Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun oleh :
KELOMPOK 12/ KELAS C
Kelana Putra Thahir
230110130213
Takbir Setiantoro
230110130214
Reyhan Alif
230110130218
230110130225
Rury Ratnafuri
230110130228
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, karena kami telah
menyelesaikan laporan akhir praktikum Teknologi Pembenihan Ikan yang
berjudul Pengaruh Penambahan Tepung Otak Sapi Terhadap Tingkat
Kematangan Gonad Ikan Komet (Carassius auratus). Tujuan Penulisan
laporan ini adalah memenuhi salah satu tugas laporan akhir praktikum Teknologi
Pembenihan Ikan semester genap tahun akademik 2015-2016.
Laporan akhir praktikum ini tidak terlepas dari peran serta berbagai pihak,
maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang
terhormat :
1.
2.
Tim
yang
telah
praktikum ini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran-sarannya agar
menjadi masukkan yang berguna bagi penulis.
Akhir kata, penulis berharap semoga laporan akhir praktikum ini dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak.
Jatinangor,
Mei 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB
Halaman
DAFTAR TABEL.................................................................................. iv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... vi
II
III
IV
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2
Tujuan .......................................................................................... 1
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Ikan Komet ..................................................................................
2.1.1 Morfologi Ikan Komet.................................................................
2.1.2 Klasifikasi Ikan Komet................................................................
2.1.3 Habitat Ikan Komet .....................................................................
2.1.4 Reproduksi Ikan Komet...............................................................
2.2
Maturasi .......................................................................................
2.3
Tepung Otak Sapi........................................................................
2.4
Kinerja Reproduksi ......................................................................
2.4.1 Klasifikasi Tingkat Kematangan Gonad .....................................
2.4.2 Diameter Telur .............................................................................
2.4.3 Pergerakan Inti Telur ...................................................................
2.4.4 Tingkat Kematangan Telur ..........................................................
2.4.5 Indeks Kematangan Gonad .........................................................
2.4.6 Fekunditas ....................................................................................
2.5
Kualitas Air..................................................................................
2
2
3
3
4
4
5
6
8
9
9
10
10
11
13
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1
Waktu dan Tempat.......................................................................
3.2
Alat dan Bahan ............................................................................
3.2.1 Alat Praktikum .............................................................................
3.2.2 Bahan ...........................................................................................
3.3
Prosedur Praktikum......................................................................
3.3.1 Persiapan Praktikum.....................................................................
3.3.2 Pelaksanaan Praktikum ................................................................
3.4
Metode.........................................................................................
3.5
Analisis Data ...............................................................................
14
14
14
14
15
15
15
16
16
23
25
27
29
29
30
31
iii
DAFTAR TABEL
Nomor
Judul
Halaman
10
11
12
13
GSI................................................................................................... 22
14
15
16
17
18
19
20
21
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Judul
Halaman
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Di Indonesia, telah banyak ikan hias yang berhasil dibudidayakan, salah
satunya adalah ikan komet (Carassius auratus). Ikan komet merupakan salah satu
jenis ikan hias air tawar yang populer saat ini di kalangan pecinta ikan hias.
Kelebihan ikan komet memiliki warna yang indah dan lebih terang, bentuk dan
gerakan yang menarik, serta mudah dipelihara dalam akuarium. Saat ini dikenal
dua cara pemijahan ikan komet yaitu secara alami atau disebut juga pemijahan
secara tradisional, dan pemijahan buatan yaitu menyuntik ikan dengan ekstrak
kelenjar hipofisa atau biasa disebut dengan istilah induce breeding. Pemijahan
secara buatan biasanya dilakukan untuk merangsang ikan yang sulit memijah atau
tidak bisa memijah bila berada dalam lingkungan budidaya.
Dewasa ini, penerapan berbagai pengetahuan mengenai hormone untuk
meningkatkan produksi budidaya, bukan lagi hal baru. Sejak dua dekade terakhir,
perkembangan endokrinologi ikan sangat berkembang pesat dan berperan serta
dalam meningkatkan produksi budidaya, terutama melalui induksi pemijahan,
kultur monoseks, dan perangsangan pertumbuhan (Hartanti dan Nurjanah 2008).
Induksi pemijahan pada ikan pertama kali dilakukan di brasil pada tahun
1934 dengan menyuntikan ekstrak kelenjar hypofisa pada calon induk untuk
menginduksi ovulasi. Penemuan baru ini merupakan pemecahan masalah
budidaya, yang mana ikan tidak dapat matang sempurna da n memijah di dalam
wadah pemeliharaan. Sejak saat itu induksi pemijahan berkembang pesat di
seluruh penjuru dunia (Hartanti dan Nurjanah 2008).
1.2
Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam praktikum ini adalah untuk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Ikan Komet
Sirip punggung memanjang dan pada bagian belakangnya berjari keras. Letak
sirip punggung berseberangan dengan sirip perut. Gurat sisi pada ikan komet
tergolong lengkap berada di pertengahan tubuh dan melentang dari tutup insang
sampai ke ujung belakang pangkal ekor (Partical Fish Keeping 2013).
Ikan komet sangat aktif berenang baik di dalam kolam maupun di dalam
akuarium, tidak dapat bertahan dalam ruang yang sempit dan terbatas, serta
membutuhkan filtrasi yang kuat dan pergantian air yang rutin. Ikan komet banyak
ditemui dengan warna putih, merah dan hitam, dapat tumbuh dan hidup hingga
berumur 7 hingga 12 tahun dan panjang dapat mencapai 30 cm (Partical Fish
Keeping 2013).
2.1.2
berikut:
Kingdom
Filum
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies
2.1.3
: Animalia
: Chordata
: Actinopterygii
: Cypriniformes
: Cyprinidae
: Carassius
: Carassius auratus
yang airnya mengalir tenang dan berudara sejuk. Untuk bagian substrat dasar
aquarium atau kolam dapat diberi pasir atau krikil, ini dapat membantu ikan
komet dalam mencari makan karena ikan komet akan dapat menyaringnya pada
saat memakan plankton. Ikan komet dapat hidup dalam kisaran suhu yang luas,
meskipun termasuk ikan yang hidup dengan suhu rendah 15 20o C tetapi ikan
komet juga membutuhkan suhu yang tinggi sekitar 27 30o C. Adapun konsentrasi
DO di atas 5 ppm dan pH 5,5 - 9,0. Hal tersebut khususnya diperlukan saat ikan
komet akan memijah (Partical Fish Keeping 2013).
1.
2.
Induk jantan
Induk betina
Terdapat
bintik-bintik
bulat 1. Terdapat bintik-bintik pada sirip
menonjol pada sirip dada dan jika
dada namun terasa halus jika diraba
diraba terasa kasar
2. Jika diurut perlahan dari perut ke
Induk yang telah matang gonad
arah lubang genital akan keluar
jika diurut perlahan dari perut ke
cairan kuning bening
arah lubang genital akan keluar 3. Induk yang telah matang gonad
cairan berwarna putih
perutnya terasa lembek juga lubang
genital berwarna kemerah-merahan
Secara alami, pemijahan terjadi pada tengah malam sampai akhir fajar.
Menjelang memijah, induk- induk ikan komet aktif mencari tempat yang rimbun,
seperti tanaman air atau rerumputan yang menutupi permukaan air. Substrat inilah
yang nantinya akan digunakan sebagai tempat menempel telur sekaligus
membantu perangsangan ketika terjadi pemijahan (Gursina 2008).
Sifat telur ikan komet adalah menempel pada substrat. Telur ikan komet
berbentuk bulat, berwarna bening, berdiameter 1,5-1,8 mm, dan berbobot 0,170,20 mg. Ukuran telur bervariasi, tergantung dari umur dan ukuran atau bobot
induk. Embrio akan tumbuh di dalam telur yang telah dibuahi oleh spermatozoa.
Antara 2-3 hari kemudian, telur-telur akan menetas dan tumbuh menjadi larva.
Larva ikan Komet mempunyai kantong kuning telur yang berukuran relatif besar
sebagai cadangan makanan bagi larva. Kantong kuning telur tersebut akan habis
dalam waktu 2-4 hari.
2.2
Maturasi
Maturasi adalah peroses
pematangan
gonad,
Kinerja reproduksi
merupakan suatu proses reproduksi pada ikan akibat adanya rangsangan dari luar
ataupun dari dalam tubuh ikan. Rangsangan tersebut dapat berupa rangsangan
hormonal ataupun rangsangan lingkungan .
2.3
2.4
Kinerja Reproduksi
Kinerja reproduksi merupakan suatu proses yang berkelanjutan pada ikan
akibat adanya rangsangan dari luar ataupun dari dalam tubuh ikan itu sendiri.
Rangsangan tersebut dapat berupa rangsangan hormonal ataupun rangsangan
lingkungan. Rangsangan hormonal yang terjadi pada induk ikan betina berbeda
dengan induk jantan. Pada induk betina, rangsangan hormonal ditujukan untuk
pembentukan telur dan pematangannya, sedangkan pada ikan jantan rangsangan
tersebut untuk pembentukan sperma (Permadi 2009).
Effendie (2002) menyatakan bahwa terdapat faktor- faktor utama yang
mampu mempengaruhi kematangan gonad ikan, antara lain suhu dan makanan,
tetapi secara relatif perubahannya tidak besar dan di daerah tropik gonad dapat
masak lebih cepat. Kualitas pakan yang diberikan harus mempunyai komposisi
khusus yang merupakan faktor penting dalam mendukung keberhasilan proses
pematangan gonad dan pemijahan.
Proses oogenesis pada ikan dapat dibedakan atas empat tahapan
perkembangan (Wallace dan Shelman 1981).
1.
2.
3.
4.
Tahap IV, oosit yang telah mengalami GVBD dioviposisikan dalam proses
pemijahan. dan progesteron selama satu siklus pemijahan.
2.4.1
1968)
1. Dara
Organ seksusal sangat kecil, berdekatan dengan tulang punggug bawah. Testis
dan ovarium transparan, tidak berwarna sampai keabu-abuan. Hanya dapat
dilihat dengan mikroskop atau alat perbesaran.
2. Dara Berkembang
Testis dan ovarium transparan, abu-abu dan merah. Telur satu persatu dapat
dilihat dengan kaca pembesar.
3. Perkembangan I
Testis dan ovarium bentuknya bulat telur, kemerah- merahan dengan pembuluh
kapiler. Setengah ruang bagian bawah terisi, telur dapat dilihat dengan mata
seperti serbuk putih
4. Perkembangan II
Testis putih kemerah-merahan. Pada jantan bila perutnya ditekan belum keluar
sperma. Ovarium berwarna orange kemerah merahan. Telur sudah dapat
dibedakan dengan jelas. Bentuknya bulat telur dan mengisi 2/3 ruang telur
bagian bawah.
5. Bunting
Tertis berwarna putih, telur bentuknya bulat dan beberapa telur masak.
6. Mijah
Telur dan sperma akan keluar jika ditekan. Kebanyakan telurnya berwarna
transparan.
7. Mijah/ Salin
Gonad masih terisi telur dan sperma.
8. Salin
Testis dan ovarium kosong dan berwarna merah.
9. Pulih salin
Testis dan ovarium berwana transparan, abu-abu dan merah.
2.4.2
Diameter Telur
Diameter telur adalah garis tengah atau ukuran panjang dari suatu telur
2.4.3
dicirikan dengan inti telur di tengah, kemudian fase awal matang yang dicirikan
dengan inti telur berada di tepi, dan fase matang dicirikan dengan inti telur yang
telah melebur atau mengalami GVBD (Germinal Visicle Break Down) yang
dipengaruhi oleh proses steroidogenesis. Pergerakan inti telur akan berdampak
positif terhadap tingkat pembuahan dalam proses pemijahan. Posisi inti yang
melakukan peleburan dan berada dibawah mikrofil menyebabkan sperma mudah
melakukan proses pembuahan.
Menurut Affandi (2002), Proses perkembangan sel telur terjadi dalam 2
tahap yaitu previtellogenesis dan vitellogenesis. Proses previtellogenesis adalah
tahap dimana telur aktif dalam melakukan pembelahan dan terhenti pada tahap
profase meiosis pertama (fase diplotein), pada fase diplotein ini dihasilkan oosit
primer, sedangkan vitellogenesis merupakan tahap dimana terjadi pergerakan inti
telur yang telah mengalami perkembangan diameter telur disebabkan oleh
aktivitas
MPF (Maturation Promoting Factor) untuk kemudian terjadi peleburan inti
di bawah mikrofil yang disebut GVBD (Germinal Visicle Break Down). Nutrien
hasil dari steroidogenesis yang berasal dari estradiol-17 oleh hati diubah menjadi
vitellogenin, kemudian oleh darah vitellogenin diangkut dan masuk ke dalam
10
oosit fase diplotein itu, yang menyebabkan peningkatan akumulasi kuning telur
dan diameter telur.
2.4.4
hormon tropik hipotalamus dan kelenjar pituitari. Folikel yang sedang tumbuh
mensintesis dan mengekskresi hormon-hormon steroid ke dalam peredaran darah.
Pada saat proses vitelogenesis berlangsung, granula kuning telur bertambah dalam
jumlah dan ukurannya, sehingga volume oosit membesar (Yaron, 1995).
Peningkatan nilai gonad somatik indek, fekunditas, dan diameter telur dapat
disebabkan oleh perkembangan oosit. Perkembangan gonad yang semakin matang
merupakan bagian dari reproduksi ikan sebelum terjadi pemijahan. Selama proses
tersebut berlangsung sebagian besar hasil
metabolisme
tertuju kepada
perkembangan gonad.
2.4.5
mengetahui perubahan
gonad,
tingkat
11
x 108
GI = Gonado Index
W = Berat gonad segar (gram)
L
2.4.6
Fekunditas
Fekunditas ikan adalah jumlah telur pada tingkat kematangan terakhir
12
Keterangan:
F : fekunditas jumlah total telur dalam gonad
G : bobot gonad setiap ekor ikan
g : bobot sebagian gonad (gonad contoh)
n : jumlah telur dari (gonad contoh)
d. Metode gabungan (hitung gravimetrik dan volumetrik).
F=
13
Keterangan
F : Fekunditas
G : Berat gonad total
V : Volume pengenceran
X : Jumlah telur yang ada dalam 1 cc
Q : Berat telur contoh
2.5
Kualitas Air
Kualitas air yang baik merupakan syarat utama untuk kelangsungan hidup
ikan. Akuarium yang bersih akan memberikan rasa nyaman pada ikan sehingga
ikan akan lebih sehat. Parameter fisika kimia yang diukur adalah suhu, pH dan
DO. Seperti yang diketahui pengukuran parameter ini berguna untuk pengontrolan
media pemeliharaan. Pengelolaan kualitas air yang kontiniu merupakan faktor
eksternal lain yang menentukan keberhasilan pemeliharaan ikan, karena berkaitan
dengan lingkungan perairan dengan berkembangnya hama dan penyakit pada
organisme air tawar yang dipelihara.
Dengan demikian pengelolaan lingkungan budidaya akan menentukan
keberhasilan dan keberlanjutan pemeliharaan ikan budidaya. Lingkungan perairan
merupakan faktor yang berpengaruh terhadap keseimbangan fisiologis dari alatalat tubuh ikan, yang diperlukan untuk pertumbuhan dan reproduksi ikan. Bila
terjadi perubahan atau ketidakseimbangan dapat menimbulkan penyakit bahkan
kematian bagi ikan itu sendiri.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1
3.2
3.2.1
Alat Praktikum
Tabel 2. Alat yang digunakan dalam praktikum
Nama Alat
Akuarium
Instalasi aerasi
Timbangan analitik
Baki
Baskom
Mangkuk
Sendok
Alat tulis
Kamera digital
3.2.2
Fungsi
Sebagai tempat pemeliharaan ikan komet
Sebagai sumber oksigen bagi ikan
Untuk menimbang tepung otak sapi, pakan
komersil, dan bobot ikan
Untuk menyimpan peralatan bedah
Sebagai tempat menaruh ikan sebelum ikan
dipindahkan ke akuarium
Sebagai wadah untuk mencampur pakan
Untuk mengambil pakan dan tepung otak sapi
Untuk mencatat segala informasi
Sebagai alat dokumentasi
Bahan Praktikum
Tabel 3. Bahan yang digunakan dalam praktikum
Nama Bahan
Induk betina ikan komet
Tepung otak sapi
Putih telur
Pakan komersil (PF 800)
Aquadest
Fungsi
Sebagai ikan uji/target
Untuk mempercepat kematangan gonad pada
ikan
Sebagai pengikat agar pakan dan tepung otak
sapi dapat tercampur
Sumber makanan ikan yang telah ditambahkan
dengan tepung otak sapi
Untuk mengencerkan hipofisa ikan donor
14
15
3.3
Tahapan Praktikum
3.3.1
Persiapan Praktikum
Persiapan Alat dan bahan praktikum Maturasi adalah sebagai berikut :
Aquarium dibersihkan, diisi 2/3 dengan air bersih
3.3.2
Disiapkan putih telur untuk merekatkan tepung otak sapi pada pakan
Pelaksanaan Praktikum
Tepung otak sapi yang telah ditimbang dengan putih telur diaduk
hingga merata
Dimasukan pakan komersil pada putih telur yang sudah diberi tepung
otak sapi, diaduk hingga merata.
Induk ikan diberi pakan harian sebanyak 3% dari bobot tubuh ikan
dengan frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari.
16
3.4
Metode
Percobaan dilakukan secara eksperimental mengunakan rancangan acak
3.5
Analisis Data
Data hasil pengamatan disajikan dalam bentuk tabel dan gambar dan
kemudian dianalisis dengan analisis sidik ragam uji F dengan taraf kepercayaan
95 % untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung otak sapi pada pakan
terhadap diameter telur, TKT, IKG, TKG dan fekunditas ikan komet. Jika terdapat
perbedaan nyata maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan pada taraf
kepercayaan 95%. Hasil analisis data kemudian dibahas secara deskriptif
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
KELOMPOK
PERLAKUAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
KONTROL
40 mg
50 mg
60 mg
40 mg
50 mg
60 mg
KONTROL
KONTROL
40 mg
50 mg
60 mg
BERAT
IKAN (GR)
64
80
75
87
66
63
58
53
94
70
83
84
TOS YANG
DIGUNAKAN
(MG)
3,2
3,75
5,22
2,64
3,15
3,48
2,8
4,15
5,04
DIAMETE
R TELUR
(M)
51,3
37,6
42,5
48,83
46
48,3
43,3
41,36
42,33
73,2
126,16
119,33
17
BOBOT
GONAD
(GR)
2,09
3
6
6,8
3,01
6,44
6,68
2,41
1,37
7,35
8,26
5,56
FEKUNDITAS
2299
750
276
6305
2072
9660
2114
2289
0
2783
9983
5560
18
VITELOGEN
100,00
0,00
36,67
43,33
90,00
63,33
0,00
40,00
100,00
20,00
33,33
20,00
TKT (%)
AWAL
MATANG
0,00
0,00
50,00
13,33
6,67
10,00
30,00
0,00
0,00
16,67
33,33
15,00
MATANG
0,00
100,00
13,33
43,33
3,33
26,67
70,00
60,00
0,00
63,33
33,33
65,00
GSI (%)
4,54
4,60
13,33
11,15
20,00
18,02
26,88
5,59
2,15
14,51
18,36
10,49
HSI
-
19
pemijahan dengan belum terbentuknya telur yang ada. Hal ini menujukan bahwa
TOS tepat untuk mempercepat kematangan gonad ikan.
Tepung otak sapi dapat mempercepat kematangan gonad ikan karena otak
sapi merupakan penghasil gonadotropin releasing hormone (GnRH) yang salah
satunya berfungsi sebagai pengatur aktivitas adenohipofisa dalam menstimulasi
pelepasan follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH).
Stimulasi pelepasan FSH dan LH menyebabkan folikel pada ovari tumbuh,
mensekresikan hormon estrogen yang mengatur tingkah laku berahi dan akhirnya
ovulasi di bawah pengaruh LH. Dalam siklus reproduksi, estrogen memiliki
umpan balik positif terhadap sekresi FSH dan LH oleh adenohipofisa. Dalam hal
ini GnRH beraksi sebagai neurotransmitter dan neuromodulator pada sistem saraf
pusat dan akan beraksi pada pituitary gonadotrope. Peningkatan level GnRH akan
mengakibatkan peningkatan level LH. Hormon GnRH memengaruhi secara positif
tingkah laku seksual. Hormon steroid ovari memengaruhi sistem saraf pusat untuk
melepaskan GnRH. Konsentrasi estradiol yang rendah dan progesteron tinggi
akan menurunkan pelepasan GnRH oleh hipotalamus.
4.1.1 Pengaruh Pe rbedaan Pakan Komersil yang Diperkaya oleh Tepung
Otak Sapi dengan Dosis yang Berbeda terhadap Tingkat Kematangan
Telur dalam Proses Maturasi
Tabel 7. Tingkat Kematangan Telur Vitelogenik
PERLAKUAN
ULANGAN
2
3
40,00
100,00
RATA-RATA
TOTAL
80,00
240,00
KONTROL
1
100,00
40 mg
0,00
90,00
20,00
36,67
110,00
50 mg
36,67
63,33
33,33
44,44
133,33
60 mg
43,33
0,00
20,00
21,11
63,33
Jumlah
180,00
193,33
173,33
182,22
546,67
20
ULANGAN
2
3
0,00
0,00
RATA-RATA
TOTAL
0,00
0,00
KONTROL
1
0,00
40 mg
0,00
6,67
16,67
7,78
23,33
50 mg
50,00
10,00
33,33
31,11
93,33
60 mg
13,33
30,00
15,00
19,44
58,33
Jumlah
63,33
46,67
65,00
58,33
175,00
ULANGAN
2
3
60,00
0,00
RATA-RATA
TOTAL
20,00
60,00
KONTROL
1
0,00
40 mg
100,00
3,33
63,33
55,56
166,67
50 mg
13,33
26,67
33,33
24,44
73,33
60 mg
43,33
70,00
65,00
59,44
178,33
Jumlah
156,67
160,00 161,67
159,44
478,33
= 24903,7
Tabel 10. Sidik Ragam Tingkat Kematangan Telur Vitelogenik
Perlakuan
Galat
Total
DB
3
8
11
JK
5592,593
8348,15
13940,74
KT
1864,198
1043,519
Fhit
1,786454
F0,5
4,066181
F0,01
7,590992
21
JK
KT
Fhit
F0,05
F0,01
2 1667,361 833,6806 4,479478 4,066181 7,590992
6
1116,67 186,1111
8
2784,03
2
478,332
43
= 19066,9
Tabel 12. Sidik Ragam Tingkat Kematangan Telur Matang
DB
Perlakuan
Galat
Total
2
6
8
JK
KT
Fhit
F0,5
F0,01
3785,88 1892,94 1,461312 4,066181 7,590992
7772,22 1295,37
11558,10
Dilihat dari Tabel Sidik Ragam TKT Matang di atas, dapat dilihat bahwa
perlakuan tersebut tidak berbeda nyata. Dapat dibuktikan dengan nilai F hit lebih
kecil daripada nilai F tabel. Jadi, perlakuan pemberian tepung otak sapi terhadap
TKT Matang tidak memberikan hasil yang signifikan.
Seperti dikutip dari (Yaron, 1995) bahwa Ikan yang memasuki fase
pematangan oosit dipengaruhi oleh hormon tropik hipotalamus dan kelenjar
pituitari. Lalu pada saat proses vitelogenesis berlangsung, granula kuning telur
22
1
4,54
4,60
13,33
11,15
33,62
ULANGAN
2
5,59
20,00
18,02
26,88
70,50
3
2,15
14,51
18,36
10,49
45,51
2
149,632
43
= 1865,832
RATA-RATA
TOTAL
4,10
13,04
16,57
16,17
49,88
12,29
39,11
49,72
48,52
149,63
23
DB
2
6
8
JK
302,9621
316,04
619,00
KT
151,4811
52,67324
Fhit
2,875864
F0,5
4,066181
F0,01
7,590992
Indeks Kematangan Gonad (IKG) adalah suatu nilai dalam persen yang
merupakan hasil dari perbandingan antara berat gonad dengan berat ikan termasuk
gonadnya, dikalikan dengan 100% (Effendi 2002). Nilai Indeks Kematangan
Gonad (IKG) akan sejalan dengan perkembangan gonad, dimana indeks
kematangan gonad akan semakin bertambah besar dan nilai aka n mencapai
kisaran maksimum pada saat akan terjadi pemijahan (Effendie 1979).
Berdasarkan hasil yang didapat, kemungkinan besar nilai IKG tidak
bergantung dari perlakuan yang diberikan, melainkan dari umur ikan itu sendiri
atau sudah berapa kali ikan tersebut berpijah. Apalagi, data mengenai umur dan
siklus reproduksi ikan komet yang menjadi objek penelitian tersebut tidak
diketahui.
Dilihat dari Tabel Sidik Ragam GSI di atas, dapat dilihat bahwa perlakuan
tersebut tidak berbeda nyata. Dapat dibuktikan dengan nilai F hit yang lebih kecil
daripada nilai F tabel. Jadi, perlakuan pemberian tepung otak sapi terhadap GSI
tidak memberikan hasil yang signifikan.
1
0,23
0,23
0,67
0,56
1,68
ULANGAN
2
0,28
0,85
0,76
1,06
2,95
3
0,11
0,73
0,78
0,52
2,13
RATA-RATA TOTAL
0,20
0,60
0,74
0,71
2,25
0,61
1,80
2,21
2,14
6,76
24
1
249,89
57,69
30,67
516,80
855,05
ULANGAN
RATA-RATA
2
3
265,36
0,00
171,7506
583,01
274,66
305,1206
1145,36
937,37
704,4672
335,24
524,53
458,856
2328,97 1736,56
1640,19
TOTAL
515,25
915,36
2113,40
1376,57
4920,58
6,762
43
= 3,813
Tabel 17. Sidik Ragam Bobot Gonad Per 5 gr Berat Ikan Sampel
Perlakuan
Galat
Total
DB
2
6
8
JK
0,546545
0,42
0,96
KT
0,273272
0,069221
Fhit
3,947835
F0,5
4,066181
F0,01
7,590992
Dilihat dari Tabel Sidik Ragam Bobot Gonad Per 5 gr Berat Ikan Sampel
di atas, dapat dilihat bahwa perlakuan tersebut tidak berbeda nyata. Dapat
dibuktikan dengan nilai F hit yang lebih kecil daripada nilai F tabel. Jadi,
perlakuan pemberian tepung otak sapi terhadap Bobot Gonad Per 5 gr Berat Ikan
Sampel tidak memberikan hasil yang signifikan.
Perbedaan bobot gonad ikan komet dapat dipengaruhi berbagai hal selama
praktikum, dimana salah satunya adalah adanya kematian pada ikan beberapa
kelompok yang membuatnya mengganti ikan dengan yang baru, sehingga
perlakuan tidak serentak dari awal praktikum dan data menjadi kurang valid.
Selain itu, data mengenai ikan mana yang diganti tersebut tidak dicantumkan
sehingga ketika muncul hasil yang beragam. Maka tidak dapat terjawab mengapa.
Ada baiknya bila data tersebut dimasukkan sehingga dapat dibandingkan antara
25
ikan yang memang dari awal praktikum sudah diberi perlakuan dan ikan yang
baru diberi perlakuan di pertengahan praktikum.
2
4920,582
43
= 2017678,145
Tabel 18. Sidik Ragam Fekunditas Per 5 gr Berat Ikan Sampel
Perlakuan
Galat
Total
DB
2
6
8
JK
470580,8324
909329,02
1379909,86
KT
235290,4
151554,8
Fhit
1,55251
F0,5
4,066181
F0,01
7,590992
1
51,3
37,6
42,5
48,83
ULANGAN
2
3
41,36
42,33
46
73,2
48,3
126,16
43,3
119,33
RATA-RATA
TOTAL
45,00
52,27
72,32
70,49
134,99
156,8
216,96
211,46
26
4920,582
43
= 2017678,145
Tabel 20. Sidik Ragam Diameter Telur
Perlakuan
Galat
Total
DB
3
8
11
JK
1639,96743
8711,39
10351,36
KT
546,6558
1088,924
Fhit
0,502015
F0,5
4,066181
F0,01
7,5909919
Pengukuran diameter telur dapat mengindikasikan apakah telur dari ikan komet
yang menjadi objek sudah matang (siap dikeluarkan) atau belum, dimana jika telur sudah
matang maka ukuran diameter telur akan besar dan seragam. Karena data mengenai
seragam atau tidaknya diameter tidak disebutkan, maka yang dapat dibandingkan dari
setiap kelompok hanya ukuran besarnya diameter.
Dilihat dari Tabel Sidik Ragam Diameter Telur di atas, dapat dilihat
bahwa perlakuan tersebut tidak berbeda nyata. Dapat dibuktikan dengan nilai F hit
yang lebih kecil daripada nilai F tabel. Jadi, perlakuan pemberian tepung otak sapi
terhadap Diameter Telur tidak memberikan hasil yang signifikan.
4.2
Kel.
Perlakuan
(mg)
Berat
ikan
(gram)
4
7
12
60
60
60
87
58
84
Berat
ikan yg
di bedah
(gram)
TOS yg
digunakan
(mg)
Diameter
telur
(m)
Bobot
gonad
(gram)
Fekunditas
(butir)
61
31,53
53
5,22
3,48
5,04
48,83
43,3
119,33
6,8
6,68
5,56
6305
2114
5560
Vitelogen
(%)
43,33
0,00
20,00
TKT
Awal
matang
(%)
13,33
30,00
15,00
Matang
(%)
GSI (%)
43,33
70,00
65,00
11,15
26,88
10,49
Berdasarkan hasil praktikum dengan perlakuan dosis 60mg/kg memberikan tingkat kematangan yang tinggi untuk ikan komet.
Tingginya nilai GSI, HSI, fekunditas, diameter telur akan memepercepat tingkat kematangan gonad ikan. Bobot gonad ikan akan
mencapai maksimum sesaat ikan akan memijah kemudian akan menurun dengan cepat selama proses pemijahan berlangsung sampai
selesai. Menurut Effendie (1997), umumnya pertambahan bobot gonad ikan betina pada saat stadium matang gonad dapat mencapai
10-25 persen dari bobot tubuh dan pada ikan jantan 5-10 persen. Lebih lanjut dikemukakan bahwa semakin rneningkat tingkat
kematangan gonad, diameter telur yang ada dalam gonad akan menjadi semakin besar.
27
4.2.1
Untuk
Perlakuan
60 mg
60 mg
60 mg
mengetahui perubahan
GSI (%)
11,15
26,88
10,49
gonad,
tingkat
= berat gonad
Dapat dilihat dari tabel di atas, bahwa kelompok 12 memiliki indeks kematangan
gonad sebesar 10,49%. Maka dari itu, IKG kelompok 12 adalah yang terkecil
dibandingkan dengan IKG kelompok 4 sebesar 11,15 dan kelompok 7 sebesar 26,88
dengan perlakuan yang sama. Ada kemungkinan diakibatkan oleh pakan yang tidak
termakan seluruhnya, ataupun TOS yang tidak tercampur merata dengan putih telur dan
pakan itu sendiri.
Pada literatur telah disebutkan bahwa Indeks Kematangan Gonad akan semakin
meningkat nilainya dan akan mencapai batas maksimum pada saat terjadi pemijahan.
Pada ikan betina, nilai IKG lebih besar dibandingkan dengan ikan jantan. Adakalanya
IKG dihubungkan dengan Tingka Kematangan Gonad (TKG) yang pengamatannya
berdasarkan ciri-ciri morfologi kematangan gonad, sehingga akan tampak hubungan
antara perkembangan di dalam dengan di luar gonad. Nilai IKG akan sangat bervariasi
setiap saat tergantung pada macam dan pola pemijahannya.
4.2.2 Diameter Telur (mm)
Kelompok
Perlakuan
4
7
12
60 mg
60 mg
60 mg
29
Diameter Telur
(mm)
48,83
43,3
119,33
30
ya ng
te la h
d is eb utka n
p ada
lite ratur,
ba hwa
s e mak in
me ningka t tingk at ke mata nga n go nad , gar is tengah telur yang ada di dalam
ovarium semakin besar. Namun, masa pemijahan setiap spesies ikan berbedabeda. Ada pemijahan yang be r la ngs ung s ingka t ( total leptolepisawner), da n
ada p ula pe mija ha n d a la m waktu yang panjang (partial leptolepisawner).
Menurut (Arief 2009), bahwa semakin meningkat tingkat kematangan, garis
tengah telur yang ada dalam ovarium akan semakin besar pula.
Kelompok
4
7
12
Vitelogen
43,33
0,00
20,00
TKT (%)
Awal Matang
13,33
30,00
15,00
Matang
43,33
70,00
65,00
Tingkat kematangan telur ikan dapat dilihat dari 3 fase yaitu fase
vitelogenik, fase awal matang, dan pada fase matang.
31
Perlakuan
60 mg
60 mg
60 mg
Fekunditas Ikan
6305
2114
5560
32
jumlah ikan dalam kelas umur. Hasil pengukuran fekunditas pada kelompok 12
sebanyak 5560 butir. Fekunditas meningkat secara logaritmik seiring pertumbuhan
panjang atau bobot ikan. Fekunditas terbesar pada kelompok 4 yaitu 6305 butir, dan
paling sedikit yaitu kelompok 7 dengan 2114 butir. Fekunditas dipengaruhi oleh
GSI ikan itu sendiri, karena semakin berat bobot gonad ikan maka semakin
banyak jumlah telur yang ada di dalamnya, hal ini menujukan bahwa besar atau
kecilnya nilai fekunditas dipengaruhi oleh bobot ikan masing- masing kelompok
yang di amati.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1
Simpulan
Berdasarkan hasil percobaan
maka dapat
disimpulkan bahwa:
a. Pemberian pakan yang dicampur dengan Tepung Otak Sapi secara rutin
mampu meningkatkan bobot ikan komet.
b. Pemberian pakan dengan campuran Tepung Otak Sapi memberikan hasil yang
tidak signifikan dalam meningkatakan atau mempercepat kematangan gonad
pada ikan. Hal ini terbukti dari Diameter telur, Tingkat Kematangan Telur,
Indeks Kematangan Gonad serta Fekunditas yang menunjukkan hasil tidak
berbeda nyata setelah diberi perlakuan. Hasil perhitungan F pun menunjukkan
hasil yang kurang signifikan. Maka dari itu, lebih efisien apabila
menggunakan perlakuan 40 mg/kg bobot ikan.
c. Faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan ovulasi atau pemijahan
diantaranya suhu, lingkungan, keadaan fisiologis ikan, cahaya dan arus air
serta sifat fisik dan kimia.
5.2
Saran
Pemilihan induk ikan komet sangat diperlukan dalam percobaan
33
DAFTAR PUSTAKA
Gilad O., Yun S., Zagmutt-Vegara FJ., Leutenegger CM., Bercovier H., Hedrick
RP. 2004. Consentrations of a Koi herpesvirus (KHV) in tissues of
experimentally infected Cyprinus carpio koi as assessed by realtime
Tagman PCR. Dis Aqua Org 60: 179-187.
Gray, W.L., Mullis, L., LaPatra, S.E. 2002. Detection of Koi Herpesvirus DNA in
Tissues of Infected Fish. Journal of Fish Diseases. 25 : 171 - 178.
Nuraini, N., Kania, W. Triastuti, R. 2013. Buku Panduan Pelatihan Konvensional
PCR. Disampaikan dalam Training Deteksi Virus Ikan. Jakarta : PT.
Genecraft Labs.
Republik Indonesia. 1992. Undang-undang No. 16 Tahun 1992 tentang Karantina
Ikan. Lembaga Negara RI Tahun 1992, No. 115. Sekretariat Negara.
Jakarta.
Sambrook J., Fritsch E. F., and Maniatis T., 1989, Molecular Cloning a
laboratory Manual, Volume 1, 2nd edition, Cold Spring Harbor
Laboratory Press. New York. Page 14.2-14.5.
Sunarto, A. Rukyani, A., Cameron, A., Reantaso, M. dan Subasinghe, R. 2004.
Outbreak of Disease Causing Mass Moratlity in Koi and Common
Carp (Cyprinus carpio) in Indonesia. Paper presented in the
International Workshop on Koi Herpesvirus, 12 - 13 February 2004,
London, England.
Taukhid, A., Komarudin, O., Supriyadi, H. dan Bastiawan, D. 2005. Strategi
Pengendalian Penyakit pada Budidaya Ikan Air Tawar. Kumpulan
Makalah Strategi Pengelolaan dan Pengendalian Penyakit KHV. Pusat
Riset Perikanan Budidaya. Jakarta.
Yuwono, T., 2006. Teori dan Aplikasi Polymerase Chain Reaction. Yogyakarta :
Penerbit Andi.
34
LAMPIRAN
35
Timbang bobot pakan, Tepung Otak sapi dan ikan uji komet yang
diperlukan serta siapkan putih telur untuk merekatkan tepung otak
sapi pada pakan
Aduk tepung otak sapi yang telah ditimbang dengan putih telur hingga
merata, Masukan pakan komersil pada putih telur yang sudah diberi
tepung otak sapi, aduk hingga merata.
Induk ikan diberi pakan harian sebanyak 3% dari bobot tubuh ikan
dengan frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari. Bersihkan sisa pakan
dan sisa metabolisme ikan untuk pemeliharaan kualitas air pada
akuarium percobaan
36
37
\
7
4. Membedah komet
38
7. Mikroskop
39