Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Balita merupakan kelompok individu yang rentan terhadap serangan
penyakit. Hal ini disebabkan karena daya tahan tubuh balita yang lemah
sehingga membuatnya rentan terkena infeksi. Salah satu infeksi yang sering
menyerang balita adalah infeksi saluran pernapasan akut.yang salah satu
jenisnya adalah pneumonia. Pneumonia merupakan peradangan pada saluran
paru paru yang disebut alveoli. Penyakit ini sering terjadi pada balita. Ditandai
dengan gejala sesak napas, napas cepat, demam dan terdapat tarikan dinding
dada bagian atas ke dalam (Depkes RI, 2010).
Setiap tahun, Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa
pneumonia (Radang paru-paru) insidensnya mencapai 30 sampai 40 kasus per
1000 anak. Pneumonia menjadi penyebab 20% dari kematian pada balita di
seputar dunia, yakni sekitar 1,2 juta per tahun. Sedangkan, yang masih berada
dalam perawatan rumah sakit akibat penyakit ini ada sekitar 20 juta anak.
Indonesia sendiri menempati urutan keenam sebagai negara dengan jumlah
kasus pneumonia pada balita yang tinggi, yakni sekitar 6 juta kasus per tahun.
Sejauh ini, penanggulangan pneumonia hanya mampu menurunkan 35 persen
angka kematian akibat penyakit ini. https://www.deherba.com
Penanganan pneumonia pada balita dilakukan melalui program MTBS.
Balita akan diberikan penanganan seperti pemeriksaan tanda vital, terapi
Ibu sering tidak melakukan kunjungan ulang karena keluarganya tidak setuju
jika ibu mengobati anaknya ke Puskesmas dan alasan lainnya karena faktor
kesibukan bekerja. Neil Niven (2009) berpendapat bahwa kepatuhan
kunjungan dapat dipengaruhi oleh dukungan, pekerjaan, pengetahuan dan
pendidikan kesehatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan pada pasien dan
keluarganya dan pengetahuan yang dimiliki oleh klien itu sendiri.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 19 April
2015 diperoleh keterangan bahwa berdasarkan data dinas kesehatan kota
Banjarmasin jumlah balita yang menderita pneumonia 5797 orang tahun 2014.
Urutan tertinggi untuk kasus ISPA pneumonia yaitu puskesmas Sungai Jingah
dengan jumlah 541 kasus. Permasalahan yang peneliti temukan yakni dari 10
ibu dari balita penderita pneumonia 6 ibu tidak patuh dalam melakukan
kunjungan ulang pada hari berikutnya dan hanya 4 ibu balita yang patuh
melakukan kunjungan ulang. Hal yang mempengaruhi ibu tidak patuh
melakukan kunjungan berdasarkan hasil wawancara dengan 10 ibu antara lain
4 orang ibu karena pihak keluarga tidak mendukung ibu untuk mengobati
penyakit anaknya ke Puskesmas, 2 ibu terhambat oleh faktor kesibukan
pekerjaan
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang hubungan dukungan keluarga dan faktor
pekerjaan dengan kunjungan ulang ibu balita penderita pneumonia di Wilayah
Kerja Puskesmas Sungai Jingah Tahun 2015
B. Rumusan Masalah
balita
yang
mengalami
pneumonia.
Hasil
penelitian