Вы находитесь на странице: 1из 12

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Guru sebagai komponen penting dari tenaga kependidikan, memiliki tugas
untuk melaksanakan proses pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru
diharapkan paham tentang pengertian strategi pembelajaran.Pengertian strategi
pembelajaran dapat dikaji dari dua kata pembentuknya, yaitu strategi dan
pembelajaran. Kata strategi berarti cara dan seni menggunakan sumber daya untuk
mencapai tujuan tertentu.
Pembelajaran berarti upaya membelajarkan siswa(Degeng,1989). Dengan
demikian,strategi pembelajaran berarti cara dan seni untuk menggunakan semua
sumber belajar dalam upaya membelajarkan siswa. Sebagai suatu cara,strategi
pembelajaran dikembangkan dengan kaidah-kaidah tertentu sehingga membentuk
suatu bidang pengetahuan sendiri.Sebagai suatu bidang pengetahuan,strategi
pembelajaran dapat dipelajari dan kemudian diaplikasikan dalam kegiatan
pembelajaran.Sedangkan sebagai suatu seni,strategi pembelajaran kadang-kadang
secara implisit dimiliki oleh seseorang tanpa pernah belajar secara formal tentang
ilmu strategi pembelajaran. Misalnya banyak pengajar atau guru yang tidak
memiliki latar keilmuan tentang strategi pembelajaran,namun mampu mengajar
dengan baik dan siswa yang diajar merasa senang dan termotivasi.Sebaliknya,ada
guru yang telah menyelesaikan pendidikan keguruannya secara formal dan
memiliki pengalaman mengajar yang cukup lama, namun dalam mengajar yang
dirasakan siswanya tetap tidak enak. Mengapa bisa demikian ? Tentu hal
tersebut bisa dijelaskan dari segi seni. Sebagai suatu seni, kemampuan mengajar
dimiliki oleh seseorang diperoleh tanpa harus belajar ilmu cara-cara mengajar
secara formal.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dinginkan, seorang guru
dituntut untuk memiliki model mengajar yang sesuai dengan kondisi dan materi
pembelajaran yang akan disampaikan, dimana model mengajar merupakan strategi
pengajaran yang berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Model pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk

mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata


dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis memberikan
batasan/rumusan masalah sebagai berikut :
1. Jelaskan pengertian model pembelajaran CORE ?
2. Aspek-aspek apa saja yang mencakup model pembelajaran CORE ?
3. Bagaimana pengaruh model pembelajaran CORE terhadap proses
pembelajaran?
4. Apa dampak yang ditimbulkan oleh model pembelajaran CORE terhadap proses
pembelajaran ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi atau pengertian dari model pembelajaran CORE
2. Untuk memahami apa-apa saja aspek yang mencakup model pembelajaran
CORE
3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh model pembelajaran CORE terhadap
proses pembelajaran
4. Untuk mengetahui apa dampak yang ditimbulkan oleh model pembelajaran
CORE terhadap proses pembelajaran
1.4 Manfaat Penulisan
Penulis berharap secara teoritis, makalah ini dapat menambah wawasan
keilmuan sesuai dengan disiplin ilmu (pendidik) khususnya berkaitan dengan
dunia pendidikan terutama pada model-model pembelajaran.

BAB II KAJIAN PUSTAKA


Model pengajaran atau model mengajar (models of teaching), tokoh yang
terlintas adalah Bruce Joyce, Marsha Weil, dan Emily Calhoun, karena tokohtokoh ini dikenal paling populer sebagai pakar yang mengkaji tentang model
pengajaran. Pada buku Models of Teaching ( edisi kedelapan yang
dialihbahasakan oleh Achmad Fawaid dan Ateilla Mirza, 2009), pada Frame of
Reference Bagian Satu menyatakan ( kami sadar )bahwa pendidikan berpengaruh
besar pada kapasitas pembelajaran dan model-model pengajaran ( models of
teaching ) merupakan salah satu cara untuk menyelenggarakan pendidikan yang
berorientasi pada kecerdasan ( intelegenc-oriented education), dan memberikan
keluasan pada siswa untuk mendidik diri mereka sendiri; dan kunci efektifitas
model-model pengajaran ini adalah melatih siswa untuk menjadi pembelajaran
yang lebih handal (powerful leaners); sedangkan kunci dari kerja kita semua
(sebagai guru dan pendidik) adalah melakukan penelitian tentang model-model
pengajaran untuk memberikan skills pembelajaran pada siswa. Selain itu
dikemukakan bahwa model-model pengajaran sebenarnya juga bisa dianggap
sebagai model-model pembelajaran. Saat kita membantu siswa memperoleh
informasi, gagasan, skills, nilai cara berfikir dan tujuan mengekspresikan diri
mereka sendiri, kita sebenarnya tengah mengajari mereka untuk belajar.Pada
hakikatnya hasil instruksi jamgka panjang yang paling penting adalah bagaimana
siswa mampu meningkatkan kapabilitas mereka untuk dapat belajar lebih mudah
dan efektif pada masa yang akan datang, baik karena pengetahuan dan skill yang
mereke peroleh maupun karena penguasaan mereka tentang proses belajar yang
lebih baik
Terkait dengan pendidikan dalam konteks pembelajaran maka guru akan
dihadapkan dengan siswa. Untuk membentuk siswa yang memiliki pengetahuan
luas dan menyeluruh guru harus menciptakan suasana belajar yang kondusif dan
menyenangkan, selain itu guru harus menerapkan strategi atau model
pembelajaran yang bisa membantu siswa untuk memetakan materi dalam
memorinya dengan membuat keterkaitan antara materi dan menarik kesimpulan
pada setiap materi yang diberikan. Hal ini sejalan dengan pendapat Jacob (2005)

yang menyatakan bahwa pengetahuan siswa akan semakin luas dan terpetakan
dengan baik dalam memorinya apabila ditunjang dengan lingkungan sosial yang
baik, selain itu guru harus membantu siswa merefleksikan apa yang mereka
pelajari. Selain partisipasi aktif dan kemampuan merefleksikan apa yang telah
dipelajari dalam proses pembelajaran dibutuhkan pula kemampuan untuk
mengubungkan pola-pola dan memperluas pengetahuan.
Aktivitas yang membuat siswa berpartisipasi aktif dan merefleksikan apa
yang mereka pelajari bisa dilakukan dalam bentuk diskusi. Setyowati (2011)
menyatakan bahwa Diskusi adalah suatu kegiatan yang dihadiri dua orang atau
lebih untuk berbagi ide dan pengalaman serta memperluas pengetahuan. Metode
diskusi adalah suatu cara mengajar dengan mengaitkan topik atau masalah yang
memicu para peserta diskusi untuk berusaha mencapai atau memperoleh suatu
keputusan atau pendapat yang disepakati bersama (Nursidik, 2008).
Calfee et al. (Jacob, 2005: 13) mengusulkan suatu model pembelajaran
yang menggunakan metode diskusi untuk dapat mempengaruhi perkembangan
pengetahuan dengan melibatkan siswa yang disebut model CORE (Connecting,
Organizing, Reflecting, Exending). Harmsen (2005) menyatakan bahwa elemenelemen tersebut digunakan untuk menghubungkan informasi lama dengan
informasi

baru,

mengorganisasikan

sejumlah

materi

yang

bervariasi,

merefleksikan segala sesuatu yang siswa pelajari dan mengembangkan lingkungan


belajar.
Proses pembelajaran pada model pembelajaran CORE memberi ruang bagi
siswa untuk dapat membangun pengetahuannya sendiri, menciptakan dan
memaparkan ide-ide yang dimiliki pada sesamanya. Penggunaan model
pembelajaran CORE akan lebih efektif penggunaanya terhadap kemampuan
berpikir kreatif jika diberi permasalahan yang memikat.

BAB III PEMBAHASAN


3.1 Pengertian Model CORE
Model dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan contoh, pola,
acuan, ragam, macam dan sebagainya. Dalam konteks pembelajaran, model
merupakan pola atau kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis
dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
CORE merupakan singkatan dari empat kata yang memiliki kesatuan
fungsi dalam proses pembelajaran, yaitu Connecting, Organizing, Reflecting dan
Extending. Menurut Harmsem, elemen-elemen tersebut digunakan untuk
menghubungkan informasi lama dengan informasi baru, mengorganisasikan
sejumlah materi yang bervariasi, merefleksikan segala sesuatu yang peserta didik
pelajari, dan mengembangkan lingkungan belajar.
Calfee et al, mengungkapkan bahwa model CORE adalah model
pembelajaran menggunakan metode diskusi yang dapat mempengaruhi
perkembangan pengetahuan dan berpikir reflectif dengan melibatkan siswa yang
memiliki empat tahapan pengajaran yaitu Connecting, Organizing, Reflecting dan
Extending.
Calfee et al, juga mengungkapkan bahwa yang dimaksud pembelajaran
model CORE adalah model pembelajaran yang mengharapkan siswa untuk dapat
mengontruksi pengetahuannya sendiri dengan cara menghubungkan (Connecting)
dan mengorganisasikan (Organizing) pengetahuan baru dengan pengetahuan lama
kemudian memikirkan kembali konsep yang sedang dipelajari (Reflecting) serta
diharapkan siswa dapat memperluas pengetahuan mereka selama proses belajar
mengajar berlangsung (Extending)
Menurut Jacob, model CORE adalah salah satu model pembelajaran yang
berlandaskan konstruktivisme. Dengan kata lain, model CORE merupakan model
pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengaktifkan peserta didik dalam
membangun pengetahuannya sendiri serta menimbulkan motivasi dan
pengetahuan yang akan menghasilkan pemaknaan dan pemahaman dalam proses
pembelajaran.

3.2 Aspek-aspek yang mencakup Model CORE


Adapun aspek-aspek yang mencakup model pembelajaran CORE adalah
sebagai berikut:
a. Connecting
Connect secara bahasa berarti menyambungkan,menghubungkan
dan bersambung. Connecting merupakan kegiatan menghubungkan
informasi lama dengan informasi baru atau antar konsep. Informasi lama
dan baru yang akan dihubungkan pada kegiatan ini adalah konsep lama
dan baru.Pada tahap ini siswa diajak untuk menghubungkan konsep baru
yang akan dipelajari dengan konsep lama yang telah dimilikinya, dengan
cara memberikan siswa pertanyaan-pertanyaan, kemudian siswa diminta
untuk menulis hal-hal yang berhubungan dari pertanyaan tersebut.
Katz dan Nirula menyatakan bahwa dengan Connecting,sebuah
konsep dapat dihubungkan dengan konsep lain dalam sebuah diskusi
kelas,dimana konsep yang akan diajarkan dihubungkan dengan apa yang
telah diketahui siswa agar. Agar dapat berperan dalam diskusi, siswa harus
mengingat

dan

menggunakan

konsep

yang

dimilikinya

untuk

menghubungkan dan menyusun ide-idenya.


Connecting erat kaitannya dengan belajar bermakna. Menurut
Ausebel, belajar bermakna merupakan proses mengaitkan informasi atau
materi baru dengan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitif
seseorang. Struktur kognitif dimaknai Ausebel sebagai fakta-fakta,
konsep-konsep dan generalasi-generalasi yang telah dipelajari dan diingat
oleh peserta belajar. Dengan belajar bermakna, ingatan siswa menjadi kuat
dan transfer belajar lebih mudah dicapai.
Sedangkan koneksi (connection) kaitanya dalam matematika dapat
diartikan sebagai keterkaitan antara konsep konsep matematika yang
berhubungan dengan konsep itu sendiri dan keterkaitan secara eksternal
yaitu keterkaitan antara konsep matematika dengan kehidupan sehari-hari
b. Organizing
Organize secara bahasa berarti mengatur, mengorganisasikan,
mengorganizir

dan

mengadakan.Organizing

merupakan

kegiatan

mengorganisasikan informasi-informasi yang diperolehnya seperti konsep


apa yang diketahui,konsep apa yang dicari dan keterkaitan antar konsep
apa saja yang ditemukan pada tahap Connecting untuk dapat membangun
pengetahuannya (konsep baru) sendiri.
Menurut Jacob, konstruksi pengetahuan bukan merupakan hal
sederhana yang terbentuk dari fakta-fakta khusus yang terkumpul dan
mengembangkan informasi baru, tetapi juga mengorganisasikan informasi
lama kebentuk-bentuk yang baru
Menurut Novak, Consept maps are tools for organizing and
representing knowledge artinya peta konsep adalah alat untuk
mengorganisir(mengatur)

dan

mewakili

pengetahuan.

Novak

mengemukakan peta konsep biasanya berbentuk lingkaran atau kotak dari


berbagai jenis yang ditandai dengan garis yang menunjukkan hubungan
antara konsep-konsep atau proporsisi.
Grawith, Bruce dan Sia juga berpendapat bahwa manfaat peta
konsep diantaranya untuk membuat struktur pemahaman dari fakta-fakta
yang dihubungkan dengan pengetahuan berikutnya, untuk belajar
bagaimana mengorganisasikan sesuatu mulai dari informasi, fakta dan
konsep

kedalam

suatu

konteks

pemahaman,

sehingga

terbentuk

pemahaman yang baik.


c. Reflecting
Reflect secara bahasa berarti menggambarkan, membayangkan
,mencerminkan dan memantulkan. Refleksi adalah cara berpikir
kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan dalam hal belajar dimasa
lalu.
Reflecting merupakan kegiatan memikirkan kembali informasi
yang sudah didapat dan dipahaminya pada tahap organizing.
Dalam

kegiatan

diskusi,

siswa

diberi

kesempatan

untuk

memikirkan kembali apakah hasil diskusi /hasil kerja kelompoknya pada


tahap organizing sudah benar atau masih terdapat kesalahan yang perlu
diperbaiki.

d. Extending
Extend secara bahasa berarti memperpanjang, menyampaikan,
mengulurkan, memberikan dan memperluas. Extending merupakan tahap
dimana siswa dapat memperluas pengetahuan mereka tentang apa yang
sudah diperoleh selama proses belajar mengajar berlangsung. Perluasan
pengetahuan harus disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan yang
dimiliki siswa.
Perluasan pengetahuan dapat dilakukan dengan cara menggunakan
konsep yang telah ada didapatkan kedalam situasi baru atau konteks yang
berbeda sebagai aplikasi konsep lain, bidang ilmu lain, maupun kedalam
kehidupan sehari-hari.
Dalam kegiatan diskusi, siswa diharapkan dapat memperluas
pengetahuan dengan cara mengerjakan soal-soal yang berhubungan
dengan konsep yang dipelajari tetapi dalam situasi baru atau konteks yang
berbeda secara berkelompok.
3.3 Pengaruh Model Core tehadap proses pembelajaran
Berdasarkan penelitian, kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran CORE memperoleh skor kemampuan berfikir divergen yang lebih
tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran konvensional.
Tinjauan ini didasarkan pada rata-rata skor kemampuan berpikir divergen
yang dibelajarkan dengan model-model pembelajaran CORE dan siswa yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional. Hasil yang sama juga
diperoleh oleh Novi Widiyanti (2012) dalam hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa, terjadi peningkatan nilai rata-rata yang berarti terdapat perbedaan
kemampuan antara siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran
CORE dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran
konvensional.
Adanya perbedaan tersebut menunjukkan adanya pengaruh positif
terhadap penerapan model pembelajaran CORE terhadap kemampuan berfikir
peserta didik.Pengaruh positif yang dimaksud adalah meningkatnya kemampuan

berfikir divergen peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar menggunakan


model pembelajaran CORE
Peningkatan tersebut tidak terlepas dari dampak yang terjadi pada peserta
didik setelah belajar yaitu siswa aktif dalam belajar, melatih daya ingat siswa
tentang suatu konsep atau informasi, melatih daya pikir siswa terhadap suatu
masalah dan memberikan pengalaman belajar inovatif kepada peserta didik.
Model pembelajaran CORE juga menyebabkan peserta didik lebih aktif dalam
berdiskusi untuk mengemukakan pendapat, menyusun serta menyelesaikan suatu
persoalan yang diberikan.
3.4 Dampak model pembelajaran CORE dalam proses pembelajaran
Berdasarkan pengaruh diatas, model pembelajaran CORE juga dapat
diterapkan dalam bidang pembelajaran kimia misalnya pada topik kelarutan dan
hasil kali kelarutan. Kompetensi dasar peseta didik yang harus dimiliki adalah
bagaimana ia memprediksi terbentuknya endapan dari suatu reaksi berdasarkan
prinsip kelarutan dan hasil kali kelarutannya (Ksp) serta melakukan percobaanpercobaan untuk menentukan hasil kali kelarutan serta memprediksi terbentuknya
endapan dari suatu reaksi berdasarkan prinsip kelarutan dan data hasil
kelarutan(Ksp). Topik ini sangat berkaitan dengan konsep-konsep kehidupan
sehari-hari peserta didik misalnya penghilangan kesadahan air. Peserta didik tidak
hanya dituntut untuk memahami tetapi juga mengkomunikasikan konsep-konsep
yang didapatkan sebelumnya, mengorganisasikan apa yang didapat dengan konsep
sebelumnya, memikirkan kembali konsep yang didapat dengan konsep
sebelumnya serta memperluas konsep yang diterimannya.
Dampak positif dari model pembelajaran CORE juga adalah sebagai
berikut:
a.
b.
c.
d.

Peserta didik lebih aktif dalam kegiatan belajar.


Melatih daya ingat siswa mengenai suatu konsep atau informasi
Melatih daya pikir kritis siswa terhadap suatu masalah
Memberikan pengalaman belajar kepada siswa,karena siswa banyak
berperan aktif dalam pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi
bermakna

Sedangkan dampak negatif dari model pembelajaran CORE adalah sebagai


berikut :
a. Membutuhkan persiapan matang dari guru untuk menggunakan model ini.
b. Menuntut siswa untuk terus berpikir kritis
c. Tidak semua materi pelajaran dapat menggunakan model CORE
d. Memerlukan banyak waktu

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pemilihan model pembelajaran yang tepat oleh guru dapat membantu para
siswa atau peserta didik dalam mencapai tujuan belajar. Terdapat beberapa model

10

pembelajaran yang kini berkembang, salah satunya adalah model pembelajaran


CORE.
Pembelajaran model CORE mencakup empat aspek yaitu, Connecting
(menghubungkan informasi lama dengan informasi baru atau antar konsep),
Organizing(mengorganisisasikan informasi-informasi yang diperoleh), Reflecting
(memikirkan informasi-informasi yang diperoleh) dan Extending(memperluas
pengetahuan)
Pengaruh yang ditimbulkan oleh model pembelajaran CORE yang
diterapkan pada proses pembelajaran adalah siswa atau peserta didik menjadi
lebih aktif dalam pembelajaran, mampu berpikir kritis dalam menghadapi
persoalan dan mampu memaparkan ide-ide pada sesamanya.
4.2 Saran
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa dalam
pembahasan masih terdapat kekurangan baik dari substansi materi maupun contoh
dari setiap materi yang dibahas. Penulis menyarankan kepada guru maupun calon
pendidik untuk menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang
akan disampaikan, dan sesuai dengan keadaan siswa. atau peserta didik
Dalam penulisan makalah ini juga masih terdapat kekurangan lain, oleh
karena itu saran dan kritik sangat penulis butuhkan dalam memperbaiki makalah
berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat khususnya untuk penulis dan
umumnya untuk pembaca.

DAFTAR PUSTAKA
Safitri, Diana dkk. (2014). Pengaruh Model Pembelajaran CORE untuk

11

Meningkatkan Kreativitas dan Hasil Belajar Sejarah Peserta Didik X3


SMA 1 BONGOREJO Tahun Ajaran 2013/2014. Jurnal Edukasi
UNEJ. I (2).10-14.http://jurnal.unej.ac.id/index.php./JEUC/
article/download/1393/1141.html, 06 September 2016
Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta :
Bumi Aksara

12

Вам также может понравиться