Вы находитесь на странице: 1из 16

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunianya saya
dapat menyelesaikan asuhan keperawatan ini yang berjudul Asuhan Keperawatan
Dermatitis dengan baik. Adapun Asuhan Keperawatan ini berisi konsep penyakit dan asuhan
keperawatan.
Saya mengucapkan terima kasih kepada dosen Mata Kuliah KMB II yaitu Bapak
Marwansyah, S.Kep,Ns,M.Kep . yang telah membantu dan memberikan pengarahan demi
terselesaikannya askep ini.
Mohon maaf apabila terdapat penggunaan kata yang salah karena saya masih dalam
tahap pembelajaran. Saya mengaharapkan saran dan kritik yang membangun untuk
kesempurnaan askep ini.

Banjarbaru, Mei 2015


Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................1
DAFTAR ISI........................................................................................................................................2
BAB I KONSEP DASAR PENYAKIT
A.

Definisi........................................................................................................... 2

B.

Etiologi........................................................................................................... 2

C.

Manifestasi klinis.............................................................................................. 3

D.

Pemeriksaan penujang......................................................................................... 4

E.

Penatalaksanaan................................................................................................ 5

F.

Masalah yang Lazim Muncul................................................................................6

G.

Discharge Planning............................................................................................ 7

H.

Fatofisiologi (pathway)...................................................................................... 7

BAB II KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A.

Pengkajian....................................................................................................... 8

B.

Diagnosa Keperawatan...................................................................................... 13

C.

Rencana Asuhan Keperawatan............................................................................13

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................17

BAB I
KONSEP DASAR PENYAKIT
A. Definisi
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan drmis) sebagai respons terhadap pengaruh
faktor eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik
(eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal. Dermatitis cenderung residif
dan menjadi kronis. (Djuanda Adhi, 2010)

Eksim atau sering disebut eksema, atau dermatitis adalah peradangan hebat yang
menyebabkan pembentukan lepuh atau gelembung kecil (vesikel) pada kulit hingga akhirnya
pecah dan mengeluarkan cairan. Istilah eksim juga digunakan untuk sekelompok kondisi
yang menyebabkan perubahan pola pada kulit dan menimbulkan perubahan spesifik di bagian
permukaan. Istilah ini diambil dari Bahasa Yunani yang berarti 'mendidih atau mengalir
keluar (Mitchell dan Hepplewhite, 2005).
Dermatitis atau lebih dikenal sebagai eksim merupakan penyakit kulit yang
mengalami peradangan kerena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai jenis, terutama
kulit yang kering, umumnya berupa pembengkakan, memerah, dan gatal pada kulit (Widhya,
2011)

B. Etiologi
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia (contoh:
detergen, asam, basa, oli, semen, fisik (contoh:sinar, suhu), mikroorganisme (bakteri, jamur);
dapat pula dari dalam (endogen), misalnya dermatitis atopik. Klasifikasi dermatitis :
1. Dermatitis kontak
Peradangan di kulit karena kontak dengan sesuatu yang diangga asing oleh tubuh.
Terbagi menjadi dua yaitu alergi dan iritan.
2. Dermatitis atropik
Peradangan kulit kronis residif disertai gatal yang umumnya sering terjadi selama
masa bayi dan anak.
3. Neurodermatitis sirkumskripta
a. Dermatitis numularis
b. Dermatitis statis

C. Manifestasi klinis
1. Dermatitis kontak
a. Lesi kemerahan yang muncul pada bagian kulit yang terjadi kontak.
b. Untuk dermatitis kontak alergi, gejala tidak muncul sebelum 24-48 jam,
bahkan sampai 72 jam.
c. Untuk dermatitis kontak iritan, gejala terbagi dua menjadi akut dan kronis.
Saat akut dapat terjadi perubahan warna kulit menjadi kemerahan sampai
terasa erih bahkan lecet. Saat kronis gejala dimulai dengan kulit yang
mengering dan sedikit meradang yang akhirnya menjadi menebal.
d. Pada kasus berat, dapat terjadi bula (vesikel) pada lesi kemerahan tersebut.
e. Kulit terasa gatal bahkan terasa terbakar.
f. Dermatitis kontak iritan, gatal dan rasa terbakarnya lebih terasa dibandingkan
dengan tipe alergi.
2. Dermatitis atopik (DA)
3

Ada 3 fase klinis DA yaitu:


a. DA infantil (2 bulan-2tahun)
DA paling sering muncul pada tahun pertama kehidupan yaitu pada
bulan kedua. Lesi mula-mula tampak di daerah muka (dahi, pipi) berupa
eritema, papul-vesikel pecah karena garukan sehingga lesi menjadi eksudatif
dan akhirnya teebentuk krusta. Lesi bisa meluas ke kepala, leher, pergelangan
tangan dan tungkai. Bila anak mulai merangkak, lesi bisa ditemukan di daerah
ekstensor ekstremitas. Sebagian besar penderita sembuh setelah 2 tahun dan
sebagian lagi berlanjut ke fase anak.
b. DA anak (2-10 tahun)
Dapat merupakan lanjutan bentuk DA infantil ataupun timbul sendiri
(dengan novo). Lokasi lesi di lipatan siku/lutut, bagian fleksor pergelangan
tangan, kelopak mata dan leher. Ruam berupa papul likenifikasi, sedikit
sekuama, erosi, hiperkeratosis dan mungkin infeksi sekunder. DA berat yang
lebih dari 50% permukaan tubuh dapat mengganggu eprtumbuhan.
c. DA pada remaja dan dewasa
Lokasi lesi pada remaja adalah di lipatan siku/lutut, samping leher,
dahi, sekitar mata.pada dewasa , distribusi lesi kurang karakteristik, sering
mengenai tangan dan pergelangan tangan, dapat pula berlokasi setempat
misalnya bibir (kering, pecah bersisik), vulva, puting susu atau skalp. Kadangkadang lesi meluas dan paling parah di daerah lipatan, mengalami likenifikasi.
Lesi kering, agak menimbul, papul datar cenderung berkonfluens menjadi flak
likenifikasi dan sedikit skuama. Bisa didapati ekskoriasi dan eksudasi akibat
garukan dan akhirnya menjadi hiperpigmentasi. Umumnya DA remaja dan
dewasa berlangsung lama kemudian cenderung membaik setelah usia 30
tahun, jarang sampai usia pertengahan dan sebagian kesil sampai tua.
3. Neurodermatitis sirkumskirpta
a. Kulit yang sangat gatal
b. Muncul tunggal di daerah leher, pergelangan tangan, lengan bawah, paha atau
mata kaki, kadang muncul pada alat kelamin.
c. Rasa gatal sering hilang timbul. Sering timbul pada saat santai atau sedang
tidur, akan berkurang saat beraktifitas. Rasa gatal yang digaruk akan
menambah berat rasa gatal etrsebut.
d. Terjadi perubahan warna kulit yang gatal, kulit yang bersisik akibat garukan
atau penggosokkan dan sudah terjadi bertahun-tahun.
4. Dermatitis numularis
a. Gatal kadang sangat hebat, sehingga dapat mengganggu.

b. Lesi akut berupa vesikel dan vavulovesikel (0,3-1,0 cm), kemudian membesar
dengan cara berkonfluensi atau meluas ke samping, membentuk satu lesi
karakteristik seperti uang logam (coin), eritematosa, dan berbatas tegas.
c. Lambat laun vesikel pecah terjadi eksudasi, kemudian mengering menjadi
krusta kekuningan.
d. Ukuran lesi bosa mencapai garis tengah 5 cm atau lebih, jumlah lesi dapat
hanya satu, dapat puyla banyak dan tersebar, bilateral atau simetris dengan
ukuran bervariasi dari miliar sampai numular, bahkan plakat.
e. Tempat predileksi biasanya terdapat di tungkai bawah, badan, lengan termasuk
punggung tangan.
5. Dermatitis statis
a. bercak bercak berwarna merah yang bersisik
b. Bintik-bintik berwarna merah dan bersisik
c. Borok atau bisul pada kulit
d. Kulit yang tipis pada tangan dan kaki
e. Luka (lesi) kulit
f. Pembengkakkan pada tungkai kaki
g. Rasa gatal di sekitar daerah yang terkena
h. Ras kesemutan pada daerah yang terkena

D. Pemeriksaan penujang
1.
2.
3.
4.

Percobaan asetikolin (suntikan dalam intracutan, solusio asetikolin 1/5000).


Percobaan histamin hostat disuntikan pada lesi
Pric
Laboratorium
a. Darah : Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total, albumin,
globulin.
b. Urin : pemeriksaan histopatolgi

E. Penatalaksanaan
1. Dermatitis kontak
a. Hindari kontak lebih lanjut dengan zat atau benda penyebab dermatitis kontak.
b. Pada tipe iritan, basuhlah bagian yang terkena dengan air mengalir sesegera
mungkin.
c. Jika sampai terjadi lecet, tanganilah seperti menangani luka bakar.
d. Obat anti histamin oral untuk mengurangi rasa gatal dan perih yang dirasakan.
e. Kortikosteroid dapat diberikan secara topikal, oral, atau intravena sesuai
dengan tingkat keparahannya
.
2. Dermatitis atopik
a. Menghindar dari agen pencetus seperti makanan, udara panas/dingin, bahanbahn berbulu.
b. Hidrasi kulit dengan berbagai jenis pelembab antara lain krim hidrofilik urea
10% atau pelembab yang mengandung asam laktat dengan konsentrasi kurang
dari 5%.
c. Kortikosteroid topikal potensi rendah diberi pada bayi, daerah intertriginosa
dan daerah genitalia. Kortikosteroid potensi menengah dapat diberi pada anak
5

dan dewasa.. bila aktifitas penyakit telah terkontrol. Kortikosteroid


diaplikasikan intermiten, umumnya dua kali seminggu. Kortikosteroid oral
hanya dipakai untuk mengendalikan DA eksaserbasi akut. Digunakan dalam
waktu singkat, dosis rendah, diberi selang- seling. Dosis diturunkan secara
Tapering. Pemakaian jangka panjang akan menimbulkan efek samping dan
bila tiba-tiba dihentikan akan timbul Rebound phenomen.
d. Antihisatamin topikal tidak dianjurkan pada DA karena berpotensi kuat
menimbulkan sensitisasi pada kulit. Pemakaian krim doxepin 5% dalam
jangka pendek (1 minggu) dapat mengurangi gatal tanpa sensitisasi, tapi
pemakaian pada area luas akan menimbulkan efek samping sedatif.
e. Pemberian antibiotika berkaitan dengan ditemukannya peningkatan koloni S.
aureus pada kulit penderita DA. Dapat diberi eritromisin, asitromisin, atau
kaltromisin. Bila ada infeksi virus dapat diberi asiklovir 3x400 mg/hari selama
10 hari atau 4x200 mg/hari untuk sepuluh hari.
3. Neurodermatitis sirkumskripta
a. Pemberian kortikosteroid dan antihistamin oral bertujuan untuk mengurangi
reaksi inflamasi yang menimbulkan ras gatal. Pemberian steroid topikal juga
membantu mengurangi hyperkeratosis.
Pemberian steroid mid-potent
diberikan pada reaksi radang yang akut, tidak direkomendasikan untuk daerah
kulit yang tipis (vulva, scrotum, axilla dan wajah). Pada pengobatan jangka
panjang digunakan steroid yang low-poten, pemakaian high-potent steroid
hanya dipakai kurang dari 3 minggu pada kulit yang tebal.
b. Anti-depresan atau anti-anxiety sangat membantu pada sebagian orang dan
perlu pertimbangan untuk pemberiannya.
c. Jika terdapat suatu infeksi sekuder dapat diberikan antibiotik topikal ataupun
oral.
d. Perlu diberikan nasehat untuk mengatur emosi dan perilaku yang dapat
mencegah gatal dan garukan.
4. Dermatitis numularis
a. Bila kulit kering, diberi pelembab atau emolien.
b. Secara topikal lesi dapat diobati dengan obat antiinflamasi, misalnya preparat
ter, glukokortikoid, takrolimus, atau pimekrolimus.
c. Bila lesi masih eksudatif, sebaiknya dikompres dahulu misalnya dengan
larutan pemanganas kalikus 1:10.000.
d. Kalau ditemukan infeksi bakterial, diberikan antibiotik secara sistemik.
e. Kortikosteroid sistemik hanya diberikan pada kasus yang berat dan refrakter,
dalam jangka pendek.
f. Pruritus dapat diobati dengan antihistamin golongan H1, misalnya
hidroksisilin HCl.
5. Dermatitis statis
a. Cahaya berdenyut intens
b. Diuretik
c. Imunosupresan
d. Istirahat
6

e.
f.
g.
h.

Kortikosteroid
Ligasi vaskuler
Pelembab
Terapi kompresi

F. Masalah yang Lazim Muncul


1. Ketidakefektifan pola nafas jalan nafas terganggu akibat spasme otot-otot
pernafasan, kerusakan neurologis
2. Kerusakan integritas kulit b.d lesi dan reaksi inflamasi
3. Gangguan citra tubuh b.d perasaan malu terhadap penampakan diri dan persepsi
diri tentang ketidakbersihan
4. Nyeri akut b.d lesi kulit
5. Resiko infeksi b.d lesi, bercak-bercak merah pada kulit

G. Discharge Planning
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Gunakanlah kosmetik hipoalergen


Setelah mandi keringkan kulit dengan menepuk-menepuk bukan menggosok
Gunakanlah mild soap untuk pengganti sabun
Ajangan mandi terlalu lama karena akan membuat menjadi kering
Kenakan pelembab
Hindari penggunaan wool atau pemaparan terhadap iritan seperti ditergen dan
gunakan ditergen yang tidak mengandung bahan pemutih
7. Jangan menggaruk atau menggosok kulit
8. Penderita yang sedang menggunakan salep kortikosteroid atau krim sebaiknya
Fisik (sinar,hanya
suhu)mengoleskan pada bagian kulit yang membutuhkan lalu dipijat secara
Faktor yang berhubungan
Dermatitris
Mikroorganisme
(bakteri, jamur)
perlahan.
Genetik
Lingkungan
H. Fatofisiologi (pathway)
Farmakologik
Imunologik
Faktor dari luar (eksogen)Faktor dari dalam (endogen)

Berhubunangan dg peningkatan kadar IgE dlm serum


Dermatitis kontak (sabun, detergen, zat Dermatitris
kimia)
atopik

Asma bronchial, rhintis alergik

Allergen sensitizen

Iritan primer

Sel langerhans dan makrofag

Mengirirtasi kulit

Sel T

Peradangan kulit (lesi)

Ketidakefektifan pola nafas

Kerusakan integritas kulit

Sensitisasi sel T oleh saluran limfe


Nyeri akut
7
Resiko Infeksi
Reaksi hipersensitivitas IV

Gangguan citra tubuh

BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
Identitas terdiri dari nama, jenis kelamin. Umur, agama, suku bangsa,
pendidkan pendapatan pekerjaan,nomor akses, alamat dan lain- lain.
Dermatitis kontak dapat terjadi pada semua orang di semua umur sering terjadi
pada remaja dan dewasa muda dapat terjadi pada pria dan wanita. Bila dibandingkan
dengan dermatitis kontak iritan, jumlah penderita dermatitis kontak alergik lebih
sedikit, karena hanya mengenai orang yang kulitnya sangat peka (hipersensitif).
Dermatitis kontak iritan timbul pada 80% dari seluruh penderita dermatitis kontak
sedangkan dermatitis kontak alergik kira-kira hanya 20%. Sedangkan insiden
dermatitis kontak alergik terjadi pada 3-4% dari populasi penduduk. Usia tidak
mempengaruhi timbulnya sensitisasi namun dermatitis kontak alergik lebih jarang
dijumpai pada anak-anak. Lebih sering timbul pada usia dewasa tapi dapat mengenai
segala usia. Prevalensi pada wanita dua kali lipat dari pada laki-laki.
Bangsa kaukasian lebih sering terkena dari pada ras bangsa lain. Nampaknya
banyak juga timbul pada bangsa Afrika-Amerika namun lebih sulit dideteksi. Jenis
pekerjaan merupakan hal penting terhadap tingginya insiden dermatitis kontak.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang.
1) Keluhan Utama
Pada kasus dermatitis kontak biasanya klien mengeluh kulitnya terasa
gatal serta nyeri.Gejala yang sering menyebabkan penderita datang ke tempat
pelayanan kesehatan adalah nyeri pada lesi yang timbul.
2) Riwayat keluhan utama.
Provoking Inciden, yang menjadi faktor presipitasi dari keluhan utama.
Pada beberapa kasus dematitis kontak timbul Lesi kulit ( vesikel ),terasa panas
8

pada kulit dan kulit akan berwarna merah, edema yang diikuti oleh
pengeluaran secret. Kembangkan pola PQRST pada setiap keluhan klien.
a) Provocative/palliative
Apa penyebab keluhan,
Apakah sebelumnya klien melakukan kontak dengan bahan-bahan tertentu
yang menyebabkan kerusakan pada kulit.
Apa yang membuat keluhan bertambah baik/ringan atau bertambah
berat. Dengan menjauhi sumber dermatitis kontak maka keluhan yang
dirasakan akan berkurang.
b) Quality/quantity
Bagaimana keluhan dirasakan, dilihat, didengar
Pada beberapa kasus dermatitis kontak biasanya klien akan
merasakan gatal dan nyeri pada daerah yang terkena bahan tertentu yang
dapat menyebabkan keluhan.
Sejauh mana sakit dirasakan
Rasa sakit yang dirasakan mulai dari tingkat ringan sampai berat.
Tergantung dari lama kontak zat dengan kulit, konsentrasi zat serta tingkat
sensitifitas kulit.
c) Region/radiation
Dimana letak sakit
Tergantung dari daerah yang kontak dengan penyebab .
Area penyebarannya
Area penyebarannya misalnya kaki, luka pada tungkai, jari manis,
tempat cedera, dibalik perhiasan.
d) Severitty scale
Apakah mempengaruhi aktifitas
Terganggunya aktifitas tergantung dari letak,tingkat keparahan penyakit.
Seberapa jauh skala ringan/berat.
Tergantung dari tingkat keparahan penyakitnya.
e) Timing
Kapan mulai terjadi.
Kapan sering terjadi.
Apakah terjadinya mendadak atau perlahan-lahan
3) Riwayat Kesehatan masa Lalu
Seperti apakah klien pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya,
apakah pernah menderita alergi serta tindakan yang dilakukan untuk
mengatasinya selain itu perlu juga dikaji kebiasaan klien.
4) Riwayat Kesehatan keluarga.
Apakah ada salah seorang anggota keluarganya yang mengalami
penyakit yang sama, tapi tidak pernah ditanggulangi dengan tim medis.
Dermatitis pada sanak saudara khususnya pada masa kanak-kanak dapat
berarti penderita tersebut juga mudah menderita dermatitis atopik
9

3. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
Ringan, sedang, berat.
b) Tingkat Kesadaran
Kompos mentis.
Apatis.
Samnolen, letergi/hypersomnia.
Delirium.
Stupor atau semi koma.
Koma
Tingkat Kesadaran dermatitis kontak biasanya tidak terganggu
Dermatitis kontak termasuk tidak berbahaya, dalam arti tidak membahayakan
hidup dan tidak menular. Walaupun demikian, penyakit ini jelas menyebabkan
c)

d)
e)
f)

rasa tidak nyaman dan amat mengganggu.


Tanda-tanda vital
Tekanan darah
Denyut nadi
Suhu tubuh
Pernafasan
Berat Badan
Tinggi Badan
Kulit.
1) Inspeksi
Radang akut terutama priritus ( sebagai pengganti dolor).
Kemerahan (rubor),
Gangguan fungsi kulit (function laisa),
Biasanya batas kelainan tidak tegas an terdapat lesi polimorfi yang dapat
timbul secara serentak atau beturut-turut.
Terdapat Vesikel-veikel fungtiformis yang berkelompok yang kemudian
membesar.
Terdapat bula atau pustule, ekskoriasi dengan krusta. Hal ini berarti
dermatitis menjadi kering disebut ematiti sika.
Terjadi deskuamasi, artinya timbul sisik. Bila proses menjadi kronis tapak
likenifikasi dan sebagai sekuele telihat
Hiperpigmentasi tau hipopigmentasi.

2) Palpasi
Nyeri tekan
edema atau pembengkakan
Kulit bersisik
g) Keadaan Kepala
1) Inspeksi : tekstur rambut klien halus dan jarang, kulit kepala nampak kotor.
2) Palpasi : periksa apakah ada pembengkakan/ benjolan nyeri tekan atau adanya
massa.
h) Keadaan mata
1) Inspeksi
10

Palpebrae
:
tidak edema, tidak radang
Sclera
:
Tidak ictertus
Conjuctiva :
Tidak terjadi peradangan
Pupil
:
Isokor
2) Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
Tekanan Intra Okuler ( TIO ) tidak ada
i) Keadaan hidung.
1) Inspeksi
simetris kiri dan kanan
Tidak ada pembengkakan dan sekresi
Tidak ada kemerahan pada selaput lendir
j) Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
Tidak ada benjolan/tumor
k) Keadaan telinga
1) Inspeksi
telinga bagian luar simetris
tidak ada serumen/cairan, nanah
4. Pemeriksaan Diagnostik
a. Biopsi kulit.
b. Uji temple.
c. Pemeriksaan dengan menggunakan pencahayaan khusus.
d. Uji kultur dan sensitivitas.
5. Pola Kegiatan Sehari-hari
a. Nutrisi
Yang perlu dikaji adalah bagaimana kebiasaan klien dalam hal pola makan, frekwensi
maka/hari, nafsu makan, makanan pantang, makanan yang disukai banyak minuman
dalam sehari serta apakah ada perubahan.
b. Eliminasi
Pada eliminasi yang perlu dikaji adalah Kebiasaan BAK dan BAB seperti
frekuensi,warna dan konsistensi baik sebelum dan sesudah sakit
c. Aktivitas
Pada penderita penyakit dermatitis kontak biasanya akan mengalami
gangguan dalam aktifitas karena adanya rasa gatal dan apabila mengalami infeksi
maka akan mengalami gangguan dalam pemenuhan aktifitas sehari-hari.
d. Istirahat
Klien biasanya mengeluh susah tidur dimalam hari karena gatal serta
adanya nyeri. Adanya gangguan pola tidur akibat gelisah, cemas.
e. Pola Interaksi social
Secara umum klien yang mengalami dermatitis kontak biasanya pola interaksi
sosialnya terganggu biasanya akan merasa malu dengan penyakitnya.
f. Keadaan Psikologis
11

Biasanya klien mengalami perubahan dalam berinteraksi dengan orang lain dan
biasanya klien lebih suka menyendiri dan sering cemas dengan penyakit yang diderita. Pada
keadaaan psikologis ada beberapa hal yang perlu dikaji seperti bagaimana persepsi klien
terhadap penyakit yang diderita sekarang, bagaimana harapan klien terhadap keadaan
kesehatannyaserta bagaimana pola interaksi dengan tenaga kesehatan &
lingkungan.
g. Kegiatan Keagamaan
Biasanya klien beranggapan bahwa penyakit yang dideritanya merupakan cobaan
untuknya dan pasti terdapat hikmah untuknya.yang perlu dikaji pada kegiatan keagamaan
seperti klien menganut agama apa selama sakit klien sering berdoa.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas jalan nafas terganggu akibat spasme otot-otot
pernafasan, kerusakan neurologis
2. Kerusakan integritas kulit b.d lesi dan reaksi inflamasi
3. Gangguan citra tubuh b.d perasaan malu terhadap penampakan diri dan persepsi
diri tentang ketidakbersihan
4. Nyeri akut b.d lesi kulit
5. Resiko infeksi b.d lesi, bercak-bercak merah pada kulit

C. Rencana Asuhan Keperawatan


No
.

Diagnosa

Tujuan dan Kriteria Hasil

12

Intervensi

1.

Kerusakan integritas kulit

Klien keadaannya membaik


dengan perawatan selama 2x24
jam dengan kriteria hasil :
Integritas kulit yang
baik bisa dipertahankan
Tidak ada luka atau lesi
pada kulit
Perfusi jaringan baik
Mampu
melindungi
kulit
dan
mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan alami

2.

Ketidakefektifan pola napas

Pola napas klien membaik atau


normal
setelah
menjalani
perawatan selama 2x24 jam
dengan kriteria hasil:
Mendemonstrasikan
batuk efektif dan suara
nafas yang bersih, tidak
ada
sianosis
dan
dyspneu
Menunjukkan
jalan
nafas yang paten
Tanda-tanda vital dalam
rentang normal

13

Anjurkan pasien untuk


menggunakan
pakaian
yang longgar
Mobilisasi pasien setiap
dua jam sekali
Monitor status nutrisi
pasien
Memandikan
pasien
dengan sabun dan air
hangat
Bersihkan area sekitar
jahitan
atau
staples,
menggunakan lidi kapas
steril
Gunakan
preparat
antisiseptic,
sesuai
program
Ganti
balutan
pada
interval waktu yang sesuai
atau biarkan luka tetap
terbuka sesuai program.
Buka jalan nafas, gunakan
teknik chinlift atau jaw
trust bila perlu.
Lakukan fisioterapi dada
jika perlu.
Keluarkan sekret dengan
batuk atau suction.
Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
Monitor respirasi dan
status
O2
Oxygen
Therapy.
Observasi adanya tandatanda hipoventilasi.
Monitor sianosis perifer.
Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign

3.

Gangguan citra tubuh

Body image membaik setelah


perawatan selama 2x24 jam
dengan kriteria hasil :
Body image positif
Mampu
mengidentifikasi
kekuatan personal
Mendeskripsikan secara
faktual
perubahan
fungsi tubuh.
Mempertahankan
interaksi sosial

4.

5.

Nyeri akut

Resiko infeksi

Nyeri klien berkurang setelah


menjalani perawatan 2x24 jam
dengan kriteri hasil :
Mampu
mengontrol
nyeri (tahu penyebab
nyeri,
mampu
menggunakan
tehnik
nonfarmakologi untuk
mengurangi
nyeri,
mencari bantuan).
Melaporkan
bahwa
nyeri berkurang dengan
menggunakan
manajemen nyeri.
Mampu
mengenali
nyeri (skala, intensitas,
frekuensi, dan tanda
nyeri).
Menyatakan
rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang.
Klien tidak terkena infeksi
setelah menjalani perawatan
2x24 jam dengan kriteria hasil:
Klien bebas dari tanda
dan gejala infeksi.
Mendeskripsikan
proses
penularan
penyakit, faktor yang
14

Kaji secara verbal dan


nonverbal respon klien
terhadap tubuhnya.
Monitor
frekuensi
mengkkritik dirinya.
Jelaskan
tentang
pengobatan,
perawatan,
kemajuan dan prognosis
penyakit.
Dorong
klien
mengungkapkan
perasannya.
Fasilitasi kontak dengan
individu
lain
dalam
kelompok kecil.
Lakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif.
Observasi
reaksi
nonverbal
dari
ketidaknyamanan.
Kaji
kultur
yang
mempengaruhi
respon
nyeri.
Kurangi faktor prespitasi
nyeri.
Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk
menentukan
intervensi.
Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri.
Cek
instruksi
dokter
tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi.
Tentukan pilihan analgesik
tergantung
tipe
dan
beratnya nyeri.
Bersihkan
lingkungan
setelah dipakai pasien lain.
Instruksikan
pada
pengunjung
untuk
mencuci
tangan
saat
berkunjung dan setelah
berkunjung meninggalkan
pasien.

mempengaruhi
penularan
serta
penatalaksanaannya.
Menunjukkan
kemampuan
untuk
mencegah
timbulnya
infeksi.
Jumlah leukosit dalam
batas normal.
Menunjukkan perilaku
hidup sehat.

15

Gunakan
sabun
antimikroba untuk cuci
tangan.
Cuci
tangan
setiap
sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan
Gunakan baju, sarung
tangan
sebagai
alat
pelindung.
Pertahankan lingkungan
aseptik
selama
pemasangan alat.
Tingktkan intake nutrisi.
Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal.
Pertahankan teknik asepsis
pada pasien yang beresiko.
Ajarkan
pasien
dan
keluarga tanda dangejala
infeksi.
Ajarkan cara menghindari
infeksi.

DAFTAR PUSTAKA
Chandra,erika.2012.Asuhan Keperawatan
Dermatitis.http://erikacandra.blogspot.com/2012/10/asuhan-keperawatandermatitis.html. ( Diakses tanggal 14 Mei 2015).
Nanda.2015.Panduan Penyusunan Asuhan Keperawatan

Profesional.Jakarta:

MediAction Publishing.
Setiono,wiwing.2014.Laporan Pendahuluan
Dermatitis.http://lpkeperawatan.blogspot.com/2014/01/laporan-pendahuluandermatitis.html#.VVSMoKPzvrk. (Diakses Tanggal 14 Mei 2015)

16

Вам также может понравиться