Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Latar belakang diadakannya kuliah lapangan (fieldtrip) geologi ini adalah
untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang materi-materi geologi
(secara teori) yang telah diberikan dalam perkuliahan, yaitu tentang batuan
dan mineral. Sehingga, diharapkan mahasiswa dapat mengetahui bagaimana
bentukbentuk fisik dari suatu singkapan, bagaimana karakteristik suatu
batuan serta bagaimana proses terjadiannya batuan dan mineral itu sendiri di
alam.
Teori dasar yang diberikan di dalam perkuliahan pada umumnya bersifat
ideal sehingga lebih mudah dimengerti dan dibayangkan. Namun pada
kenyataan di lapangan, apa yang diamati tidaklah semudah yang penulis
bayangkan. Sehingga, diperlukan suatu penelitian lebih lanjut dan secara
langsung mengenai kenampakan objek-objek geologi batuan dan mineral agar
didapatkan suatu pemahaman yang diharapkan. Penelitian secara langsung ini
dapat dilakukan melalui kuliah lapangan (fieldtrip). Selain itu, penelitian di
lapangan merupakan penelitian yang sesungguhnya. Karena pada dasarnya,
sebuah teori terlahir karena adanya penelitian dari alam. Sehingga untuk
membuktikan serta membandingkan kebenaran dari hasil teori yang telah ada,
maka kuliah lapangan (fieldtrip) ini perlu dan mutlak untuk dilakukan.
Sehingga, mahasiswa tidak hanya memahami teori dengan menerima materi
tersebut secara mentah saja. Namun, mahasiswa dituntut untuk mampu
menganalisa dengan baik apabila dihadapkan secara langsung di lapangan.
BAB II
ISI
2.1 DASAR TEORI
Barisan, Zona Dataran Rendah dan Zona Dataran Bergelombang (Gambar 2.2)
A. Stratigrafi Regional
Daerah penelitian terletak pada subcekungan Sinamar merupakan
subcekungan bagian timur dari cekungan Ombilin. Subcekungan Sinamar
yang berada di timur dan subcekungan Talawi yang berada di barat merupakan
dua bagian subcekungan dari cekungan Ombilin , yang secara struktural
dipisahkan oleh sesar berarah relatif utara-selatan sesar Tanjung Ampalu.
Selain secara struktural pembagian subcekungan ini juga didasarkan atas
batuan penyusun dari kedua subcekungan tersebut. Subcekungan Talawi
disusun oleh endapan berumur Paleogen, sedangkan subcekungan Sinamar
disusun oleh endapan berumur Neogen (Situmorang, dkk., 1993, Hastuti, dkk.,
2001, Barber, dkk., 2005).
Secara stratigrafi, berdasarkan dari resume para peneliti terdahulu
(Koesoemadinata dan Matasak, 1981, Koning, 1985, Situmorang, dkk., 1991,
Yarmanto dan Fletcher, 1993, Barber, dkk., 2005) cekungan Ombilin memiliki
batuan dengan umur Pra-Tersier (Perm dan Trias) hingga batuan berumur
Kuarter (Gambar 2.3) dengan deskripsi dari tiap-tiap formasi yang ditulis oleh
para peneliti terdahulu yang ditunjukkan pada (Gambar 2.4).
ini
bersamaan
dengan
6. Formasi Ranau
Menurut van Bemmelen (1943) pada beberapa lokasi di Cekungan
Ombilin, didapatkan formasi berupa tufa yang disebut sebagai Tufa Ranau.
Tufa ini dianggap menjadi deposit volkanik berumur Pleistosen
(Koesomadinata dan Matasak, 1981), sedangkan menurut Bellon, dkk. (2004)
dalam Barber, dkk. 2005 umur dari formasi ini diperkirakan antara 5,5 hingga
2,4 juta tahun yang lalu (Pliosen).
Adanya perbedaan urutan litostratigrafi terhadap umur dari tiap
peneliti-peneliti sebelumnya (Gambar 2.2), diakibatkan oleh sukarnya
penentuan umur yang tepat dari tiap formasi pada cekungan Ombilin bagian
bawah yang berupa endapan darat. Penentuan umur yang memiliki rentang
umum dari endapan-endapan darat tersebut, dibatasi oleh endapan
berlingkungan laut Formasi Ombilin yang terdapat foraminifera dari Miosen
Awal, yang memberikan batas umur paling muda untuk formasi-formasi yang
lebih tua (Gambar 2.4).
lempung ( clay stone ), batu pasir ( sand stone ), dan batu Lanau ( silkstone )
dengan sisipan batubara. Formasi sawahlunto ini terletak pada dua jalur yang
terpisah yaitu jalur yang menjurus dari Sawahlunto sampai ke Sawahrasau dan
dari Tanah Hitam terus ke timur dan kemudian kea rah utara yang disebut
Parambahan.
B. Tatanan Tektonik dan Struktur Geologi Regional
Perkembangan struktur pada cekungan Ombilin dikontrol oleh pergerakan
Sistem Sesar Sumatera yang membuat sesar tua yang telah terbentuk ditimpa
oleh sesar yang lebih muda oleh sistem sesar yang sama (Situmorang, dkk.,
1991)
Menurut Situmorang, dkk.(1991) keseluruhan geometri cekungan Ombilin
memanjang dengan arah umum barat lauttenggara, dibatasi oleh sesar
berarah barat laut-tenggara Sitangkai di utara dan sesar Silungkang di selatan
yang keduanya kurang lebih paralel terhadap Sistem Sesar Sumatra (Gambar
2.6).
adalah
pecahan,
mineral,
atau
material
organik
yang
ditransforkan dari berbagai sumber dan diendapkan oleh media udara, angin,
es, atau oleh air dan juga termasuk didalamnya material yang diendapakan
dari material yang melayang dalam air atau dalam bentuk larutan kimia.
2. Pettijohn (1975) mendefinisikan
Sedimentasi sebgai proses pembentukan sedimen atau batuan sedimen
yang diakibatkan oleh pengendapan dari material pembentuk atau asalnya
pada suatu tempat yang disebut dengan lingkungan pengendapan berupa
sungai, muara, danau, delta, estuaria, laut dangkal sampai laut dalam.
3. Gross (1990) mendefinisikan
Sedimen laut sebagai akumulasi dari mineral-mineral dan pecahanpecahan batuan yang bercampur dengan hancuran cangkang dan tulang dari
organisme laut serta beberapa partikel lain yang terbentuk lewat proses kimia
yang terjadi di laut.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa :
Sedimentasi sendiri adalah suatu proses pengendapan material yang
ditransport oleh media air, angin, es, atau gletser di suatu cekungan. Delta
yang terdapat di mulut-mulut sungai adalah hasil dan proses pengendapan
material-material yang diangkut oleh air sungai, sedangkan bukit pasir (sand
dunes) yang terdapat di gurun dan di tepi pantai adalah pengendapan dari
material-material yang diangkut oleh angin
2.2.2
2.
2.
3.
4.
2.2.3
Klasifikasi Sedimen
2.3.3.1
Menurut asal usul sedimen dasar laut dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Lithogenous;
Jenis sedimen ini berasal dari pelapukan (weathering) batuan dari
daratan, lempeng kontinen termasuk yang berasal dari kegiatan vulkanik. Hal
ini dapat terjadi karena adanya suatu kondisi fisik yang ekstrim (pemanasan
dan pendinginan) terhadap batuan yang terjadi secara berulang-ulang di
padang pasir, oleh karena adanya embun-embun es dimusim dingin, atau oleh
karena adanya aksi kimia dari larutan bahan-bahan yang terdapat di dalam air
hujan atau air tanah terhadap permukaan batu. Sedimen ini memasuki kawasan
laut melalui drainase air sungai.
2. Biogenous;
Sedimen ini berasal dari organisme laut yang telah mati dan terdiri dari
remah-remah tulang, gigi-geligi, dan cangkang-cangkang tanaman maupun
NUR HAKIM 153610165 TEKNIK GEOLOGI UNIVERSITAS
ISLAM RIAU
17
hewan mikro. Komponen kimia yang sering ditemukan dalam sediment ini
adalah CaCO3 dan SiO2. Sedangkan partikel-partikel yang sering ditemukan
dalam sedimen calcareous terdiri dari cangkang-cangkang foraminifera,
Cocolithophore,
yang
disebut globerigina
ooze dan
Pteropoda,
yang
2.
3.
2.2.4
dilingkungan
sungai
dan
batuan
batupasir
bisa
terjadi
dilingkungan laut, sungai dan danau. Semua batuan diatas tersebut termasuk
ke dalam golongan detritus kasar. Sementara itu, golongan detritus halus
terdiri dari batuan lanau, serpih dan batua lempung dan napal.
Batuan yang termasuk golongan ini pada umumnya di endapkan di
lingkungan laut dari laut dangkal sampai laut dalam ( Pettjohn, 1975).
Fragmentasi batuan asal tersebut dimulaiu darin pelapukan mekanis maupun
secara kimiawi, kemudian tererosi dan tertransportasi menuju suatu cekungan
pengendapan ( Pettjohn, 1975 ).
Setelah pengendapan berlangsung sedimen mengalami diagenesa yakni,
proses proses-proses yang berlangsung pada temperatur rendah di dalam suatu
sedimen, selama dan sesudah litifikasi. Hal ini merupakan proses yang
mengubah suatu sedimen menjadi batuan keras ( Pettjohn, 1975).
Ukuran
Nama batu
n
Gravel
Konglomerat
Cobble/Kerakal 64256 mm
Gravel
Breksi
Pebble/Kerikil
2 64 mm
Gravel
Sand/Pasir
1/16 2mm
1/256 1/16
Sand
kebundaran partikel)
Sandstone
Silt
Batu lanau
Clay
Batu lempung
Boulder/Bongkah
> 256 mm
Silt/Lanau
dan
(tergantung
mm
Clay/Lempung <1/256 mm
Batuan-batuan yang termasuk kedalam batuan ini adalah gip, anhidrit, batu
garam.
6. Golongan Batubara
Batuan sedimen ini terbentuk dari unsur-unsur organik yaitu dari
tumbuh-tumbuhan. Dimana sewaktu tumbuhan tersebut mati dengan cepat
tertimbun oleh suatu lapisan yang tebsl di atasnya sehingga tidak akan
memungkinkan terjadinya pelapukan. Lingkungan terbentuknya batubara
adalah khusus sekali, ia harus memiliki banyak sekali tumbuhan sehingga
kalau timbunan itu mati tertumpuk menjadi satu di tempat tersebut.
2.3.1
endapan suspensi.
Arus traksi adalah arus suatu media yang membawa sedimen didasarnya.
Pada umumnya gravitasi lebih berpengaruh dari pada yang lainya seperti
angin atau pasang-surut air laut.
Sedimen yang dihasilkan oleh arus traksi ini umumnya berupa pasir yang
berstruktur silang siur, dengan sifat-sifat:
pemilahan baik
ada perubahan besar butir mengecil ke atas (fining upward) atau ke bawah
(coarsening upward) tetapi bukan perlapisan bersusun (graded bedding).
Di lain pihak, sistem arus pekat dihasilkan dari kombinasi antara arus
traksi dan suspensi. Sistem arus ini biasanya menghasilkan suatu endapan
campuran antara pasir, lanau, dan lempung dengan jarang-jarang berstruktur
silang-siur dan perlapisan bersusun.
NUR HAKIM 153610165 TEKNIK GEOLOGI UNIVERSITAS
ISLAM RIAU
25
2.3.2
Grain flows
Fluidized flows
2.3.3.1 Mud flows (interparticle interaction)
sortasi jelek
Ciri sedimennya:
Gambar
9.
Groove Cast
b. Flute cast
Flute cast merupakan bentukan sole mark yang menyerupai cekungan
memanjang yang melebar ujungnya membentuk jilatan api.
3. Scours
Scours ini mirip dengan channel namu ukurannya lebih kecil
Gambar
13.
Gambar 14.
Bedding
b.
Cross
Cross
lamination
Gambar 15.
Cross
Lamination
c.
Gambar
16 Perlapisan
Silang
d.
Planar
Perlapisan
silang
melengkung /
Gambar 17.
Silang
Perlapisan
Melengkung
3. Gelembur/Ripple
Gambar 18 Ripple
4. Perlapisan Gradasi
Perlapisan gradasi ini memiliki cira adanya perubahan ukuran butir
secara gradasi.
a. Gradasi normal : apabila menghalus ke atas
Gambar 19.
Gradasi
Normal
Gambar
20.
Gradasi
Terbalik
2.4.3.
Struktur
pasca pengendapan
Struktur ini terbentuk setelah proses pengendapan seperti deformasi
2. Load cast
Struktur ini terbentuk karena adanya pembebanan material suatu lapisan
terhadap lapisan lainnya sehingga membentuk lengkungan ke bawah
Gambar 22.
3.
Dish
Load Cast
dan Pillar
Struktur ini
terbentuk
karena
Gambar 23.
Dish dan
Pillar
4. Mud cracks
Mud cracks ini terbentuk karena hilangnya kandungan air pada
batulempung sehingga timbul retakan.
Gambar 25.
2. Trail :
Track
Seretan,
terbentuk
karena seretan suatu organisme di permukaan sedimen
Gambar 26
3.
Trail
Burrow:
Galian,
terbentuk karena adanya lubang-lubang galian oleh organisme
Gambar 27.
4.
Burrow
Ichnofasies
Merupakan
petunjuk
paleontologi pada analisa kumpulan fosil jejak untuk menafsirkan lingkungan
pengendapan dan fasies sedimennya.
Macam-macam : Trypanites, Teredolites, Glossifungites, Psilonichnus,
Skolithos, Zoophycos, Nereites.
5. Stromatolit
Merupakan hasil aktivitas alga biru-hijau yang berbentuk lembaran,
dijumpai di dasar laut dan pelarutan kalsium karbonan serta pada prekambrian
sampai proterozoik.
Gambar 28.
2.5
Stromatolit
ANALISIS
PROFIL
Analisa profil merupakan suatu cara yang digunakan untuk menentukan
lingkungan pengendapan dan untuk mendapatkan gambaran-gambaran
paleografi dari lingkungan pengendapan tersebut. Metode yang digunakan
merupakan metode stratigrafi asli yaitu dengan mengenali urutan vertikal dari
suatu sekuen.
Analisa sekuen sangat penting dalam mengenali suatu lingkungan
pengendapan. Suatu lingkungan tertentu akan mempunyai mekanisme
pengendapan tertentu pula. Oleh karena itu urutan-urutan secara vertikal
(dalam kondisi normal) akan mempunyai karakteristik tersendiri, dengan
demikian suatu profil akan diketahui perkembangan pengendapan yang terjadi
dan sekaligus dapat diketahui perkembangan cekungan.
: ab ab ab
Cyclicatau simetri
: abcdcba abcdcba
Asimetri
: abc abc
2. Hukum Walter
Menyatakan
bahwa
sedimentasi,
urut-urutan
fasies
vertikal
kontak).
Menggunakan ukuran butir untuk membuat pola/paket sedimen serta
lapangan.
Mendeskripsi litologi untuk mengetahui komponen batuan dengan
dahulu
atau SP)
membedakan bentuk karakter log halus dan log kasar
menggunakan pola log untuk menentukan unit genetik atau paket
siklus sedimen.
Mengenali pola umum yang berkembang pada setiap lingkungan
pengendapan.
Sebelum membuat korelasi sedapat mungkin setiap profil log
mempergunakan tanda yang dapat memeberikan informasi mengenai
unit atau paket sedimen
Menggunakan model untuk mengetahui perkembangan cekungan,
Bentuk Cylindrical
bentuk Symetrical
Lingkungan sandy offshore bar some transgresive shelf sand CU and
FU units
Bentuk irreguler
Lingkungan fluvial floodplain, carbonate slope, klastikslope canyo fill.
A. Facies Fluviatil
1. Sungai Bermeander
Sungai ini mempunyai aliran yang berkelok-kelok dan pada kedua
tepinya yang berlawanan menunjukkan proses yang berbeda-beda. Pada salah
satu tepi terjadi proses erosi dan pada tepi yang lain terjadi sedimentasi ecara
akresi.
Secara morfologi, sungai bermeander terdiri dari bagian-bagian, yaitu :
Point bar ; pada bagian ini terjadi pengendapan secara akresi dari hasil
Leeve ; merupakan bagian tepi sungai denan tebing yang relatif lebih
terjal, mengalami erosi yang diendapkan pada point bar.
2. Sungai Terayam
Sungai teranyam lebih banyak dijumpai pada daerah-daerah arid dan
semiarid, dimana fluktasi aliran merupakan faktor yang sangat penting.
Secara umum, sungai teranyam terdiri atas faciesfacies :
Channnel floor ; lag deposit yang kasar, ditutupi oleh trough cross
lebih kecil dan lapisan tipis dari akresi vertikal yang berupa batulanau
dengan struktur laminasi berselang-seling dengan batulempung, serta
batupasir cross sertifikasi sudut rendah.
B. Facies Kipas Lembab (Humid Fun)
Merupakan kipas alluvial yang berkembang dalam iklim lembab. Terjadi
pada lingkungan pengendapan yang disebabkan oleh perbedaan relief yang
tinggi dan mempunyai kesamaan dengan kipas di daerah iklim kering, hanya
saja suplai air terus menerus.
Faciesnya dapat dibagi atas 3 macam, yaitu :
C. Facies Lacustrine
Pada umumnya danau-danau mempunyai tubuh yang kecil jika
dibandingkan dengan tubuh air laut. Namun tidak menutup kemungkinan
NUR HAKIM 153610165 TEKNIK GEOLOGI UNIVERSITAS
ISLAM RIAU
43
adanya danau yang lebih besar dari tubuh air laut, contaihnya Laut Kaspia
lebih besar dari pada Teluk Persia.
Dalam kenyataanya banyak danau yang berukuran besar dan memounyai
kedalaman hingga ratusan meter. Danau yang besar banyak menyerupai lautan
dipandang dari proses fisik maupun sedimentasi. Adanya sedimentasi pelagis
umumnya dipengaruhi oleh gelombang dan khas dengan partikel sedimen
berbutir halus seperti batulempung dan batulanau.
D. Facies Gumuk Pasir
Gumuk pasir merupakan akumulasi pasir lepas berupa gundukan yang
dihasilkan oleh arah angin yang bekerja pada suatu daerah dan mempunyai
bentuk teratur. Gumuk pasir ini dapat terbentuk di daerah yang endapannya
lepas seperti pasir pada daerah gurun atau daerah pantai.
Syarat mutlak yang harus dipenuhi untuk terbentuknya gumuk pasir
adalah akumulasi pasir cukup banyak biasanya berasal dari sedimentasi sungai
yang bermuara di situ, di samping faktor-faktor lain yang juga berperan.
Struktur khas pada gumuk pasir adalah cross bedding dan ripple mark.
Dari struktur yang terbentuk karena pergeseran antara angin dengan butiran
pasir, maka dapat dipakai untuk menentukan arah angin.
Lingkungan Pengendapan Transisi :
A. Facies Delta
Delta merupakan akumulasi sedimen terutama pada muara sungai
maupun danau. Secara umum akan mempunyai asosiasi antara endapan darat
seperti perlapisan pada facies fluvial dan perlapisan pada laut terbuka.
Syarat terbentuknya delta, antara lain :
banyak.
Bahan sedimentasi tidak terganggu oleh air laut.
Arus sungai pada bagian muara mempunyai kecepatan minimum.
Laut pada muara cukup tenang.
B. Facies Estuarium
Yaitu muara yang beRbentuk corong, diamna proses pembentukkannya
dipengaruhi oleh erosi lateral dan aktivitas pasang surut air laut. Tipe
morfologi estuarium ada 4 macam ; lembah sungai tenggelam, fiord,
eustuarium yang dibangun oleh bar dan eustuarium produk dari tektonik.
Secara tekstrural sekuennya fining upward. Sedangkan struktur sedimen
seperti cross stratificatoin, lapisan flaser, lapisan bergelombang, lapisan
lentikuler bersama dengan bioturbasi.
C. Facies Lagoon
Lagoon merupakan daerah dimana pada saat air pasang tergenang air laut
dan pada saat air surut ada air tertinggal pada daerah ini yang bisa bercampur
dengan air hujan atau air sungai.
Ciri-ciri lagoon adalah sebagai berikut :
D. Facies Barrier
Barrier merupakan penghalang yang letaknya di depan pantai dan
berhubungan dengan air laut. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut :
Dalam hal ini lebih ditekankan pada lingkungan pantai non deltaik, yaitu
hingga kedalaman 200 m. Berdasarkan kisaran pasang surut (tidal range)
pantai terdiri dari 3 macam :
bedding).
Upper fan ; merupakan sekuen-sekuen dari facies konglamerat, debris
flow dan slump. Sekuen menipis ke atas (thinning upward) umumnya
tidak berlapis baik
2.6 METODELOGI
: Bukit Pagias
2. Stasiun Pengamatan II
: Bukit Pagias
: Bukit Pagias
4. Stasiun Pengamatan IV
: Bukit pagias
5. Stasiun Pengamatan V
: Bukit pagias
6. Stasiun Pengamatan VI
: Penangkaran buaya
9. Stasiun Pengamatan IX
: Kota sawahlunto
: Kota sawahlunto
Peta dasar atau potret udara gunanya untuk mengetahui gambaran secara
garis besar daerah yang akan kita selidiki, sehingga memudahkan penelitian
lapangan baik morfologi, litologi, struktur dll. Selain itu peta dasar digunakan
untuk menentukan lokasi dan pengeplotan data, umumnya yang digunakan
adalah peta topgrafi/kontur.
3. Palu Batuan Beku (pick point)
Palu batuan beku yaitu alat yang umum digunakan oleh para peneliti untuk
mengambil sampel batuan, Palu batuan beku berbentuk runcing ini umumnya
dipakai di daerah batuan keras (batuan beku dan metamorf).
4. Palu Batuan Sedimen (chisel point)
Jenis palu geologi yang digunakan salah satunya adalah palu batuan
sedimen (chisel point). Bentuknya berujung datar seperti pahat, umumnya
dipakai untuk batuan yang berlapis (batuan sedimen) dan mengambil fosil.
5. Lup
Alat
ukur
yang
digunakan
dalam
kegiatan
lapangan
biasanya
8. Larutan HCl N
Alat tulis terdiri dari papan dada, pensil, bolpoin dan beberapa lembar kertas
HVS. Alat tulis ini digunakan untuk mencatat setiap materi dan hasil
pengamatan yang telah dilakukan dari stopsite satu ke stopsite lain
BAB III
HASIL PENELITIAN
JURNAL HARIAN
Hari/Tanggal
Lokasi
: Bukit Pagias
Stasiun
:1
Koordinat
:S00 3042,38/E100
: N345/E10
Cuaca
: Cerah
4158,12
Strike/Dip
Foto :
Sketsa :
Deskripsi :
Pada lapisan pertama stasiun 1 terdapat lapisan batuan pasir
yang memiliki warna segar abu-abu dan warna lapuk cokelat
kehijauan, batu pasir ini memiliki besar butiran coarse sand atau
pasir kasar dengan kebundaran rounded (membulat). Pada lapisan
2 stasiun 1 terdapat lapisan konglomerat yang memiliki warna
segar abu-abu dan warna lapuk hijau kelabu, konglomerat ini
memiliki besar butiran cobbel dengan kebundaran subrounded rounded (membulat. Pada lapisan 3 stasiun 1 terdapat lapisan
batuan pasir yang memiliki warna segar abu-abu kelabu dan
warna lapuk cokelat kelabu kehijauan, batu pasir ini memiliki besar
butira medium sand dengan kebundaran rounded (membulat)
Interpretasi :
Pada stasiun 1 ini merupakan formasi Brani yang terdiri dari Batupasir kasar,
NUR HAKIM 153610165 TEKNIK GEOLOGI UNIVERSITAS
ISLAM RIAU
53
konglomerat polimik dan Batupasir sedang yang berumur Miosn Awal dengan
kondisi cukup lapuk dan berlapis-lapis. Menurut Matasak dan Koesumadinata
formasi ini hubungannya menjemari dengan formasi sangkarewang. Batupasir
kasar, konglomerat polimik dan Batupasir sedang yang ada pada stasiun ini di
endapkan pada lingkungan Fluviatil tepatnya Kipas Aluvial dengan asosiasi fasies
distal fan, mid fan, proximal fan. Kipas Aluvial yang terbentuk ini merupakan
hasil dari sesar naik dan arus turbidit dimana terjadi peningkatan energi arus dari
arus yang mengendapkan pasir kasar menjadi arus yang mampu membawa
konglomerat cobble polimik, namun pada akhirnya terjadi penurunan energi arus
sehingga material yang di bawa nya berupa pasir sedang diatas lapisan
konglomerat.
Struktur sedimen yang terbentuk adalah load cast dimana ini terjadi akibat
pembebanan antara batupasir yang memiliki densitas tinggi terhadap konglomerat
yang berdensita rendah dan masih belum terlitifikasi seutuhnya, sifat kimiawi
batuan yang non karbonatan merupakan indikasi lingkungan pengendapan darat,
hal yang membuat interpretasi kami kuat bahwa lingkungan pengendapan stasiun
1 ini adalah Kipas Aluvial karena Stasiun 1 ini terdapat pada daerah pegunungan
yang merupakan penciri dari Kipas Alluvial.
JURNAL HARIAN
Hari/Tanggal
Lokasi
:Bukit Pagias
Stasiun
:2
Koordinat
:S00 3044,56/E100
:-
Cuaca
: Cerah
4159,17
Strike/Dip
Foto :
Sketsa :
Deskripsi :
Pada stasiun 2 terdapat intrusi batuan granit yang memiliki
warna segar abu-abu dan warna lapuk abu-abu kelabu, batu
granit ini memiliki derajat kristalisasi hipokristalin yang terdiri
dari pencampuran antara gelas dan kristal, memiliki granulitas
faneritik, keseragaman antar butir penyusun batuan ini yaitu
equigranular dan bentuknya hipidiomorf (euhedral-subhedral).
Struktur yang tampak pada tubuh batuan beku granit ini adalah
dengan adanya urat atau vein yang terbentuk selama proses
pengangkatan oleh sesar naik yang kemudian terisi oleh mineral
kuarsa, komposisi mineralnya berdasarkan (IUGS 1973) yaitu :
quartz 50%, Alkali feldspar 25%, plagioklas 25%.
Interpretasi :
Pada stasiun 2 ini merupakan singkapan batuan granit
sangat lapuk berumur permo-karbon yang merupakan
NUR HAKIM 153610165 TEKNIK GEOLOGI UNIVERSITAS
ISLAM RIAU
55
JURNAL HARIAN
Hari/Tanggal
Lokasi
: Bukit Pagias
Stasiun
:3
Koordinat
:S00 3051,60/E100
: N305/E66
Cuaca
: Cerah
4159,91
Strike/Dip
Foto :
Sketsa :
Deskripsi :
Pada stasiun 3 ini terdapat 3 lapisan batuan dengan lapisan 1
memiliki litologi konglomerat boulder polimik yang memiliki
warna segar abu-abu kelabu dan warna lapuk cokelat kemerahan
memiliki fragmen granit, kwarsit dan andesit. Pada lapisan 2
terdapat batu pasir kasar yang memiliki warna segar abu-abu
kelabu dan warna lapuk cokelat kemerahan, pada lapisan 3
terdapat litologi batu pasir sedang yang memiliki warna segar
abu-abu dan warna lapuk cokelat kehitaman
Interpretasi :
Stasiun 3 ini masih anggota formasi brani yang terdiri diri konglomerat
bouldel polimik, batu pasir kasar dan batu pasir sedang yang secara vertikal
bila diurutkan maka akan tampak bahwa endapan yang terbentuk menghalus
keatas atau fining upward dimana terjadi perubahan kecepatan arus yang
semakin lemah dari mengendapkan material yang kasar terlebih dahulu.
Sikuen menghalus keatas ini biasanya terdapat pada arus turbidit yang
membawa material longsoran tanah akibat sesar naik menjadi aluvial fan sama
halnya seperti stasiun 1 yang juga merupakan hasil endapan alluvial fan
sehingga kami menginterpretasikan bahwa stasiun 3 ini masih menjadi bagian
aluvial
fan
dalam
artian
masih
lingkungan
pengendapan
daratan
(FLUVIATIL)
JURNAL HARIAN
NUR HAKIM 153610165 TEKNIK GEOLOGI UNIVERSITAS
ISLAM RIAU
58
Hari/Tanggal
Lokasi
: Bukit Pagias
Stasiun
:4
Koordinat
:S00 3101,91/E100
:-
Cuaca
: Cerah
4205,37
Strike/Dip
Foto:
Sketsa:
Deskripsi:
lanau ini memiliki struktur sedimen biogenik yaitu ditandai dengan adanya
Burrow pada batulanau ini
Interpretasi :
Stasiun 4 merupakan Formasi sangkarewang yang menjemari terhadap
formasi brani berdasarkan Koesoemadinata dan matasak (1981) sehingga pada
stasiun ini dapat ditemukan batu lanau nonkarbonatan yang didalamnya
terdapat trace fossil yaitu Burrow. Dengan adanya sifat kimiawi batulanau
yaitu bersifat karbonatan dan juga terdapatnya trace fossil berupa burrow
bersama lenticular yang meyakinkan interpretasi kami bahwa lingkungan
pengendapan stasiun 4 ini adalah daerah transisi-danau yaitu fasies
pengendapan lakustrin, dimana saat muka air laut turun akibat adanya sesar
naik sehingga terjadilah proses sedimentasi dan terjadi perubahan lingkungan
pengendapan dari laut ke danau secara sekuen vertical.
JURNAL HARIAN
Hari/Tanggal
: Senin18-04-2016
Lokasi
: Bukit Pagias
Stasiun
:5
Koordinat: S 00
:-
Cuaca
31 08,02 / E 100
42
07,95
Strike/Dip
: Cerah
Foto:
Sketsa:
Deskripsi:
Pada stasiun 5 terdapat lapisan batugamping yang memiliki warna
segar abu-abu dan warna lapuk abu-abu keputihan, batugamping ini
memiliki besar butir clau-silt dengan kebundaran well rounded (membulat).
Hubungan antara butirannya saling melekat satu sama lain sehingga kemas
batugamping
ini
adalah
kemas
tertutup.
Batugamping
ini
memiliki
komposisi mineralnya berdasarkan (dunham, 1962) yaitu wackstone NUR HAKIM 153610165 TEKNIK GEOLOGI UNIVERSITAS
ISLAM RIAU
61
permo-karbon.
Berdasarkan hal
tersebut
menguatkan
interpretasi kami bahwa lingkungan pengendapan batu gamping wackstonepackstone yang ada di stasiun 5 ini adalah lingkungan pengendapan Tidal flat
dengan asosiasi fasies intertidal, daerah intertidal umumnya tersusun oleh
endapan
yang
berkisar
dari
lumpur
bercampuer
karbonat
menjadi
JURNAL HARIAN
Hari/Tanggal
: Senin 18-04-2016
Lokasi
Stasiun
:6
Koordinat
:S00 3118,17/E100
:-
Cuaca
: Cerah
4210,45
Strike/Dip
Foto :
Sketsa :
Deskripsi :
Pada stasiun 6 terdapat batuan granit yang memiliki warna
segar kemerahan dan warna lapuk kuning coklat kemerahan,
batu granit ini memiliki derajat kristalisasi hipokristalin yang
terdiri dari pencampuran antara gelas dan kristal, memiliki
granulitas faneritik, keseragaman antar butir penyusun batuan ini
yaitu
equigranular
dan
bentuknya
hipidiomorf
(euhedral-
umur yang sama dengan batuan granit yang ada pada stasiun 2
yang merupakan hasil pengangkatan batu granit oleh sesar naik,
komposisi mineralnya berdasarkan (IUGS 1973) yaitu : quartz
60%, Alkali feldspar 20%, plagioklas 20%
Interpretasi :
Pada stasiun 6 Ini terdapat batu granit dengan kondisi yang sangat lapuk,
batuan ini berumur permo-karbon sama dngan batu granit yang ada pada
stasiun 2 hal ini berarti terjadi ketidakselarasan yang diakibatkan oleh sesr
naik sehingga batu granit yang berumur lebih tua(permo karbon) yang berada
dibawah mengalami pengangkatan sehingga menerobos batuan sekitasrnya
yang berumur lebih muda yaitu miosen awal. Pada singkapan batu granit ini
baik yang ada di stasiun2 ataupun stasiun 6 juga ditemukan kekar dalam
jumlah yang cukup banyak dan telah terisi oleh mineral kuarsa
JURNAL HARIAN
Hari/Tanggal
: Senin 18-04-2016
Lokasi
Stasiun
:7
Koordinat
:S00 3123,11/E100
: N265E/38
Cuaca
:Cerah
4263,39
Strike/Dip
Foto :
Sketsa :
Interpretasi :
stasiun 1-6 merupakan singkapan intrusi batuan granit yang
sangat lapuk berumur permo-karbon yang merupakan basement
dari cekungan ombilin. Pada stasiun ini banyak dijumpai kekar
atau pun vein yang telah terisi oleh mineral seperti kuarsa. Granit
NUR HAKIM 153610165 TEKNIK GEOLOGI UNIVERSITAS
ISLAM RIAU
65
JURNAL HARIAN
Hari/Tanggal
:Senin 18-04-2016
Lokasi
: Penangkaran Buaya
Stasiun
:8
Koordinat
:S00 3754,15/E100
: N165/E60
Cuaca
: Cerah
4539,14
Strike/Dip
Foto:
Batu Lanau
Sisipan
Batu Bara
Batu Pasir
Halus
Batu Lempung
Karbonan
Sketsa:
Deskripsi:
Stasiun 8 ini berada di penangkaran buaya, litologi yang ditemui pada
stasiun ini dalah perlapisan batulempung, batupasir dan batulanau sisipan
batubara dari formasi sawahlunto. Singkapan ini memiliki panjang 80 meter
dan tinggi 4 meter. Pada lapisan pertama yaitu lapisan batu lempung yang
mengandung karbon memiliki warna segar abu-abu
terdapat silang siur kontak eosional. Pada lapisan atasnya yaitu batupasir
dimana terdapat perselingan batupasir sangat halus dengan batu lempung
yang banyak mengandung karbon, di lapisan ini juga terdapat sisipan batu
bara setebal 25 cm dengn kilap dull, pecahan blocky. Singkapan ini berumur
oligosen.
Interpretasi :
Stasiun 8 merupakan Formasi sawahlunto yang terdiri dari litologi
batulempung karbonan. Batupasir halus, batulanau sisipan batubara yang
terletak diatas formasi brani berdasarkan koeseomadinata dan matawak
(1981). Stasiun 8 ini dapat kita hubungkan dengan stasiun yang ada
sebelumnya, Dimana ketika air laut turun akibat adanya sesar naik sehingga
ada air laut yang tertinggal dan bercampur dengan air hujan. Pada stasiun ini
ditemukan adanya endapan batubara sub bituminus dan adanya sisia-sisa
tumbuhan dan litologi batuan yang terdapat didominasi oleh batuan bewarna
gelap sehingga kami menginterpretasikan bahwa lingkungan pengendapan
stasiun 8 adalah lagoon
JURNAL HARIAN
Hari/Tanggal
:Senin 18-04-2016
Lokasi
: Kota Sawahlunto
Stasiun
:9
4651.83
Strike/Dip
:N240E/40
Cuaca
: Cerah
Foto:
Sketsa:
Deskripsi:
Stasiun 9 ini berada di kota Sawahlunto yang berdimensi panjang 110
meter dan tinggi 12 meter merupakan formasi sawah tambang, stasiun ini
terdiri dari 5 lapisan dimana lapaisan pertama terdapat lapisan batu
lempung karbonan yang bewarna lapuk dan segar abu-abu kehitaman
dengan kekompakan lunak atau dapat diremas, lapisan diatasnya yaitu
lapisan batu pasir yang berukuran sedang bewarna lapuk dan segar kuning
kemerahan dengan kekompakan agak keras, kemudian diatasnya terdapat
sisipan batu lempung yang bewarna abu-abu kelabu di lapisan ini banyak
terdapat struktur sedimen biogenik berupa burrow. Diatas batuan lempung
ini terdapat batu pasir yang berukuran hlus-kasar yang memiliki warna segar
abu-abu kekuningan dan warna lapuk abu-abu kecoklatan kemerahan
Interpretasi :
Stasiun 9 ini merupakan formasi sawah tambang yang terdiri dari lithologi
batulempung karbonatan, batupasir sedang nonkarbonatan, Batu lempung
karbonan, batupasir halus non karbonatan dan batupasir kasar. Pada lapisan
batuan
lempung
karbonatan
terdapat
burrow
yang
mengindikasikan
JURNAL HARIAN
Hari/Tanggal
: Senin, 18-04-2016
Lokasi
: Kota Sawahlunto
Stasiun
: 10
4539.14
Strike/Dip
Cuaca
: Cerah
Foto :
Sketsa :
Deskripsi :
Pada stasiun 10 terdapat lapisan batugamping yang memiliki
warna segar abu-abu kecoklatan dan warna lapuk abu-abu
kehitaman, batugamping ini memiliki besar butir silt dengan
kebundaran subrounded - well rounded (membulat). Hubungan
antara butirannya saling melekat satu sama lain sehingga kemas
batugamping ini adalah kemas tertutup. Batugamping ini memiliki
kemampuan
meloloskan
fluida(permeabilitas)
yang
baik,
keras
agak
keras,
komposisi
mineralnya
Interpretasi :
Stasiun 10 ini merupakan Formasi Tuhur yang merupakan Basement dari
cekungan ombilin yang merupan zona laut pada awalnya yang berubah karena
adanya penurunan muka air laut yang diakibatkan oleh sesar naik sehingga
batuan gamping kristalin yang ada pada basement mengalami pengangkatan
dan menerobos perlapisan disekitarnya, jika diperhatikan hampir sama dengan
batugamping yang ada pada stasiun 5 perbedaannya terletak pada bentuknya
batu gamping pada stasiun ini mengalami tekanan dan temperatur yang sangat
kuat dengan jarak yang lebih jauh yaitu memotong dua formasi batuan bila
dilihat secara sikuen vertikal yaitu formasi brani yang menjemari dengan
sawahlunto
dan formasi
sawahtambang
yang
JURNAL HARIAN
Hari/Tanggal
: Selasa, 19-04-2016
Lokasi
Stasiun
: 11
Koordinat
:S00 3706,51/E100
: -
Cuaca
: Cerah
4333,40
Strike/Dip
Foto :
Sketsa :
Deskripsi :
Pada stasiun 11 terdapat lapisan batugamping yang memiliki warna segar
abu-abu kekuningan dan warna lapuk abu-abu, batugamping ini memiliki besar
butir silt dengan kebundaran subangular - angular. Hubungan antara butirannya
saling melekat satu sama lain sehingga kemas batugamping ini adalah kemas
tertutup.
Batugamping
ini
memiliki
kemampuan
meloloskan
Interpretasi :
Stasiun 11 ini merupakan Formasi Tuhur yang merupakan Basement dari
cekungan ombilin yang merupan zona laut pada awalnya yang berubah karena
adanya penurunan muka air laut yang diakibatkan oleh sesar naik sehingga
NUR HAKIM 153610165 TEKNIK GEOLOGI UNIVERSITAS
ISLAM RIAU
74
tubuh
batuan.
Kami
menginterpretasikan
bahwa
lingkungan
pengendapan dari batu gamping kristalin pada stasiun ini adalah lingkungan
tidal flat dengan asosiasi fasiesnya zona subtidal
JURNAL HARIAN
Hari/Tanggal
: Selasa, 19-04-2016
Lokasi
Stasiun
: 12
Koordinat
:S00 3822,33/E100
Cuaca
: Cerah
4423,28
Strike/Dip
Foto :
Sketsa :
Deskripsi :
Lapisan A : Lapisan Batulempung dengan sisipan batu bara sub
bitumen memiliki warna lapuk dan segar abu-abu kehitaman
terdapat struktur laminasi pada lapisan batuan ini dan memiliki
kekompakan yang lunak atau dapat diremas
Lapisan B : Batupasir dengan warna lapuk dan warna segar
kuning kecoklatan, rounded, kemas tertutup permeabilitas baik,
keras, non karbonatan, medium sorted
Lapisan C :batulanau dengan warna lapuk abu-abu dan
warnasegar abu abu,wellrounded,kemas tertutup permeabilitas
buruk,agak keras, non karbonatan,well sorted,berbutir silt.
Lapisan D
abu dan warna lapuk putih kecoklatan, well rounded, well sorted,
permeabilitas buruk, noncarbonatan, agak keras.terdapat struktur
sedimen mudrock
Lapisan E : batupasir menyerpih dengn warna segar dan warna
lapiknya abu-abu kelabu, rounded, well soreted permeabilitas
sedang, non carbonatan dan terdapat sisipan batu bara sub
bitumen.
Interpretasi :
JURNAL HARIAN
Hari/Tanggal
: Selasa, 19-04-2016
Lokasi
: Kecamatan Berangin
Stasiun
: 13
Koordinat
:S00 3718,45/E100
Cuaca
: Cerah
4249,32
Strike/Dip
Foto :
Sketsa :
Deskripsi :
Pada stasiun 13 terdapat lapisan konglomerat yang
memiliki warna segar abu-abu kehitaman dan warna lapuk abuabu kehitaman, konglomerat ini memiliki besar butiran boulder
dengan kebundaran subangular - subrounded. Hubungan antara
butirannya tidak melekat satu sama lain sehingga kemas batu
pasir ini adalah kemas
kemampuan
meloloskan
yang
baik,
Sintesa Geologi :
Cekungan ombilin ini merupakan suatu cekungan yang memiliki daerah asli
berupa laut dangkal yang mengalami serangkaian proses geologi sehingga
menjadi bentuk pada saat ini. Basement dari cekungan ombilin ini adalah formasi
tuhun dan formasi silungkang tepat vertikal secara sekuen diatasnya. Karena
adanya proses sesar naik pada cekungan ini mengakibatkan banyak bagian dari
cekungan ini yang mengalami ketidakselarasan, sehingga mulailah muncul
berbagai tubuh batuan yang dapat dibedakan dari sekitarnya. Bagian dari sesar
yang naik menjadi perbukitan dan bagian yang tutun menjadi cekungan. Dimana
pada daerah perbukitan yang mengalami sesar naik mengakibatkan aliran masa
tanah mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah dengan arus
turbidit. Seperti yang kita temui pada stasiun 1 dahulunya terjadi aliran masa
dengan arus turbidit yang membawa material namun dengan pemilahan yang tidak
merata hal inilah yang menyebabkan pada stasiun 1 urutan perlapisan batuannya
NUR HAKIM 153610165 TEKNIK GEOLOGI UNIVERSITAS
ISLAM RIAU
79
gamping mudstone yang berada di stasiun ini berasal dari tidal flat khusunya
intertidal. Proses sesar naik ini banyak menimbulkan berbagai macam
penerobosan tubuh batuan baik oleh granit seperti stasiun 2 batu gamping seperti
stasiun 5 yang menyebabkan ketidakselarasan diberbagai tempat cekungan
ombilin ada yang bersifat menjari seperti formasi sangkarewang dengan brani.
Formasi sawahlunto berada diatas formasi brani namun ada juga yang menjari
seperti stasiun 8 yang tersusun oleh batu lempung, pasir lanau sisipan batubara
yang memiliki lingkungan pengendapan lagoon, jadi dahulunya stasiun 8 ini
adalah daerah transisi yang berubah karena penyusutan muka air laut sehingga
baerah transisi ini tersingkap mengalami pelapukan proses sedimentasi seperti
batubara yang ada distasiun ini menjadi sisipan dibatu lanau atau batupasir, hal ini
juga serupa dengan stasiun 12 yang berformasi sawahlunto juga lingkungan
pengendapan lagoon, perlapisan berbagai jenis litologi yang ada menggambarkan
perubahan arus, pola sedimentasi yang menyebabkan adanya yang tererosional,
ssisipan atau ada lapisan yang hilang. Dilain tempat di cekungan ombilin tepatnya
stasiun 9 merupakan daerah transisi laut dimana pada lapisan dasarnya terdapat
lanau karbonatan juga ada trace fosil berupa burrow, distasiun ini terjadi proses
perubahan lingkungan pengendapan dari laut menuju transisi estuarin. Kemudian
NUR HAKIM 153610165 TEKNIK GEOLOGI UNIVERSITAS
ISLAM RIAU
80
daerah cekungan ombilin yang ada di kolok nan tuo yaitu adanya intrusi
batugamping yang berasal dari formasi tuhur atau basement dari cekungan
ombilin, karena tekanan dan temperatur yang kuat mengakibatkan batugamping
yang berada distasiun ini mengkristal menjadi batu gamping kristalin. Karena
berasal dari basement ombilin jadi lingkungan pengendapannya adalah tidal flat
dari zona subtidal. Jadi daerah cekungan ombilin terdiri dari beberapa formasi
yang bisa kita lihat secara vertikal dimulai dari basement berupa formasi tuhur
dan formasi silungkang, kemudian diatasnya terdapat formasi brani yang
menjemari terhadap formasi sangkarewang. Diatas formasi brani adalah formasi
sawah lunto namun juga kadang menjemari terhadap formasi brani. Formasi yang
berada di atas formasi sawahlunto adalah formasi sawahtambang dang yang
paling atas adalah ombilin
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dalam menginterpretasi fasies pengendapan berdasarkan data yang kita
peroleh dilapangan kita tidak saja hanya memperhatikan deskripsi litologi
perstasiun tetapi juga harus melihat geologi regionalnya, log batuan dan struktur
sedimennya yang dapat membantu kita dalam menginterpretasi menjadi lebih baik
lagi. Berdasarkan data yang kami peroleh dalam kuliah lapangan sedimentologi,
kami menghasilkan dapat menginterpretasi beberapa hal berikut ini :
lakustrin
stasiun 5 batugamping formasi silungkang diendapkan sebagai lingkungan
pengendapan Tidal Flat dengan asosiasi fasies intertidal, batu gamping
silungkang ini tidak selaras terhadap lapisan disekitasnya yaitu formasi
sangkarewang dan formasi brani hal ini di sebebkan proses pengangkatan
pengendapannya
menjadi
estaurin
maupun
proses
lingkungan pengendapan tidal flat dengan zona subtidal. Batuan ini tidak
selaras engan batuan disekitarnya karena batugamping ini sebenarnya
berada dibawah formasi sawahlunto, nemun terjadi proses pengangkatan
DAFTAR PUSTAKA
NUR HAKIM 153610165 TEKNIK GEOLOGI UNIVERSITAS
ISLAM RIAU
83