Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
FK =
Gaya Penahan
Gaya Pendorong
Resiko
Kondisi
Beban
Dengan
Tinggi
Menengah
gempa
Tanpa
gempa
Dengan
1,75
1,35
1,50
1,80
2,00
1,60
1,80
1,30
1,60
1,20
1,40
gempa
Tanpa
gempa
Dengan
Rendah
gempa
Tanpa
gempa
1,50
1,80
1,35
1,50
1,10
1,25
1,00
1,10
1,25
1,40
1,10
1,20
Menengah
Resiko
Rendah
Maksimum
tanah/batuan
yang
potensial
bergerak
Residual atau
Sisa
mengalami gerakan
DIPAKAI APABILA :
1. Massa tanah/batuan yang potensial bergerak
mempunyai bidang diskontinuitas, dan atau
2. Pernah
bergerak
(walaupun
tidak
mempunyai bidang diskontinuitas).
longsoran geser dipermukaan. Yang lebih sering terjadi adalah gabungan antara
longsoran busur, terutama lereng-lereng buatan.
b. Longsoran Bidang (Plane Failure)
Longsoran jenis ini terjadi pada batuan yang mempunyai bidang luncur bebas (day
light) yang mengarah ke lereng dan bidang luncurnya pada bidang Discontinue
seperti : sesar, kekar, liniasi, atau bidang perlapisan. Fenomena lainnya yang
memicu longsoran jenis ini yaitu bila sudut lerenng lebih besar dari sudut bidang
luncur serta sudut geser dalam lebih kecil dari sudut bidang luncurnya. Biasanya
terjadi pada permukaan lereng yang cembung dengan kemiringan bidang kekar
rata-rata hampir atau searah dengan kemiringan lereng.
c. Longsoran Baji (Wedge Failure)
Model longsoran ini hanya bisa terjadi pada batuan yang mempunyai lebih dari
satu bidang lemah atau bidang diskontinu yang bebas, dengan sudut antara kedua
bidang tersebut membentuk sudut yang lebih besar dari sudut geser dalamnya.
Fenomena yang paling sering terjadi adalah garis perpotongan dua bidang kekar
mempunyai kemiringan ke arah kemiringan lereng.
d. Longsoran Guling (Toppling Failure)
Longsoran toppling akan terjadi pada lereng yang terjal pada batuan keras dengan
bidangbidang diskontinu yang hampir tegak, dan longsoran dapat berbentuk
blok atau bertingkat. Bila longsoran terjadi pada massa batuan yang kuat dengan
fenomena kekar yang relatif tegak, maka rekahan tariknya akan meledut terus dan
miring kearah kemiringan lereng.
2.4 Klasifikasi Longsoran
Dari gerakan dan jenis material sebelum longsor dapat dibuat golongan/klasifikasi
longsoran (Tabel 3.1) yaitu :
a. Jatuhan Batu (Rock Falls)
Dalam hal ini massa batuan yang terjadi dari bermacam-macam ukuran yang
lepas dari lereng terjal dan tidak ada pergeseran, serta massa batuan tesebut
bergerak dengan kecepatan yang relatif tinggi dengan cara jatuh bebas,
loncatan atau menggelinding.
b. Gulingan (Topples)
Gerakan ini merupakan rotasi atau perputaran ke depan yang disebabkan oleh
gravitasi dan gaya lateral yang timbul dari bagian-bagian disebelahnya atau
oleh tekanan air pada rekahan-rekahan.
rotasi
maka
biasanya
akan
Tabel 3.1
Klasifikasi Longsoran Menurut Departemen Pekerjaan Umum (1986)
JENIS MATERIAL
TANAH
JENIS GERAKAN
Batu
RUNTUHAN
Runtuhan Batu
Jungkiran Batu
JUNGKIRAN
Butiran
Kasar
Runtuhan
Halus
Bahan
Rombakan
Jungkiran
Bahan
Rombakan
GULINGA
N
Butiran
Nendetan
Rotasi
Nandetan Batu
Batu
Rombakan
Translasi
Sedikit
Banya
Gelinciran
Gelinciran Bongkah
Bongkah
Batu
Bahan
Gelinciran Batu
Rombakan
Gelinciran
Runtuhan
Tanah
Jungkiran
Tahan
Nendetan
Tanah
Gelinciran
Bongkah
Tanah
Gelinciran
Bahan
GERAKAN LATERAL
Rombakan
Gerakan
Gerakan Lateral Batu
Lateral Bahan
Rombakan
Aliran Bahan
ALIRAN
MAJEMUK
Tanah
Gerakan
Lateral Tanah
Aliran Tanah
Rombakan
Rayapan Tanah
Gabungan dua atau lebih tipe gerakan
Aliran Batu
kuantitatif
dan
kualitatif
untuk
tujuan
perancangan.
3. Penilaian rekayasa teknik dapat lebih baik, komukatif dan efektif.
Agar dapat dipergunakan dengan baik dan cepat (praktis) maka klasifikasi massa
buatan harus mempunyai beberapa sifat seperti :
1. Sederhana, mudah diingat dan dimengerti (sistematis).
2. Identifikasi karakteristik massa batuan selengkap mungkin.
3. Parameternya dapat diukur dengan mudah dan murah.
4. Pembobotan dilakukan secara relatif tetapi harus teliti.
5. Menyediakan data-data kuantitatif.
2.6 Klasifikasi Massa Batuan (Rock Mass Rating)
Rock Mass Rating (RMR) dibuat pertama kali oleh Bieniawski (1973). Sistem
klasifikasi ini telah dimodifikasi beberapa kali (terakhir 1989). Modifikasi selalu
dengan data yang baru agar dapat digunakan untuk berbagai kepentingan dan
disesuaikan dengan standar internasional (Tabel 3.2).
Rock Mass Rating (RMR) ini terdiri dari 6 (enam) parameter yaitu :
1. Kuat tekan batuan utuh.
2. Rock Quality Destination (RQD)
3. Jarak/spasi bidang diskontinu (terutama kekar).
4. Kondisi kekar, meliputi : kekasaran (rouhness), lebar celah (aperture) dan
ketebalan bahan pemisah/pengisi celah (width filled/gouge), tingkat
pelapukan (weathered) dan kemenerusan kekar/terminasi.
5. Orientasi bidang diskontinu (terutama kekar).
6. Air tanah: dapat diambil dari salah satu diantaranya yaitu aliran tiap meter
panjang singkapan, nisbah tekanan air pada dengan tegangan utama
maksimum, atau kondisi umum.
Klasifikasi dan pembobotan (Tabel 3.2 butir a), terhadap beberapa parameter
tersebut selanjutnya dibagi ke dalam lima kelompok atau kelas (kelas I-IV). Karena
beberapa parameter tidak mempunyai nilai dan kepentingan yang sama terhadap bobot
total RMR, maka pembobotan untuk setiap parameter juga berbeda. Semakin besar
bobotnya maka semakin baik massa batuan tersebut terhadap masalah kemantapan
lereng, tetapi semakin sulit untuk digali. Klasifikasi dan pembobotan parameter
kedalam lima kelas tersebut juga mempunyai selang nilai yang berlainan satu dengan
yang lainnya sesuai spesifikasi dan karakteristik masing-masing parameter tersebut.
Penyesuaian bobot untuk orientasi kekar (Tabel 3.2 butir b), tidak menggunakan
selang nilai karena langsung diberikan bobot/nilai -60 (kelas V) sebagai kondisi yang
sangat tidak menguntungkan.
Kemudian kelas massa batuan menurut bobot total (taabel 3.2 butir c), adalah
gabungan/penjumlahan dari deskripsi batuan masing-masing bobot total. Bobot total
100-81 adalah kelas I dengan deskripsi batuan sangat baik, sampai dengan bobot total
<20 adalah kelas V dengan deskripsi batuan sangat buruk.
Tabelllllllllllllllllllllll
Dimana :
RMR
F1,F2 dan F3