Вы находитесь на странице: 1из 11

197

BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil asuhan yang dilakukan penulis kepada Ny. Y sejak


tanggal 09April 2015 sampai 27 Juni 2015 atau sejak masa kehamilan Ny. Y
berusia 34-36 minggu (masa hamil), bersalin, bayi baru lahir, nifas 6 jam sampai 6
minggu post partum serta keluarga bercana didapatkan hasil sebagai berikut :
4.1Pembahasan Asuhan Kebidanan pada Kehamilan
Klien dengan identitas Ny.Y, hamil anak pertama dan usia 23 tahun.
Kehamilan ini merupakan kehamilan yang direncanakan. Selama kehamilan ini
Ny.Yselalu memeriksakan kehamilannya.Agar tidak terjadi masalah dengan
kehamilannya ini serta menghindari terjadinya masalah persalinan nanti. Selama
kehamilan ibu memeriksakan kehamilannya sebanyak 8 kali yaitu pada trimester I
sebanyak 2 kali, trimester II sebanyak 3 kali dan trimester III sebanyak 3 kali. Hal
ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa minimal kunjungan ANC adalah
4 kali, yaitu trimester I sebanyak 1 kali, trimester II sebanyak 1 kali dan trimester
III sebanyak 2 kali.Frekuensi pemeriksaan ini telah memenuhi standar sesuai
dengan teori evidence-based practice, pemerintah telah menetapkan program
kebijakan ANC sebagai berikut kunjungan ANC dilakukan minimal 4 x selama
kehamilan (Rukiyah, 2014). Tujuan asuhan dalam trimester 3 yaitu untuk
membantu ibu dalam menyiapkan aspek fisik, spiritual, sosial serta psikologi
dalam menghadapi persalinan dan nifas. Sasaran utama pemberian asuhan yaitu

198

untuk memastikan bahwa ibu dan bayi memiliki kesehatan yang baik pada akhir
kehamilan dan mendeteksi dini adanya komplikasi yang timbul.
Kunjungan pertama, keluhan Ny. Y sakitperutbagianbawah karena gerakan
janin sudah lebih sering, kemudian ibu diberikan penyuluhan agar ibu bisa tidur
sesuai dengan jam istirahat yaitu siang hari 1-2 jam malam hari 6-8 jam.
Kemudian lakukan metode relaksasi progesif yaitu minum air hangat dan mandi
air hangatserta kurangi aktivitas yang berat (Rukiyah, 2014). Berat badan ibu saat
kunjungan pertama hanya 60 kg dengan tinggi badan 158 cm. Lila ibu pada
kunjungan pertama yaitu 27 cm pada teori normalnya lila 23,5 cm-36 cm hal ini
tidak ada kesenjangan.
Kunjungan kedua, Ny. Ymengatakanseringbuang air kecil, kemudian ibu
diberi penyuluhan tentang senam hamil yang bertujuan untuk mempersiapkan dan
melatih otot-otot sehingga dapat berfungsi secara optimal pada masa persalinan
dan dapat mengurangi pegal-pegal yang dialami ibu, lalu menganjurkan ibu untuk
mandi air hangat untuk mengurangi sulit tidur yang dialami ibu. Berat badan ibu
bertambah 61kg dan lila ibu 27,5 cm. Ibu telah melakukan senam hamil dan
197
mandi air hangat sehingga keluhan ibu teratasi.
Kunjungan ketiga, Ny. Y mengatakan mudah lelah, sudah mulai sesak,
mengeluh sulit tidur di malam hari, sering buang air kecil. Ibu mengatakan itu
biasa karena perut ibu yang mulai membesar. Ibu diberikan penyuluhan yaitu
tidur dengan posisi miring sehingga mengurangi sesak pada ibu dan mengonsumsi
air minum pada siang hari dan mengurangi konsumsi minum pada malam hari
sehingga dapat mengurangi frekuensi buang air kecil. Berat badan ibu bertambah

199

62kg dan lila ibubertambah 28 cm. Ibu tidak merasa ada keluhan lain pada tubuh
ibu.
Pada kunjungan keempat, Ny. Y merasakan sakit perut bagian bawah, sakit
pada pinggang. Ibu telah diberi penyuluhan bahwa itu merupakan hal yang
fisiologis yang dialami ibu hamil trimester III dengan tua kehamilan (38-40 mg).
Ibu merasa sudah siap dalam menghadapi persalinan. Berat badan ibu 63 kg dan
lila ibu 28,5 cm, ibu merasa tidak merasakan sakit pada tubuh lain.
Mengukur tinggi fundus uteri pada setiap kunjungan untuk mengetahui
tuanya kehamilan dalam kandungan dengan mengukur tinggi fundus uteri dari tepi
atas sympisis pubis sampai fundus uteri. Kasus yang dialami Ny.Y bahwa pada
saat pemeriksaan usia kehamilan 34-36 minggu TFU 28 cm, usia kehamilan 34-36
mingggu TFU 29 cm, usia kehamilan 36-38 minggu TFU 30 cm dan usia
kehamilan 38-40 minggu TFU 30 cm.
Pada kasus Ny. Y, tidak ditemukan tanda-tanda bahaya kehamilan.
Menurut teori tanda-tanda bahaya kehamilan adalah pendarahan yang keluar dari
jalan lahir seperti abortus, plasenta previa, dan solusio plasenta, sakit kepala yang
hebat, pandangan kabur, nyeri abdomen yang hebat, janin kurang atau tidak
bergerak,serta bengkak pada muka dan tangan (Ai Yeyeh, 2014)
Dalam pemeriksaan kehamilan, Ny. Y hanya mendapatkan 11T pelayanan
standar, tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa teori terdiri dari 14T
yaitu tekanan darah,timbang dan ukur tinggi badan, tinggi fundus uteri, tablet
Fe,imunisasi TT, temuwicara konseling, tes HB, tekan pijat perawatan payudara,
tingkat kebugaran olahraga, tes protein urin dan tes reduksi urine. Terapi yodium

200

kapsul tidak diberikan karena tidak ada pembesaran tiroid pada saat dilakukan
pemeriksaan fisik. Pada tes penyakit menular seksual, PMS tidak dilakukan
karena tidakditemukan tanda dan gejala penyakit menular seksual.
Selama kehamilan ini, Ny. Y mengalami keluhan-keluhan pada trimester I
seperti mual dan muntah yang menurut teori ini merupakan hal yang fisiologis
karena mual muntah dapat diatasi dengan istirahat yang cukup, tidak langsung
bangun dari tempat tidur dan menghindari bau-bauan yang menyengat. Trimester
II Ny. Y tidakmengalamikeluhan. Trimester III mengeluh sulit tidur, hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu karena keadaan perut yang semakin
membesar, gerakan janin dalam kandungan, rasa tidak enak di daerah ulu hati,
dsb. Semua hal ini dapat menyebabkan ibu hamil kesulitan untuk tidur dengan
nyaman di malam hari. Keluhan sulit tidur dapat diatasi dengan mencari posisi
yang nyaman untuk tidur, dan minum susu.
Seperti yang diketahui dalam kehamilan selain ibu, janin juga tidak luput
dari pengawasan. Perkembangan janin baik, ibu merasakan gerakan janin pada
usia kandungan 4 bulan dan pantauan detak jantung janin setiap kali pemeriksaan
dengan hasil detak jantung janin normal 120-160x/menit. Presentasi janin adalah
letak kepala, seperti yang diharapkan.
4.2 Pembahasan Asuhan Kebidanan pada Persalinan
Ny. Y memasuki masa persalinan dengan usia kehamilan 38-40 minggu.
Tidak adanya kesenjangan antara teori dan dengan kenyataan dimana menurut
teori persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan yaitu 37-42 minggu (Prawirohardjo, 2012)

201

Kala I pada kasus ini didasari dengan adanya mules-mules yang dirasakan
Ny. Y sejak tanggal 12 Mei 2015 jam 20.00 wib. Pada tanggal 12Mei 2015, saat
pemeriksaan jam 20.10wib frekuensi mules 3 kali dalam 10 menit dan lamanya
kurang dari 20 detik. Pada pemeriksaan dalam ditemukan pembukaan 4 cm.
Asuhan yang diberikan pada kala I yaitu memberikan dukungan
emosional, bekerja sama dengan keluarga untuk mengucapkan kata-kata yang
membesarkan hati, memasase punggung ibu serta membantu ibu bernafas dengan
benar pada saat kontraksi, membantu ibu dalam mencari posisi yang nyaman
(miring kiri, berjalan, jongkok), memberikan cairan dan nutrisi untuk tenaga ibu,
menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih sedikitnya dalam 2 jam
atau bila ibu merasa ingin kencing, menjaga privasi ibu dengan menutup pintu
kamar, menyiapkan peralatan partus set dan kelengkapan persalinan.
Tanggal 13Mei 2015, jam 00.10 wib dilakukan pemeriksaan dengan
pembukaan 6 cm, penurunan kepala 3/5 , DJJ : 140x/menit, His 3x/10 menit,
lamanya 30 detik. Asuhan yang diberikan pada tahap ini adalah mengajarkan ibu
untuk relaksasi, berjalan-jalan sekitar ruangan.
Tanggal 13Mei 2015, jam 04.00 wib dilakukan pemeriksaan dengan
pembukaan 8 cm, penurunan kepala 2/5 bagian , DJJ : 134 X/menit, His 4x
dalam 10 menit, lamanya 40 detik. Asuhan yang diberikan adalah memberikan
makanan dan minuman disela-sela kontraksi, mengajarkan kepada ibu cara
mengedan yang baik, mengajurkan ibu memilih posisi yang nyaman dan
menanyakan kepada ibu siapa yang menemaninya saat bersalin.

202

Tanggal 13Mei 2015, jam 07.00 wib dilakukan pemeriksaan dengan


pembukaan 10 cm, penurunan kepala 0/5 , DJJ : 144 x/menit, kontraksi 5x dalam
10 menit, lamanya 45 detik. Asuhan yang diberikan memberikan dukungan
kepada ibu dan melakukan asuhan persalinan normal.
Kala II pada kasus ini terjadi pada saat pemeriksaan dalam jam 07.10
pembukaan sudah lengkap dan ketuban masih negatif serta Ny. Y mengatakan ada
dorongan yang kuat untuk mengejan. Tidak dilakukan episiotomy karena ibu tidak
mau dilakukan episiotomi, padahal tampak jelas waktu ibu mengedan perineum
ibu sudah menipis. Kemudian dilakukan amniotomi dikarenakan pembukaan
lengkap kepala sudah diameter 5-6 cm dan ibu merasakan ingin meneran. Kala II
memakan waktu 1 jam 10 menit, bayi lahir jam 08.10 wib, bayi segera menangis
dengan jenis kelamin Laki-laki, BB 3500 gram dan PB 48 cm, nilai apgar 8-9-9.
Pada Ny.Y kala III berlangsung 30 menit dan menurut teori pada
primigravida kala III berlangsung ratarata 30menit. Kala III tidak ada
kesenjangan antara teori dan pelaksanaannya pada kasus ini terjadi jam 08.25 wib,
proses pengeluaran plasenta 5menit. Pengeluaran plasenta dengan spontan tanpa
penyulit,dengan tanda-tanda tali pusat memanjang, adanya semburan darah yang
mendadak dan perubahan tinggi fundus. Plasenta lahir lengkap dengan selaputnya,
jumlah kotiledon 20buah. Hal ini tidak ada kesenjangan antara teori dan
praktiknya dimana pengeluaran plasenta berkisar 30 menit (Lailiyana, 2011).
Kala IV pada kasus ini pun berjalan tanpa penyulit, kontraksi baik, laserasi
derajat II. Penjahitan dilakukan dengan jelujur serta menggunakan anastesi.
Tekanan darah ibu 110/70 mmHg menunjukan batas normal. TFU 2 jari dibawah

203

pusat, kandung kemih kosong, pengeluaran darahpun dalam batas normal. Dalam
kala IV ibu dianjurkan memasase fundus yang sebelumnya diajarkan terlebih
dahulu untuk memantau kontraksi dan mencegah terjadinya perdarahan post
partum. Oleh karena itu, dilakukan pemantauan setiap 15 menit dalam 1 jam
pertama setelah persalinan dan 30 menit dalam jam kedua setelah persalinan.
4.3 Pembahasan Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir
Bayi Ny. Y lahir pada usia kehamilan 38-40 minggu pada tanggal 13Mei
2015, pada pukul 08.10 wib

secara spontan dengan letak belakang kepala,

menangis kuat, warna kulit kemerahan, tidak ada cacat bawaan, anus positif, jenis
kelamin laki-laki, dengan berat badan: 3500 gram, panjang badan: 48 cm, lingkar
kepala: 33 cm, lingkar dada: 34 cm, reflek morro, rooting, sucking, grasping baik.
Pada kasus ini neonatus cukup bulan, sesuai dengan teori yaitu masa gestasi 37-42
minggu, berat badan 2500-4000 gram, panjang 48-52 cm, kulit kemerahan. Dari
hasil pemeriksaan yang didapat, hal ini sudah sesuai dengan teori yang
menyebutkan bahwa ukuran lingkar kepala 33 cm, lingkar dada 34 cm, hal ini
sesui dengan teori dan tidak ada kesenjangan (Marmi dan Kukuh, 2012).
Setelah bayi lahir langsung dilakukan IMD dengan hasil bayi belum
mampu menyusu sendiri, bayi hanya mampu mencari puting dan kontak skin to
skin dengan ibu,hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa IMD
dilakukan setelah bayi lahir atau setelah tali pusat diklem dan di potong letakkan
bayi tengkurap di dada ibu dengan kulit bayi bersentuhan langsung dengan kulit
ibu yang berlangsung selama 1 jam atau lebih, bahkan sampai bayi dapat mnyusui
sendiri.Hal ini telah sesuai dan tidak ada kesenjangan (JPNK-KR, 2012).

204

Bayi vitamin K satu jam setelah lahir . Hal ini sesuai dengan teori yaitu
pemberian vitamin K yang diberikan secara IM dengan dosis 1 mg. Hal ini sudah
sesuai dengan teori dan tidak ada kesenjangan (JNPK-KR,2012).
Bayi diberikan imunisasi Hepatitis B0 pada 2 jam setelah lahir dan pada
usia 1 bulan diberikan imunisasi BCG dan polio 1, menurut teori imunisasi
Hepatitis B0 diberikan pada bayi baru lahir satu jam setelah Vit K, Hepatitis B0
diberikan dipaha sebelah kanan antero lateral (JPNK-KR, 2012), sedangkan
menurut teori lain yaitu imunisasi Hepatitis B0 diberikan pada bayi baru lahir
sampai usia 1 bulan, kemudian imunisasi BCG dan polio 1 diberikan pada usia 12 bulan. Hal ini tidak ada kesenjangan antara teori dengan kenyataan.
Pada saat melakukan perawatan tali pusat,tali pusat dibalut dengan kassa
steril setelah dibersihkan terlebih dahulu dan ibutidak dianjurkan untuk
memberikan cairan atau bahan apapun ke tali pusat, hanya dibersihkan dengan air
bersih dan sabun,lalu keringkan dan tutup dengan kain kassa yang kering untuk
mencegah sentuhan. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa
perawatan tali pusat jangan mengoleskan cairan/bahan apapun ke tali pusat,
mengoleskan alkohol atau povidon iodine masih diperkenankan, tetapi tidak
dikompreskan karena menyebabkan tali pusat basah/lembab (JPNK-KR, 2012).
Ibu memberikan ASI setelah bayi dibersihkan dan dibedong serta hanya
memberikan ASI saja tanpa pendamping. Bayi BAB mekonium sebanyak 4 kali
dan BAK 7-8 kali sehari, reflex isap bayi baik dan menyusu kuat.

205

4.4 Pembahasan Asuhan Kebidanan pada Nifas


Pada masa nifas Ny. Y tidak memiliki masalah apapun. Pola personal
hygiene ibu baik dan ibu tidak memilik masalah pada masa laktasi. Ibu mengaku
menyusui bayinya setiap 2 jam sekali. Ibu sangat sadar bahwa memberikan ASI
pada bayinya sangatlah penting dibandingkan dengan susu formula.
Pada kunjungan nifas 6 hari post partum, dilakukan pemeriksaan tandatanda vital dengan hasil tekanan darah : 10/80 mmHg, pernapasan : 20x/menit,
pols : 80 x/menit, suhu : 36,3 C, kandung kemih kosong, TFU pertengahan
simfisis pusat, lochea yang keluar berwarna merah kekuning-kningan bercampur
dengan lendir. Luka perineum baik, tidak terlihat tanda-tanda infeksi, perineum
bersih ibu sudah dapat menyusui bayinya dengan baik, keluar ASI dari ke-2
payudara, melakukan boonding attchment yaitu meletakkan bayi dalam dekapan
ibu, menayakan pada ibu apakah perdarahan yang tidak normal seperti cairan
berbau, atau pun demam,serta mengingatkan untuk cebok dengan air bersih dan
mengkonsumsi makanan bergizi agar produksi ASI lancar dan untuk mempercepat
masa penyembuhan luka. Hal ini sesuai dengan teori yaitu pemeriksaan untuk 6
hari post partum adalah memastikan bayi menyusu dengan benar, mencegah
terjadinya infeksi serta makanan bergizi (Suherni, dkk. 2009)
Pada kunjungan hari ke 2 minggu post partum, dilakukan pemeriksaaan
tanda-tanda vital yaitu : tekanan darah : 120/80 mmHg, pernapasan : 20x/menit,
pols : 80 x/menit, suhu : 36,8 C, kandung kemih kosong, TFU tidak teraba diatas
simfisis, lochea yang keluar berwarna putih. Luka perineum baik, tidak terlihat
tanda-tanda infeksi, perineum bersih. Ibu mengatakan payudaranya terasa nyeri

206

dan terlihat lecet pada salah satu payudara ibu, kemudian ibu diberi konseling
tentang perawatan payudara yang lecet dengan menjaga payudara tetap bersih dan
kering terutama putting susu dengan cara membersihkan payudara 2x sehari setiap
mau mandi menggunakan baby oil, menggunakan BH yang menyokong payudara,
apabila putting susu lecet oleskan colosturm atau ASI yang keluar pada sekitar
payudara setiap kali selesai menyusui serta melakukan pengurutan seperti yang
diajarkan untuk memperlancar ASI keluar.
Adapun tujuan nifas minggu kedua, menurut teori yaitu memastikan
involusi uterus berjalan normal (kontraksi baik), tidak ada perdarahan abnormal,
memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda
penyulit, memberikan konseling pada ibu mengenai perawatan payudara, menjaga
bayi agar tetap hangat (Suherni, dkk 2009).
Pada kunjungan nifas hari ke 6 minggu, pemeriksaan pada Ny. YTekanan
darah : 120/80 mmHg, pernapasan : 20x/menit, pols : 80 x/menit, suhu : 36,5 C,
kandung kemih kosong, TFU bertambah kecil, luka perineum baik dan sudah
kering, kemudian diberikan konseling mengenai KB, dan menanyakan apakah ada
penyakit yang ibu atau bayi alami. Hal ini sesuai teori yaitu pada kunjungan nifas
yang harus diperhatikan adalah pemberian konseling KB dan menanyakan
penyulit yang ibu dan bayi alami (Suherni, dkk 2009).
Selama masa nifas ibu tidak memiliki pantangan apapun terhadap
makanan. Ibu selalu makan makanan yang bergizi, karena ibu sadar bahwa
makanan bergizi baik untuk kandungan ASI yang diberikan ke bayinya.

207

4.5 Pembahasan Asuhan Kebidanan pada Akseptor KB


Ada beberapa pilihan metode kontrasepsi yang dapat dipilih oleh Ny.
Yyang sesuai dengan ibu yang menyusui, diantaranya yaitu pil progestin, KB
suntik, AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) dan juga kondom.Penjelasan
tentang masing-masing alat kontasepsi mulai dari pengertian, jenis, indikasi dan
kontraindikasi, keuntungan dan kerugian, efek samping, cara pemasangan dan
kunjungan ulang sehingga Ny.Y dapat bebas memilih alat kontrasepsi mana yang
akan digunakan.
Berdasarkan kondisi Ny. Y yang masih menyusui, ibu dianjurkan untuk
memilih suntik 3 bulan, karena efektif tidak mengganggu produksi ASI, selain itu
ibu lebih mudah untuk mengingat kapan melakukan suntik KB.
Ny. Y akhirnya memilih metode kontrasepsi suntik 3 bulan, karena
menurut Ny. Y, sesuai dengan kebutuhannya, harganya murah dan mudah didapat
di tempat pelayanan kesehatan.
Memberikan dukungan kepada ibu apapun metode kontrasepsi yang
dipilih dan memberikan asuhan yang sesuai, yaitu diantaranya memberikan injeksi
intra muscular depo progestin dan memberikan infomasi seputar efek samping
penggunaan metode kontrasepsi suntik 3 bulan, serta menganjurkan ibu untuk
melakukan kunjungan ulang.

Вам также может понравиться