defek pada replikasi DNA repair
yang diturnkan pada xeroderma pigmentosa.

Gambar 10. Adenocarsinoma


Pasien sering datang dengan keluhan ulkus yang tidak sembuh-sembuh dan
mudah berdarah dengan trauma ringan dan sering tidak nyeri. Diagnosis dini
keganasan di kulit merupakan hal yang sangat penting, maka hendaknya
kecurigaan akan adanya keganasan sudah timbul bila dari anamnesis ditemukan
rasa gatal/nyeri, perubahan warna (gelap,pucat dan terang), ukurannya membesar,

20

pelebarannya tidak merata ke samping, permukaan tidak rata, trauma, perdarahan


(walaupun kerana trauma ringan), ulserasi/infeksi yang sukar sembuh).

TATALAKSANA
Terapi non-medikamentosa
Pengobatan pada kalazion adalah dengan memberikan kompres hangat.
mengurangkan gejala dilakukan ekskokleasi isi abses dari dalamnya atau
dilakukan ekstirpasi kalazion tersebut.

Gambar 11. Insisi dan Kuretase Kalazion


Ekskokleasi Kalazion
Prosedur ekskokleasi kalazion:
-

Mata yang sakit ditetes dengan anesthesia topikal pantokain.


Dilakukan anestesi infiltratif (dengan lidocain) disuntikkan di bawah kulit

di depat kalazion.
Kalazion dijepit dan kemudian klem dibalik sehingga konjungtiva tarsal

dan kalazion terlihat.


Dilakukan insisi tegak lurus margo palpebra.
Isi kalazion dikuret sampai bersih.
Klem kalazion dilepas.
Diberi salep mata.

Kalazion yang besar, atau yang dibiarkan berlangsung lama, serta kalazion
yang mengalami fibrosisi luas mungkin membutuhkan eksisi yang lebih besar,
termasuk pengangkatan sebagian lempeng tarsal. Kalazion multipel harus disayat
dengan hati-hati agar tidak terjadi deformitas luas pada palpebra, sehingga
memungkinkan lempeng tarsal sembuh tanpa meninggalkan celah.

21

Suntikan kortikosteroid lokal intralesi (0,5-2 mL triamsinolon asetonid 5


mg/mL) dapat diberikan dan diulang dalam 2-7 hari.
Medikamentosa
Terapi dengan pengobatan jarang diperlukan, kecuali pada rosasea,
mungkin dapat diberikan tertrasiklin dosis rendah selama enam bulan.
Dosisnya adalah Doksisiklin tablet 1-2 x 100 mg selama 5-7 hari. Penggunaan
antibiotik selama 6 bulan mungkin dapat menimbulkan perubahan biokimiawi,
yaitu pembentukan asam lemak rantai pendek yang dibandingkan dengan
produksi asam lemak rantai panjang lebih jarang menimbulkan sumbatan pada
mulut kelenjar. Steroid topikal dapat sangat membantu untuk mengurangi
peradangan dan mengurangi edema, membantu proses drainase.

KOMPLIKASI
Drainase marginal kalazion dapat menyebabkan terbentuknya tonjolan,
trikiasis, dan hilangnya bulu mata. Pada penderita kalazion dapat terjadi
astigmatisma jika massa palpebra mencapai bagian kornea. Kalazion yang
didrainase secara tidak sempurna dapat megakibatkan timbulnya massa besar
terdiri dari jaringan granuloma yang jatuh ke konjungtiva atau kulit. Kalazion
rekuren atau berulang, terutama yang terjadi di tempat yang sama meskipun telah
dilakukan drainase dengan baik sebelumnya, harus dipertimbangkan adanya suatu
keganasan berupa karsinoma sel sebasea. Biopsi langsung dengan potongan beku
perlu dilakukan. Insisi yang kurang baik dapat menyebabkan terbentuknya
tonjolan. Sedangkan insisi yang terlalu dalam dapat menyebabkan timbulnya
fistula dan jaringan parut. Suntikan kortikosteroid intralesi dapat menimbulkan
hilangnya pigmentasi pada kulit. Pada pasien tertentu, pemberian kortikosteroid
dapat menimbulkan peningkatan tekanan intra ocular.

PROGNOSIS

22

Pasien yang memperoleh perawatan biasanya memperoleh hasil yang


baik. Seringkali timbul lesi baru, dan rekuren dapat terjadi pada lokasi yang
sama akibat drainase yang kurang baik. Kalazion yang tidak memperoleh
perawatan dapat mengering dengan sendirinya, namun sering terjadi
peradangan akut.

BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan
Hordeolum merupakan infeksi lokal atau proses peradangan pada
kelopak mata. Bila kelenjar Meibom yang terkena disebut hordeolum
internum, sedangkan bila kelenjar Zeiss atau Moll yang terkena maka disebut
hordeolum eksternum.
Staphylococcus aureus adalah agen infeksi pada 90-95% kasus
hordeolum.
Diagnosis pada pasien ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan oftalmologis. Dari anamnesis didapatkan adanya benjolan pada
kelopak mata yang awalnya hanya berupa benjolan kecil berwarna kemerahan
namun makin lama makin membesar dan disertai nyeri bila ditekan. Benjolan
ini menjadi besar dan mengalami reaksi radang akibat infeksi kuman
stafilokokus pada kelenjar kelopak mata.
Dari pemeriksaan oftalmologi didapatkan adanya edema dan hiperemi
pada palpebra yang disertai nyeri. Benjolan menonjol kearah kulit dan ikut
bergerak dengan pergerakan kulit disertai adanya supurasi tanpa injeksi
konjungtiva. Kadang ditemukan pseudoptosis atau ptosis yang terjadi akibat
bertambah beratnya kelopak sehingga sukar diangkat.

23

Penatalaksanaan terdiri dari perawatan umum seperti kompres hangat,


antibiotik topikal ataupun sistemik dan pembedahan.
Kalazion merupakan peradangan granulomatosa kelenjar Meibom yang
tersumbat. Pada kalazion terjadi penyumbatan
kelenjar Meibom dengan
15
infeksi ringan yang mengakibatkan peradangan kronis kelenjar tersebut.
Kalazion dapat muncul secara spontan akibat sumbatan pada orifisium
kelenjar atau karena adanya hordeolum. Kalazion seringkali dihubung-hubungkan
dengan disfungsi kelenjar sebasea dan obstruksi di kulit (seperti komedo, wajah
berminyak). Higiene yang buruk pada palpebra dan faktor stress juga sering
dikaitkan dengan terjadinya kalazion.
Diagnosis

pada

pasien

ditegakkan

berdasarkan

anamnesis

dan

pemeriksaan oftalmologis. keluhan pasien berupa adanya benjolan pada


kelopak mata atas maupun bawah (lebih sering mengenai kelopak mata atas)
yang diriwayatkan mengalami pembesaran dari waktu ke waktu namun
perlahan. Benjolan tidak disertai dengan nyeri tekan, tidak gatal, dan tidak
hiperemi (pada sebagian kasus didapatkan hiperemi minimal). Adanya
keluhan mengganjal pada mata.
Pengobatan pada kalazion adalah dengan memberikan kompres
hangat. mengurangkan gejala dilakukan ekskokleasi isi abses dari dalamnya
atau dilakukan ekstirpasi kalazion tersebut.

24

DAFTAR PUSTAKA
1. Belden MD. Chalazion. Taken from : www.emedicine.com. Last Updated : 24
Juli 2002.
2. Santen S. Chalazion. Taken from : www.emedicine.com. Last Updated : 5 Juli
2001.
3. Bessette M. Hordeolum and Stye. Taken from : www.emedicine.com. Last
Updated : 3 Mei 2002.
4. Sidarta I, SR Yulianti. Ilmu Penyakit Mata, Cetakan IV, Balai Penerbit FK
UI, Jakarta 2011: Hal1-2 ; 92-94
5. Chalazion. Diunduh dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0002001/, 20 Juli 2016.

6. Danial G. Vaughan, Taylor Asbury, Paul Riordan-Eva. Oftalmologi Umum. Edisi


14. Jakarta; Penerbit Widya Medika: 2003.

7. Lang G. Ophthalmology A Short Textbook. Thieme. Stuttgart New York.


2000. American Academy of Ophthalmology, Basic and Clinical Science
Course, External Disease and Cornea, Section 8, 2006-2007.
8. Mitchell, Kumar, Abbas, Faousto. Buku Saku Patologis Penyakit Robbins &
Cotran. Edisi ke-7. Jakarta; Penerbit ECG: 2009

9. Prof. Dr. H. Sidarta Ilyas. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Jakarta; Balai
Penerbit FKUI: 2010

10.

25

26

27

Вам также может понравиться