Вы находитесь на странице: 1из 27

Istilah-Istilah Dalam Al-Qur'an

(Ayat-Ayat Ghoribah)
Dalam Al-Qur'an terdapat sejumlah istilah atau ayat-ayat yang hanya ada di
surat-surat tertentu yang harus kita kuasai, dengan mengkaji secara khusus
dalam rangka lebih menyempurnakan tilawah kita. Tilawah berasal dari kata tala
yaitu tilawatan artinya Bacaan.

Istilah-istilah itu adalah sebagai berikut ,


1. Huruf Muqotho'ah;
Huruf Muqothoah adalah huruf yang dibaca sebagaimana nama hurufnya.
Huruf Muqothoah terdapat pada ayat pertama surat-surat tertentu sebagai
pembuka surat, oleh karena itu Huruf Muqothoah juga disebut Fawatikhus
Suwar. Secara garis besar, Huruf Muqothoah dibaca dengan 3 pola sebagai
berikut :
Pertama: Tidak ada mad (pemanjangan suara) yaitu huruf Alif. Huruf Alif
sebagai Huruf Muqothoah dibaca dengan bunyi Alif.
Kedua : Mad sepanjang 2 ketukan, terjadi pada huruf-huruf berikut: Haya
Thohara

Ketiga : Mad sepanjang 6 ketukan, terjadi pada huruf-huruf berikut :


Naqushu 'Asalukum

Contoh ayat yang mengandung Huruf Muqothoah adalah:

Huruf berwarna merah dibaca dengan durasi 2 ketukan, sedangkan


huruf berwarna biru panjangnya 6 ketukan.
Bagaimana cara membedakan huruf yang dibaca 2 ketukan dan 6 ketukan?
Perhatikan bedanya! Huruf-huruf yang apabila dituliskan namanya, ia terdiri
dari 2 huruf, maka ia dibaca 2 ketukan (seperti : ro', ha, ya, tho dan kha).
Huruf-huruf yang apabila dituliskan namanya, ia terdiri dari 3 huruf, maka ia
dibaca 6 ketukan, seperti : nun, qaf, shod, ain, sin, lam, kaf dan mim).
Cara membaca :

Panjang bacaan pada siiiiin adalah 6 ketukan, yaitu dari ketukan ke-3
hingga ketukan ke-8. Dan panjang bunyi miiiiim adalah 6 ketukan, yaitu
dari ketukan ke-12 hingga ketukan ke-17. Diantara keduanya (siiiiin dan
miiiiim) ada bunyi ghunnah (dengung), karena sifat bunyi n akan melebur
ke bunyi m. Durasi bacaan ghunnah adalah 4 ketukan, dari ketukan ke-9
hingga ketukan ke-12. Karena itu, praktek pembacaan Mad Lazim Harf
Mutsaqol adalah:

Ketukan ke-3 berbunyi si. Pertahankan bunyi i hingga ketukan ke-8. Yang
terdengar panjang adalah bunyi i-nya. Bunyi i dari ketukan ke-3 hingga
ketukan ke-8 tidak boleh terputus. Bunyi i tersebut menghilang
bersamaan dengan tersambarnya bunyi m pada ketukan ke-8.
Dengungnya bunyi m dimulai sejak ketukan ke-8, namun mulai dihitung
ketukannya sejak ketukan ke-9 hingga ketukan ke-12. Dengungan suara m
sejak ketukan ke-9 hingga ketukan ke-12 tidak boleh terputus. Bunyi
dengung m akan menghilang bersamaan dengan bunyi mi pada ketukan
ke-12.
Bersamaan dengan ketukan ke-12 terdengar bunyi mi. Pertahankan bunyi
i hingga ketukan ke-17. Yang terdengan panjang adalah bunyi i-nya.
Bunyi i dari ketukan ke-12 hingga ketukan ke-17 tidak boleh terputus.
Bunyi i tersebut menghilang bersamaan dengan tersambarnya bunyi m
pada ketukan ke-17. Bunyi m terakhir, menghilang bersamaan dengan
jatuhnya ketukan ke-18.
Contoh lain adalah sebagai berikut :

Sumber: http://binaalquran.wordpress.com/
Contoh lain:

qoo..oo..oof------------------------------

aii..ii..iinnnsii..ii..iing..ng..ngqoo..o
o..oof---

yaasii..ii..iin-----------------------------

Toohaa---------------------------------toosii..ii..ii..mmmii..ii..iim---------------aamii..ii..iim---------------------------

aliflaa..aa..aammmii..ii..iimroo----------

aliflaa..aa.aammmii..ii.ii..mshoo..o
o..oo..d

nuu..uu..uun-----------------------------

shoo..oo..ood----------------------------

kaafhaayaa'aii..ii..ii..nnnshoo..oo..
oo..d---

Sumber: http://www.piss-ktb.com/2012/11/2037-huruf-muqatthaah.html

2. Hamzah Washol
Hamzah Washol adalah huruf Hamzah yang apabila berada paling awal, ia
dibaca dan berbunyi a, i dan u. Ketika ada ditengah, hamzah washol tidak
terbaca.
Hamzah Washol berada di dua tempat. Ia muncul sebagai tanda kata benda
bersamaan dengan huruf Lam ( dan ) ia selalu dibaca a. Ia juga muncul
sebagai tanda kata kerja perintah (fil amr), dan ia mungkin dibaca dengan
bunyi i atau u.

Contoh Hamzah washol yang dibaca berbunyi a

Contoh Hamzah washol yang dibaca berbunyi i

Contoh Hamzah Washol Yang Dibaca u

Contoh Hamzah Washol yang dibaca berbunyi ni


Hamzah Washol di tengah bacaan tidak dibaca, namun muncul bunyi ni
karena hamzah washol didahului huruf bertanwin

Contoh Hamzah washol pada kata benda (isim), selalu


dibaca berbunyi i

Contoh berikut ini, mungkin akan memperjelas pemahaman tentangHamzah


Washol. Huruf yang ditampilkan dengan warna merah, itulah yang disebut
dengan Hamzah Washol. Sementara itu huruf yang ditampilkan dengan
warna hijau disebut dengan Alif, sedangkan huruf berwarna biru disebut
sebagai Hamzah Qotho.

3. Nun Wiqoyah
Nun yang ditambah pada bacaan bila kata yang ber-akhiran tanwin (baris
dua) bertemu dengan kata yang berawal dengan Alif Lam ( )atau Hamzah
Wasal ( ).
Nun ini juga disebut dengan Nun Wasal atau Nun 'Iwadh, atau Nun
Pengganti. Nun Wiqoyah dibaca dengan baris bawah (kasrah). Dalam alQur'an al-Majid nun ini ditulis dengan nyata, Manakala dalam al-Quran alKarim (Rasam Utsmani) nun ini tidak ditulis dengan nyata tetapi dari segi
bacaannya ianya hendaklah dibunyikan.
Di antara ayat-ayat yang terdapat Nun Wiqoyah;
1. Surah Al-Baqarah : ayat 180 ( ) dan dibaca dengan ; (Khairanil wasiyyah)

2. Surah Yusuf : ayat 8 - 9 ( ) dan dibaca dengan ; (Mubiini niqtulu)

3. Surah Kahf : ayat 88 ( ) dan dibaca dengan; (Jazaaa nilhusnaa)

4. Surah An-Najm : ayat 50 dan dibaca dengan; (Aadan nil uulaa)

5. Surah Al-Jumuah : ayat 11 ( ) dan dibaca dengan; (Au lahwanin faddhuu)

6. Surah Al-Ikhlas : ayat 1 - 2 ( ) dan dibaca dengan; (Allahu ahadunillahus


somad)

7. Surah al-A'raf : ayat 164 ( ) dan dibaca dengan; (Qaumanillahu


muhlikuhum)

8. Surah al-A'raf : ayat 177 ( ) dan dibaca dengan; (matsalanil qaumul


ladziina)

9. Surah at-taubah : ayat 24 ( ) di dibaca dengan; (wa


amwaaluniqtaraftumuuha)

10. Surah at-Taubah : ayat 30 ( ) di baca dengan; ('Uzairunubnullaahi)

11. Surah Ibrahim : ayat 18 ( ) di baca dengan; (karamaadinisy taddat)

12. Surah Al-Hijr : ayat 61 ( ) dibaca dengan; (Falammaa jaa'a aala luthi
nilmursalin )

13. Surah Al-Kahf: ayat 100-101 ( )kalau wasal dibaca dengan ('aradha
nilladzi...)
14. Surah Maryam: ayat 7 ( ) dibaca dengan (bughalaaminismuhu..)
15. Surah Maryam: ayat 61 ( ) dibaca dengan (jannaati 'adninillati..)
Cara membaca Nun Wiqoyah adalah sebagai berikut:

Pada ketukan ke-5 kita mengucapkan wa. Bunyi n pada kata lahwan
bergeser ke posisi hamzah washol pada ketukan ke-6. Posisi Hamzah washol
digantikan
oleh
Nun
Wiqoyah.
Nun Wiqoyah selalu berbunyi ni. Nun Wiqoyah mendapatkan hak 1 ketukan.
Ketukan ke-6 berbunyi ninf karena menghadapi bacaan Ikhfa Hqiqi (huruf
Nun Sukun yang bertemu huruf Fa).

Pada ketukan ke-3 kita mengucapkan du. Bunyi n pada kata adun'
bergeser ke posisi hamzah washol pada ketukan ke-4. Posisi Hamzah washol
digantikan
oleh
Nun
Wiqoyah.
Nun Wiqoyah selalu berbunyi ni. Nun Wiqoyah mendapatkan hak 1 ketukan.
Ketukan ke-4 berbunyi nil karena menghadapi huruf Lam Sukun.

4. Ayat Sajadah
Ayat Sajadah adalah ayat-ayat tertentu dalam Al Qur'an yang bila
dibaca disunnahkan bagi yang membaca dan mendengarnya untuk
melakukan
sujud
tilawah.
Jadi Sujud Tilawah adalah sujud bacaan ketika mendengar ayat sajadah.
Sujud tilawah dilakukan satu kali, baik dalam shalat maupun luar shalat,
barang siapa yang membaca atau mendengar ayat sajadah, disunatkan
bertakbir lalu sujud dan membaca doa sujud tilawah.
Dari Ibnu Umar ra. Berkata : Sesungguhnya Nabi Shalallahu 'Alayhi
Wasallam pernah membaca Alquran di depan kami ketika beliau melalui
(membaca) ayat sajadah beliau takbir, lalu sujud kamipun sujud pula
bersama-sama
beliau.
(HR.
Turmudzi).
Hukum Sujud Tilawah
Sujud tilawah adalah sunat menurut pendapat jumhur ulama.
Hukum sunat ini bersandarkan hadis yang diriwayatkan oleh Al-Syaikhain (AlBukhari dan Muslim) daripada Ibnu Umar katanya yang maksudnya :
"Bahwasanya Rasulullah Shallahu Alaihi wasallam telah membaca al-Quran,
lalu Baginda membaca satu surah yang di dalamnya ada ayat sajadah,
maka Baginda pun bersujud lalu kami pun sujud bersama-sama Baginda
sehingga sebahagian daripada kami tidak mendapati tempat untuk
meletakkan
dahinya.
Menurut hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiallahu anhu
tentang fadhilah/faedah melakukan sujud tilawah, Baginda bersabda yang
maksudnya
:
Apabila anak Adam itu membaca ayat al-Quran yang menuntut untuk sujud,
syaitan akan mengasingkan dirinya lalu menangis dan berkata: Celakalah!
Anak Adam telah diperintahkan untuk sujud ia pun sujud, maka baginya
balasan syurga, dan aku diperintahkan untuk sujud maka aku enggan, maka
balasan
bagiku
adalah
neraka.
(Hadis
riwayat
Ibnu
Majah)
Untuk mengenali ayat-ayat sajadah di dalam mushhaf ditanda dengan garis
dan di penghujung ayat itu ditanda dengan tanda yang berbentuk seakanakan dom masjid sementara itu di bidainya tertulis perkataan sajadah.
Kapan
Sunat
Sujud
Tilawah
Dilakukan?
Sujud tilawah itu sunat dilakukan apabila ayat sajadah itu dibaca di luar

sholat bukan pada waktu-waktu yang makruh menunaikan sholat. Begitu


juga sunat melakukan sujud tilawah ketika dalam sholat jika dibacakan ayat
sajadah
tersebut.
Syarat-Syarat
Sujud
Tilawah
Di dalam kitab Al-Majmuk menurut Ashahab Syafieyah bahwa Hukum Sujud
Tilawah itu sama seperti hukum sholat sunat dari segi syarat-syarat sahnya
sujud itu, syarat-syarat itu adalah seperti berikut:
(i) Bersih daripada hadas kecil atau besar dan juga bersih daripada najis
sama ada pada tubuh badan, pakaian dan juga tempat.
(ii) Orang yang hendak melakukan sujud tilawah itu juga di kehendaki dalam
keadaan menutup aurat.
(iii) Untuk melakukannya hendaklah menghadap kiblat.
(iv) Hendaklah masuk waktunya ketika melakukan sujud itu. Adapun
masuknya waktu sujud itu ialah begitu ia selesai mambaca atau mendengar
keseluruhan ayat sajdah. Jika sekiranya ia bersujud sebelum lagi habis ayat
itu di bacanya atau didengarnya maka sujud tilawah itu tidak sah dan tidak
memadai.
Ayat-ayat ini terdapat pada 15 tempat dalam Al-Quran, yaitu;
1. Surah 7 (Al-ARaaf) Ayat 206
2. Surah 13 (Ar-Rad) Ayat 15
3. Surah 16 (Al-Nahl) Ayat 50
4. Surah 17 (Al-Isra) Ayat 109
5. Surah 19 (Maryam) Ayat 58
6. Surah 22 (Al-Hajj) Ayat 18
7. Surah 22 (Al-Hajj) Ayat 77
8. Surah 25 (Al-Furqaan) Ayat 60
9. Surah 27 (An Naml) Ayat 26
10. Surah 32 (As-Sajdah) Ayat 15
11. Surah 38 (Shaad) Ayat 24
12. Surah 41 (Fushshilat) Ayat 38
13. Surah 53 (An-Najm) Ayat 62
14. Surah 84 (Al-Insyiqaq) Ayat 21
15. Surah 96 (Al-Alaq) Ayat 19
Bacaan sujud tilawah adalah:
Subhaanallah Walhamdulillah Walaa Ilaaha Illallah Allahu Akbar 3x.
Atau membaca

5. Saktah
Saktah adalah berhenti sejenak tanpa bernafas, dengan tujuan
untuk meluruskan arti ayat.
Di dalam mushaf rosmul utsmani, saktah ditandai dengan huruf "Sin~
" kecil pada ayat yang mengandung saktah. Saktah dikenal dengan
Saktatun lathifah~ yang berarti diam sejenak , atau juga dikenal
dengan Waqfatun Yasirah ~ yang berarti berhenti sedikit.
Menurut Imam Hafs, bahwa saktah dalam Al-Quran terdapat pada empat
tempat, yaitu :

-Surat Al-Kahfi (18) antara ayat 1 dan 2:

-Surat Yasiin (36) ayat 52

-Surat Al-Qiyaamah ayat 27:

-Surat Al-Muthoffifiin ayat 14

Waktu bersaktah adalah 2 harakat / ketukan.


Pada contoh di atas ini, huruf Sin~( " sebagai tanda saktah) terletak
antara kata berwarna merah dan kata berwarna biru. Di antara kedua kata
itulah terjadi saktah.

6. Imalah = mencondongkan
Imalah yaitu bacaan yang condong atau miring dari harakat fathah ke harakat
kasrah .
Menurut Imam Hafash, Imalah dalam Al-Quran terdapat pada satu tempat, yaitu

dalam surat Huud [11] ayat 41 seperti :


dengan

dibaca hampir sama

7. Isymam = memoncongkan dua bibir


Isymam yaitu memoncongkan mulut tanpa suara setelah mematikan huruf,
seolah-olah memberi isyarat adanya dhommah, sehingga bunyinya hampir
sama dengan bunyi Maunnaa[] .
Dalam Al-Quran ada satu tempat bacaan isymam, yaitu surat Yusuf [12]
ayat
11
:
< - Asalnya
< - dibaca
< -Tulisan

Cara
Membaca
Isyman:
Isymam adalah menampakkan dhommah yang terbuang dengan isyarat
bibir ketika membaca kata Laata'manna~ p pada surat Yusuf (12) ayat
11. Isyarat bibir dimunculkan pada saat membaca Ghunnah. Isyarat bibir
dimunculkan dengan cara memajukan bibir atau memonyongkan bibir ketika
sedang membaca Ghunnah.

Pada ilustrasi di atas, bacaan Ghunnah terjadi pada ketukan ke-6


s.d. ketukan ke-9. Dalam rentang ketukan ke-6 s.d. ketukan ke-9
itulah
isyarat
bibir
(isymam)
dimunculkan.
Pada ketukan ke-5, kita membaca man. Pertahankan lidah pada posisi
bunyi n hingga ketukan ke-9. Bunyi n dari ketukan ke-6 hingga ketukan ke9 tidak boleh terputus. Bunyi n akan menghilang bersamaan dengan
munculnya
bunyi
na
pada
ketukan
ke-9.
Adapun isyarat bibir (isymam) dimunculkan pada ketukan ke-6. Ya, hanya
satu ketukan saja. Majukan (monyongkan) bibir anda saat jatuh pada
ketukan ke-6. Saat jatuh ketukan ke-7, isyarat bibir sudah hilang, dan tetap
mempraktekkan bacaan ghunnah hingga ketukan ke-9.

8. Tashil = mudah
Tashil menurut istilah, adalah suatu bacaan yang diringankan bunyi hamzah
kepada bunyi antara hamzah dan alif. Hanya ada satu tempat bacaan tashil:
Surah Fussilat: 44

Kata
yaitu ( hamzah) yang pertama dalam dibaca jelas,
sedangkan yang kedua dibaca samar, yaitu antara hamzah dan alif.

Kata tersebut namanya bacaan Tashil yaitu menyederhanakan hamzah


kedua, perhatikan hamzah kedua yang berwarna merah, cara membacanya
adalah ditengah-tengah antara huruf Hamzah danAlif, jadi lafadz yang
keluar tidak seperti huruf Hamzah dan juga tidak seperti huruf Alif tetapi
ditengah-tengah kedua huruf tersebut.

9. Naql = memindahkan.
Adapun secara istilah, naql berarti memindahkan harakat hamzah ke huruf
sukun sebelumnya, dan setelah itu, huruf hamzahnya dibuang.

Jadi, lafadz
dibaca
Bacaan ini juga hanya ada dalam surat al Hujurat ayat 11




http://www.youtube.com/watch?v=1Eruk5HUqtM&feature=player_embedded

10. Waqaf (Tanda Berhenti) Dan Ibtida (Memulai Bacaan)


Pengetahuan tentang tanda waqaf (tanda-tanda berhenti dan tempatnya) dan
ibtida (memulai bacaan) berperan penting di dalam tatacara membaca alQuran, dalam rangka menjaga validitas makna ayat-ayat al-Quran, dan
menghindari kesamaran serta agar tidak jatuh ke dalam kesalahan. Dan
pengetahuan ini membutuhkan pemahaman yang mendalam tentang ilmu
bahasa Arab (dengan berbagai macam cabangnya), ilmu Qirat, dan ilmu Tafsir,
sehingga tidak merusak makna ayat.
Makna Waqaf;

Kata al-Waqaf biasa dipakai untuk dua makna, makna yang pertama adalah
titik atau tanda di mana seseorang yang membaca al-Quran diam
(menghentikan bacaannya) pada tanda tersebut. Makna yang kedua adalah
tempat-tempat (posisi) yang ditunjukkan oleh para imam ahli Qirat. Dengan
demikian setiap tempat (posisi) dari tempat-tempat tersebut dinamakan waqaf,
sekalipun seorang pembaca al-Quran tidak berhenti di tempat (posisi) tersebut.
Dan makna ucapan kita:Ini adalah waqaf maksudnya adalah tempat (posisi)
untuk berhenti padanya. Maksudnya bukan berarti bahwa setiap tempat dari
tempat-tampat tersebut wajib untuk berhenti, akan tetapi maksudnya adalah
bahwa tempat tersebut tepat atau boleh untuk berhenti, sekalipun nafas si
pembaca al-Quran panjang. Dan seandainya salah seorang di antara kita
mampu untuk membaca al-Quran dengan satu nafas maka hal itu
diperbolehkan (selama bukan pada waqaf wajib berhenti).
Seorang pembaca al-Quran diibaratkan sebagai seorang musafr, dan titik-titik
atau tempat di mana seorang pembaca berhenti diibaratkan sebagai tempat
peristirahatan baginya.
Manusia berbeda-beda dalam hal waqaf. Di antara mereka ada yang menjadikan
tempat waqaf sesuai dengan panjang nafasnya. Sebagian yang lain
menjadikannya pada setiap penghujung ayat. Dan yang paling pertengahan
adalah bahwa terkadang waqaf berada di tengah ayat, sekalipun yang lebih
dominan adalah di akhir-akhir ayat. Dan tidak setiap akhir ayat ada waqaf
(tempat untuk berhenti), akan tetapi yang dijadikan ukuran adalah makna dan
nafas mengikutinya.
Dan seorang pembaca, apabila sampai pada tempat waqaf sedangkan nafasnya
masih kuat untuk sampai pada tempat waqaf berikutnya maka boleh baginya
untuk melewatinya (tidak berhenti) dan berhenti pada waqaf setelahnya. Namun
jika nafasnya tidak sampai ke waqaf berikutnya maka hendaknya ia tidak
melewati waqaf tersebut (hendaknya berhenti pada tempat waqaf pertama).

Seperti seorang musafr, jika menemukan tempat persinggahan yang subur,


teduh, banyak makanan dan dia tahu bahwa jika ia melewatinya (tidak singgah
di sana) ia tidak akan sampai pada persinggahan berikutnya, dan ia perlu untuk
singgah di tempat yang tandus, yang tidak ada apa-apanya (tidak teduh, tidak
ada makanan dll), maka yang lebih baik bagi orang itu adalah ia tidak melewati
persinggahan yang subur tersebut.

Maka jika seorang pembaca al-Quran tidak mampu meneruskan bacaan


disebabkan pendeknya nafas, atau ketika waqaf pada tempat yang dimakruhkan
untuk waqaf maka hendaknya dia memulainya dari awal kalimat (ayat) supaya
maknanya bersambung antara satu dengan yang lain, dan supaya mulainya
bacaan setelahnya tidak mengakibatkan kerancuan (makna yang kurang tepat).
Seperti dalam frman Allah Subhanahu wa Taala:

(181)
Sesungguhnya Allah
mengatakan:.
(QS. Ali Imraan: 181)

telah

}
{

mendengar

perkataan

orang-orang

yang

Maka jika seseorang memulai bacaan dengan:

}
{
Sesungguhnya Allah miskin dan kami kaya. (QS. Ali Imraan: 181)

Maka ia telah berbuat kesalahan dengan memulai bacaan pada kata tersebut.

Beberapa Contoh Waqaf;


Dan untuk masalah ini ada beberapa contoh:
Wajib berhenti, misalnya pada frman Allah Subhanahu wa Taala:

{1}

.Dan dia tidak mengadakan kebengkokan didalamnya. (QS. Al-Kahf: 1)


Kemudian memulai lagi dengan:

{2

Yang lurus (tidak kontradiksi), untuk memperingatkan akan siksaan yang


sangat pedih dari sisi-Nya ( Allah).. . (QS. Al-Kahf: 2)

Hal itu supaya tidak disalahpahami bahwa frman-Nya


sifat dari frman-Nya
akan lurus/selaras.

p( kebengkokan),

p( Yang

lurus) adalah

karena sesuatu yang bengkok tidak

(Dan wajib waqaf) pada kalimat/ayat yang akhirnya huruf Ha sakat (Ha sakat
adalah huruf Ha sukun yang ada di akhir kalimat/kata untuk menjelaskan
harakat huruf terakhir dari kalimat yang bersambung dengan Ha sakat
tersebut, dan hal itu menunjukkan akan pentingnya kalimat tersebut. walahu
Alam), seperti dalam frman-Nya:

{26}

{ 25}

Wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini), Dan
aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku. (QS. Al-Haaqqah: 25-26)

Dan dalam frman-Nya:

{29}

{ 28}

Hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku. Telah hilang kekuasaan


dariku.
(QS. Al-Haaqqah: 28-29)

Maka pada selain al-Quran, anda harus menetapkan (menuliskan/membaca)


huruf Ha ini ketika waqaf (berhenti) dan menghapusnya/menghilangkannya jika

diwashal-kan (disambungkan/tidak berhenti). Dan ia (Ha sakat) tertulis di dalam


al-Quran dengan hurufHa. Karena di dalam kaidah bahasa Arab diharuskan
menghilangkan/menghapus
Ha
sakat
apabila
diwashal-kan
(disambungkan/tidak berhenti). Maka penetapan keberadaannya (penulisannya)
ketika diwashal-kan bertentangan dengan kaidah bahasa Arab, sedangkan
penghapusannya bertentangan dengan tulisan yang ada pada mushaf. Maka
dengan mem-waqaf-kan (berhenti pada huruf Ha sakat tersebut) berarti
seseorang telah mengikuti tulisan di mushaf al-Quran dan sekaligus mengikuti
kaidah bahasa Arab. Dan bacaan washal dengan Ha hanya diperbolekan
dengan meniatkan waqaf (berhenti).

Dan juga wajib waqaf, misalnya pada frman-Nya:

{65}

Janganlah kamu sedih oleh perkataan mereka. (QS. Yunus: 65)

Kemudian dimulai lagi dengan membaca:

{65}

Sesungguhnya kekuasaan itu seluruhnya adalah kepunyaan Allah. . (QS.


Yunus: 65)

Hal itu supaya maknanya benar (lurus), karena jika diwashal-kan


(disambungkan/tidak berhenti) akan memberikan kesan bahwa perkataan
mereka yang membuat sedih (hati Nabi) adalah perkataan mereka:
{65}

Sesungguhnya kekuasaan itu seluruhnya adalah kepunyaan Allah. . (QS.


Yunus: 65)

Padahal maksud ayat yang sebenarnya tidak demikian.

Dan dianjurkan (disunahkan) bagi seorang pembaca al-Quran untuk belajar


posisi-posisi waqaf (tanda-tanda waqaf), dan agar berhenti pada setiap akhir
ayat kecuali jika ayat tersebut memiliki kaitan yang sangat erat dengan ayat
setelahnya, seperti dalam frman Allah Subhanahu wa Taala:

{14}

Dan jika seandainya Kami membukakan kepada mereka salah satu dari (pintupintu) langit, lalu mereka terus-menerus naik ke atasnya. (QS. Al-Hijr: 14)

Maka tidak boleh waqaf (berhenti) di akhir ayat di atas dikarenakan


huruf Lam pada ayat setelahnya berkaitan erat dengan ayat sebelumnya (ayat
di atas).

{39}

dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya. (QS. Al-Hijr: 39)
Demikian juga tidak boleh waqaf (berhenti) di akhir ayat di atas dikarenakan

pada ayat setelahnya berkaitan erat dengan ayat sebelumnya (ayat di


huruf
atas).
Dan
tidak
diragukan
lagi
bahwa
pengetahuan
tentang Waqaf dan Ibtida berguna dalam memahami makna-makna al-Quran
dan
mentadabburi
(mengkaji)
hukum-hukumnya.
Dari

Ibnu

Umar radhiyallahu

anhuma berkata:

Kami telah hidup pada sepenggal waktu kami, dan bahwasanya salah seorang
di antara kami diberikan iman sebelum al-Quran. Dan kami telah menyaksikan
pada hari ini orang-orang, yang salah seorang di antara mereka diberikan alQuran sebelum iman. Sehingga ia membaca al-Quran dari awal sampai akhir
namun ia tidak mengetahui mana perintah dan mana larangan, dan juga tidak
tahu kapan seharusnya dia waqaf (berhenti). Padahal setiap huruf dalam alQuran menyerukan:Aku adalah utusan Allah kepadamu agar engkau

mengamalkanku, dan agar engkau mengambil pelajaran dari nasehatku.


sumber:
http://www.alsofwa.com/18616/waqaf-tanda-berhenti-dan-ibtidamemulai-bacaan-2.html
(Sumber: p karya Syaikh Manna al-Qaththan, Maktabah al-Maarif
Riyadh
hal
187-188
dan
artikel
berjudul di
http://www.halqat.com/Article-194.html. Diposting oleh Abu Yusuf Sujono)

# Ayat-Ayat Ghoribah dalam Al-Quran #


Sekedar merefresh kembali aja tentang ayat-ayat ghoribah [ayat-ayat yang
asing
dalam
Al-Quran].
Udah
pada
tau
kaaan
???
Dalam Al-Quran ayat gharibah ada 4. Apa aja?
1.
Bacaan imalah ini terdapat dalam Surah Huud, QS. 11 ayat 41:

Imalah

Yang dimaksud bacaan imalah pada ayat diatas ialah pada bacaan . Jadi
sewaktu membaca kalimat ini ialah dengan merubah a pada ro menjadi e.
Yakni Majreeha, dan bukan majrooha.
2.
Bacaan

isymam

ini

terdapat

dalam

Surah

Yusuf,

QS.12

Isymam
ayat 11

Isymam ini terdapat dalam kata . Saat membaca kata ini, maka kedua bibir
diayunkan (dimajukan) tanpa merubah suara.
3.
Bacaan

tashil

terdapat

dalam

surah

Fussilat,

QS.41

ayat

Tashil
44


Tashil ini ialah pada kata . Dalam kata ini terdapat dua alif berfathah.

Cara membacanya yaitu dengan menyederhanakan atau menyeret satu


alifnya. Jadi dibaca aa'jamiyyuwwa'arbiy [terkesan panjang 2 harakat], dan
bukan a a'jamiyyuwwa'arbiy.
4.
Yakni

terdapat

dalam

surah

...

Al-Hujurat,

QS.49

ayat

Naql
11

Dalam beberapa cetakan Al-Qur'an ada yang masih menyebutkan sebagai


hukum bacaan naql, ada yang tidak. Yang dimaksud naql ini adalah terdapat
dalam kata . Cara membacanya ialah langsung bi'salismu, dan bukan
bi'sal ismu [tidak diputus].
Naah, itu 4 ayat gharibah dalam Al-Quran. Jangan sampe berasa mumet lho,
karena
cuma
ada
1
aja
dalam
Al-Quran.
Tidak
mesti
tau
namanya,
yang
PENTING
TAU
BACAANNYA.

Karena hukum mempelajari Ilmu Tajwid secara teori adalah FARDHU KIFAYAH,
sedangkan hukum membaca Alquran sesuai dengan Kaidah Ilmu Tajwid
adalah FARDHU 'AIN.
"Dan bacalah Alquran dengan tartil (Al-Muzzammil, QS. 73:4)
Semoga
Allaah
Baarakallaahu fikum
Suka Komentari

memuliakan

kita

bersama

Quran.

Вам также может понравиться