Вы находитесь на странице: 1из 14

BAB 12 : KETELADANAN RASULULLAH SAW PERIODE MADINAH

A. Sejarah Dakwah Rasulullah Saw Periode Madinah


1. Arti hijrah dan tujuan rasulullah Saw dan umat Islam berhijrah.
Setidaknya ada dua macam arti hijrah yang harus diketahui umat Islam. Pertama,
hijrah berarti meninggalkan semua perbuatan yang dilarang dan dimurkai Allah Swt, untuk
melakukan perbuatanperbuatan yang baik, yang disuruh Allah Swt dan diridlai-Nya.
Contohnya, semula siswa itu malas mengerjakan salat 5 waktu dan malas belajar.
Kemudian dia membuang jauh sifat malasnya itu, sehingga ia menjadi siswa yang
berdisiplin dalam salat lima waktu dan rajin dalam menuntut ilmu. Arti hijrah dalam
pengertian pertama ini wajib dilaksanakan oleh setiap umat Islam. Rasulullah Saw bersabda
: "al Muhaajiru man haajara ma nahaa Allahu 'anhu" HR. Bukhori
Artinya: "Orang yang berhijrah ialah orang yang meninggalkan segala apa yang dilarang
Allah Swt. (H. R. Bukhari)
Arti kedua dari hijrah ialah berpindah dari suatu negeri kafir (non-Islam), karena di negeri
itu umat Islam selalu mendapat tekanan, ancaman dan kekerasan, sehingga tidak memiliki
kebebasan dalam berdakwah dan beribadah. Kemudian umat Islam di negeri kafir itu,
berpindah ke negeri Islam agar memperoleh keamanaan. dan kebebasan dalam berdakwah
dan beribadah.
Arti kedua dari hijrah ini pernah dipraktikkan oleh Rasulullah Saw dan umat Islam,
yakni berhijrah dari Mekah ke Yatsrib pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijrah
bertepatan dengan tanggal 28 Juni 622 M. Tujuan hijrahnya Rasulullah Saw dan umat Islam
dari Mekah (negeri kafir) ke Yatsrib (negeri Islam) adalah :
-

Menyelamatkan diri dan umat Islam dari tekanan, ancaman, dan kekerasan kaum kafir
Quraisy. Bahkan pada waktu Rasulullah Saw meninggalkan rumahnya di Mekkah untuk
berhijrah ke Yatsrib (Madinah), rumah beliau sudah dikepung oleh kaum kafir Quraisy
dengan maksud untuk membunuhnya.

Agar memperoleh keamanandan kebebasan dalam berdakwah serta beribadah. Sehingga


dapat

meningkatkan

usaha-usahanya

dalam

berjihad

di

jalan Allah

Swt

untuk

menegakkandan meninggikan nama-Nya (Islam) (lihat dan pelajari Q.S. AnNahl, 16: 4142)

2. Dakwah Rasulullah Saw periode Madinah


Dakwah Rasulullah Saw periode Madinah berlangsung selama sepuluh tahun, yakni
dari semenjak tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijrah sampai dengan wafatnya
Rasulullah Saw tanggal 13 Rabiul Awal tahun ke-11 hijrah.
Materi dakwah yang disampaikan Rasulullah Saw pada periode Madinah, selain
ajaran Islam yang terkandung dalam 89 surah Makkiyahdan hadist periode Makkah, juga
ajaran Islam yang terkandung dalam 25 surah Madaniyah dan hadits periode Madinah.
Adapun ajaran Islam periode Makkah sudah dikemukakan dalam Bab 6 semester pertama
buku ini. Sedangkan ajaran Islam yang terkandung pada 25 surah Madaniyah dan hadis
periode Madinah, umumnya ajaran Islam tentang masalah sosial kemasyarakatan.
Mengenai objek dakwah Rasulullah Saw pada periode Madinah adalah orang-orang
yang sudah masuk Islam dari golongan Muhajirin dan Anshar. Riga orang-orang yang
belum masuk Islam seperti kaum Yahudi penduduk Madinah, para penduduk di luar kota
Madinah yang termasuk bangsa Arab, dan Yang tidak termasuk bangsa Arab.
Rasulullah Saw diutus oleh Allah Swt bukan hanya untuk bangsa Arab, tetapi untuk seluruh
umat manusia di dunia, Allah Swt berfirman:

Artinya: "Dan tidaklah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi alam
semesta. " (Q.S. Al-Anbiya', 21: 107)
Dakwah Rasulullah Saw yang ditujukan kepada orang-orang yang, sudah masuk
Islam (umat Islam) bertujuan agar mereka mengetahui seluruh ajaran Islam baik yang
diturunkan di Mekah ataupun yang diturunkan di Madinah. Kemudian mengamalkannya
dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka betul-betul menjadi umat yang bertakwa.

Selain itu Rasulullah Saw dibantu oleh para sahabatnya melakukan usaha-usaha nyata agar
terwujud persaudaraan sesama umat Islam dan terbentuk masyarakat madam di Madinah.
Usaha-usaha nyata Rasulullah Saw seperti tersebut akan dibahas pada subpokok bahasan
tentang strategi Rasulullah dalam membentuk masyarakat madani di Madinah.
Mengenai dakwah yang ditujukan kepada orang-orang yang belum, masuk Islam
bertujuan agar mereka bersedia menerima Islam sebagai agamanya, mempelajari ajaranajarannya dan mengamalkannya, sehingga mereka menjadi umat Islam yang senantiasa
beriman dan beramal saleh, yang berbahagia di dunia serta sejahtera di akhirat.

Tujuan dakwah Rasulullah Saw yang luhur dan cara penyampaiannya yang terpuji,
menyebabkan umat manusia yang belum masuk Islam banyak yang masuk Islam dengan
kemauandan kesadaran sendiri. Namun tidak sedikit pula orang-orang kafir yang tidak
bersedia masuk Islam, bahkan mereka berusaha menghalang-halangi orang lain masuk
Islam dan juga berusaha melenyapkan agama Islam dan umatnya dari muka bumi. Mereka
itu seperti kaum kafir Quraisy penduduk Makkah, kaum Yahudi Madinah, dan sekutusekutu mereka.
Setelah ada izin dari Allah Swt untuk berperang, sebagaimana firman-Nya dalam
Surah Al Hajj (22): 39dan Al-Baqarah (2): 190, maka kemudian Rasulullah Saw dan para
sahabatnya menyusun kekuatan untuk menghadapi peperangan dengan orang kafir yang
tidak dapat dihindarkan lagi.
Peperangan-peperangan yang dilakukan oleh Rasulullah Saw dan para pengikutnya
itu tidaklah bertujuan untuk melakukan penjajahan atau meraih harta rampasan perang,
tetapi bertujuan untuk :
-

Membela diri, kehormatan, dan harta.

Menjamin kelancaran dakwah, dan memberi kesempatan kepada mereka yang hendak
menganutnya.

Untuk memelihara umat Islam agar tidak dihancurkan oleh bala tentara Persia dan Romawi.
Setelah Rasulullah Saw dan para pengikutnya mampu membangun suatu negara
yang merdeka dan berdaulat, yang berpusat di Madinah, mereka berusaha menyiarkan dan
memasyhurkan agama Islam, bukan saja terhadap Para penduduk jazirah Arabia, tetapi juga
keluar Jazirah Arabia, maka bangsa Romawi dan Persia menjadi cemas dan khawatir
kekuasaan mereka akan tersaingi. Oleh karena itu, bangsa Romawi dan bangsa Persia
bertekad untuk menumpas dan menghancurkan umat Islam dan agamanya. Untuk
menghadapi tekad bangsa Romawi dan Persia tersebut, Rasulullah dan para pengikutnya
tidak tinggal diam sehingga terjadi peperangan antara umat Islam dan bangsa Romawi,
yaitu perang Mut'ah pada tahun 8 H, di dekat desa Mut'ah. bagian utara jazirah Arabia dan
kedua Perang Tabuk pada tahun 9 H di kota Tabuk, bagian utara. Jazirah Arabia. Sedangkan
bangsa Persia selalu mengadakan penyerangan kepada wilayah kekuasaan umat Islam.
Peperangan lainnya yang dilakukan pada masa Rasulullah Saw seperti :

a. Perang Badar Al-Kubra, terjadi pada tanggal 1 Ramadhan tahun 2 H di sebuah tempat dekat
Perigi Badar, Yang letaknya antara Mekah dan Madinah. Peperangan ini terjadi antara
Rasulullah Saw dan para pengikutnya dengan kaum kafir Quraisy yang telah mengusir
kaum Mukimin penduduk Mekah untuk pindah ke Madinah dengan meninggalkan rumah
dan harta benda. Mereka masih tetap bertekad untuk menghancurkan Islam dan kaum
muslimin di Madinah. Dalam Perang Badar ini kaum Muslimin memperoleh kemenangan
yang gemilang.
b. Perang Uhud terjadi pada pertengahan Sya'ban tahun 3 H. Pada peperangan ini kaum
Muslimin mengalami kekalahan.
c. Perang Ahzab (Khandaq), terjadi pads bulan Syawal tahun 5 H. Ahzab artinya golongangolongan, yaitu gabungan kaum kafir Quraisy, kaum Yahudi, Bani Salim, Bani Asad,
Garhfan, Bani Murrah, dan Bani Asyja, sehingga berjumlah 10.000 lebih. Pasukan Ahzab
ini menyerbu Madinah untuk menumpas Islam dan umat Islam. Atas inisiatif dari Salman
Al-Farisi, untuk mempertahankan kota Madinah dibuat parit yang dalam dan lebar. Berkat
inisiatif itu, kekompakan umat Islam dan pertolongan Allah Swt, dalam perang Ahzab ini
umat Islam memperoleh kemenangan.
Pada tahun keenam hijriah Rasulullah Saw dan para pengikutnya umat Islam
penduduk Madinah dan 1.000 orang berangkat menuju Makkah untuk melakukan umrah.
Agar kaum kafir Quraisy tidak menduga bahwa kedatangan kaum muslim ke Makkah untuk
memerangi mereka, maka jauh sebelum mendekati kota Makkah umat Islam sudah
mengenakan pakaian ihram, tidak membawa alat-alat perang, kecuali pedang dalam
sarungnya sekadar untuk menjaga diri di perjalanan.
Rombongan kaum muslimin tiba di suatu tempat yang bernama "Al Hudaibiyah".
Yang letaknya beberapa kilometer dari kota Mekah, dengan maksud selain untuk
beristirahat. juga untuk melihat situasi. Sebenarnya saat itu termasuk bulan yang disucikan
oleh bangsa arab Islam. Mereka dilarang melakukan peperangan di dalamnnya. Namun
dalam kenyataannya, kaum kafir Quraisy telah menempatkan sejumlah bala tentara yang
cukup besar di perbatasan kota Makkah, siap untuk melakukan peperangan. Membaca
situasi demikian, kemudian Rasulullah Saw mengutus sahabat Utsman bin Affan memasuki
kota Makkah untuk menemui pimpinan kaum kafir Quraisy dan menjelaskan kepadanya,
bahwa kedatangan mereka ke Mekah bukan untuk berperang, tetapi semata-mata untuk

melakukan ibadah umrah. Namun kaum kafir Quraisy bersikeras tidak mengizinkan kaum
Muslimin memasuki kota Makkah, dengan alasan akan menjahihkan kewibawaan kaum
kafir Quraisy di mata bangsa Arab.
Sahabat Utsman ditahan oleh kaum kafir Quraisy, bahkan tersiar kabar bahwa beliau
telah dibunuh. Menyikapi kabar tersebut kaum Muslimin telah bersepakat mengadakan
"sumpah setia" (baiat), untuk berperang melawan kafir Quraisy, sampai meraih
kemenangan. Sumpah setia itu disebut "Baiatur Ridwan".
Untunglah di saat-saat genting seperti itu sahahat Utsman bin Affan.muncul,
membawa berita akan diadakannya perundingan antara kaum kafir Quraisy dengan kaum
muslimin. Maka terjadilah perundingan antara delegasi kaum kafir Quraisy yang dipimpin
oleh Suhail Ibnu Umardan delegasi umat Islam yang dipimpin oleh Nabi Muhammad Saw
Perundingan tersebut melahirkan kesepakatan antara dua belah pihak,dan melahirkan
sebuah perjanjian, yang dikenal dalam sejarah sebagai perjanjian Hudaibiyah (Sulhul
Hudaibiyah).
Isi perjanjian itu sebagai berikut :
1) Selama sepuluh tahun diberlakukan gencatan senjata antara kaum Quraisy penduduk
Makkahdan umat Islam penduduk Madinah.
2) Orang Islam dari kaum Quraisy yang datang kepada umat Islam, tanpa seizin walinya
hendaklah ditolak oleh umat Islam.
3) Kaum Quraisy, tidak akan menolak orang-orang Islam yang kembali dan bergabung dengan
mereka.
4) Tiap kabilah yang ingin masuk dalam persekutuan dengan kaum Quraisy atau dengan kaum
muslimin dibolehkan dan tidak akan mendapat rintangan.
5) Kaum muslimin tidak jadi mengerjakan umrah saat itu, mereka harus kembali ke Madinah
dan boleh mengerjakan umrah di tahun berikutnya dengan persyaratan :
-

Kaum Muslimin memasuki kota Mekah setelah penduduknya untuk sementara keluar dari
koa Makkah.

Kaum muslimin memasuki kota Makkah tidak boleh membawa senjata.

Kaum Muslimin tidak boleh berada di dalam kota Makkah lebih dari tiga hari tiga malam.
Kaum kafir Quraisy mengetahui, bahwa perjanjian Hudaibiyah ini sangat
menguntungkan kaum muslimin. Umat Islam semakin kuat, karena hampir seluruh

semenanjung Arab, termasuk suku-suku bangsa Arab yang paling selatan telah
menggabungkan diri kepada Islam. Kaum kafir Quraisy merasa terpojok dan mereka secara
sepihak berniat membatalkan perjanjian Hudaibiah itu, dengan cara menyerang Bani
Khuza'ah yang berada di bawah perlindungan Islam. Sejumlah prang dari Bani Khuza'ah
mereka bunuh dan selebihnya mereka cerai-ceraikan. Bani Khuza'ah segera mengadu
kepada Rasulullah saw, dan mohon keadilan.
Mendapat pengaduan seperti itu kemudian Nabi Muhammad Saw dengan sepuluh
ribu bala tentaranya berangkat menuju kora Mekah untuk membebaskan kota Mekah dari
para penguasa kafir yang zalim, yang telah melakukan pembunuhan secara kejam terhadap
umat Islam dari Bani Khuza'ah.
Rasulullah Saw sebenamya tidak menginginkan terjadinya peperangan, yang sudah
tentu akan menelan banyak korban jiwa. Untuk itu Rasulullah Sawdan bala tentaranya
berkemah di pinggiran kota Makkah dengan maksud agar kaum kafir Quraisy melihat
sendiri, kekuatan besar dari bala tentara kaum Muslimin. Taktik Rasulullah Saw seperti itu
ternyata berhasil, sehingga dua orang pemimpin Quraisy yaitu Abbas (paman Nabi Saw)
dan Abu Sufyan (seorang bangsawan Quraisy yang lahir tahun 567M dan wafat tahun 652
M) datang menemui Rasulullah Saw dan menyatakan diri masuk Islam.
Dengan masuk Islamnya kedua orang pemimpin kaum kafir Quraisy itu Rasulullah
Saw dan bala tentaranya dapat memasuki kota Makkah dengan aman dan membebaskan
kota itu dari para penguasa kaum kafir Quraisy yang dzalim. Pembebasan kota Makkah ini
terjadi pada tahun 8 H secara damai tanpa adanya pertumpahan darah. Bahkan setelah itu,
kaum Quraisy berbondong-bondong menyatakan diri masuk Islam, menerima ajakan
Rasulullah dengan kerelaan hati. Kemudian bersama-sama bala tentara Islam mereka
membersihkan Ka'bah dari berhala-berhala dan menghancurkan berhala-berhala itu.
Kaum Muslimin masih menghadapi kaum musyrikin, yang semula bersekutu dengan
kaum kafir Quraisy yang telah masuk Islam itu, yaitu Bani Saqif, Bani Hawazin, Bani Nasr,
dan Bani Jusyam. Kaum musyrikin tersebut bersatu di bawah pimpinan Malik bin Auf
(Bard Nasr) berangkat menuju Makkah untuk memerangi kaum Muslimin, yang telah
menghancurkan berhala-berhala yang mereka sembah.
Mendengar berita bahwa kaum musyrikin itu akan memerangi umat Islam di
Makkah, maka Rasulullah Saw memimpin bala tentaranya sebanyak 12.000 orang menuju

ke lembah Hunain tempat kaum musyikin berkemah. Maka terjadilah pertempuran sengit
antara pasukan Islam dan pasukan musyrikin yang berakhir dengan kemenangan di pihak
Islam. Perang Hunain ini terjadi dua minggu setelah peristiwa pembebasan kota Makkah
(Fathul Makkah).
Sisa pasukan musyrikin melarikan diri ke Thaif. Rasulullah Sawdan bala tentaranya
mengejar mereka ke Thaif, lain mengadakan pengepungan selama beberapa hari lamanya
sehingga pemimpin mereka Malik bin Auf dengan seluruh pasukan gabungannya, Yaitu:
Bani Saqif, Bani Hamazim, Bani Nasr, dan Bani Jusyam menyatakan masuk Islam.
Pada tahun ke-9dan 10 H berbagai kabilah bangsa Arab seperti Barn Tamim, Bani
Amr, Bani Sa'ad Ibnu Bakr, dan Bani Abdul Haris datang ke Madinah menghadap
Rasulullah Saw untuk menyatakan dukungannya.
Dengan demikian seluruh Jazirah Arabia telah masuk Islam, dan masuk wilayah
pemerintahan Islam yang berpusat di Madinah. Rasulullah Sawdan umat Islam memperoleh
kemenangan yang gilang-gemilang (lihatdan pelajari QS. An-Nasr, 1 10: 1-3).
3. Dakwah Islam keluar Jazirah Arabia
Rasulullah Saw menyeru umat manusia di luar Jazirah Arabia agar memeluk agama
Islam, dengan jalan, mengirim utusan untuk menyampaikan surat dakwah Rasulullah Saw
kepada para penguasa atau para pembesar mereka. Para penguasa atau para pembesar
negara yang dikirimi surat dakwah Rasulullah Saw itu seperti :
a. Heraclius, Kaisar Romawi Timur
Yang menerima surat dakwah Rasulullah, melalui utusannya DillijAli bill Khalifah.
Heraclius tidak menerima seruan dakwah Rasulullah Saw karena tidak mendapat
persetujuan dari para pembesar negara dan para pendeta. Namun surat dakwah itu
dibalasnya dengan tutur kata sopan, di samping mengirimkan hadiah untuk Rasulullah Saw.
b. Muqauqis, Gubernur Romawi di Mesir
Rasulullah Saw mengirim surat dakwah kepada Muqauqis melalui utusannya yang bernama
Hatib. Setelah surat itu dibaca Muqauqis belum bisa menerima seruan untuk masuk Islam,
namun dia menyampaikan surat balasan kepada Rasululfah Sawdan mengirim hadiahhadiah berupa seorang budak wanita, kuda, keledai, dan pakaian-pakaian.
c. Syahinsyah, Kaisar Persia

Syahinsyah adalah penguasa yang lalim dan sombong. Karena kesombonganya surat
dakwah Rasulullah Saw itu dirobek-robeknya. Mengetahui Surat dakwah itu dirobek-robek,
Rasulullah menjelaskan bahwa Syahinsyah yang sombong itu akan dibunuh oleh anaknya
sendiri pada malam Selasa tanggal 10 Jumadil Awal tahun ke-7 hijrah. Apa yang diucapkan
Rasulullah Saw ternyata sesuai dengan kenyataan. Syahinsyah dibunuh oleh anaknya
sendiri yaitu as Syirwaih karena kelalimannya.
Kemudian Surat dakwah Rasulullah Saw dikirimkan pula kepada An Najasii (Raja
Ethiopia), AlMunzir bin Sawi (Raja Bahrain), Hudzah bin Ali (Raja Yamamah) dan Al
Haris (Gubernur Romawi di Syam). Di antara penguasa-penguasa tersebut yang menerima
seruan dakwah Rasulullah, hanyalah Al-Munzir bin Sawi penguasa Bahrain yang
menyatakan masuk Islam dan mengajak para pembesar negara dan rakyatnya agar masuk
Islam.
B. Strategi Dakwah Rasulullah Saw Periode Madinah
Pokok-pokok pikiran yang dijadikan strategi dakwah Rasulullah Saw periode
Madinah adalah :
1. Berdakwah dimulai dari diri sendiri. Maksudnya sebelum mengajak orang lain meyakini
kebenaran Islamdan mengamalkan ajarannya, maka terlebih dahulu orang yang berdakwah
itu harus meyakini kebenaran Islam dan mengamalkan ajarannya.
2. Cara (metode) melaksanakan dakwah sesuai dengan petunjuk Allah Swt dalam Surah AnNahl (16): 125. (Coba kalian cari dan pelajari!)
3. Berdakwah itu hukumnya wajib bagi Rasulullah Saw dan umatnya. Dalil wajibnya: AlQur'an Surah Ali Imran, 3: 104,dan Hadis Rasulullah Saw:
"Baliighuu `annii walau ayatan " HR. Bukhori.
Artinya: Sampaikanlah apa yang berasal dariku (tentang Islam) walau hanya satu ayat
(H.R. Bukhari).
4. Berdakwah dilandasi dengan niat ikhlas karena Allah Swt semata, bukan dengan niat untuk
memperoleh popularitasdan keuntungan yang bersifat materi. Umat Islam dalam
melaksanakan tugas dakwahnya, selain harus menerapkan pokok-pokok pikiran yang
dijadikan sebagai strategi dakwah Rasulullah Saw, juga hendaknya meneladani strategi
Rasulullah Saw dalam membentuk masyarakat Islam atau masyarakat madani di Madinah.

Masyarakat madani adalah masyarakat yang menerapkan ajaran Islam untuk seluruh aspek
kehidupan, sehingga terwujud kehidupan bermasyarakat yang baldatun thoyyibatun wa
rabbun ghofuur yakni masyarakat yang baik, aman, tentram, damai, adil dan makmur di
bawah naungan rida illahi dan ampunannya. Adapun usaha-usaha Rasulullah SAW dalam
mewujudkan masyarakat sebagai mana tersebut adalah :
a. Membangun masjid
Masjid yang pertama kali dibangun Rasulullah Saw di Madinah ialah masjid Quba,
yang berjarak + 5 km, sebelah barat Madinah. Masjid Quba ini dibangun pada tanggal 12
Rabiul Awal tahun pertama hijrah (20 September 622 M).
Setelah Rasulullah saw menetap di Madinah, pada setiap hari Sabtu, beliau
mengunjungi Masjid Quba untuk salat berjamaah dan menyampaikan dakwah Islam. Masjid
kedua yang dibangun oleh Rasulullah Saw dan sahabatnya adalah masjid nabawi di
Madinah. Masjid ini dibangun secara gotong royong oleh kaum muhajirin dan Ansar, yang
peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw dan peletakan batu kedua,
ketiga, keempat, dan kelima dilaksanakan oleh para sahahat terkemuka yakni: Abu Bakar
r.a., Umar bin Khotob r.a. Utsman bin Affan r.a., dan Ali bin Abi Tholib r.a. Mengenai
fungsi atau peranan masjid masa Rasulullah Saw adalah sebagai berikut :
-

Masjid sebagai sarana pembinaan umat Islam di bidang aqidah dan akhlak.

Masjid merupakan sarana ibadah, khususnya sholat lima waktu, salat Jumat, salat Tarwih,
salat Idul Fitri, dan Idul Adha. (Lihat Q.S. Al-Jinn, 72: 18)

Masjid merupakan tempat belajar dan mengajar tentang agama Islam yang bersumber
kepada Al-Qur'an dan Hadist.

Masjid sebagai tempat pertemuan untuk menjalin hubungan persaudaraan sesama muslim
(ukhuwah Islamiah) demi terwujudnya persatuan.

Menjadikan masjid sebagai sarana kegiatan sosial, misalnya sebagai tempat penampungan
zakat, infak, dan sedekah dan menyalurkannya kepada yang berhak menerimanya, terutama
para fakir miskin dan anak-anak yatim telantar.

Menjadikan halaman masjid dengan memasang tenda, sebagai tempat pengobatan para
penderita sakit, terutama para pejuang Islam yang menderita luka akibat perang melawan
orang-orang kafir. Sejarah mencatat adanya seorang perawat wanita terkenal pada masa
Rasulullah yang bernama "Rafidah".

Rasulullah Saw menjadikan masjid sebagai tempat bermusyawarah dengan para sahabatnya.
Masalah-masalah yang dimusyawarahkan antara lain: usaha-usaha untuk mengatasi
kesulitan, usaha-usaha untuk memajukan umat Islam, dan strategi peperangan melawan
musuh-musuh Islam agar memperoleh kemenangan.

b. Mempersaudarakan antara Kaum Muhajirin dan Anshar


Muhajirin adalah para sahabat Rasulullah Saw penduduk Mekah yang berhijrah ke
Madinah. Ansar adalah para sahabat Rasulullah Saw, penduduk asli Madinah yang
memberikan pertolongan kepada kaum Muhajirin.
Rasulullah Saw bermusyawarah dengan Abu Bakar r.a.dan Umar bin Khattab, untuk
mempersaudarakan antara Muhajirin dan Anshar hingga terwujud persatuan yang tangguh.
Hasil musyawarah memutuskan bahwa setiap orang Muhajirin mencari dan mengangkat
seorang dari kalangan Anshar menjadi saudara senasab (seketurunan), dengan niat ikhlas
karena Allah Swt, demikian juga sebaliknya orang Anshar. Rasulullah Saw memberi contoh
dengan mengangkat Ali bin Abi Thalib sebagai saudaranya. Apa yang dicontohkan oleh
Rasulullah Saw untuk seluruh sahabatnya misalnya:
Hamzah bin Abdul Muthalib, paman Rasulullah Saw sebagai pahlawan Islam yang
pemberani bersaudara dengan Zaid bin Haritsah, mantan hamba sahaya yang kemudian
dijadikan anak angkat Rasulullah Saw Abu BakarAsh-Shiddiq, bersaudara dengan Kharizah
bin Zaid. Umar bin Khattab bersaudara dengan Irban bin Malik Al Khazraji (Ansar).
Utsman bin Affan bersaudara dengan Aus bin Tsabit. Dan Abdurrahman bin Auf bersaudara
dengan Saad bin Rabi (Anshor).
Demikianlah seterusnya setiap orang Muhajirin dan orang Anshar, termasuk
Muhajirin setelah hijrahnya Rasulullah Saw, dipersaudarakan secara sepasang-sepasang,
layaknya seperti saudara senasab.
Persaudaraan secara sepasang-sepasang seperti tersebut, ternyata membuahkan hasil antara
Muhajirin dan Anshar terjalin hubungan persaudaraan yang lebih baik. Mereka saling
mencintai, saling menyayangi, hormat-menghormati, dan tolong-menolong dalam kebaikan
dan ketakwaan.
Kaum Anshar dengan ikhlas memberikan pertolongan kepada kaum Muhajirin
berupa tempat tinggal, sandang pangan, dan lain-lain yang diperlukan. Namun kaum
Muhajirin juga tidak diam berpangku tangan, mereka berusaha sekuat tenaga untuk mencari

nafkah agar dapat hidup mandiri. Misalnya Abdurrahman bin Auf menjadi pedagang, Abu
Bakar, Umar bin Khattab, dan Ali bin Abu Thalib menjadi petani karma.
Kaum Muhajirin yang belum mempunyai tempat tinggal dan mata pencaharian oleh
Rasulullah Saw ditempatkan di bagian Masjid Nabawi yang beratap yang disebut suffa dan
mereka dinamakan ahlu Suffa (penghuni suffa). Kebutuhan-kebutuhan mereka dicukupi
oleh kaum Muhajirin dan Anshar secara gotong royong. Kegiatan Ahlu Suffa itu antara lain
mempelajari dan menghafal AlQur'an dan Hadits, kemudian diajarkan kepada yang lain.
Sedangkan apabila terjadi perang antara. kaum Muslimin dengan kaum kafir, mereka ikut
berperang.
C. Perjanjian Bantu-Membantu antara Umat Muslim dan Umat Non-Islam
Pada waktu Rasulullah Saw menetap di Madinah, Penduduknya terdiri. 3 golongan,
yaitu umat Islam umat Yahudi (Banu Qainuqa, Bani Nadzir, Banu Quraidhoh) dan orangorang arab yang belum masuk Islam.
Rasulullah Saw membuat perjanjian dengan penduduk Madinah non-Islam dan tertuang
dalam Piagam Madinah. Isi Piagam Madinah itu antara lain :
1. Setiap golongan dari ketiga golongan penduduk Madinah memiliki hak pribadi, keagamaan,
dan politik. Sehubungan dengan itu Setiap golongan penduduk Madinah, berhak
menjatuhkan hukuman kepada orang yang membuat kerusakan dan memberi keamanan
kepada orang yang mematuhi peraturan.
2. Setiap individu penduduk Madinah mendapat jaminan kebebasan beragama.
3. Seluruh penduduk Madinah yang terdiri dari kaum Muslimin, kaum Yahudi, dan orangorang Arab yang belum masuk Islam sesama mereka hendaknya sating membantu dalam
bidang moril dan materiil. Apabila Madinah diserang musuh, maka seluruh penduduk
Madinah harus bantu-membantu dalam mempertahankan kota Madinah.
4. Rasulullah adalah pemimpin seluruh penduduk Madinah. Segala perkara dan perselisihan
yang terjadi di Madinah harus diajukan kepada Rasulullah untuk diadili sebagaimana
mestinya.
D. Meletakakan Dasar Politik, Ekonomi, dan Sosial yang Islami demi Terwujudnya
masyarakat Madani

Islam tidak hanya mengajarkan bidang akidah dan ibadah, tetapi mengajarkan juga
bidang politik, ekonomi, dan sosial, yang kesemuanya bersumber pada Al Qur' an dan
hadits.
Pada masa Rasulullah, penduduk Madinah mayoritas sudah beragama Islam,
sehingga masyarakat Islam sudah terbentuk, maka adanya pemerintahan Islam merupakan
keharusan. Rasulullah Saw selain sebagai seorang nabi dan rasul, juga tampil sebagai
seorang kepala negara (khalifah).
Sebagai kepala negara, Rasulullah Saw telah meletakkan dasar bagi sistem politik
Islam, yakni musyawarah. Melalui musyawarah, umat Islam dapat mengangkat wakil-wakil
rakyat dan kepala pemerintahan, serta membuat peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh
seluruh rakyatnya. Dengan syarat, peraturan-peraturan itu tidak menyimpang dari tuntunan
Al Qur'an dan Hadits (dalil naqlinya lihat Q.S. An Nisa'- (4): 59).
Dalam bidang ekonomi Rasulullah Saw telah meletakkan dasar bahwa sistem
ekonomi Islam itu harus dapat menjamin terwujudnya keadilan sosial.
Dalam bidang sosial kemasyarakatan, Rasulullah Saw telah meletakkan dasar antara
lain adanya persamaan derajat di antara semua individu, semua golongan, dan semua
bangsa. Sesuatu yang membedakan derajat manusia ialah amal salehnya atau hidup
bermanfaat (lihat QS. Al-Hujurat (49): 13).
Rangkuman
Dakwah Rasulullah Saw periode Madinah dilakukan selama sepuluh tahun. Dakwah
ditujukan kepada umat Islam dan umat yang belum masuk Islam. Dakwah periode Madinah
ini mendapat hambatan dan tantangan dari kaum kafir Quraisy, Yahudi Madinah, dan
sekutu-sekutunya. Mereka musuh-musuh Islam bertekad untuk melenyapkan Islamdan
kaum Muslimin. Untuk menghadapi tantangan dan tekad musuh-musuh Islam tersebut, dan
setelah turun ayat Al-Qur'an yang isinya izin dari Allah Swt untuk berperang, maka
terjadilah beberapa kali peperangan seperti Perang Badar, Perang Uhud, dan Perang Ahzab.
Pada tahun ke-6 H terjadi Perjanjian Hudaibiyah antara umat Islam, dengan kaum kafir
Quraisy. Perjanjian ini menguntungkan umat Islam, antara lain umat Islam memperoleh
keleluasaan untuk berdakwah, sehingga dalam waktu dua tahun saja berbagai kabilah Arab
berduyun-duyun masuk Islam. Pada tahun ke-8 H kaum kafir Quraisy melanggar Perjanjian
Hudaibiyah. Hal ini memberi kesempatan kepada Rasulullah Saw dan umat Islam untuk

membebaskan Makkah dan penguasa kaum kafir Quraisy yang zalim. Rasulullah Saw
dengan bala tentaranya sebanyak 10.000 orang berangkat menuju Makkah dan tanpa
perlawanan kaum kafir Quraisy menyerah dan menyatakan diri masuk Islam. Tidak lama
setelah pembebasan kota Makkah, terjadi lagi Perang Hunain dan Thaif. Dalam peperangan
ini kaum musyrikin mengalami kekalahan dan seluruhnya masuk Islam. Pada tahun ke-9
dan ke-10 H berbagai kabilah bangsaArab menghadap Rasulullah Saw untuk menyatakan
dukungannya. Demikianlah seluruh Jazirah Arab sudah masuk Islam dan masuk wilayah
pemerintahan Islam Yang berpusat di Madinah.

MAKALAH AGAMA
TENTANG
KERELADANAN RASULULLAH SAW
PERIODE MADINAH
DISUSUN
O
L
E
H
KHAIRUNNISA PUTRI FADHILAH
X.1
SMAN 9 MANDAU

Вам также может понравиться