Вы находитесь на странице: 1из 10

STUDI TRANSFORMASI MINERALOGI BIJIH MANGAN MELALUI PROSES

PEMANASAN BERTAHAP
(Studi Kasus: Endapan Mangan, Kecamatan Ponre, Kabupaten Bone, Sulawesi
Selatan)
Ilham Abd. Latif*,Sufriadin*,Sri Widodo*
*Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Sari: Kalsinasi adalah proses pemanasan untuk menghilangkan air kristal, karbon dioksida,
atau gas lain yang mempunyai ikatan kimia dengan bijih yang bertujuan untuk meningkatkan
kadar logam dan mempermudah proses ekstraksi selanjutnya. Penelitian ini menggunakan
sampel bijih mangan dari Kecamatan Ponre, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Potensi bijih
mangan yang terdapat di Sulawesi Selatan belum dimanfaatkan dengan baik sehingga perlu
diteliti lebih lanjut mengenai kadar Mn dan proses karakterisasi untuk mengetahui jenis dan
karakteristik mineral-mineral penyusun atau pengotor yang terdapat dalam bijih mangan.
Proses selanjutnya adalah melakukan studi transformasi mineralogi pada bijih mangan
melalui proses pemanasan bertahap. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
karakteristik mineral penyusun bijih mangan, mengamati reduksi kandungan air pada bijih
mangan melalui proses pemanasan bertahap, dan mengamati mineral-mineral yang
mengalami perubahan atau transformasi pada suhu tertentu. Analisis mineralogi ini diperoleh
berdasarkan hasil analisis petrografi, XRD (X-Ray Difraction) sebelum pemanasan dan analisis
XRD (X-Ray Difraction) setelah pemanasan. Penelitian ini dilakukan menggunakan 2 variabel,
yaitu variabel terikat dan variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu berat
setiap sampel sebanyak 10 gr, ukuran sampel 200 mesh, dan waktu pamanasan selama 30
menit. Variabel bebas yang digunakan adalah pemanasan dari suhu 100C, 200C, 300C,
400C, 500C, 600C, 700C, dan 800C. Hasil analisis XRD (X-Ray Difraction) sebelum
pemanasan dan analisis petrografi menunjukkan bahwa mineral utama penyusun bijih
mangan adalah quartz dan pyrolusite yang memiliki ukuran butir bervariasi. Reduksi
kandungan air saat proses kalsinasi secara signifikan terjadi pada suhu 600C, 700C, dan
800C masing-masing sebesar 5,33% pada suhu 600C, 6,81% pada suhu 700C dan 6,74%
pada suhu 800C. Difraktogram hasil uji XRD (X-Ray Difraction) setelah pemanasan
memperlihatkan proses transformasi mineral hanya terjadi pada suhu 600C, 700C dan
800C. Pada suhu 600C, mineral pyrolusite tertransformasi menjadi bixbyite. Selanjutnya
mineral bixbyite hasil transformasi dari pyrolusite berubah menjadi braunite pada suhu
700C. Pada suhu 800C, terjadi transformasi secara total dari bixbyite menjadi braunite.
Kata kunci: bijih mangan, kalsinasi, suhu, X-Ray Difraction, analisis petrografi.
Abstract: Calcination is a heating process to remove moisture content, carbon dioxide, or
other gasses that chemically bonded with ore that aims to increase metal content and
facilitate the next extraction processes. This research used manganese sample from Ponre
District, Bone Regency, South Sulawesi. Potencial of manganese ore in South Sulawesi had
not utilized well, therefore further research about Mn grade and characterizing process was
needed to understand mineral composites or impurities in manganese ore. The process was
continued by detailed research about mineralogycal transformation of manganese ore
through gradual heating process. This study aimed to understand characteristic of mineral
composites in manganese ore, moisture content reduction in manganese ore through gradual
heating process, and transformation of minerals at certain temperature. Mineralogical
transformation analyses were obtained based on result of Petrography analyses, XRD (X-Ray
Diffractions) before heating and XRD (X-Ray Difraction) analyses after heating. This research
was carried out using two variables dependent variable and independent variable.
Dependent variables in this study were 10 gr of sample weight, 200 mesh grain size, and 30
minutes of heating duration. The independent variables was heating at temperatures of
100C, 200C, 300C, 400C, 500C, 600C, 700C, and 800C. Result of XRD (X-Ray
Diffraction) analyses before heating and petrography analyses suggested that major mineral
composites of manganese ore were quartz and pyrolusite. Significant water content
reduction was occurred at temperature of 600C, 700C, and 800C with moisture content
reduction of 5.33%, 6.81%, and 6.74% respectively. Result of XRD (X-Ray Diffraction)

difractogram test after heating suggested that mineral transformation process was occurred
only at temperature of 600C, 700C, and 800C. Pyrolusite was transformed into bixbyite at
600C. Then at temperature of 700C, bixbyite that were formed by the transformation of
pyrolusite to braunite. At 800C, complete transformation occurred from bixbyite to braunite.
Keywords:
analyses.

Manganese

Ore,

calcinations,

temperature,

I. PENDAHULUAN
Pengolahan
bahan
galian
(mineral
processing) adalah suatu proses pemisahan
mineral berharga secara ekonomis atau
proses pengolahan dengan memanfaatkan
perbedaan-perbedaan sifat fisik bahan
galian untuk memperoleh produk bahan
galian
yang
bersangkutan.
Kegiatan
pengolahan bertujuan untuk membebaskan
dan memisahkan mineral berharga dari
mineral
pengotor
sehingga
setelah
dilakukan proses pengolahan dihasilkan
konsentrat yang bernilai ekonomis. Salah
satu bahan galian yang memiliki nilai
ekonomis adalah bijih mangan.
Mangan adalah salah satu mineral logam
yang sering digunakan sebagai bahan baku
dalam bidang metalurgi terutama industri
besi baja. Selain itu mangan juga digunakan
dalam industri baterai dan porselen. Bijih
mangan mengandung senyawa oksida yang II.
bernilai ekonomis dengan kadar
yang
bervariasi di setiap wilayah. Bijih mangan
merupakan suatu senyawa oksida dimana
didalamnya terdapat jenisjenis mineral di
antaranya, pyrolusite, manganite, bixbyite,
psilomelane, hausmannite, rhodokrosite,
rhodonite (Sukandarumidi, 1998).
Endapan
bijih
mangan
dilaporkan
terdistribusi lebih dari 20 provinsi di
Indonesia,
meskipun
Indonesia
tidak
termasuk negara produsen bijih mangan
yang signifikan (Suhala dan Arifin, 1997).
Salah satu lokasi endapan mangan yang
telah
lama
ditambang
berlokasi
di
Karangnunggal, Tasikmalaya, Jawa Barat,
sedangkan di Sulawesi Selatan, endapan
mangan
diketahui
terdapat
di
Desa
Mappesangka, Kecamatan Ponre, Kabupaten
Bone, Sulawesi Selatan. Potensi endapan
mangan yang terdapat di Sulawesi Selatan
ini belum dimanfaatkan dengan baik,
sehingga perlu dilakukan kajian secara
lanjut
mengenai
potensi
sumberdaya,
kandungan kadar, dan proses karakterisasi
pada endapan bijih mangan.
Proses
karakterisasi
dilakukan
untuk
mengetahui komposisi unsur dan mineral

X-Ray

Difraction,

petrography

penyusun yang terkandung dalam bijih


mangan khususnya endapan mangan di
Kecamatan Ponre, Kabupaten Bone. Analisis
transformasi mineralogi yang dilakukan
pada sampel dalam penelitian ini diperoleh
berdasarkan studi terhadap data hasil
analisis Petrografi, XRD awal (X-Ray
Difraction), SEM-EDX, dan analisis XRD
setelah pemanasan. Ketika sampel bijih
mangan
dipanaskan
pada
temperatur
tertentu maka akan terjadi perubahan
struktur mineral menjadi mineral baru yang
juga
akan
bermanfaat
bagi
industri
pertambangan, sehingga bijih mangan di
daerah penelitian dapat dimanfaatkan
semaksimal mungkin. Proses ini dapat
diketahui
dengan melakukan penelitian
secara detail mengenai studi transformasi
mineralogi pada bijih mangan melalui proses
pemanasan bertahap.

METODE PENELITIAN
2.1

Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui beberapa


tahapan kegiatan, antara lain pengambilan
sampel bijih mangan di lokasi penelitian,
preparasi sampel yang terdiri dari proses
peremukan
(crushing),
penggerusan
(grinding), kwartering, dan pengayakan
(screening). Pengambilan sampel bijih
mangan pada penelitian ini dilakukan pada
endapan mangan yang terletak di Desa
Mappesangka, Kecamatan Ponre, Kabupaten
Bone. Sampling dilakukan dengan metode
selected sampling pada daerah dengan
densitas singkapan dan float yang rapat
dengan variasi litologi/mineralisasi yang
kecil, dimana sampling endapan mangan
dilakukan secara terpilih dan representatif.
langkah selanjutnya melakukan eksperimen
di laboratorium. Sampel bijih mangan diolah
lebih lanjut dengan proses kalsinasi atau
proses pemanasan bertahap. Selanjutnya
dilakukan proses karakterisasi dengan
melakukan analisis XRD (X-Ray Difraction),
petrografi, dan SEM-EDX untuk melihat
kandungan mineralogi dan karakteristik
mineral penyusun bijih mangan. Hasil

analisis XRD (X-Ray Difraction) diolah lebih


lanjut dengan menggunakan software
impact match 2 untuk melihat variasi
perubahan mineral dari setiap perpindahan
suhu .

III.

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1

Karakteristik
Transformasi
Mangan

dan
Proses
Mineralogi
Bijih

Sampel penelitan bijih mangan dari Desa


Ponre, Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi
Selatan dalam studi ini sangatlah penting
untuk
diketahui
mineral-mineral
penyusunnya. Komposisi dan karakteristik
mineral yang terdapat pada sampel bijih
mangan dapat diketahui dengan melakukan
analisis petrografi, SEM-EDX dan uji XRD (XRay Difraction). Analisis petrografi dan SEMEDX dilakukan pada sampel sebelum
pemanasan. Analisis XRD (X-Ray Difraction)
dilakukan pada sampel awal sebelum dan
sampel
setelah
dilakukan
pemanasan
(Kalsinasi) dengan tujuan untuk mengetahui
kenampakkan mikroskopis mineral-mineral
penyusun pada bijih mangan serta untuk
mengetahui
proses
perubahan
atau
transformasi mineral yang terjadi pada
setiap suhu dalam percobaan ini.
3.1
Awal
\

Analisis XRD (X-Ray Difraction)

Hasil analisis XRD awal pada gambar di


bawah menunjukkan adanya 2 mineral
penyusun dalam bijih mangan yang terdiri
dari quartz (SiO2) dan pyrolusite (MnO2).
Quartz (SiO2) merupakan mineral pengotor
dalam bijih, sedangkan pyrolusite (MnO2)
merupakan mineral utama penyusun bijih
mangan. Kehadiran mineral quartz (SiO2)
menunjukkan intensitas nilai refleksi sebesar
4,279 , 3,346 , dan 1,818 . Intensitas
refleksi
mineral
pyrolusite
(MnO2)
menunjukkan nilai sebesar 3,115 , 2,406 ,
dan 1,622 .

Gambar 4.1. Difraktogram sampel ST-1A


suhu 100C.
Hasil analisis XRD (X-Ray Difraction) awal
pada Gambar 4.2 menunjukkan adanya 2
mineral penyusun maupun pengotor pada
bijih mangan yaitu, quartz (SiO2) dan
pyrolusite (MnO2). Mineral quartz (SiO2)
mendominasi mineral dalam bijih sebagai
mineral
pengotor
dan
menunjukkan
intensitas refleksi dengan nilai 4,272 , dan
3,351 . Pyrolusite (MnO2) merupakan
mineral utama penyusun bijih mangan yang
dicirikan oleh intensitas refleksi sebesar
3,118 dan 1,616 .

Gambar 4.2.
3.2

Difraktogram Sampel BN-4


suhu 200C.

Analisis Petrograf

Analisis Petrografi dilakukan pada sampel


bijih mangan menggunakan hasil sayatan
poles. Tujuan dari analisis petrografi ini
adalah untuk mengetahui kenampakan
mikroskopis pada mineral-mineral penyusun
yang
terdapat
dalam
bijih
mangan.
Kenampakan mikroskopis mineral dapat
dilihat pada Gambar 4.3.

Gambar

4.3. Kenampakan
Sampel ST-1A.

Mikroskopis

Sayatan poles gambar 4.3 menunjukkan


variasi kenampakan mineral bijih dengan
komposisi mineral pyrolusite (MnO2) dan

quartz (SiO2). Pyrolusite (MnO2) terlihat hadir


mendominasi mineral dalam bijih. Pyrolusite
(MnO2) terlihat memiliki warna orangemudah, pleokriesme tidak ada, memiliki
bentuk subhedral-anhedral dengan belahan
yang jelas, dan memiliki pecahan yang rata.
Quartz (SiO2) hadir sebagai mineral pengotor
dan tampak terbentuk sebagai massa dasar
dalam bijih mangan. Quartz (SiO2) terlihat
memiliki
warna
coklat
Eleme
Wt
kehitaman dengan ukuran
nt
%
butir
yang
halus,
54.1
pleokroisme
tidak
ada,
O
5
memiliki bentuk anhedral,
45.8
Si
5
belahan tidak ada serta
Total
100
memiliki
pecahan
yang
rata.

pyrolusite (MnO2) terbentuk di atas massa


dasar quartz (SiO2).

Kenampakkan mikroskopis Gambar 4.4


menunjukkan 2 mineral dalam bijih berupa
pyrolusite (MnO2) dan quartz (SiO2).
Pyrolusite (MnO2) terlihat hadir dengan
komposisi yang tidak terlalu dominan dan
tampak memiliki warna putih kekuningan,
pleokroisme tidak ada, memiliki bentuk
anhedral dengan belahan yang tidak jelas,
serta pecahan yang tidak rata. Pyrolusite
(MnO2) terlihat memiliki ukuran butir yang
halus dan dijumpai pada massa dasar
quartz. Quartz (SiO2) hadir sebagai mineral
pengotor dan dijumpai dalam bentuk massa
dasar yang mendominasi mineral dalam bijih
pada sampel BN-4. Quartz (SiO2) terlihat
memiliki warna abu-abu gelap, pleokroisme
tidak ada, memiliki bentuk anhedral,
belahan tidak ada dan terlihat memiliki
komposisi yang dominan dalam bijih.
Kenampakan mikroskopis mineral dapat
dilihat pada Gambar 4.4.

Persentase jumlah unsur yang terdapat


dalam
mineral-mineral
penyusun
bijih
mangan berdasarkan Grafik hasil analisis
EDX dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.

Gambar

4.4. Kenampakan
Sampel BN-4.

500
m

Gambar 4.5 Citra pemindai mikroskop


electron
Sampel ST I-A

Gambar 4.6. Grafik EDX Mineral


Quartz Spectrum 19

Mikroskopis

III.3 Analisis SEM-EDX


Berdasarkan hasil pengamatan dengan
menggunakan pemindai mikroskop elektron
(SEM) Gambar 4.5 memperlihatkan tekstur
bijih
massif,
setempat
Element
Wt%
terdapat material pengisi
Mn
63.06
rekahan. Pyrolusite (MnO2)
O
36.19
merupakan fasa mangan
Ba
0.49
yang
dominan,
hadir
Ca
0.26
dalam
bentuk
kristal
anhedral dengan belahan
Total
100
yang baik, berukuran antara 100-500 mikron
dan tampak berasosiasi dengan mineral
quartz yang memiliki ukuran butir halus.
Pada
beberapa
sampel,
kristal-kristal

Gambar 4.7. Grafik EDX Mineral


Pyrolusite Spectrum
20
Grafik EDX Gambar 4.6 menunjukkan
beberapa unsur yang terdapat dalam
mineral Quartz yaitu berupa Si dan O.
Kandungan Si yang terdapat dalam Quartz
memiliki persentase sebesar 45,85% dan
kandungan O sebesar 54,15%.
Grafik EDX Gambar 4.7 menunjukkan
beberapa unsur yang terdapat dalam
mineral Pyirolusite berupa Mn, O, Ba dan Ca.
Kandungan Mn dalam Pyrolusite terlihat
mendominasi dengan persentase yang
cukup
tinggi
yaitu
sebesar
63,06%,
sedangkan O sebesar 36,19%, serta Ba dan
Ca dengan persentase
Element
Wt%
yang sangat kecil. Hasil
Mn
63.71
O
35.05
analisis SEM-EDX pada
Ba
0.74
Ca
0.27
sampel berikutnya dapat
Si
0.23
dilihat pada Gambar 4.8
Total
100
di bawah.

Gambar 4.9. Grafik EDX Mineral


PyrolusiteSpectrum
64
Grafik EDX Gambar 4.9 menunjukkan
beberapa unsur yang terdapat dalam
mineral pyrolusite berupa Mn, O, Ba, Ca dan
Si. Kandungan Mn dalam pyrolusite terlihat
mendominasi dengan persentase yang
cukup
tinggi
yaitu
sebesar
63,71%,
sedangkan O sebesar 35,05%, serta
persentase kandungan Ba, Ca dan Si dengan
jumlah yang sangat kecil.

Gambar 4.10. Grafik EDX Mineral Quartz


Spectrum 67

500
m

Gambar 4.8. Citra pemindai mikroskop


electron
Sampel BN-4
Gambar
4.8
memperlihatkan
mineral
pyrolusite (MnO2) tampak memiliki ukuran
butir yang halus dan berasosiasi dengan
mineral quartz. Persentase jumlah unsur
yang terdapat dalam mineral berdasarkan
Grafik EDX hasil analisis SEM-EDX dapat
dilihat pada Gambar di bawah ini:

Grafik EDX pada Gambar 4.10 menunjukkan


beberapa unsur yang terdapat dalam
mineral quartz yaitu berupa Si, O dan Fe.
Kandungan O terlihat mendominasi dalam
quartz dengan persentase sebesar 54,43%,
kandungan Si sebesar 45,29% dan Fe
dengan persentase yang sangat kecil yaitu
0,28%.
III.4 Proses
Pemanasan
(Kalsinasi)

Bertahap

Kalsinasi didefinisikan sebagai pengerjaan


bijih pada temperatur tinggi tetapi masih di
bawah titik leleh tanpa disertai penambahan
reagen dengan maksud untuk mengubah
bentuk senyawa dalam konsentrat (James,
1998). Proses pemanasan (kalsinasi) ini
bertujuan untuk mengurangi kandungan air
lembab (moisture content), karbon dioksida
atau gas lainnya yang berikatan secara
kimia dalam bijih mangan. Persentase
jumlah kandungan air yang berkurang akan
terlihat
setelah
dilakukan
proses
pemanasan.

Gambar
4.11.
Grafik
Kandungan Air Bijih Mangan

Pengurangan

Gambar 4.11 menunjukan bahwa hasil dari


proses pemanasan bertahap ini berbanding
lurus dengan penurunan kandungan air
pada bijih mangan, dimana semakin tinggi
suhu yang digunakan maka pengurangan
kandungan air pada bijih juga akan semakin
tinggi. Persamaan yang digunakan untuk
mendapatkan seberapa besar persentase
dari reduksi kandungan air dalam bijih
mangan adalah sebagai berikut:

XY
=
X

100%

..

.. (1)
Dimana:
X = Berat sampel sebelum di panaskan
Y = Berat sampel setelah di panaskan
III.5 Analisis XRD (X-Ray
Setelah Pemanasan

Difraction)

Analisis XRD (X-Ray Difraction) setelah


pemasanasan
juga
bertujuan
untuk
mengetahui perubahan mineral-mineral apa
saja yang mengalami transformasi dari
setiap suhu. Analisis XRD dilakukan pada
sampel yang telah dipanaskan dari masingmasing suhu pemanasan dimulai dari suhu
100C, 200, 300, 400, 500, 600, 700, dan
800C. Data hasil analisis XRD kemudian di
olah
kembali
menggunakan
software
impatch match 2 untuk mempermudah
dalam
proses
identifikasi
kandungan
mineralogi pada bijih mangan dalam bentuk
tampilan
difraktogram dan persentase
komposisi dari setiap mineral dalam biijih.
Difraktogram hasil analisis XRD setelah
pemanasan dapat dilihat pada Gambar
dibawah ini:

Gambar 4.12. Difraktogram sampel S-100


Hasil analisis XRD (X-Ray Difraction) Gambar
4.12
menunjukkan
adanya
mineral
pyrolusite (MnO2) yang berasosiasi dengan
quartz (SiO2).
Pyrolusite (MnO2)
hadir
sebagai mineral yang ekonomis, sedangkan
quartz terlihat hadir sebagai mineral
pengotor yang mendominasi mineral dalam
bijih mangan. Kehadiran mineral quartz
(SiO2) menunjukkan intensitas nilai refleksi
yang cukup tinggi dengan nilai sebesar
4,266 . Nilai refleksi lainnya ditunjukkan
dengan nilai sebesar 3,345 dan 1,817 .
Intensitas refleksi mineral pyrolusite (MnO2)
menunjukkan nilai refleksi sebesar 3,114 .
nilai refleksi lainnya ditunjukkan dengan
nilai sebesar 2,407 , dan 1,624 . Data
difraktorgram hasil analisis XRD (X-Ray
Difraction)
menunjukkan
bahwa
tidak
terjadinya
suatu
perubahan
atau
transformasi mineral pada suhu 100C.

Gambar 4.13.

S-200

Difraktogram

sampel

Hasil analisis XRD (X-Ray Difraction) pada


Gambar 4.13 menunjukkan adanya mineral
pyrolusite (MnO2) yang berasosiasi dengan
quartz. Pyrolusite (MnO2) hadir sebagai
mineral yang ekonomis, sedangkan quartz
terlihat hadir sebagai mineral pengotor yang
mendominasi mineral dalam bijih mangan.
Kehadiran mineral quartz (SiO2) yang di
cirikan oleh intensitas refleksi dengan nilai
4,242 . Nilai refleksi lainnya ditunjukkan

dengan nilai sebesar 3,331 dan 1,813 .


Intensitas refleksi mineral pyrolusite (MnO2)
menunjukkan nilai refleksi sebesar 3,104 ,
nilai refleksi lainnya ditunjukkan dengan
nilai sebesar 2,399 , dan 1,621 . Data
difraktorgram hasil analisis XRD (X-Ray
Difraction) menunjukkan bahwa pada suhu
200C tidak terjadi suatu perubahan atau
proses transformasi mineral.

terlihat hadir mendominasi mineral dalam


bijih pada suhu 400C. Kehadiran mineral
quartz (SiO2) menunjukkan intensitas nilai
refleksi yang cukup tinggi dengan nilai
sebesar 4,264 . Nilai refleksi lainnya
ditunjukkan dengan nilai sebesar 3,344
dan 1,816 . Intensitas refleksi mineral
pyrolusite (MnO2) menunjukkan nilai refleksi
sebesar 3,112 , nilai refleksi lainnya
ditunjukkan dengan nilai sebesar 2,403 ,
dan
1,623
.
Berdasarkan
data
difraktorgram hasil analisis XRD (X-Ray
Difraction) menunjukkan bahwa pada suhu
400C belum terjadi suatu perubahan atau
proses transformasi mineral.

Gambar 4.14. Difraktogram sampel S-300


Hasil analisis XRD (X-Ray Difraction) pada
Gambar 4.14 menunjukkan adanya mineral
pyrolusite (MnO2) yang berasosiasi dengan
quartz (SiO2). Pyrolusite (MnO2) hadir
sebagai mineral yang ekonomis, sedangkan
quartz terlihat hadir mendominasi mineral
dalam bijih mangan. Kehadiran mineral
quartz (SiO2) yang di cirikan oleh intensitas
refleksi dengan nilai 4,248 . Nilai refleksi
lainnya ditunjukkan dengan nilai sebesar
3,336 dan 1,814 . Intensitas refleksi
mineral pyrolusite (MnO2) menunjukkan nilai
refleksi sebesar 3,106 , 2,403 , dan 1,622
. Data difraktorgram hasil analisis XRD (XRay Difraction) menunjukkan bahwa pada
suhu 300C belum terjadi suatu perubahan
atau proses transformasi mineral.

Gambar 4.15. Difraktogram sampel S-400


Hasil analisis XRD pada Gambar 4.15
menunjukkan adanya mineral pyrolusite
(MnO2) yang berasosiasi dengan quartz
(SiO2). Pyrolusite (MnO2) hadir sebagai
mineral yang ekonomis, sedangkan quartz

Gambar 4.16. Difraktogram sampel S-500


Hasil analisis XRD (X-Ray Difraction) pada
Gambar 4.16 menunjukkan adanya mineral
pyrolusite (MnO2) yang berasosiasi dengan
quartz (SiO2). Pyrolusite (MnO2) hadir
sebagai mineral yang ekonomis, sedangkan
quartz terlihat masih hadir mendominasi
mineral dalam bijih pada suhu 500C.
Kehadiran mineral quartz (SiO2) sebagai
mineral pengotor menunjukkan nilai refleksi
yang cukup tinggi dengan nilai sebesar
4,258 . Nilai refleksi lainnya di cirikan
dengan intensitas nilai refleksi
sebesar
3,341 dan 1,816 . Mineral pyrolusite
(MnO2) menunjukkan intensitas nilai refleksi
yang di cirikan denan nilai sebesar 3,112 ,
nilai refleksi lainnya ditunjukkan dengan
nilai sebesar 2,403 dan 1,622 .
Berdasarkan data hasil analisis XRD (X-Ray
Difraction), dapat dilihat bahwa konsentrasi
atau keterdapatan mineral pyrolusite (MnO 2)
dalam bijih semakin meningkat pada suhu
500C jika dibandingkan dengan percobaan
pada
temperatur
yang
lebih rendah
sebelumnya. Persentase jumlah mineral
pyrolusite (MnO2) dalam bijih pada suhu
500C yaitu sebesar 46,5%. Difraktorgram
hasil analisis XRD (X-Ray Difraction) di atas
menunjukkan bahwa belum terlihatnya
suatu perubahan atau transformasi mineral
pada suhu 500C.

Gambar 4.17. Difraktogram sampel S-600


Hasil analisis XRD (X-Ray Difraction) pada
Gambar 4.17 menunjukkan hadirnya mineral
berupa quartz (SiO2), pyrolusite (MnO2) dan
bixbyite (Mn2O3). Mineral quartz (SiO2) hadir
sebagai mineral pengotor dan terlihat
mendominasi mineral dalam bijih mangan
dengan
persentase
sebesar
68,9%.
Kehadiran quartz (SiO2) dicirikan dengan
intensitas nilai refleksi yang cukup tinggi
dengan nilai sebesar 4,260 . Nilai refleksi
lainnya ditunjukkan dengan nilai sebesar
3,343 dan 1,816 . Intensitas refleksi
mineral pyrolusite (MnO2) menunjukkan nilai
refleksi sebesar 3,114 , dan 1,623 .
Pyrolusite (MnO2) hadir sebagai mineral
utama dalam bijih hanya sebanyak 11% dan
bixbyite
(Mn2O3)
20%.
Hal
tersebut
dikarenakan
terjadi
transformasi
atau
perubahan
mineral
pyrolusite
(MnO2)
menjadi bixbyite pada suhu 600C. Bixbyite
(Mn2O3)
dicirikan dengan menunjukkan
intensitas nilai refleksi sebesar 3,840 ,
3.311 dan 1,6616 . Berdasarkan data
difraktorgram hasil analisis XRD (X-Ray
Difraction) pada Gambar 4.17 menunjukkan
bahwa fase terjadinya perubahan atau
transformasi mineral dimulai pada suhu
600C.

Hasil analisis XRD (X-Ray Difraction) pada


Gambar 4.18 menunjukkan hadirnya 3
mineral dalam bijih meliputi quartz (SiO2),
bixbyite (Mn2O3) dan braunite (Mn7SiO12).
Quartz (SiO2) hadir sebagai mineral pengotor
yang terlihat mendominasi mineral dalam
bijih dengan persentase sebesar 69,9%.
Kehadiran quartz (SiO2) menunjukkan nilai
refleksi yang cukup tinggi dengan nilai
sebesar 4,247 . Nilai refleksi lainnya
ditunjukkan dengan nilai sebesar 3,335
dan 1,814 . Mineral bixbyite (Mn2O3) dan
braunite (Mn7SiO12) merupakan mineral yang
terbentuk dari hasil transformasi mineral
pyrolusite (MnO2) pada suhu sebelumnya.
Bixbyite (Mn2O3) terlihat hadir dengan
persentase yang lebih dominan yaitu
sebesar 22,4% dan braunite (Mn7SiO12)
hanya sebesar 7,7%. Intensitas nilai refleksi
mineral bixbyite (Mn2O3) menunjukkan nilai
sebesar 3,830 , 2,004 , dan 1,660 .
Braunite
(Mn7SiO12)
dicirikan
dengan
intensitas nilai refleksi sebesar 2,712 ,
2,347 dan 1,660 . Jika dibandingkan
dengan suhu sebelumnya, terdapat sedikit
perbedaan pada suhu 700C karena tidak
hadirnya mineral pyrolusite (MnO2) sebagai
mineral utama dalam bijih. Hilangnya
pyrolusite (MnO2) dikarenakan telah terjadi
transformasi secara total oleh pyrolusite
(MnO2) menjadi mineral bixbyite (Mn 2O3) dan
braunite (Mn7SiO12).

Gambar 4.19. Difraktogram sampel S-800

Gambar 4.18 Difraktogram sampel S-700

Hasil analisis XRD (X-Ray Difraction) Gambar


4.19 menunjukkan hanya terdapat 2 jenis
mineral penyusun dalam bijih mangan
meliputi
quartz
(SiO2)
dan
braunite
(Mn7SiO12). Quartz masih hadir sebagai
mineral yang mendominasi dalam bijih
mangan dengan persentase sebesar 68,7%.
Kehadiran quartz (SiO2) menunjukkan nilai
refleksi yang cukup tinggi yaitu sebesar
4,250 . Nilai refleksi lainnya ditunjukkan
dengan nilai sebesar 3,334 dan 1,814 .
Mineral braunite (Mn7SiO12) merupakan

mineral
yang
hadir
sebagai
mineral
transformasi dari mineral bixbyite (Mn2O3)
pada suhu 700C. Braunite (Mn7SiO12) hadir
dengan
persentase
sebesar
31,3%.
Intensitas nilai refleksi mineral braunite
(Mn7SiO12)
menunjukkan
nilai
refleksi
sebesar 2,707 . Internsitas nilai refleksi
lainnya ditunjukkan berdasarkan peak
dengan nilai sebesar 2,347 , dan 1,657 .
Terbentuknya mineral-mineral baru tersebut
disebabkan terjadinya proses oksidasi atau
pelepasan elektron dari mineral pyrolusite
(MnO2) ke mineral bixbyite (Mn2O3) dan
braunite (Mn7SiO12). Perubahan mineral
diakibatkan karena proses oksidasi-reduksi
pada senyawa bijih mangan. Selain itu
timbulnya mineral lain diakibatkan adanya
pembubaran ion/disolusi seperti yang terjadi
pada proses terbentuknya mineral braunite
(Mn7SiO12).
Perubahan struktur ini disebabkan oleh
terjadinya proses oksidasi secara terus
menerus pada sampel. Reaksi kimia yang
terjadi
dari
setiap
perubahan
atau
transformasi mineral dapat dilihat pada
reaksi di bawah ini (Riyanto, 1994):
Fasa
terjadinya
transformasi
mineral
pyrolusite menjadi bixbyite:
4MnO2
2Mn2O3 + O2 .....
(2)
Fase terjadinya proses transformasi mineral
pyrolusite dan bixbyite menjadi braunite:
2MnO2 +2SiO2 + 6Mn2O3
..(3)

2Mn7SiO12 + O2

Reaksi di atas menunjukkan mineral


pyrousite
berstruktur
tetragonal
tertransformasi menjadi bixbyite
yang
berstrukstur isometrik serta gabungan
antara mineral pyrolusite dan bixbyite
tertransformasi menjadi braunite
yang
berstruktur tetragonal.
.

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil-hasil analisis yang telah


dilakukan, dapat diambil suatu kesimpulan
sebagai berikut :

menunjukkan mineral utama penyusun


bijih mangan adalah quartz dan
pyrolusite. Quartz hadir sebagai mineral
pengotor yang mendominasi dalam
bijih, memiliki warna coklat kehitaman,
terbentuk sebagai massa dasar dengan
ukuran butir yang halus. Pyrolusite hadir
sebagai
mineral
yang
ekonomis,
memiliki warna orange-mudah, bentuk
subhedral-anhedral dengan
2. Berdasarkan
grafik
hasil
proses
pemanasan bertahap, terlihat suhu
berbanding
lurus
dengan
jumlah
kandungan air dalam bijih. Semakin
tinggi suhu yang digunakan maka
semakin tinggi pula jumlah reduksi
kandungan air dalam bijih. Persentase
penurunan
kandungan
air
yang
signifikan
dalam bijih terlihat pada suhu 600C,
700C dan 800C yaitu sebesar 5
sampai 6,81%.
3. Difraktogram hasil analisis XRD setelah
pemanasan
memperlihatkan
proses
transformasi mineral terjadi dimulai
pada suhu 600C hingga suhu 800C.
Suhu 600C terjadi proses transformasi
atau perubahan dari mineral pyrolusite
menjadi bixbyite. Difraktogram pada
suhu 700C menunjukkan terjadinya
transformasi atau penggabungan antara
mineral pyrolusite dan bixbyite menjadi
braunite. Difraktogram suhu 800C
menunjukkan terjadi transformasi dari
mineral bixbyite berstruktur isometrik
mineral braunite berstruktur tetragonal.

V. UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada saudara Andika,
dan Muhammad Hidayat yang telah
membantu dalam proses preparasi sampel
di Laboratorium Pengolahan Bahan Galian,
Program Studi Teknik Pertambangan, serta
saudara
Arif
yang
telah
banyak
berpartisipasi
dalam
proses
analisis
mikroskopis di Laboratorium Teknik Geologi,
Universitas Hasanuddin.

1. Difraktogram hasil analisis XRD (X-Ray


Difraction)
awal
dan
petrografi

DAFTAR PUSTAKA
James, S. R. 1998. Introduction to The Principles of Ceramic Processing. Singapore: John Wiley
& Sons.
Olsen, S.E., Tangstad, M., Lindstad, T., 2007. Production of Ferromanganese Alloys in the
Submerged Arc Furnace (Trondheim, Norway. 247 pp.).
Riyanto, A. 1994. Bahan Galian Industri Mangan. Bandung: Direktorat Jenderal Pertambangan
Umum Departemen Pertambangan dan Energi Pusat Pengembangan Teknologi
Mineral.
Suhala, S., dan Arifin, M., 1997. Bahan Galian Industri, Pusat Penelitian dan Pengembangan
Teknologi Mineral, Bandung.
Sukandarrumidi, 1998, Bahan Galian Industri, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

10

Вам также может понравиться