Вы находитесь на странице: 1из 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses menua pada lansia merupakan fenomena yang tidak dapat dihindarkan.
Semakin baik pelayanan kesehatan sebuah bangsa makin tinggi pula harapan hidup
masyarakatnya dan padan gilirannya makin tinggi pula jumlah penduduknya yang
berusia lanjut, demikian pula di Indonesia.
Dalam pendekatan pelayanan kesehatan pada kelompok lansia sangat perlu
ditekankan pendekatan yang dapat mencakup sehat fisik, spikologis, spiritual dan sosial.
Hal tersebut karena pendekatan dari satu aspek saja tidak akan menunjang pelayanan
kesehatan pada lansia yang membutuhkan suatu pelayanan yang komprehensif. Usia
lansia bukan hanya dihadapkan pada gangguan mental dalam menghadapi usia senja.
Lansia sebagai tahap akhir dari siklus kehidupan, sering diwarnai dengan kondisi
hidup yang tidak sesuai dengan harapan. Beberapa faktor yang sangat berpengaruh
terhadap kesehatan jiwa lansia. Faktor-faktor tersebut hendaklah disikapi secara bijak
sehingga lansia dapt menikmati hari tua mereka dengan bahagia.
1.2 Tujuan
Agar mahasiswa mampu memahami teori serta asuhan keperawatan pada
Penanganan Psikososial Lanjut Usia (<65 tahun) Integritas Diri vs Putus Asa.

BAB II
PEMBAHASAN
1

A. Teori Perkembangan Psikososial Lanjut Usia (<65 tahun) Integritas Diri vs Putus
Asa
2.1 Pengertian Lansia
Usia lansia merupakan tahap ketika individu mencapai integritas diri yang utuh,
memahami makna hidup, dan membimbing generasi berikutnya. (Budi, 2011)
Lanjut usia menurut UU no 4 tahun 1965 adalah seseorang yang mencapai umur 55
tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hiduonya sehari-hari dan
menerima nafkah dari orang lain. Lansia merupakan fase menurunnya kemampuan akal
dan fisik yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. (Wahyudi,
2000.
Sedangkan menurut Prayitno dalam Aryo (2000) mengatakan bahwa setiap
orangyang berhubungan dengan lanjut usia adalah orang yang berusia 56 tahun ke atas,
tidak mempunyai penghasilan dan tidak berdaya dalam mencari nafkah untuk keperluan
pokok bagi kehidupannya sehari-hari.
Saparinah (1983) bependapat baha pada usia 55 sapai 65 tahun merupakan kelompok
umur yang mencapai tahap praenisium pada tahap ini akan mengalami berbagai
penurunan daya tahan tubuh/ kesehatan dan berbagai tekanan psikologis. Dengan
demikian akan timbul perubahan-perubahan dalam hidupnya.
2.2 Konsep Dasar Psikologi Lansia
Perkembangan psikososial lanjut usia adalah tercapainya integritas diri yang utuh.
Pemahaman terhadap makna hidup secara keseluruhan membuat lansia berusaha
menuntun generasi berikut (anak dan cucunya) berdasarkan sudut pandangnya. Lansia
yang tidak mencapai integritas diri akan merasa putus asa dan menyesali masa lalunya
karena tidak merasakan hidupnya bermakna. Sedangkan menurut Erikson yang dikutip
oleh Arya (2010) perubahan psikososial adalah perubahan yang meliputi pencapaian
keintiman, generatif dan integritas yang utuh.
2.3 Ciri Perkembangan Lansia Yang Normal Dan Menyimpang

Ciri Perkembangan Lansia Yang Normal


1. mempunyai harga diri tinggi
2

2. memandang sesuatu secara menyeluruh


3. menerima nilai dan keunikan orang lain
4. menerima datangnya kematian
5. menilai kehidupan yang dijalani memiliki arti dan makna

Ciri Perkembangan Lansia Yang Menyimpang


1. merasa kehidupannya selama ini tidak berarti
2. merasa kehilangan
3. memandang rendah/ menghina/ mencela orang lain
4. masih ingin berbuat banyak, tetapi merasa tidak mempunyai waktu lagi

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Psikososial Lansia


Ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan psikososial lansia
menurut Kuntjoro (2002), antara lain:
1) Penurunan kondisi fisik
Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi
fisik yang bersifat patologis berganda (multiple pathology) misalnya tenaga
berkurang, energy menurun, kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang makin
rapuh, dsb. Secara umum kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa lansia
mengalami penurunan secara berlipat ganda. Hal ini semua dapat menimbulkan
gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologik maupun sosial, yang selanjutnya
dapat menyebabkan suatu keadaan ketergantungan kepada orang lain. Dalam
kehidupan lansia agar dapat tetap menjaga kondisi fisik yang sehat, maka perlu
menyelaraskan kebutuhan-kebutuhan fisik dengan kondisi psikologik maupun sosial.
Sehingga mau tidak mau harus ada usaha untuk mengurangi kegiatan yang bersifat
memfosir fisiknya. Seorang lansia harus mampu mengatur cara hidupnya dengan
baik, misalnya makan, tidur, istirahat dan bekerja secara seimbang.
2) Penurunan fungsi dan potensi seksual
Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usis sering kali
berhubungandengan berbagai gangguan fisik, seperti:
3

Gangguan jantung

Gangguan metabolisme, misal DM

Vaginitis

Kekurangan gizi, karena pencernaan kurang sempurna atau nafsu makan


sangat kurang

Pengguna obat-obat tertentu, seprti antihipertensi, glongan steroid, dll

Adapun faktor psikologis yang menyertai lansia, antara lain:


-

Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia

Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh
tradisi dan budaya

Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya

Pasangan hiduo telah meninggal

Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa


lainnya seperti cemas, depresi, pikun, dsb.

3) Perubahan aspek psikososial


Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan
pada fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar,
persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan
reaksi dan perilaku lansia menjadi lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif)
meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperi gerakan,
tindakan, kordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan.
Dengan adanya kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami perubahan aspek
psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia. Beberapa perubahan
tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia, sebagai berikut:
a. Tipe kepribadian konstruktif (contruction personality), biasanya tipe ini tidak
banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua.
b. Tipe kepribadian mandiri (independent personality), pada tipe ini ada
kecenderungan mengalami post power syndrome, apalagi jika pada masa
4

lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada
dirinya.
c. Tipe kepribadian tergantung (dependent personality), pada tipe ini sangat
dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu harmonis
maka pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup
meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi
jika tidak segera bangkit dari kedudukannya.
d. Tipe kepribadian bermusuhan (hostility personality), pada tipe ini setelah
memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak
keinginan yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama
sehingga menyebabkan kondisi ekonominya menjadi morat-marit.
e. Tipe kepribadian kritik (self hate personality), pada lansia tipe ini umumnya
terlihat sengsara karena perilkaunya sendiri sulit dibantu orang lain atau
cenderung membuat susah dirinya.
4) Perubahanyang berkaitan dengan pekerjaan
Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pension. Meskipun tujuan
ideal pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau njaminan hari
tua, namun dalam kenyataannya sering diartikan sebaliknya, Karena pension
diartikan sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, status dan
harga diri.
Cara menyiasati pension agar tidak merupakan beban mental setelah lansia
adalah sangat bergantung pada sikap mental individu dalam menghadapi masa
pension. Dalam kenyataan ada yang menerima, takut kehilangan, ada yang merasa
senang memiliki jaminan hari tua dan ada juga yang seolah-olah acuh terhadap
pension (pasrah). Masing-masing sikap tersebut sebenarnya memiliki dampak bagi
setiap individu, baik positif maupun negatif. Dampak postif, lebih menentramkan
diri lansia dan dampak negatif akan mengganggu kesejahteraan lansia.
Agar pensiun lebih berdampak positif, sebaiknya ada persiapan pensiun yang
benar-benar diisi dengan kegiatan-kegiatan untuk mempersiapkan diri misalnya
berwiraswasta membuka usaha sendiri yang sangat banyak jenis dan macamnya.
Sehingga alternatif ini cukup menjanjikan dalam menghadapi masa tua, dan lansia
tidak membayangkan bahwa setelah pensiun mereka menjadi tidak berguna,
menganggur, penghasilan berkurang dan sebagainya.
5) Perubahan dalam peran masyarakat
Akibat berkrangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan
sebagainya maka muncul gangguan fungsional bahkan kecacatan pada lansia.
5

Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan


kabur dan sebagainya sehingga sering timbul keterasingan. Hal itu sebaiknya
dicegah dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang
bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa terasing dan diasingkan. Karena jika
keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain
dan kadang-kadang muncul perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung
diri, mengumpulkan barang-barang tidak berguna serta merengek-rengek bila
ketemu orang lain dan perilakunya seperti anak kecil.
Dalam menghadapi permasalah di atas pada umumnya lansia yang memiliki
keluarga masih sangat beruntung karena anggota keluarga seperti anak, cucu, cicit,
sanak saudara bahkan kerabat umumnya ikut membantu memelihara (care) dengan
penuh kesabaran dan pengorbanan. Namun bagi mereka yang tidak punya keluarga
atau sanak saudara karena hidup membujang, atau punya pasangan hidup namun
tidak punya anak dan pasangannya sudah meninggal, apalagi hidup dalam
perantauan sendiri, seringkali menjadi terlantar. Disinilah pentingnya adanya Panti
Werdha sebagai tempat untuk pemeliharaan dan perawatan bagi lansia di samping
sebagai long stay rehabilitation yang tetap memelihara kehidupan bermasyarakat.
Disisi lain perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat bahwa hidup dan
kehidupan dalam lingkungan sosial Panti Werdha adalah lebih baik dari pada hidup
sendirian dalam masyarakat sebagai seorang lansia.
2.5 Perubahan Psikososial Pada Lansia
a. Pensiun: nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya dan identitas dikaitkan
dengan peranan dalam pekerjaan. Bila seseorang pensiun (purna tugas), ia akan
mengalami kehilangan-kehilangan, antara lain :

Kehilangan finansial (income berkurang).

Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup tinggi, lengkap
dengan segala fasilitasnya).

Kehilangan teman/kenalan atau relasi.

Kehilangan pekerjaan/kegiatan.

b. Merasakan atau sadar akan kematian (sense of awareness of mortality)


c. Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih
sempit.
d. Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan (economic deprivation).
6

e. Meningkatnya biaya hidup pada penghasilan yang sulit, bertambahnya biaya


pengobatan.
f. Penyakit kronis dan ketidakmampuan.
g. Gangguan saraf pancaindra, timbul kebutaan dan ketulian.
h. Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.
i. Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman-teman dan
family.
j. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik: perubahan terhadap gambaran diri,
perubahan konsep diri.

A. Askep Teori Perkembangan Psikososial Lanjut Usia (>65 tahun) Integritas Diri vs
Putus Asa

Pengkajian
Perkembangan psikososial lanjut usia (lansia) adalah tercapainya integritas diri
yang utuh. Pemahaman terhadap makna hidup secara keseluruhan menyebabkan lansia
berusaha membimbing generasi berikutnya

(anak dan cucu) berdasarkan sudut

pandangnya. Lansia yang tidak mencapai integritas diri akan merasa putus asa dan
menyesali masa lalunya karena tidak merasakan hidupnya bermakna.
Berikut menguraikan perilaku lansia yang menunjukkan integritas diri dan putus
asa:
Tugas perkembangan
Perkembangan yang normal:

Perilaku lansia
Mempunyai harga diri tinggi

integritas diri

Merasa disayang oleh keluarga

Menilai kehidupannya berarti

Memandang sesuatu hal secara keseluruhan


(tuntutan dan makna hidup)

Menerima nilai dan keunikan orang lain

Penyimpangan perkembangan:

Menerima datangnya kematian


Memandang rendah atau menghina/ mencela

Putus asa

orang lain

Merasa kehidupannya selama ini tidak berarti

Merasa kehilangan

Masih ingin berbuat banyak, tetapi takut tidak


mempunyai waktu lagi.

Dignosa Keperawatan
- Potensial (norma): Potensial berkembangnya integritas kulit
- Risiko (penyimpangan): Risiko keputusasaa

Intervensi Keperawatan
Tindakan keperawatan untuk perkembangan psikososial lansia bertujuan:

1. Lansia mampu menyebutkan karakteristik perkembangan psikososial yang


normal dan menyimpang, merasa disayangi dan dibutuhkan keluarganya, mampu
mengikuti kegiatan sosial dan keagamaan di lingkungannya.
2. Lansia mampu menjelaskan cara mencapai perkembangan psikososial yang
normal dan merasakan hidupnya bermakna.
3. Lansia mampu melakukan tindakan untuk mencapai perkembangan psikososial
yang normal.
Berikut tindakan keperawatan untuk perkembangan psikosoal lansia:
Tugas Perkembangan
Perkembangan yang normal:

Tindakan Keperawatan
Jelaskan cirri perilaku perkembangan lansia

integritas diri/keutuhan
konsep diri

yang normal dan menyimpang.


Diskusikan cara yang dapat dilakukan oleh
lansia untuk mencapai integritas diri yang
utuh.
-

Mendiskusikan makna hidup lansia


selama ini

Melakukan life review dan reminiscene


(menceritakan kembali masa lalunya,
terutama keberhasilannya)

Mendiskusikan keberhasilan yang telah


dicapai oleh lansia

Mengikuti kegiatan sosial di


lingkungannya

Melakukan kegiatan kelompok


Bimbing lansia dalam membuat rencana
kegiatan untuk mencapai integritas diri yang
utuh.

Motivasi lansia untuk melaksanakan rencana

Penyimpangan perkembangan:

yang telah dibuatnya.


diskusikan dengan keluarga mengenal

Putus asa

penyebab hambatan dalam mencapai tugas


perkembangan lansia saat ini, seperti
penyakit fisik.

Motivasi dan dampingi keluarga dalam

menyelesaikan masalah tersebut.

Diskusikan cara mengatasi hambatan


tersebut.
-

Mengobati penyakit fisik yang


dialami

memenuhi tugas perkembangan


secara optimal

diskusikan cara mencapai tugas


perkembangan psikososial lansia.

Tindakan keperawatan juga ditujukan kepada keluarga yang bertujuan:


1. Keluarga mampu menjelaskan perilaku yang menggambarkan perkembangan
psikososial lansia yang normal dan menyimpang
2. Keluarga mampu menjelaskan cara memfasilitasi perkembangan psikososial
lansia
3. Keluarga mampu melakukan tindakan untuk memfasilitasi perkembangan
psikososial lansia
4. Keluarga mampu merencanakan stimulasi untuk mengembangkan kemampuan
psikososial lansia
Berikut tindakan keperawatan untuk keluarga:
Tugas Perkembangan
Perkembangan yang normal:

Tindakan Keperawatan
Jelaskan kepada keluarga tentang

integritas diri

perkembangan psikososial lansia yang


normal dan menyimpang.
Diskusikan dengan keluarga mengenai cara
memfasilitasi perkembangan lansia yang
normal.
-

Bersama lansia diskusikan makna


hidupnya selama ini

Diskusikan keberhasilan yang telah


dicapai oleh lansia

Dorong lansia untuk mengikuti kegiatan


sosial (arisan, menjengk teman yang
sakit) di lingkungannya

10

Dorong lansia untuk melakukan


kegiatan kelompok

Dorong lansia untuk melakukan life


review dan reminiscene (menceritakan
kembali masa lalunya, terutama
kebehasilannya)

Latih keluarga untuk memfasilitasi


perkembangan psikososial lansia

Penyimpangan perkembangan:

Buat rencana stimulasi perkembangan

psikososial lansia.
Diskusikan penyebab dan hambatan dalam

Putus asa

mencapai tugas perkembangan lansia,


seperti adanya penyakit dan putus asa.

Diskusikan cara mengatasi hambatan dan


motivasi keinginan lansia untuk mengobati
penyakit fisik yang dialaminya.

Bantu lansia bersosialisasi secara bertahap.

Fasilitasi untuk ikut kegiatan kelompok.

SP 1-LANSIA: MEMBINA HUBUNGAN SALING PERCAYA DENGAN LANSIA


DAN KELUARGA, MENJELASKAN KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN
PSIKOSOSIAL LANSIA YANG NORMAL DAN MENYIMPANG, MENJELASKAN
CARA MENCAPAI PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL LANSIA YANG NORMAL,
DAN MELAKUKAN TINDAKAN UNTUK MENCAPAI PERKEMBANGAN
PSIKOSOSIAL LANSIA YANG NORMAL
Orientasi:
selamat pagi/siang/sore, pak/bu. Saya suster S dari puskesmas Nanggalo. Nama
bapak/ibu siapa? Panggilannya apa? Bagaimana keadaan kakek/ nenek yang tinggal di
rumah ini? Siapa namanya? Berapa usianya? Bagaimana kalau saya ingin berbincangbincang dengan kakek/ nenek tentang perkembangan lansia? (Bertemu kakek/ nenek).
11

Berapa lama, kek/ nek? Bagaimana kalau 30 menit saja? Dimana kita akan bicara, kek/
nek? Di ruangan ini? Baiklah, kita akan berbincang-bincang selama kukrang lebih 30
menit, kek/ nek.
Kerja:
kek/nek, bagaimana keadaan kakek/ nenek saat ini? Dapatkah kakek/ nenek menjelaskan
pencapaian dalam kehidupan selama ini? Apa saja keberhasilan yang dirasakan selama
hidup? (anda menganalisis selama percakapan. Jika kakek/ nenek menceritakan
keberhasilan dan merasa berarti, perkembangan mereka normal dan jika kakek/ nenek
menceritakan kekecewaan dan kehilangan, perkembangan mereka menyimpang.)
Selanjutnya, apa saja kegiatan kakek/ nenek sehari-hari? Bagus sekali. Jadi, kakek/
nenek masih melakukan kegiatan di rumah dan juga masih ikut kegiatan keagamaan dan
sosial. Apakah ada pertemuan keuarga, misalnya kakek/ nenek mengunjungi anak/ cucu?
Atau anak/ cucu mengunjungi kakek/ nenek secara teratur? Wah, senang sekali.
Bagaimana dengan teman-teman sebaya kakek/ nenek, masih sering bertemu? Apakah
mereka ada di sekitar sini? Bagaimana kalau kita bentuk kumpul-kumpul sebaya sambil
bercerita pengalaman hidup?
Terminasi:
baiklah, kita sudah membicarakan tentang kehidupan kakek/ nenek. Bagaimana
perasaan kakek/ nenek? Masih ada hal yang ingin ditanyakan? Saya akan datang lagi
minggu depan untuk berbincang-bincang dengan kakek/ nenek dan berbicara dengan
bapak/ibu untuk membahas cara merawat kakek/ nenek. Sampai jumpa.
SP 2-KELUARGA: MENJELASKAN PERILAKU LANSIA YANG
MENGGAMBARKAN PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL LANSIA YANG
NORMAL DAN MENYIMPANG, CARA MEMFASILITASI PERKEMBANGAN
PSIKOSOSIAL LANSIA, MELAKUKAN TINDAKAN UNTUK MEMFASILITASI
PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL LANSIA, DAN MERENCANAKAN
STIMULASI UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN PSIKOSOSIAL
LANSIA

Orientasi:
selamat pagi/siang/sore, pak/ buk. Apa kabr? Sesuai perjanjian kita hari ini, saya datang
lagi untuk mendiskusikan cara bapak/ ibu mengembangkan kemampuan kakek/ nenek.
Kakek/ neneknya dimana, pak/ bu? Saya nanti juga ingin berbincang-bincang dengan
beliau. Apa kabar kek/ nek? Sedang apa? Duduk dib alai? Apa yang kakek/ nenek
12

lakukan d balai? Mengobrol? Dengan siapa? Bagaimana kalau setelah saya berbincang
dengan bapak/ ibu, kakek/ nenek bicara dengan saya, mau? Baiklah, pak/ bu. Dimana kita
akan bicara? Di teras? Kita akan berbicara selama kurang 3 menit, ya pak/ bu.

Kerja:
pak/bu, ini leflet tentang perkembangan psikososial lansia. Mari pak/bu kit abaca samasama. Saya akan jelaskan cirri perkembangan lansia yang normal dan menyimpang.
Menurut bapak/ ibu, apakah kakek/ nenek sudah memperlihatkan cirri tersebut? Belum
semuanya? Tidak apa-apa, masih ada kesempatan keluarga untuk melakukan berbagai hal
agar kakek/ nenek dapat mencapai perkembangan lansia yang optimal. Bagaimana
motivasi kakek/ nenek untuk melakukan kegiatan ibadah/ pengajian atau perkumpulan di
desa ini? Jika kakek/ nenek ikutkegiatan tersebut, kakek/ nenek daoat bertemu lagi
dengan banyak orang seusianya. Motivasi mereka agar dapat saling berbagi cerita
sehingga pengalaman kakek/ nenek yang baik juga dapat dicontoh oleh orang lain.
Dengan demikian, kakek/ nenek sudah membantu anak cucu dan orang lain untuk belajar
agar kehidupan menjadi leih baik. Ya, bapak/ ibu, minggu lalu saya sudah cerita banyak
dengan kakek/ nenek H. adapun tujuan stimulasi tadi adalah membuat kakek/ nenek
dihargai. Cerita tentang masa lalunya akan membuat kakek/ nenek merasa hidupnya
bermakna. Menurut bapak/ ibu, cara mana yang dapat dilakukan keluarga sesuai dengan
kemampuan? Baiklah, kalau begitu bapak/ ibu dapat meneruskan tindakan lainnya yang
tertulis di leflet.

Terminasi:
bagaimana perasaan bapak/ ibu setelah tadi berbincang-bincang? Apakah masih ada hal
yang ingin baoak/ ibu, kakek/ nenek tanyakan? Baiklah, saya akan ke sisni lagi minggu
depan untuk mendiskusikan rencana kegiatan lain yang dapat dilakukan keluarga bagi
kakek/ nenek H. baik, saya permisi. Sampai jumpa.

Evaluasi
13

Evaluasi kemampuan lansia dan keluarga dalam perkembangan psikososial lansia dan
evaluasi kemampuan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan perkembangan
psikososial lansia.

14

ASKEP KASUS
Kasus
Seorang perempuan Ny. R usia 72 tahun datang ke klinik psikiater untuk menceritakan
keluhan yang dirasakan selama ini, Ny. R sudah 6 bulan di tinggalkan suaminya yang sudah
meninggal dan anaknya tidak pernah mengunjunginya lagi, klien mengatakan dirinya tidak
berdaya, penglihatan kabur, pendengarnya sudah mulai menurun. Pada 3 bulan yang lalu Ny.
R pernah mengalami kecelakan dan kepalanya terbentur sehingga daya ingat nya menjadi
terganggu. Ny. R merasa putus asa karena tidak dapat melakukan aktivitas seperti biasanya.
Saat dilakukan pemeriksaan, perawat melihat Ny. R sangat depresi dengan peristiwa yang
dialaminya. Ny. R terlihat kotor dan bau, Ny. R tampak tertekan dengan keadaannya.
A. Pengkajian
a)

Identitas
Nama

: Ny. R

Umur

: 72 tahun

Jenis kelamin

: perempuan

Alamat

: kompi jln. Ekonomi no 28

Fisik
Kepala : rambut acak- acakan, kulit kepala tidak bersih terdapat lesi.
Mata : penglihatan pasien kabur
Hidung : simetris, tidak terdapat lesi, tidak ada gangguan penciuman
Telinga : telinga pasien simetris, terlihat kotor, pendengaran pasien terganggu.
15

Mulut : mukosa bibir kering, terdapat stomatitis, gigi pasien kotor dan bau.
Ekstremitas atas ka/ki : tonus otot lemah
Psikososial
Saat dirumah klien sudah tidak bisa mengerjakan pekerjaan rumah, lebih suka
menyendiri dan sudah kurang mengikuti aktivitas dengan masyarakat.
Konsep diri
Gambaran diri atau citra tubuh : memandang dirinya adalah seseorang
Identitas diri

perempuan yang sudah tidak berdaya.


: sebagai seorang istri dan ibu tidak mampu

Peran diri
Ideal diri
Harga diri

untuk menghadapi perpisahan.


: tidak mampu melakukan aktivitas sendiri.
: sudah tidak mampu untuk mandiri
: harga diri pasien rendah

Hubungan sosial
Hubungan sosial Ny. R dalam beberapa bulan terakhir ini sudah tidak baik,
karena dia sudah mulai suka menyendiri diri rumah dan tidak mau menerima
kunjungan dari teman-temannya lagi.
Spiritual
Nilai dan keyakinan
Kegiatan ibadah

: Nn. R beragama islam


: Nn. R sering melupakan shalat lima waktunya dan
tidak pernah mengaji lagi.

b)

Perkembangan Psikososial
Uraikan karakterisktik perilaku yang di perlihatkan lansia dengan memberi
tanda pada bagian ( )
( ) mengungkapkan perasaan berarti dan dicintai keluarga.
( ) berpartisipasi dalam aktivitas sosial/ kelompok untuk mengisi waktu luang.
( ) menceritakan kembali pengalaman masa lalunya, terutama keberhasilannya.
( ) mempunyai sistem nilai dan pandangan keagamaan yang mendukung.
( ) menerima dan menyesuaikan diri dengan kematian pasangan atau orang yang
berarti.
16

( ) mengatasi hambatan dalam mencapai tugas perkembangan lansia seperti


penyakit fisik dengan bersedia berobat.

c)

Tugas perkembangan
Berikut tindakan keperawatan untuk perkembangan psikosoal lansia:
Tugas Perkembangan
Penyimpangan perkembangan:

Tindakan Keperawatan
diskusikan dengan keluarga mengenal

Putus asa

penyebab hambatan dalam mencapai tugas


perkembangan lansia saat ini, seperti
penyakit fisik.

Motivasi dan dampingi keluarga dalam


menyelesaikan masalah tersebut.

Diskusikan cara mengatasi hambatan


tersebut.
-

Mengobati penyakit fisik yang


dialami

memenuhi tugas perkembangan


secara optimal

diskusikan cara mencapai tugas


perkembangan psikososial lansia.

Berikut ini tindakan keperawatan untuk keluarga


Tugas perkembangan
Penyimpangan perkembangan:

Tindakan keperawatan
Diskusikan penyebab dan hambatan dalam
mencapai tugas perkembangan lansia, seperti

Putus asa

adanya penyakit dan putus asa.

Diskusikan cara mengatasi hambatan dan


motivasi keinginan lansia untuk mengobati

17

penyakit fisik yang dialaminya.

d)

Bantu lansia bersosialisasi secara bertahap.

Fasilitasi untuk ikut kegiatan kelompok.

Diagnosis keperawatan
Risiko ( penyimpangan ): risiko keputusasaan

e)

Tindakan keperawatan

Tindakan keperawatan untuk perkembangan psikososial lansia.


o Diskusikan penyebab dan hambatan dalam mencapai tugas
perkembangan lansia, seperti adanya penyakit dan putus asa.
o Diskusikan cara mengatasi hambatan dan motivasi keinginan lansia
untuk mengobati penyakit fisik yang dialaminya.
o Bantu lansia bersosialisasi secara bertahap
o Fasilitasi untuk ikut kegiatan kelompok lansia.

Tindakan keperawatan untuk keluarga.


o Diskusikan dengan keluarga mengenai penyebab hambatan dalam
mencapai tugas perkembangan lansia saat ini, seperti penyakit fisik.
o Motivasi dan dampingi keluarga dalam menyelesaikan masalah
tersebut.
18

o Diskusikan cara mengatasi hambatan tersebut


-mengobati penyakit fisik yang dialami
-memenuhi tugas perkembangan secara optimal
o Diskusikan cara mencapai tugas perkembangan psikososial lansia.

SP 1-LANSIA: MEMBINA HUBUNGAN SALING PERCAYA DENGAN LANSIA


DAN KELUARGA, MENJELASKAN KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN
PSIKOSOSIAL LANSIA YANG NORMAL DAN MENYIMPANG, MENJELASKAN
CARA MENCAPAI PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL LANSIA YANG NORMAL,
DAN MELAKUKAN TINDAKAN UNTUK MENCAPAI PERKEMBANGAN
PSIKOSOSIAL LANSIA YANG NORMAL
Orientasi:
19

selamat pagi/siang/sore, pak/bu. Saya suster S dari puskesmas Nanggalo. Nama


bapak/ibu siapa? Panggilannya apa? Bagaimana keadaan kakek/ nenek yang tinggal di
rumah ini? Siapa namanya? Berapa usianya? Bagaimana kalau saya ingin berbincangbincang dengan kakek/ nenek tentang perkembangan lansia? (Bertemu kakek/ nenek).
Berapa lama, kek/ nek? Bagaimana kalau 30 menit saja? Dimana kita akan bicara, kek/
nek? Di ruangan ini? Baiklah, kita akan berbincang-bincang selama kukrang lebih 30
menit, kek/ nek.
Kerja:
kek/nek, bagaimana keadaan kakek/ nenek saat ini? Dapatkah kakek/ nenek menjelaskan
pencapaian dalam kehidupan selama ini? Apa saja keberhasilan yang dirasakan selama
hidup? (anda menganalisis selama percakapan. Jika kakek/ nenek menceritakan
keberhasilan dan merasa berarti, perkembangan mereka normal dan jika kakek/ nenek
menceritakan kekecewaan dan kehilangan, perkembangan mereka menyimpang.)
Selanjutnya, apa saja kegiatan kakek/ nenek sehari-hari? Bagus sekali. Jadi, kakek/
nenek masih melakukan kegiatan di rumah dan juga masih ikut kegiatan keagamaan dan
sosial. Apakah ada pertemuan keuarga, misalnya kakek/ nenek mengunjungi anak/ cucu?
Atau anak/ cucu mengunjungi kakek/ nenek secara teratur? Wah, senang sekali.
Bagaimana dengan teman-teman sebaya kakek/ nenek, masih sering bertemu? Apakah
mereka ada di sekitar sini? Bagaimana kalau kita bentuk kumpul-kumpul sebaya sambil
bercerita pengalaman hidup?
Terminasi:
baiklah, kita sudah membicarakan tentang kehidupan kakek/ nenek. Bagaimana
perasaan kakek/ nenek? Masih ada hal yang ingin ditanyakan? Saya akan datang lagi
minggu depan untuk berbincang-bincang dengan kakek/ nenek dan berbicara dengan
bapak/ibu untuk membahas cara merawat kakek/ nenek. Sampai jumpa.
f)

Evaluasi
S: klien mengatakan dirinya tidak berdaya, penglihatan kabur, pendengarnya sudah
mulai menurun
O: klien tampak sangat depresi dengan peristiwa yang dialaminya. Ny. R terlihat
kotor dan bau, dan tertekan dengan keadaannya.
A: masalah sudah teratasi
20

P: intervensi SP lanjut

NO

PERILAKU

TANGGAL
tgl

A.

LANSIA

1.

Berpartisipasi dalam kegiatan sosial dilingkungannya


(arisan, menjenguk teman yang sakit)

2.

Berpartisipasi dalam kegiatan kelompok (pengajian, senam


lansia)

3.

Menceritakan bahwa kehidupannya selama ini bermakna,


menceritakan

kembali

masa

lalu

nya,

terutama

keberhasilannya.
4.

Mengungkapkan perasaan berarti dan dicintai keluarga

5.

Mempunyai sistem nilai dan pandangan keagamaan yang


mendukung

6.

Menerima dan menyesuaikan diri dengan kematian


pasangan atau orang yang berarti.

KELUARGA
1 Memfasilitasi

lansia

untuk

mengikuti

perkumpulan

sosial/keagaman dilingkungannya
BMendiskusikan dengan lansia mengenai keberhasilan atau
nostalgia masa lalu lansia.
1 Memenuhi kebutuhan dicintai dan memiliki
2 Merawat lansia saat sakit
3 Memperlakukan lansia sebagai seseorang yang berarti dan
dicintai keluarga
4 TOTAL

21

YA

tidak

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Masa dewasa lanjut usia merupakan masa lanjutan atau masa dewasa akhir (60 ke
atas). Perlu memperhatikan khusus bagi orangtuanya yang sudah menginjak lansia
dan anaknya yang butuh dukungan juga untuk menjadi seorang dewasa yang
bertanggungjawab. Di samping itu permasalahan dari diri sendiri dengan perubahan
fisik,

mulai

tanda

penuaan

yang

cukup

menyita

perhatian.

Pada masa dewasa akhir, ada beberaa erkembangan yang kita alami. Diantaranya
adalah perkembanagn fisik, perkembangan kognitif, perkembangan psikis dan
intelektual, perkembangan emosional, perkembangan minat, dan perkembangan
kepribadian.
22

Menurut erikson ada 3 gejala penting pada perkembangan psikososial pada masa
dewasa akhir, yaitu perkembangan keintiman, perkembangan generative, dan
perkembangan integritas

B. SARAN
Setelah penyusun membuat makalah ini, perkembangan yang terjadi pada lansia.
Lansia adalah masa dimana seseorang mengalami kemunduran, dimana fungsi tubuh
kita sudah tidak optimal lagi. Oleh karena itu sebaiknya sejak muda kita persiapkan
dengan sebaik-baiknya masa tua kita. Gunakan masa muda dengan kegiatan yang
bermanfaat agar tidak menyesal dimasa tua.

23

Вам также может понравиться