Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gipsum
Gipsum adalah mineral yang dihasilkan secara alami di pegunungan, berupa bubuk
putih, dengan rumus kimia CaSO4.2H2O (kalsium sulfat dihidrat). Pembuatan produk
gipsum yang digunakan dalam kedokteran gigi merupakan hasil calcination kalsium sulfat
dihidrat atau gipsum sehingga terbentuk kalsium sulfat hemihidrat. Material ini secara luas
digunakan untuk membuat model, casts ,dan dies.
Klasifikasi gipsum (ADA) spesifikasi nomor 25:
1. Impression plaster (tipe I)
2.Model plaster (tipe II)
3.Dental stone (tipe III)
4.Dental stone, high strength (tipe IV)
5.High strength, high expansion dental stone (tipe V)
Produk gipsum yang digunakan dalam kedokteran gigi terbentuk dari kristalisasi air
dari gipsum membentuk kalsium sulfat hemihydrate. gispum produk + air 2CaSO4.2H2O
(CaSO4)2.H2O + 3H2O Kalsium sulfat dihidrat
Kalsium sulfat hemihidrat Aplikasi produk gipsum dalam kedokteran gigi merupakan
kebalikan dari reaksi di atas. Hemihydrate dicampur dengan air dan bereaksi membentuk
dihidrat. (McCabe and Walls, 2008, hal. 32-33).
Salah satu tipe gipsum adalah dental plaster atau gipsum tipe II. Model plaster sering
digunakan untuk diagnostic cast dan artikulasi dari stone cast. Produk ini secara tradisional
diproduksi dalam warna putih terutama digunakan dalam ortopedi sehingga dapat di bedakan
dengan dental stone. Plaster diproduksi melalui proses kalsinasi. Gypsum dipanaskan sampai
suhu dari sekitar 120 C untuk menghilangkan air kristalisasi.
Bentuk akhir dari proses kalsinasi ini adalah partikel -hemihidrat.Manipulasi dari
gipsum dilakukan dengan melakukan pencampuran bubuk dari gipsum ini dengan air. Proses
pencampuran disebut dengan spatulasi. Proses spatulasi memiliki efek tertentu pada setting
time dan setting expansion. (Craigs, 2008. Hal.395-396)
Gipsum memiliki waktu setting. Proses setting dimulai tepat setelah air dan bubuk
selesai dicampur. Tahap pertama dalam proses setting adalah bersatunya air dengan
hemihidrat. Hemihidrat yang telah larut secara cepat berubah menjadi dihidrat yang
mempunyai kelarutan lebih rendah. Kelarutan yang telah melebihi batas menyebabkan
larutan memadat. Proses terus berlanjut sampai seluruh hemihidrat berubah menjadi dihidrat.
Ketika hemihidrat dicampur dengan air terbentuk dihidrat dengan reaksi sebagai berikut:
(CaSO4)2, H2O + 3H3O 2 CaSO4, 2 H2O+ 3900 kal/ gr mol
Reaksi yang terjadi saat setting time ini merupakan reaksi eksotermik, dimana reaksi
ini menghasilkan panas 3900 kal/gr mol. Setting time dapat diidentifikasi melalui dua
tahap. Tahap pertama, dimana material berkembang menjadi padat namun lemah dan flow
kurang. Tahap ini dikenal sebagai tahap initial setting. Saat material telah mempunyai
kekuatan dan kekerasan yang cukup untuk dilakukan pengerjaan, tahap ini disebut final
setting. Ciri-ciri tahap setting dari gipsum dapat diukur dengan menggunakan tekanan dari
jarum Gillmore. Jarum yang lebih berat memiliki diameter ujung yang lebih kecil sehingga
menghasilkan gaya tekan yang lebih besar. Initial setting dapat didefinisikan saat gipsum
dapat menyangga jarum yang ringan. ( McCabe dan Walls 2008, hal.34-35)
Gipsum merupakan mineral yang ditambang dari berbagai belahan dunia. Selain itu,
gipsum juga merupakan produk samping dari berbagai proses kimia. Di alam, gipsum
merupakan
disebabkan adanya zat lain seperti tanah liat, oksida besi, anhidrat, karbohidrat, sedikit SiO2
atau oksida lain. Secara kimiawi, produk gipsum yang dihasilkan untuk tujuan kedokteran
gigi adalah kalsium sulfat dihidrat (CaSO42H2O) murni. Produk gipsum dapat
digunakan secara umum seperti untuk membuat patung dan sebagai bahan bangunan.Di
bidang kedokteran, produk gipsum dapat digunakan sebagai alat ortopedi. Di bidang
kedokteran gigi, produk gipsum digunakan untuk membuat model dari rongga mulut
struktur
maksilofasial
kedokteran
gigi
yang
dan
sebagai
melibatkan
piranti
penting
pembuatan
untuk
protesa
gigi.
serta
pekerjaan laboratorium
Produk gipsum yang
digunakan dalam kedokteran gigi dikenal dengan gips yang memiliki rumus kimia
CaSO4.H2O
merupakan
proses
pemanasan
gipsum
untuk
mendehidrasinya
(sebagian ataupun seluruhnya) untuk membentuk kalsium sulfat hemihidrat. Plaster dan stone
merupakan hasil dari proses dehidrasi gipsum. Proses kalsinasi yang menentukan kekuatan
suatu bahan gips. Perbedaan dalam tipe-tipe gips berhubungan dengan jumlah air yang
dihilangkan dimana akan menghasilkan densit yang beragam dan ukuran partikel bahan gips
yang berbeda. Proses kalsinasi yang berbeda akan menghasilkan tipe gips yang berbeda
Gipsum adalah bubuk mineral putih dengan nama kimia kalsium sulfat dihidrat
(CaSO42H2O). Produk gipsum yang banyak digunakan dalam ilmu kedokteran gigi adalah
kalsium sulfat hemihidrat (CaSO4.H2O).
Gipsum
adalah
salah
satu
bahan
yang
paling
sering
digunakan
dalam
laboratorium pembuatan gigi tiruan karena murah dan mudah untuk di modifikasi dengan
cara menambahkan bahan kimia lainnya.
2.3. Jenis Gips Kedokteran Gigi
Menurut spesifikasi American Dental Association (ADA) No. 25, produk gipsum dapat
dikelompokkan menjadi lima tipe yaitu:
1. Impression Plaster (Tipe I)
Gips
tipe
(Impression
Plaster)
memiliki
kalsium
sulfat
hemihidrat
terkalsinasi sebagai bahan utamanya dan ditambahkan kalsium sulfat, borax dan bahan
pewarna. Gips tipe ini jarang digunakan untuk mencetak dalam kedokteran gigi sebab telah
digantikan oleh bahan yang tidak terlalu kaku seperti hidrokoloid dan elastomer, sehingga
gips tipe I terbatas digunakan untuk cetakan akhir, atau wash, untuk rahang edentulus.
2. Model Plaster (Tipe II)
Gips tipe II (Model Plaster) terdiri dari kalsium sulfat terkalsinasi/ -
hemihidrat sebagai bahan utamanya dan zat tambahan untuk mengontrol setting time.
-hemihidrat terdiri dari partikel kristal ortorombik yang lebih besar dan tidak beraturan
dengan lubang-lubang kapiler sehingga partikel -hemihidrat menyerap lebih banyak air bila
dibandingkan dengan -hemihidrat. Pada masa sekarang, gips tipe II digunakan terutama
untuk pengisian kuvet dalam pembuatan gigitiruan dimana ekspansi pengerasan tidak begitu
penting dan kekuatan yang dibutuhkan cukup, sesuai batasan yang disebutkan dalam
spesifikasi. Selain itu, gips tipe II dapat digunakan sebagai model studi.
3. Dental Stone (Tipe III)
Gips tipe III (Dental Stone) terdiri dari hidrokal/ -hemihidrat dan zat
tambahan untuk mengontrol setting time, serta zat pewarna untuk membedakannya dengan
bahan dari plaster yang umumnya berwarna putih. -hemihidrat terdiri dari partikel yang
lebih kecil dan teratur dalam bentuk batang atau prisma dan bersifat tidak poreus sehingga
membutuhkan air yang lebih sedikit ketika dicampur bila dibandingkan dengan -hemihidrat.
Gips tipe III ideal digunakan untuk membuat model kerja yang memerlukan kekuatan dan
ketahanan abrasif yang tinggi seperti pada konstruksi protesa dan model ortodonsi. Kekuatan
kompresi gips tipe III berkisar antara 20,7 MPa (3000psi) 34,5 MPa (5000 psi).
4. Dental Stone, High-Strength (Tipe IV)
Gips tipe IV (Dental Stone, High Strength) terdiri dari densit yang memiliki bentuk
partikel kuboidal dengan daerah permukaan yang lebih kecil sehingga partikelnya
paling padat dan halus bila dibandingkan dengan -hemihidrat dan hidrokal. Gips
tipe IV sering dikenal sebagai die stone sebab gips tipe IV ini sangat cocok
digunakan
untuk membuat pola malam dari suatu restorasi, umumnya digunakan sebagai dai
pada inlay, mahkota dan jembatan gigi tiruan. Diperlukan permukaan yang keras dan tahan
abrasi karena preparasi kavitas diisi dengan malam dan diukir menggunakan instrumen tajam
hingga selaras dengan tepi-tepi dai.
5. Dental Stone, High Strength, High Expansion (Tipe V)
Adanya
penambahan
terbaru
pada
klasifikasi
produk
gipsum
ADA
dikarenakan terdapat kebutuhan dental stone yang memiliki kekuatan serta ekspansi lebih
tinggi. Pembuatan gips tipe V sama seperti gips tipe IV namun gips tipe V memiliki
kandungan garam lebih sedikit untuk meningkatkan setting ekspansinya. Gips
tipe
kristal-kristal gips
ketika
mereka
bergabung. Setting
ekspansi harus
dikontrol agar tetap minimum terutama ketika gips tersebut akan digunakan untuk membuat
pola malam sebuah restorasi. Apabila setting ekspansi yang terjadi berlebihan maka akan
menghasilkan sebuah restorasi yang oversized. Settting ekspansi hanya terjadi ketika
gips dalam proses pengerasan.
c. Perubahan dimensi
Perubahan dimensi dipengaruhi oleh setting ekspansi dari gipsum. Setting ekspansi
yang terjadi pada proses pengerasan gips disebabkan oleh adanya dorongan ke
luar
oleh
pertumbuhan kristal dihidrat. Semakin tinggi atau besar ekspansi pengerasan maka
keakuratan dimensi semakin rendah.
d. W/ P Ratio
Rasio
air-bubuk
harus
diperhatikan
ketika
melakukan
pencampuran
gips
sebab diperlukan daya alir yang cukup untuk menghasilkan detil permukaan yang akurat.Tipe
gips yang berbeda akan memiliki rasio air-bubuk yang berbeda juga. Hal ini disebabkan oleh
perbedaan bentuk dan ukuran kristal kalsium sulfat hemihidrat.
e. Kekuatan kompresi
Kekuatan
gips
merupakan
kemampuan
bahan
untuk
menahan
fraktur.