Вы находитесь на странице: 1из 25

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Badan Kesehatan Dunia sebanyak 100-150 juta penduduk dunia
adalah penyandang asma, dan jumlah itu terus bertambah sebanyak 180.000 orang
tiap tahun. Sejumlah informasi seperti di Kanada pada tahun 2003, asma merupakan
penyebab hilangnya 24,5 juta hari kerja.
Rata-rata jumlah pasien perhari berkisar 25 orang. Sebagian besar adalah
kelompok lanjut usia. Peralihan musim hujan ke kemarau membuat penderita asma
meningkat, khususnya pada kelompok lanjut usia saat peralihan. Udara di malam
hari sangat dingin sehingga faktor pencetus asma berubah menjadi manifestasi
.
B. Tujuan Penulis
1. Memenuhi tugas mata kuliah Askep Gerontik
2. Untuk menambah pengetahuan penulis terutama lanjut usia tentang asma,
sebagaiinformasi bagi tenaga kesehatan khususnya perawat tentang askep
gerontik.
3. Memberitahu pembaca terutama lanjut usia supaya menjaga kondisi tubuh dan
kesehatan dengan tidak terkena asma.
C. Metode Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini penulis menggunakan metode studi pustaka,
yaitu penulis mengambil informasi dari buku yang berkenaan dengan judul di atas.

BAB II
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Menurut Stein (1998), asma adalah obstruksi akut pada bronkus yang
disebabkan oleh penyempitan yang intermitten pada saluran napas di banyak tingkat
mengakibatkan terhalangnya aliran udara, sedangkan menurut Surya (1990), asma
adalah obstruksi jalan napas generalisata yang bervariasi dalam hal spontanitas atau
responnya terhadap pengobatan.
Asma adalah penyakit obstruksi jalan napas yang dapat pulih dan intermitten
yang ditandai oleh penyempitan jalan napas, mengakibatkan dispnea, batuk dan
mengi (Baughman, 2000).
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan asma adalah penyakit
inflamasi obstruksi yang ditandai oleh episodik spasme otot polos dalam dinding
saluran udara bronchial (spasme bronkus). Spasme bronkus ini menyempitkan jalan
napas sehingga membuat pernapasan menjadi sulit (dispnea), menimbulkan bunyi
mengi dan batuk.
B. Klasifikasi
Ada 2 bentuk asma : asma bronkhial menurut Subuea (2005), yaitu :
1. Asma esktrinsik, mulai pada usia muda, sering pada anak kecil
Gejala awal berupa ekzema/hay fever (bersin-bersin dengan ingus yang encer)
hay fever dan eksema dapat timbul pada penderita yang berdasarkan sifat
imunologik, peka terhadap alergen yaitu bahan yang terdapat dalam udara.
Keadaan ini disebut atopi. Alergen yang telah lama dikenal ialah tepung sari dari
bunga, rumput-rumputan, pohon, bulu kucing atau debu rumah.
2. Asma bronkhial intrinsik timbul pada usia yang lebih lanjut, hampir sepanjang
hidup penderita ini tidak kita temukan suatu faktor alergi yang menjadi
penyebabnya tetapi ditemukan kepekaan yang berlebihan dari bronkus terhadap
sejumlah stimulus yang non alergi, misal : infeksi virus/bakteri dari bronkus,
kadang-kadang kegiatan jasmani, kadang-kadang karena menghirup udara
dingin.
C. Etiologi
Menurut Surya (1990) dalam buku Manual Ilmu Penyakit Paru, penyebab asma
yaitu :
1. Faktor Predisposisi

a. Atopi
Gejala seperti rinitis musiman (hay fever) atau eksema maupun secara
imunologis (berupa tes prick kulit yang positif terhadap satu atau lebih
alergen, atau peningkatan kadar IgE serum.
b. Riwayat keluarga
Suatu riwayat keluarga asma seringkali diperoleh pada anamnesis.
2. Faktor Presipitasi
a. Latihan
Asma, terutama pada remaja, seringkali dicetuskan oleh latihan.
b. Suhu udara
Inhalasi udara kering dan dingin seringkali mencetuskan asma dan beberapa
pasien mungkin mengalami mengi pada perubahan udara dingin menjadi
panas.
c. Musim
Musim mempengaruhi asma melalui efeknya pada suhu udara, melalui
terjadinya infeksi saluran napas atas atau melalui alergen air borne
musiman.
d. Alergi
Alergen domestol yang paling umum menyebabkan asma adalah bulu
binatang dan debu rumah, tetapi itu mungkin tidak mungkin diketahui atau
dibuktikan hubungannya. Musiman terdiri dari serbuk sari pohon (musim
semi), serbuk sarik rumput (musim panas) lumut (musim gugur) dan banyak
yang lainnya.
e. Pekerjaan
f. Makanan dan minuman
Bahan pengawet (sulfur dioksida dalam minuman dan beberapa makanan
kalengan), bahan pewarna (terutama tartrazine dalam makanan dan
minuman) atau campuran (seperti rezin dan bahan lain dalam anggur).
g. Emosi
Emosi mungkin berperan dalam mencetuskan serangan asma pada orang
yang sudah diketahui menderita asma.
h. Obat-obatan
Obat-obatan beta blocker akan memperburuk asma yang sudah ada,
analgetik (terutama tetapi tak selalu aspirin) mungkin mencetuskan asma
terutama pada pasien yang lebih tua yang juga mempunyai polip hidung.
i. Infeksi saluran napas atas
Merupakan pencetus yang umum untuk kambuhnya asma (Surya, 1990).

D. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya penyempitan saluran nafas pada asma disebabkan oleh
adanya proses :
1. Kontraksi otot polos bronkus (bronkospasme)
2. Adanya hiperreaktifitas bronkus
3. Proses peradangan (inflamasi) saluran napas (Samekto, 2002)
E. Manifestasi Klinis
Menurut Baughman (2002) adalah :
1. Gejala umum
a. Batuk
b. Dispnea
c. Mengi
2. Serangan asma
a. Seringkali terjadi pada malam hari
b. Mulai secara mendadak dengan batuk dan sensasi sesak dada
c. Kemudian pernapasan lambat, laborius, mengi
d. Ekspirasi lebih kuat dan lama dari inspirasi
e. Obstruksi jalan napas membuat sensasi dispnea
f. Batuk sulit dan kering pada awalnya, diikuti dengan batuk yang lebih kuat
dengan sputum yang berbeda dari lendir encer.
g. Total serangan dapat berlangsung 30 menit sampai beberapa jam dan dapat
menghilang secara spontan
3. Tanda-tanda lanjut
a. Sianosis sekunder akibat, hipoksia berat
b. Gejala-gejala retensi karbon inonoksida (misal : berkeringat, takikardia dan
desakan nadi melebar)
4. Reaksi yang berhubungan
a. Eksem
b. Urtikaria
c. Edema angioneurotik
F. Pemeriksaan Penunjang
Menurur Samekto (2002) dan Suryo (1990) adalah :
1. Foto ronsen data
Biasanya normal pada saat diantara serangan asma kecuali pada asma yang berat
dan lama (ketika terjadi inflamasi berlebihan dan penebalan dinding dada) atau

jika tak terjadi komplikasi, seperti aspergilosis bronkhopulmonal.


2. Pemeriksaan laboratorium
- Darah : cosinofilia (5-15% total leukosit)
- Sputum : eosinofilis, spiral crushman, kristal charcot leyden
- Tes kulit dengan alergen
- Pengukuran kadar IgE serum
3. Pemeriksaan Radiologi
- Normal atau hiperinflasi
- Penting untuk mengetahui adanya komplikasi : pneumothorak, pneumonia,
atelektasit, pneumomediastinum, dan lain-lain
4. Tes provokasi bronkus
Untuk menunjukkan adanya hiperreaktifitas bronkus :
- Provokasi beban kerja
- Provokasi dengan hiperventilasi isokaonik udara dingin
- Provokasi inhalasi dengan bahan :
a. Spesifik : alergen tertentu
b. Non spesifik : histamin, metakilin, prostaglandin F2 alfa
5. Anlisa gas darah
Pemeriksaan ini atas indikasi untuk menentukan derajat beratnya asma atau gagal
nafas.
6. Pemeriksaan EKG
Untuk menentukan seberapa jauh pengaruh serangan asma terhadap jantung.
G. Penatalaksanaan
Menurut Baughman (2000) adalah :
1. Terapi obat
- Agonis beta
- Metilsantin
- Antikolinergik
- Kortikosteroid
- Inhibitor sel mast
2. Penatalaksanaan asma tergantung atas beratnya serangan, berdasarkan anjuran
WHO penatalaksanaan asma secara global (GINA : Global Initiative for
Asthma) sebagai berikut :
Menurut Samekto (2000)
Tujuan umum terapi asma adalah :
a. Pertahankan aktifitas normal, pekerjaan sehari-hari
b. Pertahankan faal paru mendekati normal

c. Cegah gejala kronik dan eksaserbasi


d. Hindari efek samping obat-obatan asma
3. Pencegahan
Menurut Baughman (2000) adalah :
a. Evaluasi dan identifikasi protein asing yang mencetuskan serangan
b. Lakukan uji kulit terhadap bahan dan matras dan bantal jika serangan terjadi
pada malam hari
c. Lakukan uji kulit yang dibuat dengan senyawaan kerokan antigen dari rambut
atau kulit jika serangan tampak berkaitan dengan binatang
d. Hindari pemajanan terhadap bercak serbuk yang membahayakan, misal :
tinggal dalam ruangan ber-AC selama musim serbuk atau jika
memungkinkan ubah zona iklim
e. Cegah asma yang diakibatkan oleh latihan (EIA) dengan melakukan inspirasi
udara pada 37C dan kelembaban relatif 100%
f. Tutup hidung dan mulut dengan masker untuk aktivitas yang menyebabkan
serangan

ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Menurut Nugroho (2000) :
1. Temperatur
- Mungkin serendah 95F (hipotermi) 35C
- Lebih teliti diperiksa di sublingual
2. Pulse (denyut nadi)
- Kecepatan, irama, volume
- Apikal, radial, pedal
3. Respirasi (pernafasan)
- Kecepatan, irama, kedalaman
- Tidak teraturnya pernafasan
4. Tekanan darah
- Saat baring, duduk, berdiri
- Hipotensi akibat posisi tubuh
5. Berat badan perlahan-lahan hilang pada tahun-tahun terakhir
6. Tingkat orientasi
7. Memory (ingatan)
8. Pola tidur

9. Penyesuaian psikososial
10. Sistem persyarafan
a. Kesimetrisan raut wajah
b. Tingkat kesadaran adanya perubahan-perubahan dari otak
- Tidak semua orang menjadi snile
- Kebanyakan mempunyai daya ingatan menurun atau melemah
c. Mata : pergerakan, kejelasan melihat, adanya katarak
d. Pupil : kesamaan, dilatasi
e. Ketajaman penglihatan menurun karena menua :
- Jangan dites di depan jendela
- Pergunakan tangan atau gambar
- Cek kondisi kacamata
f. Sensory deprivation (gangguan sensorik)
g. Ketajaman pendengaran
- Apakah menggunakan alat bantu dengar
- Tinutis
- Serumen telinga bagian luar, jangan dibersihkan
h. Adanya rasa sakit atau nyeri
11. Sistem kardiovaskuler
a. Sirkulasi perifer, warna dan kehangatan
b. Auskultasi denyut nadi apikal
c. Periksa adanya pembengkakan vena jugularis
d. Pusing
e. Sakit
f. Edema
12. Sistem gastrointestinal
a. Status gizi
b. Pemasukan diet
c. Anoreksia, tidak dicerna, mual dan muntah
d. Mengunyah dan menelan
e. Keadaan gigi, rahang dan rongga mulut
f. Auskultasi bising usus
g. Palpasi apakah perut kembung ada pelebaran kolon
h. Apakah ada konstipasi (sembelit) diare adan inkondinensia alui
13. Sitem genitourinarius
a. Warna dan bau urine

b. Distensi kandung kemih, inkontinensia (tidak dapat menahan untuk buang air
kecil)
c. Frekuensi, tekanan atau desakan
d. Pemasukan dan pengeluaran cairan
e. Disuria
f. Seksualitas
- Kurang minat untuk melaksanakan hubungan seks
- Adanya kecacatan sosial yang mengarah keaktivitas seksual
14. Sistem kulit
a. Kulit
- Temperatur, tingkat kelembaban
- Keutuhan luka, luka bakar, robekan
- Turgor (kekenyalan kulit)
- Perubahan pigmen
b. Adanya jaringan parut
c. Keadaan kuku
d. Keadaan rambut
e. Adanya gangguan-gangguan umum
15. Sistem mukuloskeletal
a. Kontraktur
- Atrofi otot
- Mengecilkan tendo
- Ketidakadekuatannya gerakan sendi
b. Tingkat mobilitas
- Ambulasi dengan atau tanpa bantuan/peralatan
- Keterbatasan gerak
- Kekuatan otot
- Kemampuan melangkah atau berjalan
c. Gerakan sendi
d. Paralisis
e. Kifosis
16. Psikososial
a. Menunjukkan tanda-tanda meningkatkannya ketergantungan
b. Fokus-fokus pada diri bertambah
c. Memperlihatkan semakin sempitnya perhatian
d. Membutuhkan bukti nyata akan rasa kasih sayang yang berlebihan

B. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi serta Rasional


1. Diagnosa : Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan bronkospasme,
peningkatan produksi sekret, sekresi tertahan, tebal, sekresi kental
(Doenges, 1999)
Intervensi
Rasional
1. Auskultasi bunyi napas
1. Beberapa derajat spasme bronkus
Catat adanya bunyi napas, misal :
terjadi dengan obstruksi jalan
mengi, krekels, ronchi
napas dan dapat tak
dimanifestasi-kan adanya bunyi
napas adventisius, misal :
penyebaran krekels basah
(bronkhitis), bunyi napas redup
dengan ekspirasi mengi
(emfisema) atau tidak adanya
bunyi napas (asma berat)
2. Kaji/pantau frekuensi pernapasan.
2. Takipnea biasanya ada pada
Catat rasio inspirasi/ekspirasi
beberapa derajat dan dapat
ditemukan pada penerimaan atau
selama stres/adanya proses
infeksi akut
3. Catat adanya/derajat dispnea,
3. Disfungsi pernapasan adalah
misal : keluhan lapar udara,
variabel yang tergantung pada
gelisah, ansietas, distres
tahap proses kronis selain proses
pernapasan, penggunaan otot
akut yang menimbulkan
bantu
perawatan di rumah sakit, misal :
infeksi, reaksi alergi
4. Kaji pasien untuk posisi yang
4. Peninggian kepala tempat tidur
nyaman, misal : peninggian kepala
mempermudah fungsi pernapasan
tempat tidur, duduk pada sandaran
dengan menggunakan gravitasi
tempat tidur
5. Pertahankan polusi lingkungan
5. Pencetus tipe reaksi alergi
minimum, misal : debu, asap dan
pernapasan yang dapat mentriger
bulu bantal yang berhubungan
episode akut
dengan kondisi individu
6. Dorong/bantu latihan napas
6. Memberikan pasien beberapa cara
abdomen/bibir
untuk mengatasi dan mengontrol
dispnea dan menurunkan jebakan
udara
7. Kolaborasi dalam pemberian obat,
7. Merilekskan otot halus dan
misal
menurunkan kongesti lokal,
- Bronkodilator : Biagonis,
menurunkan spasme jalan napas,
epinefrin
mengi dan produksi mukosa.
- Xantin : aminofilin, oxtrifilin
Obat-obatan mungkin per oral,
injeksi, inhalasi

2. Diagnosa : Pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen


(obstruksi jalan napas oleh sekresi, spasme bronkus, jebakan udara)
(Doenges, 1999)
Intervensi
Rasional
1. Kaji frekuensi kedalaman
1. Berguna dalam evaluasi derajat
pernapasan. Catat penggunaan otot
distres pernapasan dan/atau
aksesori, napas bibir,
kronisnya proses penyakit
ketidakmampuan
bicara/berbincang
2. Tinggikan kepala tempat tidur,
2. Pengiriman oksigen dapat
bantu pasien untuk memilih posisi
diperbaiki dengan posisi duduk
yang mudah untuk bernapas.
tinggi dan latihan napas untuk
Dorong napas dalam perlahan atau
menurunkan kolaps jalan napas,
napas bibir sesuai kebutuhan/
dispnea dan kerja napas
toleransi individu
3. Kaji/awasi secara rutin kulit dan
3. Sianosis mungkin perifer (terlihat
warna membran mukosa
pada kuku) atau sentral (terlihat
sekitar bibir/daun telinga).
Keabu-abuan dan sianosis sentral
mengindikasi beratnya hipsemia.
4. Dorong mengeluarkan sputum :
4. kental, tebal dan banyaknya sekresi
penghisapan bila diindikasikan
adalah sumber utama gangguan
pertukaran gas pada jalan napas
kecil. Penghisapan dibutuhkan
bila batuk tak efektif.
5. Awasi tingkat kesadaran/status
5. Gelisah dan ansietas adalah
mental, selidiki adanya perubahan
manifestasi umum pada hipoksia.
GDA memburuk disertai
bingung/ somnolen menunjukkan
disfungsi sentral yang
berhubungan dengan hipoksemia
3. Diagnosa : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, mual/muntah. (Doenges, 1999)
Intervensi
Rasional
1. Kaji kebiasaan diet, masukan
1. Pasien distres pwernapasan akut
makanan saat ini. Catat derajat
sering anoreksia karena dispnea,
kesulitan makan. Evaluasi BB dan
produksi sputum dan obat
ukuran tubuh.
2. Auskultasi bunyi usus
2. Penurunan/hipoaktif bising usus
menunjukkan penurunan
motilitas gaster dan konstipasi
(komplikasi umum) yang
berhubungan dengan pembatasan
masukan cairan, pilihan makanan
buruk, penurunan aktivitas dan
hipoksemia.

3. Berikan perawatan oral sering,


3. Rasa tidak enak, bau dan
buang sekret, berikan wadah
penampilan adalah pencegahan
khusus untuk sekali pakai dan tisu.
utama terhadap nafsu makan dan
dapat membuat mual dan muntah
dengan peningkatan kesulitan
napas.
4. Hindari makanan penghasil gas dan 4. Dapat menghasilkan distensi
minuman karbonat.
abdomen yang mengganggu
napas abdomen dan gerakan
diafragma dan dapat
meningkatkan dispnea.
5. Hindari makanan yang sangat panas 5. Suhu ekstrem dapat
atau dingin.
mencetuskan/meningkatkan
spasme batuk.
4. Diagnosa : Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan utama. (Doenges, 1999)
Intervensi
Rasional
1. Awasi suhu
1. Demam dapat terjadi karena
infeksi/ dehidrasi
2. Kaji pentingnya latihan napas,
2. Aktivitas ini meningkatkan
batuk efektif, perubahan posisi
mobilisasi dan pengeluaran sekret
sering dan masukan cairan
untuk menurunkan risiko
adekuat.
terjadinya infeksi paru.
3. Observasi warna, karakter, bau
3. Sekret berbau, kuning atau
sputum.
kehijauan menunjukkan adanya
infeksi paru.
4. Dorong keseimbangan antara
4. Menurunkan konsumsi/kebutuhan
aktivitas dan istirahat.
keseimbangan oksigen dan
memperbaiki pertahanan pasien
terhadap infeksi, meningkatkan
penyembuhan.
5. Diagnosa : Kurang pengetahuan tentang kondisi berhubungan dengan kurang
informasi (Doenges, 1999)
Intervensi
Rasional
1. Jelaskan/kuatkan penjelasan proses 1. Menurunkan ansietas dan dapat
penyakit individu. Dorong pasien/
menimbulkan perbaikan
orang terdekat untuk menanyakan
partisipasi pada rencana
pertanyaan.
pengobatan.
2. Instruksikan/kuatkan rasional untuk 2. Napas bibir dan abdominal/
latihan napas, batuk efektif dan
diafragmatik menguatkan otot
latihan kondisi umum.
pernapasan, membantu
meminimalkan kolaps jalan napas
kecil dan memberikan individu
arti untuk mengontrol dispnea.
3. Diskusikan obat pernapasan, efek
3. Pasien sering mendapat obat
samping dan reaksi yang tidak
pernapasan banyak sekaligus

diinginkan.
4. Tunjukkan teknik penggunaan dosis
inhaler (matered dose
inhaler/MDI) seperti bagaimana
memegang, interval semprotan 2-5
menit, bersihkan inhaler.
5. Sistem alat ukur mencatat obat
intermiten/penggunaan inhaler.

yang mempunyai efek samping


hampir sama dan potensial
interaksi obat.
4. Pemberian yang tepat obat
meningkatkan penggunaan dan
keefektifan.
5. Menurunkan risiko penggunaan tak
tepat/kelebihan dosis dari obat
kalau perlu, khususnya selama
eksaserbasi akut, bila kognitif
terganggu.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Tn. S
LANJUT USIA DENGAN ASMA
A. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan Data
a) Data Biografi
o Nama : Tn.B
o TTL : 20 september 1950
o Pendidikan Terakhir : Sekolah Rakyat
o Agama : Islam
o Status Perkawinan : menikah
o TB / BB : 170 cm / 58 kg
o Penampilan umum : sedikit lusuh dan kurus
o Alamat : Kelurahan Purwodadi Argamakmur B/U
Orang terdekat yang bisa dihubungi : Ny.M
o Hubungan dengan lansia : Istri
o Alamat : Kelurahan Purwodadi Argamakmur B/U
o Telpn : 0813xxxxxxxxxxx
b) Riwayat Keluarga
1. Pasangan
Masih hidup, bernama Ny.M, keadaan sehat, pekerjaan ibu rumah
tangga, alamatnya tinggal bersama Tn.B
2. Anak
Dua orang, anak yang pertama Ny.H 45 th tinggal bersama suami
dan anak anaknya di desa P.jaya kira kira 30 km dari rumah klien. Yang
ke dua bernama Ny.S 43 tahun tinggal bersama suami dan anak anaknya
di desa k tinggi jarak 100 km dari rumah klien.
c) Riwayat Pekerjaan
Tn.B mengatakan setiap hari kekebun hanya akhir -akhir ini jika astmanya
kambuh dia tidak berangkan kekebun. Untuk memenuhi kebutuhan hidup tn.B
hanya mengandalkan hasil kebunnya dan hanya cukup untuk kebutuhan sehari
hari.
d) Riwayat Lingkungan Hidup
Tempat tinggal di rumah permanen yang ditempati tn.b dan istrinya. Tetangga
terdekat hanya berjarak 5 m dari rumah klien. Lingkungan bersih hanya yang

cukup menggangu tn.b jika terjadi hujan dan suhu yang dingin karena tempat
tinggal tn.b berada di daerah yang cukup dingin jika pada malam hari.
e) Riwayat rekreasi
Tn.B mengatakan jarang sekali bepergian, akan tetapi terkadang
berkunjung ke rumah anaknya di luar kota.
f) Sistem Pendukung
Apabila Tn.B asmanya kambuh maka dibawa ke dokter, puskesmas
bahkan pernah dirawat di RSUD Argamakmur selama 4 hari. Jarak puskesmas
ke rumah kurang lebih 4 km.
g) Deskripsi Kekhususan
Ketika asma kambuh Tn.B kadang menggunakan kompres hangat, selain
itu minum obat-obat tradisional, mengurangi asin. Klien mengatakan bahwa
klien belum mengerti dan tahu bagaimana cara menanggulangi asma.
h) Status Kesehatan
1) Status kesehatan saat ini
Ketika dilakukan pengkajian asma klien saat ini sudah jarang kambuh.
Ketika klien ditanyakan obat asma apa yang pernah dikonsumsi, klien
mengatakan lupa.
Status imunisasi, klien tidak menjalani imunisasi.
Tidak mempunyai alergi terhadap makanan, bulu binatang, akan tetapi
jika terjadi perubahan cuaca, klien merasa sesak napas.
Penyakit yang diderita saat ini hanya astma
Diit, tidak ada masalah terhadap nafsu makan hanya saja klien ini.
2) Status kesehatan masa lalu
Tn.B mengatakan dari tidak pernah menderita penyakit serius/kronis
hanya saja kadang pilek, demam, batuk.
i) ADL (activity daily living) berdasarkan indeks KATZS
Berdasarkan pengkajian didapatkan data bahwa : kemandirian dalam hal
makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil, berpakaian, mandi, maka skore
A.
j) Tinjauan Sistem
1) Keadaan umum

Baik, tapi dalam berbicara seperti terengah-engah. Posisi duduk dengan


kedua tangan memegang lutut, badan dicondongkan ke depan, nafsu
makan baik, tidak ada masalah. Dalam 1 minggu ini klien mengeluh
sering astmanya kambuh
TD : 150/80mmHg
Nadi : 86 x/menit
Suhu : 37C
Rr : 22 x/menit
2) Tingkat kesadaran : kompos mentis
3) Skala Cana Glasgolo (GCS)
(1) Respon pembukaan mata : 4
(2) Respon verbal : 5
(3) Respon motorik : 6

15
4) TTV
TD : 150/80mmHg
Nadi : 86 x/menit
Suhu : 37C
Rr : 22 x/menit
5) Sistem kardiovaskular
Nyeri dada tidak ada, sesak napas ada jika klien melakukan aktivitas
berat.
6) Sistem pernafasan
Inspeksi : tidak ada benjolan, ketika bicara seperti terengah-engah
Palpasi : foral femitus kanan dan kiri sama
Perkusi : suara sonor
Auskultasi : suara vesikuler
Sesak jika aktivitas berat, batuk biasanya pada malam hari
7) Sistem integumen
Kulit sudah tidak elastis, Turgor kulit dicubit kembali ke keadaan
semula agak lama tidak priritus, ada perubahan pigmentasi seperti
ada bercak-bercak hitam dibagian tubuh pasien, rambut berwarna
kelabu (beruban), kuku sudah tidak bening.
8) Sistem perkemihan
Klien mengatakan urin keluar lancar dan tidak ada keluhan
9) Sistem muskuloskeletal

Klien mengatakan persendiannya sering sakit, sendi kaku, tapi tidak


ada deformitas, nyeri punggung dan sering pegal
10) Sistem endokrin
Adanya pigmentasi kulit berupa bercak-bercak hitam pada tubuh
klien, rambut berwarna keabu-abuan (beruban)
11) Sistem imun
Sistem imun agak berkurang yaitu dengan seingnya pasien terkena flu,
demam, sakit kepala, kaki sering gemetar
12) Sistem Gatrointestinal
Mual jika gosok gigi kadang ingin muntah, tidak hemoroid, defekasi
lancar tapi kadang konstipasi, nafsu makan masih baik
13) Sistem Reproduksi
Klien mengatakan tidak mempunyai penyakit kelamin
14) Sistem Persyarafan
Klien mengatakan sering pusing, kesemutan, gemetaran terutama pada
bagian kaki
15) Hemopoetik
Tidak ada pembekakan kelenjat limfe, tidak anemia (konjungtiva
merah muda), tidak pernah transfusi darah
16) Kepala
Tidak ada luka di kepala, sakit kepala
17) Mata
Tidak memakai lensa kontak, penglihatan sudah agak kabur
18) Telinga
Fungsi pendengaran sudah agak berkurang
19) Hidung
Fungsi penciuman masih normal, keluhan kadang flu (dalam
seminggu ini)
20) Mulut/Tenggorokan
Perubahan suara (ketika berbicara terengah-engah), tidak memakai
gigi palsu, tidak sakit tenggorokan
21) Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar titoid
22) Payudara
Tidak ada benjolan
k) Status Kognitif/Afektif/Sosial

a. Status kognitif : mengetahui fungsi intelektual, dengan shart pottable


mental status questionare (SPMSQ)
Pertanyaan
1. Tanggal berapa hari ini?
Jawaban : 27
2. Hari apa sekarang ?
Jawaban : Minggu
3. Apa nama tempat ini?
Jawaban : Arga makmur
4. Berapa nomor Hp bapak ?
Jawaban : Tidak ingat
5. Dimana alamat bapak ?
Jawaban : jl kedondong no30 rt 5 perumnas lama
6. Berapa umur anda?
Jawaban : 64 th
7. Kapan anda lahir ?
Jawaban : tahun 50an
8. Siapa presiden Indonesia sekarang ?
Jawaban : SBY
9. Siapa presiden sebelumnya ?
Jawaban : Soeharto
10. Siapa nama kecil ibu anda ?
Jawaban : Lupa
11. 20 - 3 berapa ?
Jawaban : 17
Penilaian SPMSQ
Kesalahan 6 kesalahan (5-7) fungsi inteletual sedang
b. Status afektif : untuk mengetahui tingkat depresi dengan inventaris depresi back
Skore
Urutan
Kesedihan
1
Saya merasa sedih karena tidak bisa membahagiakan
keluarga
0
Pesimisme
Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa
depan
1
Rasa Kegagalan
Saya merasa telah gagal sebagai kepala keluarga
karena anakanak saya tidak ada yang sekolah tinggi

Ketidakpuasan
Saya tidak merasa tidak puas
Rasa Bersalah
Saya merasa sangat bersalah karna tidak berhasil
mmberikan pendidikan untuk anak anak saya
Tidak Menyukai Diri Sendiri
Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri
Membahayakan Diri Sendiri
Saya tidak merasa mempunyai pikiran-pikiran
mengenai membayakan diri sendiri
Menarik Diri dari Sosial
Saya tidak kehilangan minat kepada orang lain
Keragu-raguan
Saya berusaha mengambil keputusan
Perubahan Gambaran Diri
Saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk dari
sebelumnya
Kesulitan Kerja
Saya memerlukan upaya tambahan untuk memulai
melakukan sesuatu
Keletihan
Saya tidak lebih lelah dari biasanya
Anoreksia
Nafsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya

0
1
0
0
0
1
0
1
0
0

Penilaian : Jumlah 5 depresi ringan. Ket : (Jumlah 5 7 depresi ringan)


c. Status sosial : Apgar Keluarga
No

Fungsi

APGAR KELUARGA
Uraian

Skor

1.

Adaptasi

Saya puas bahwa saya dapat kembali


pada keluarg saya untuk membantu pada
waktu saya mengalami kesusahan

2.

Hubungan

Saya puas dengan cara keluarga saya


membicarakan sesuatu dengan saya dan
mengungkapkan masalah dengan saya

3.

Pertumbuhan

Saya puas bahwa keluarga saya


menerima dan mendukung keinginan
saya untuk melakukan aktivitas baru

4.

Afeksi

Saya puas dengan cara keluarga (temanteman) saya mengekspresikan afek dan
berespon terhadap emosi-emosi saya,
seperti marah, sedih dan mencintai

5.

Pemecahan

Saya

puas

dengan

cara

keluarga

(temanteman) saya menyediakan waktu


bersama saya
6
Penilaian :
Nilai 4 6 : disfungsi keluarga sedang
Milai 6 maka disfungsi keluarga sedang
1. Pengelompokan Data
DS : - Tn. S mengatakan jika terjadi perubahan cuaca klien merasa sesak nafas
- Tn. S mengatakan asma masih sering kambuh
- Tn. S mengatakan menggunakan garam lebih
- Tn. S mengatakan nafsu makan baik tidak ada masalah
- Tn. S mengatakan sesak nafas jika melakukan aktivitas berat
- Tn. S mengatakan nyeri punggung dan sering pegal
- Tn. S mengatakan kadang pilek, demam, dan batuk
- Tn. S mengatakan ada riwayat asma dikeluarga sebelumnya
- Tn. S mengatakan bahwa klien belum mengerti dan belum tahu
bagaimana cara menanggulangi asma
- Tn. S mengatakan bahwa dahulu tidak menjalani imunisasi
DO : - Dalam berbicara terengah-engah
- Waktu duduk kedua tangan memegang lutut, badan di condongkan ke
depan
- TD : 150/80 mmHg - N : 86 x/mnt
- S : 370 C - Rr : 22 x/mnt
- Tidak ada deformitas sendi kaku
- Sistem imun menurun ditandai dengan : pasien rentan terkena flu,
demam, sakit kepala
- Fungsi interektual sedang
- Depresi ringan
- Disfungsi keluarga sedang
- Keluar keringat dingin pada malam hari apabila batuk
2. Analisa Data
DS : - Jika terjadi perubahan cuaca klien akan merasa sesak nafas
- Ada riwayat asma dikeluarga sebelumnya
- Dahulu klien tidak mengikuti imunisasi
- Sesak nafas jika melakukan aktivitas berat

- Klien mengatasakan batuk pada malam hari disertai keringat dingin


DO : - Klien ketika berbicara terengah-engah
- Posisi duduk kedua tangan memegang lutut, badan dicondongkan ke depan
- Rr : 22 x/mnt
E : Gangguan suplai oksigen (obstruksi jalan nafas oleh spasme bronkus,
jebakan udata)
P : Resiko terjadi asma berulang
Dx : Resiko terjadi asma berulang
DS : - Klien mengatakan bahwa pasien rentan terkena flu, demam, sakit kepala
- Klien mengatakan batuk pada malam hari, kadang disertai keringat
dingin
DO : - Rr : 22 x/mnt
- N : 86 x/mnt
- Usia 68 tahun, maka sistem imun berkurang
E : Tidak adekuatnya imunitas, pertahanan utama (penurunan kerja silia)
P : Resiko tinggi terhadap infeksi
Dx : Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
imunitas, pertahanan utama (penurunan kerja silia)
DS : Klien mengatakan bahwa klien belum mengerti dan belum tahu bagaimana
cara menanggulangi asma
DO : - Ketika ditanya bagaimana cara mengatasi asma, klien mengatakan tidak
tahu
- Fungsi intelektual sedang
- Pasien lansia berumur 64 tahun
E : Kurang informasi, kurang mengingat
P : Kurang
pengetahuan
mengenai
begaimana
cara
mengatasi/menanggulangi asma
Dx : Kurang pengetahuan mengenai bagaimana cara mengatasi/
menanggulangi asma berhubungan dengan kurang informasi, kurang
mengingat
3. Prioritas Masalah
a. Resiko terjadi asma berulang
b. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya imunitas
pertahanan utama (penurunan kerja silia)

c. Kurang pengetahuan mengenai bagaimana cara mengatasi/menanggulangi asma


berhubungan dengan kurang informasi, kurang mengingat
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
No
Diagnosa
Tujuan
Intervensi
1 Resiko terjadi asma
Setelah
- Kaji frekuensi
berulang, ditandai dengan dilakukan
dan kedalaman
:
kunjungan
nafas,
DS :
keperawatan
ketidakmampu
- Jika terjadi perubahan
selama 1 kali,
an bicara
cuaca klien akan
maka klien
merasa sesak nafas
dapat :
- Anjurkan untuk
- Ada riwayat asma dalam - Jika terjadi
tinggalkan
keluarga
perubahan
kepala tempat
- Sesak nafas jika
cuaca klien
tidur/ bantu
melakukan aktivitas
akan merasa
pasien untuk
berat
sesak nafas
memilih posisi
- Klien batuk pada malam - Sesak
yang mudah
hari disertai keringat
berkurang
untuk bernafas
dingin
jika
- Identifikasi
DO :
beraktivitas
penyebab
- berbicara terengah- Klien tidak
engah
batuk pada
- Posisi duduk condong
malam hari
ke depan sambil
- Berbicara
- Anjurkan untuk
memegang lutut. Rr :
tidak
mengeluarkan
22 x/mnt
terengahsputum
engah
- Posisi duduk
tegap tidak
condong ke
depan
- Rr : normal
- Anjurkan klien
untuk
menghindari
agen sedatif
- Hindari agen
penyebab
asma (misal
lingkungan
dengan suhu
eksterm,
serbuk, asap
tembakau,
populasi,
udara

Rasional
- Berguna dalam
evaluasi derajat
disters
pernapasan/kron
isnya proses
penyakit
- Pengiriman
O2 dapat
diperbaiki
dengan posisi
duduk tinggi

- Sebagai salah
satu cara untuk
menentukan
intervensi secara
tepat
- Kental, tebal dan
banyaknya
sekresi adalah
sumber utama
gangguan
pertukaran gas
pada jalan napas
kecil
- Dapat menekan
pernafasan dan
melindungi
mekanisme
batuk
- Faktor
lingkungan ini
dapat
menimbulkan
iritasi bronkheia

No
Diagnosa
2 Resiko tinggi terhadap
infeksi berhubungan
dengan tidak adekuatnya
imunitas, pertahanan
utama (penurunan kerja
silia). Ditanda dengan :
DS :
- Klien mengatakan
bahwa pasien rentan
terkena flu, demam,
sakit kepala
- Klien mengatakan batuk
pada malam hari,
kadang disertai
keringat dingin
DO :
- Rr : 22 x/mnt
- N : 86 x/mnt
- Usia : 68 tahun, maka
sistem imun berkurang

Tujuan
Setelah
dilakukan
kunjungan
keperawatan
selama 1 x
maka :
- Klien dapat
menjaga
kondisi tubuh
agar tidak
rentan
terhadap
penyakit
- Klien tidak
rentan
terhadap
batuk
terutama pada
malam hari
yang kadang
disertai
keringat
dingin
- TTV
dipertahanka
n

Intervensi
- Anjurkan
pasien untuk
awasi suhu
(mis : jika
terjadi panas)
- Kaji pentingnya
latihan nafas,
perubahan
posisi sering
(mis : berikan
posisi
semifowler
jika sesak
kambuh)
- Anjurkan klien
untuk
melakukan
aktivitas yang
dapat
dikerjakan
oleh klien
- Tunjukkan dan
bantu pasien
tentang
pembuang
tisue, tekankan
cuci tangan
yang benar
- Diskusikan
kebutuhan
nutrisi adekuat

Rasional
- Demam dapat
terjadi karena
infeksi/dehidrasi
- Aktivitas ini
meningkatkan
mobilisasi dan
pengeluaran
sekret untuk
menurunkan
resiko terjadinya
infeksi paru
- Menurunkan
konsumsi atau
kebutuhan
keseimbangan
O2meningkatkan
penyembuhan
- Mencegah
penyebaran
patogen melalui
cairan

- Malnutrisi dapat
mempengaruhi
kes umum dan
menurunkan
tahanan terhadap
infeksi
3 Kurang pengetahuan
Setelah
- Jelaskan proses - Menurunkan
tentang bagaimana cara
dilakukan
penyakit
ansietas dan
mengatasi/menanggulangi kunjungan
individu
dapat
asma berhubungan
keperawatan
menimbulkan
dengan kurang infromasi, selama 1 x
perbaikan
kurang mengngat,
maka :
partisipasi pada
ditandai dengan :
- Klien tahu
rencana
DS :
tentang asma
pengobatan
- Klien mengatakan
dan tanda
- Instruksikan
- Nafas bibir dan
bahwa klien belum
gejalanya
untuk latihan
nafas
mengerti dan belum
- Klien tahu cara nafas dan
abdominal/diagf
tahu bagaimana cara
menanggulan
batuk efektif
ragmatik
menanggulangi asma
gi
menguatkan otot

No

Diagnosa

Tujuan
asma/menceg
ah asma

DO :
- Ketika ditanya
bagaimana cara
mengatasi asma, klien
mengatakan tidak tahu
- Fungsi intelektual
sedang
- Pasien lansia umu 68
tahun

Intervensi

Rasional
pernafasan,
membantu
meminimalkan
kolaps jalan
nafas kecil dan
membentu
mengontrol
dispnea

IMPLEMENTASI
No.
Dx

Tindakan

1.

1. Mengukur TTV
2. Menganjurkan klien untuk
meninggikan kepala tempat tidur jika
klien merasa berat
3. Menganjurkan klien
mengeluarkansputum, jika sputum
banyak dan menutupi jalan nafas
4. Menanyakan penyebab kambuhnya
sama
5. Menganjurkan klien untuk menghindari
agar penyebab asma misal :
lingkungan suhu yang eksterm,
serbuk, asap tembakau

2.

1. Mengukur suhu
2. Menganjurkan klien latihan nafas
dalam, batuk efektif
3. Menganjurkan klien untuk banyak
istirahat
4. Menganjurkan klien untuk melakukan
aktivitas yang dapat dikerjakan klien
5. Menganjurkan klien untuk mem buang
tisue dan menganjurkan untuk
mencuci tangan, jika akan melakukan
sesuatu (mis : makan)

Evaluasi
S : - Klien mengatakan sering
pusing, kadang sesak
- Klien mengatakan sputum
yang dihasilkan sedikit
O : S : 37C - Klien tidak
merokok
N : 86 x/menit - Sputum
sedikit
Rr : 22 x/menit
TD : 150/180 mmHg
A : Masalah resiko asma kambuh
belum teratasi
P : Lanjutkan rencana tindakan
- Anjurkan klien untuk
mengeluarkan sputum jika
sputum yang dihasilkan
banyak.
S : - Klien mengatakan badan
tidak panas, tapi kadangkadang lemas
- Klien bersedia diajarkan
batuk efektif dan klien mau
istirahat
- Klien tidak terkena flu, tapi
rentan
O : - S : 37C
- Klien tidak banyak
melakukan istirahat

6. anjurkan untuk mempertahankan nutrisi


adekuat

- Klien membuang tisu pada


tempatnya dan klien mencuci
tangan jika
akan makan
A : Masalah resiko tinggi terhadap
infeksi belum teratasi
P : Lanjutkan rencana tindakan
- Anjurkan klien untuk
memantau suhu (misal jika
panas)
- Anjurkan untuk banyak minum

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asma adalah penyakit inflamasi obstruksi yang ditandai oleh periode
episodik spasma otot-otot polos dalam dinding saluran udara bronchial (spasma
bronkus). Spasma bronkus ini menyempitkan jalan nafas sehingga membuat
pernafasan menjadi sulit (dispneal), menimbulkan bunyi mengi dan batuk.
Setelah dilakukan pengkajian pada Tn. S dengan asma didapatkan data
seperti : klien akan sesak jika terjadi perubahan cuaca yang ekstrim, ada riwayat
asma sebelumnya, sesak nafas jika melakukan aktifitas berat, berbicara terengahengah dan posisi duduk kedua tangan memegang lutut, badan dicondongkan ke
depan maka diagnosa yang muncul yaitu : risiko terjadi asma berulang. Agar asma
itu tidak kambuh maka dilakukan intervensi seperti menganjurkan untuk
menghindari penyebab asma misalnya lingkungan dengan suhu ekstrim, polusi
udara, serbuk, dan lain-lain.
B. Saran
1. Jika penderita asma maka kita harus bisa menghindari alergen yang bisa
menimbulkan asma, misal perubahan cuaca ekstrim, makanan, bulu kucing,
debu, dan lain-lain.
2. Gunakanlah masker jika asma ditimbulkan oleh debu
3. Bagi perawat hendaknya bisa memberikan asuhan keperawatan pada pasien
asma khususnya lansia agar bisa mencegah agar tidak kambuh lagi.

DAFTAR PUSTAKA
Baughman, Diane C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
Nugroho, Wahyudi. 2000. Keperawatan Gerontik ed 2. Jakarta : EGC.
Samekto, Widiastuti. 2002. Asma Bronkiale. Semarang : Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
Subuea, Hardin, dkk. 2005. Ilmu Penyakit Dalam, cet kedua. Jakarta : Rineka Cipta.
Stein, jay H. 1998. Panduan Klinik Penyakit Dalam ed. 3. Jakarta : EGC.
Surya A, Djaja. 1990. Manual Ilmu Penmyakit Paru. Jakarta : Binarupa Aksara

Вам также может понравиться