Вы находитесь на странице: 1из 14

Corporate Social Reporting and Social Responsibility

MAKALAH
Ditulis untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial
oleh:
Devi F. Sembiring (135020300111047)
Yulia Lestari (135020300111048)
Rifdah Yuri Khairunnisa (135020300111050

Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya
Malang
2015

A. Corporate Social Reporting


1. Definisi
Corporate Social Reporting sebenarnya sudah banyak dikenal sejak tahun 1970,
namun kemudian keberadaannya menghilang di tahun 1980an hingga akhirnya
kembali muncul kembali dan mulai ramai dibicarakan kini.
Beberapa faktor penyebab kemunculan kembali ini:

Meningkatnya kekhawatiran dengan stakeholders


Meningkatnya kekhawatiran akan etika bisnis dan corporate social

responsibility
Kesadran akan masalah lingkungan dan sosial

Corporate Social Reporting sendiri adalah sebuah area akuntansi yang yang
mencakup pengungkapan baik secara voluntary maupun mandatory yang dibuat
oleh perusahaan-perusahaan mengenai masalah-masalah yang dianggap penting di
dalam masyarakat dan bukan sekedar perekonomiannya.
Pengungkapan Social Perusahaan (Corporate Social Disclosure) adalah sebuah
proses untuk mengkomunikasikan dampak sosial dan lingkungan yang
ditimbulkan dari kegiatan perekonomian perusahaan kepada baik pihak-pihak
tertentu maupun secara luas ke masyarakat (Gray et al., 1987).
Secara umum pengungkapan sosial tersebut dapat didefinisikan sebagai pelaporan
lingkungan, etikal, dan aktivitas manusia (Adams et al., 1998; Branco &
Rodrigues, 2007; Gray et al., 1995; Hackston & Milne, 1996).
Setiap bagian pengungkapan sosial itu pun masih dibagi lagi menjadi aspek-aspek
tertentu yang terkandung di dalamnya yang dijabarkan di dalam guideline standar
laporan sustainability.

2. Peran Corporate Social Reporting

Pelaporan Sosial Perusahaan disebutkan memiliki beberapa peran (Parker,1986):

Menilai dampak sosial ( dan lingkungan ) dari kegiatan perusahaan

Mengukur efektivitas program-program sosial ( dan lingkungan )


perusahaan

Pelaporan pada kelalaian korporasi dalam tanggung jawab sosial ( dan


lingkungan ) nya

Sistem informasi eksternal dan internal yang memungkinkan penilaian


yang komprehensif dari semua sumber daya perusahaan dan dampak
( sosial , lingkungan dan ekonomi ) .

3. Codes of Practice and Guidelines


Dahulu dikarenakan perbedaan budaya dan kebiasaan di masing-masing negara
maka laporan sosial di satu negara akan berbeda di negara lainnya. Namun dari
waktu ke waktu kini badan bisnis dan industri telah banyak mengeluarkan codes
of practice and guidelines untuk pelaporan sosial.
Kini The Global Reporting Initiative (GRI) merupakan badan yang dinggap
paling sukses didalam menstandarisasi laporan informasi sosial dn lingkungan.
GRI merupakan sebuah badan yang dibentuk untuk menyediakan global
guidelines untuk pelaporan sosial dn lingkungan untuk memastikan konsistensi
pelaporan.
GRI memiliki visi that reporting on economic, environmental, and social
performance by all organizations is as routine and comparable as financial
reporting. Mereka menyediakan Sustainability Reporting Framework dimana
Sustainability Reporting Guidelines merupakan pusatnya dan menyediakan
petunjuk bagi organisasi untuk digunakan sebagai dasar pengungkapan mengenai
perform sustainability mereka, dn juga menyediakan framework yang dapat
digunakan dan dibandingkan secara global untuk stakeholder agar mereka dapat

memahami informasi yang telah diungkapkan di dalam laporan sustaiability


perusahaan
Berikut merupakan sejarah perkembangan pelaporan sustainability yang
dikeluarkan GRI:

Standar paling baru yang dikeluarkan oleh GRI dan digunakan kini merupakan
G4. Berikut merupakan gambaran aspek-aspek yang menjadi bagian pelaporan di
dalam G4

B. Corporate Social Responsibility


1. Pengertian CSR
Program CSR sudah mulai bermunculan di Indonesia seiring telah
disahkannya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
Pada pasal 74 di Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007, berbunyi:
1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan
dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan.
2) Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai
biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan
dan kewajaran.
3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Sedangkan pada pasal 25 (b) Undang Undang Penanaman Modal
menyatakan kepada setiap penanam modal wajib melaksanakan tanggung jawab
sosial perusahaan.
Dari kedua pasal diatas dapat kita lihat bagaimana pemerintah Indonesia
berusaha untuk mengatur kewajiban pelaksanaan CSR oleh perusahaan atau
penanam modal
Menurut Wikipedia, Corporate Social Responsibility atau Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan adalah suatu konsep bahwa organisasi, khususnya (namun

bukan hanya) perusahaan memiliki berbagai bentuk tanggung jawab terhadap


seluruh pemangku kepentingannya, yang di antaranya adalah konsumen,
karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek
operasional perusahaan yang mencakup aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Oleh karena itu, CSR berhubungan erat dengan "pembangunan berkelanjutan",
yakni suatu organisasi, terutama perusahaan, dalam melaksanakan aktivitasnya
harus mendasarkan keputusannya tidak semata berdasarkan dampaknya dalam
aspek ekonomi, misalnya tingkat keuntungan atau deviden, tetapi juga harus
menimbang dampak sosial dan lingkungan yang timbul dari keputusannya itu,
baik untuk jangka pendek maupun untuk jangka yang lebih panjang. Dengan
pengertian tersebut, CSR dapat dikatakan sebagai kontribusi perusahaan terhadap
tujuan pembangunan berkelanjutan dengan cara manajemen dampak (minimisasi
dampak negatif dan maksimisasi dampak positif) terhadap seluruh pemangku
kepentingannya.
Menurut Schermerhorn (1993) memberi definisi Corporate Social
Responsibility sebagai suatu kepedulian organisasi bisnis untuk bertindak dengan
cara-cara mereka sendiri dalam melayani kepentingan organisasi dan kepentingan
publik eksternal.
Menurut Kotler dan Nancy (2005) Corporate Social Responsibility (CSR)
didefinisikan sebagai komitmen perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan
komunitas melalui praktik bisnis yang baik dan mengkontribusikan sebagian
sumber daya perusahaan.
Menurut CSR Forum (Wibisono, 2007) Corporate Social Responsibility
(CSR) didefinisikan sebagai bisnis yang dilakukan secara transparan dan terbuka
serta berdasarkan pada nilai-nilai moral dan menjunjung tinggi rasa hormat
kepada karyawan, komunitas dan lingkungan.
Definisi

CSR

menurut World

Business

Council

on

Sustainable

Development adalah komitmen dari bisnis/perusahaan untuk berperilaku etis dan

berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, seraya


meningkatkan kualitas hidup karyawan dan keluarganya, komunitas lokal dan
masyarakat luas. Wacana Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social
Responsibility) yang kini menjadi isu sentral yang semakin populer dan bahkan
ditempatkan pada posisi yang penting, karena itu kian banyak pula kalangan dunia
usaha dan pihak-pihak terkait mulai merespon wacana ini, tidak sekedar
mengikuti tren tanpa memahami esensi dan manfaatnya.
Penerapan program CSR merupakan salah satu bentuk implementasi dari
konsep tata kelola perusahaan yang baik (Good Coporate Governance).
Diperlukan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) agar
perilaku pelaku bisnis mempunyai arahan yang bisa dirujuk dengan mengatur
hubungan seluruh kepentingan pemangku kepentingan (stakeholders) yang dapat
dipenuhi secara proporsional, mencegah kesalahan-kesalahan signifikan dalam
strategi korporasi dan memastikan kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat
diperbaiki dengan segera. Konsep ini mencakup berbagai kegiatan dan tujuannya
adalah untuk mengembangkan masyarakat yang sifatnya produktif dan melibatkan
masyarakat didalam dan diluar perusahaan baik secara langsung maupun tidak
langsung, meski perusahaan hanya memberikan kontribusi sosial yang kecil
kepada masyarakat tetapi diharapkan mampu mengembangkan dan membangun
masyarakat dari berbagai bidang. Kegiatan CSR penting dalam upaya membangun
citra dan reputasi perusahaan yang pada akhirnya meningkatkan kepercayaan baik
dari konsumen maupun mitra bisnis perusahaan tersebut.
Dalam menjalankan tanggungjawab sosialnya, perusahaan memfokuskan
perhatiannya kepada tiga hal yaitu (profit), masyarakat (people), dan lingkungan
(planet). Perusahaan harus memiliki tingkat profitabilitas yang memadai sebab
laba merupakan fondasi bagi perusahaan untuk dapat berkembang dan
mempertahankan eksistensinya Dengan perolehan laba yang memadai, perusahaan
dapat membagi deviden kepada pemegang saham, memberi imbalan yang layak
kepada karyawan, mengalokasikan sebagian laba yang diperoleh untuk
pertumbuhan dan pengembangan usaha di masa depan, membayar pajak kepada

pemerintah, dan memberikan multiplier effect yang diharapkan kepada


masyarakat. Dengan memperhatikan masyarakat, perusahaan dapat berkontribusi
terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat.

2. Model CSR
Ada empat model atau pola CSR yang umumnya diterapkan oleh perusahaan di
Indonesia, yaitu:
a. Keterlibatan langsung.
Perusahaan

menjalankan

program

CSR

secara

langsung

dengan

menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan sumbangan ke


masyarakat tanpa perantara.Untuk menjalankan tugas ini, sebuah perusahaan
biasanya menugaskan salah satu pejabat seniornya,seperti corporate secretary
atau public affair manager atau menjadi bagian dari tugas pejabatpublic relation.
b. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan.
Perusahaan mendirikan yayasan sendiri di bawah perusahaan atau groupnya.
Model ini merupakan adopsi dari model yang lazim diterapkan di perusahaanperusahaan di negara maju. Biasanya, perusahaan menyediakan dana awal, dana
rutin atau dana abadi yang dapat digunakan secara teratur bagi kegiatan yayasan.
Beberapa yayasan yang didirikan perusahaan diantaranya adalah Yayasan Coca
Cola Company, Yayasan Rio Tinto (perusahaan pertambangan), Yayasan Dharma
Bhakti Astra, Yayasan Sahabat Aqua, GE Fund

.
c. Bermitra dengan pihak lain.

Perusahaan menyelenggarakan CSR melalui kerjasama dengan lembaga


sosial/organisasi non-pemerintah (NGO/ LSM), instansi pemerintah, universitas
atau media massa, baik dalam mengelola dana maupun dalam melaksanakan
kegiatan sosialnya. Beberapa lembaga sosial/Ornop yang bekerjasama dengan
perusahaan dalam menjalankan CSR antara lain adalah Palang Merah Indonesia
(PMI), Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI), Dompet Dhuafa; instansi
pemerintah (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia/LIPI, Depdiknas, Depkes,
Depsos); universitas (UI, ITB, IPB); media massa (DKK Kompas, Kita Peduli
Indosiar).
d.

Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium.

Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga


sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Dibandingkan dengan model
lainnya, pola ini lebih berorientasi pada pemberian hibah perusahaan yang bersifat
hibah pembangunan. Pihak konsorsium atau lembaga semacam itu yang
dipercayai oleh perusahaan-perusahaan yang mendukungnya secara pro aktif
mencari mitra kerjasama dari kalangan lembaga operasional dan kemudian
mengembangkan program yang disepakati bersama (Saidi, 2004:64-65).

3. Keuntungan CSR bagi Perusahaan


1.

Layak Mendapatkan sosial licence to operate


Masyarakat sekitar adalah komunitas utama perusahaan. Ketika mereka
mendapatkan keuntungan dari perusahaan, maka dengan sendirinya mereka akan
merasa memiliki perusahaan. Sehingga imbalan yang diberika kepada perusahaan
adalah keleluasaan untuk menjalankan roda bisnisnya di kawasan tersebut.

2.

Mereduksi Resiko Bisnis Perusahaan

Mengelola resiko di tengah kompleksnya permasalahan perusahaan merupakan


hal yang esensial untuk suksesnya usaha. Disharmoni dengan stakeholders akan
menganggu kelancaran bisnis perusahaan. Bila sudah terjadi permasalahan, maka
biaya untuk recovery akan jauh lebih berlipat bila dibandingkan dengan anggaran
untuk melakukan program Corporate Social Responsibility. Oleh karena itu,
pelaksanaan Corporate Social Responsibility sebagai langkah preventif untuk
mencegah memburuknya hubungan dengan stakeholders perlu mendapat
perhatian.
3.

Melebarkan Akses Sumber Daya


Track records yang baik dalam pengelolaan Corporate Social Responsibility
merupakan keunggulan bersaing bagi perusahaan yang dapat membantu
memuluskan jalan menuju sumber daya yang diperlukan perusahaan.

4.

Membentangkan Akses Menuju Market


Investasi yang ditanamkan untuk program Corporate Social Responsibility ini
dapat menjadi tiket bagi perusahaan menuju peluang yang lebih besar. Termasuk
di dalamnya memupuk loyalitas konsumen dan menembus pangsa pasar baru.

5.

Mereduksi Biaya
Banyak contoh penghematan biaya yang dapat dilakukan dengan melakukan
Corporate Social Responsibility. Misalnya: dengan mendaur ulang limbah pabrik
ke dalam proses produksi. Selain dapat menghemat biaya produksi, juga
membantu agar limbah buangan ini menjadi lebih aman bagi lingkungan.

6.

Memperbaiki Hubungan dengan Stakehoder


Implementasi Corporate Social Responsibility akan membantu menambah
frekuensi komunikasi dengan stakeholder, dimana komunikasi ini akan semakin
menambah trust stakeholders kepada perusahaan.

7.

Memperbaiki Hubungan dengan Regulator

Perusahaan yang melaksanakan Corporate Social Responsibility umumnya akan


meringankan beban pemerintah sebagai regulator yang sebenarnya bertanggung
jawab terhadap kesejahteraan lingkungan dan masyarakat.
8.

Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan


Image perusahaan yang baik di mata stakeholders dan kontribusi positif yang
diberikan perusahaan kepada masyarakat serta lingkungan, akan menimbulkan
kebanggan tersendiri bagi karyawan yang bekerja dalam perusahaan mereka
sehingga meningkatkan motivasi kerja mereka.

9.

Peluang Mendapatkan Penghargaan


Banyaknya penghargaan atau reward yang diberikan kepada pelaku Corporate
Social Responsibility sekarang, akan menambah kans bagi perusahaan untuk
mendapatkan award.

4. Manfaat CSR bagi Masyarakat


CSR akan lebih berdampak positif bagi masyarakat; ini akan sangat
tergantung dari orientasi dan kapasitas lembaga dan organisasi lain, terutama
pemerintah. Studi Bank Dunia (Howard Fox, 2002) menunjukkan, peran
pemerintah yang terkait dengan CSR meliputi pengembangan kebijakan yang
menyehatkan pasar, keikutsertaan sumber daya, dukungan politik bagi pelaku
CSR, menciptakan insentif dan peningkatan kemampuan organisasi. Untuk
Indonesia, bisa dibayangkan, pelaksanaan CSR membutuhkan dukungan
pemerintah daerah, kepastian hukum, dan jaminan ketertiban sosial. Pemerintah
dapat mengambil peran penting tanpa harus melakukan regulasi di tengah situasi
hukum dan politik saat ini. Di tengah persoalan kemiskinan dan keterbelakangan
yang dialami Indonesia, pemerintah harus berperan sebagai koordinator
penanganan krisis melalui CSR (Corporate Social Responsibilty). Pemerintah bisa
menetapkan bidang-bidang penanganan yang menjadi fokus, dengan masukan
pihak yang kompeten. Setelah itu, pemerintah memfasilitasi, mendukung, dan
memberi penghargaan pada kalangan bisnis yang mau terlibat dalam upaya besar

ini. Pemerintah juga dapat mengawasi proses interaksi antara pelaku bisnis dan
kelompok-kelompok lain agar terjadi proses interaksi yang lebih adil dan
menghindarkan proses manipulasi atau pengancaman satu pihak terhadap yang
lain.

5. Lima Pilar Aktivitas Coprorate Social Responsibility


Dalam penelitian kali ini konsep Corporate Social Responsibility akan diukur
dengan menggunakan lima pilar aktivitas Corporate Social Responsibility dari
Prince of Wales International Bussiness Forum, yaitu (Wibisono, 2007,p.119) :
1. Building Human Capital
Secara internal, perusahaan dituntut untuk menciptakan SDM yang andal. Secara
eksternal, perusahaan dituntut untuk melakukan pemberdayaan masyarakat,
biasanya melalui community development.
2. Strengthening Economies
Perusahaan dituntut untuk tidak menjadi kaya sendiri sementara komunitas di
lingkungannya miskin, mereka harus memberdayakan ekonomi sekitar.
3. Assessing Social Chesion
Perusahaan dituntut untuk menjaga keharmonisan dengan masyarakat sekitarnya
agar tidak menimbulkan konflik.
4. Encouraging Good Governence
Dalam menjalankan bisnisnya, perusahaan harus menjalankan tata kelola bisnis
dengan baik.
5. Protecting The Environment
Perusahaan berupaya keras menjaga kelestarian lingkungan

Daftar Pustaka
Bebbington, J., and Gray, R., Collison D. 2001. Environmental and Social
Accounting & Reporting.
Miqdad, Muhammad. 2014. Mengungkap Praktek Kecurangan (Fraud) Pada
Korporasi Dan Organisai Publik Melalui Audit Forensik. Jurnal Ilmu Ekonomi
(Journal Of Economics): 1-9
S.O. Idowu, W.L. Filho (eds.). 2009. Professionals Perspectives of Corporate
Social 11 Responsibility Flinders University: 1-9
Tri, Christina. 2012. Corporate Social and Environmental Reporting: A Case of
Mimetic Isomorphism. American International Journal of Contemporary
Research: 2
Tilling, Matt. 2006. Corporate Social Reporting: A Cooks tour. School of
Commerce
Unknown. 2007. Corporate Social Responsibility (CSR). From: http://jurnalsdm.blogspot.co.id/2009/07/corporate-social-responsibility-csr.html diakses pada:
23 Oktober 2015
Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal
Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.
Wikipedia. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan From:
https://id.wikipedia.org/wiki/Tanggung_jawab_sosial_perusahaan diakses pada:
23 Oktober 2015
Wikipedia. Global Reporting Initiative From:
https://en.wikipedia.org/wiki/Global_Reporting_Initiative diakses pada: 23
Oktober 2015

Вам также может понравиться