Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun oleh :
Darsono
H1C015026
Firdaus Ramadhan
H1C015032
H1C015041
Kata Pengantar
Assalamualaikum wr.wb
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik serta hidayahNya sehingga penyusunan makalah yang berjudul Demokrasi Indonesia ini dapat
terselesaikan.
Pada kesempatan ini, penyusun mengucapkan terimakasih kepada dosen
pembimbing yaitu bapak Musmualim yang telah memberikan pengarahan dalam
pembuatang makalah ini. Tak lupa penyusun juga mengucapkan terimakasih kepada
kedua orang tua, yang telah memberikan dukungannya sehingga makalah ini
terselesaikan.
Manusia tidak ada yang sempurna, sehingga penyusun menyadari makalah ini jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca
sangatlah diharapkan agar makalah ini dapat menjadi lebih baik. Akhir kata, penyusun
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Amin.
Purbalingga, 20 September 2016
Penyusun
A.
DEFINISI DEMOKRASI
Demokrasi berasal dari bahasa yunani dari kata Demokratia yang berarti
"kekuasaan rakyat". Demokratia terdiri dari dua kata yaitu demos yang berarti
rakyat dan kratos yang berarti kekuatan atau kekuasaan. Demokrasi mencakup
kondisi sosial, ekonomi dan budaya yang memungkin dalam terjadinya praktik
kebebasan politik baik secara bebas dan setara.
Charles Costello: Menurut Charles Costello, pengertian demokrasi adalah sistem sosial
dan politik pemerintahan diri dengan kekuasaan-kekuasaan pemerintah yang dibatasi
dengan hukum dan kebiasaan untuk melindungi hak-hak perorangan warga negara
Hans Kelsen: Pengertian demokrasi menurut Hans Kelsen adalah pemerintahan oleh
rakyat dan untuk rakyat. Yang melaksanakan kekuasaan negara ialah wakil-wakil rakyat
yang terpilih. Dimana rakyat telah yakin, bahwa segala kehendak dan kepentingannya
akan diperhatikan di dalam melaksanakan kekuasaan negara.
John L. Esposito: kekuasaan dari dan untuk rakyat. Oleh karenanya, semuanya berhak
untuk berpartisipasi, baik terlibat aktif maupun mengontrol kebijakan yang dikeluarkan
oleh pemerintah. Selain itu, tentu saja lembaga resmi pemerintah terdapat pemisahan
yang jelas antara unsur eksekutif, legislatif, maupun yudikatif.
C.F. Strong: Demokrasi menurut definisi C.F. Strong adalah suatu sistem pemerintahan
dimana mayoritas anggota dewan dari masyarakat ikut serta dalam politik atas dasar
sistem perwakilan yang menjamin pemerintah akhirnya mempertanggungjawabkan
tindakan-tindakannya pada mayoritas tersebut.
B. PRINSIP DEMOKRASI
Prinsip merupakan kaidah atau ketentuan dasar yang harus dipegang dan
ditaati. Prinsip demokrasi adalah beberapa kaidah dasar yang harus ada dan ditaati
oleh negara penganut pemerintahan demokratis. Adapun prinsip-prinsip demokrasi
tersebut sebagai berikut:
1. Negara Berdasarkan Konstitusi
Pengertian negara demokratis adalah negara yang pemerintah dan warganya
menjadikan konstitusi sebagai dasar penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan
bernegara. Konstitusi dapat diartikan sebagai undang-undang dasar atau seluruh
peraturan hukum yang berlaku di sebuah negara. Sebagai prinsip demokrasi,
keberadaan konstitusi sangat penting sebab dalam penyelenggaraan kehidupan
bernegara. Konstitusi berfungsi untuk membatasi wewenang penguasa atau
pemerintah serta menjamin hak rakyat. Dengan demikian, penguasa atau
pemerintah tidak akan bertindak sewenang-wenang kepada rakyatnya dan rakyat
tidak akan bertindak anarki dalam menggunakan hak dan pemenuhan
kewajibannya.
2. Jaminan Perlindungan Hak Asasi Manusia
Hak asasi manusia (HAM) adalah hak dasar atau hak pokok yang dimiliki manusia
sejak lahir sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Hak asasi manusia mencakup
hak untuk hidup, kebebasan memeluk agama, kebebasan berserikat, berkumpul,
dan mengeluarkan pendapat, serta hak-hak lain sesuai ketentuan undang-undang.
Perlindungan terhadap HAM merupakan salah satu prinsip negara demokrasi karena
perlindungan terhadap HAM pada hakikatnya merupakan bagian dari pembangunan
negara yang demokratis.
Hukum merupakan instrumen untuk menegakkan kebenaran dan keadilan. Oleh karena itu,
pelaksanaan kaidah hukum tidak boleh berat sebelah atau pandang bulu. Setiap perbuatan
melawan hukum harus ditindak secara tegas. Persamaan kedudukan warga negara di depan
hukum akan memunculkan wibawa hukum. Saat hukum memiliki wibawa, hukum tersebut akan
ditaati oleh setiap warga negara.
C. DEMOKRASI PANCASILA
Pengertian Demokrasi Pancasila adalah suatu paham demokrasi yang
bersumber dari pandanan hidup atau falsafah hidup bangsa Indonesia ang digali
berdasarkan kepribadian rakyat Indonesia sendiri. Dari falsafah hidup bangsa
Indonesia, kemdian akan timbul dasar falsafah negara yang disebut dengan
Pancasila yang terdapat, tercemin, terkandung dalam Pembukaan UUD 1945.
Demokrasi Pancasila merupakan demokrasi yang konstitusional berdasarkan
mekanisme kedaulatan rakyat di setipa penyelenggaraan negara dan
penyelenggaraan pemerintahan menurut konstitusi yaitu UUD 1945. Sebagai
demokrasi Pancasila terikat dengan UUD 1945 dan implementasinya
(pelaksanaannya) wajib sesuai dengan apa yang terdapat dalam UUD 1945.
Ciri-Ciri Demokrasi Pancasila
Ciri-Ciri Demokrasi Pancasila - Prinsip yang terdapat dalam demokrasi Pancasila
sediki berbeda dengan prinsip demokrasi secara universal. Ciri-ciri demokrasi
Pancasila adalah sebagai berikut..
Adanya penghargaan atas Hak Asasi Manusia dan perlindungan untuk hak
minoritas
Sebagai sendi dari hukum yang dijelaskan dalam UUD 1945, yaitu negara
hukum yang demokrastif
6. Kedaulatan ada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD (Pasal 1 Ayat 2
UUD 1945)
7. Keseimbangan antara hak dan kewajiban
8. Pelaksanaan kebebasan yang bertanggun jawab secara moral kepada Tuhan YME
diri sendiri, masyarakat, dan negara ataupun orang lain.
9. Menjunjung tinggi tujuan dan juga cita-cita nasional
10. Pemerintah menurut hukum, dijelaskan dalam UUD 1945 yang berbunyi:
(rechtstaat
dan
tidak
senangannya kepada partai-partai politik. Hal ini terjadi karena partai politik sangat berorientasi
pada kepentingan ideologinya sendiri dan kurang memperhatikan kepentingan politik nasional
secara menyeluruh. Demokrasi terpimpin merupakan pernbalikan total dari proses politik yang
berjalan pada masa demokrasi parlementer. Apa yang disebut dengan demokrasi, tidak lain
merupakan perwujudan kehendak presiden dalam rangka menempatkan dirinya sebagai satusatunya institusi yang paling berkuasa di Indonesia.
Demokrasi dalam Pemerinlahan Orde Baru
Rotasi kekuasaan eksekutif boleh dikatakan hampir tidak pemah terjadi. Kecuali yang terdapat
pada jajaran yang lebih rendah, seperti gubernur, bupati/walikota, camat dan kepala desa.
Kalaupun ada perubahan, selama Orde Baru hanya terjadi pada jabatan wakil presiden,
sementara pemerintahan secara esensial masih tetap sama. Rekruitmen politik tertutup. Dalam
negara demokratis, semua warga negara yang mampu dan mernenuhi syarat mempunyai peluang
yang sama untuk mengisi jabatan politik tersebut. Akan tetapi, di Indonesia, sistem rekruitmen
tersebut bersifat tertutup, kecuali anggota DPR yang berjumlah 400 orang. Pengisian jabatan di
lembaga tinggi negara, seperti MA, BPK, DPA, dan jabatan-jabatan dalam birokrasi, dikontrol
sepenuhnya oleh lembaga kepresidenan. Pemilihan Umum. Pemilu pada masa Orde Baru telah
dilangsungkan sebanyak enam kali, dengan frekuensi yang teratur, yaitu setiap lima tahun sekali.
Tetapi kalau kita mengamati kualitas penyekenggaraannya, masih jauh dari semangat demokrasi.
Pemilu sejak tahun 1971, dibuat sedemikian rupa sehingga Golkar memenangkan pemilihan
dengan mayoritas mutlak.
E KEPEMIMPINAN DEMOKRATIS
Kepemimpinan demokratis adalah kepemimpinan berdasarkan demokrasi yang
pelaksanaannya disebut pemimpin partisipasi (partisipative leadership). Kepemimpinan
partisipasi adalah suatu cara pemimpin yang kekuatannya terletak pada partisipasi aktif dari
setiap warga kelompok.
Bentuk kepemimpinan ini menempatkan manusia sebagai factor utama dan terpenting.
Setiap orang akan dihargai dan dihormati sebagai manusia yang memiliki kemampuan,
kemauan, pikiran, minat, perhatian dan pendapat yang berbeda antarsatu dengan yang lainnya.
Oleh karena itu setiap orang harus dimanfaatkan dengan mengikutsertakannya dalam semua
kegiatan organisasi. Keikutsertaan itu disesuaikan dengan posisinya yang masing-masing
memiliki wewenang dan tanggung jawab bagi tercapaianya tujuan bersama.
F PENDIDIKAN DEMOKRASI DI INDONESIA
Secara instrumental, pendidikan demokrasi telah digariskan dalam berbagai peraturan perundangan. Misalnya
dalam usulan BP KNIP tanggal 29 Desember 1945 yang dirumuskan dalam tujuan pendidikan, UU no.2 tahun 1989, dan
yang terbaru UU no.2 tahun 2003. Semua ide yang terkandung dalam butir-butir rumusan tujuan pendidikan
sesungguhnya merupakan esensi pendidikan demokrasi ada yang terumuskan secara implisit, tetapi ada juga yang
secara eksplisit menyebutkan: misalnya membentuk manusia susila yang cakap dan demokratis, serta bertanggung
jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air. (Bab II pasal 3 UU no.4 th.1950) . Jadi dengan kata lain sejak
tahun 1945 sampai sekarang instrumen perundangan sudah menempatkan pendidikan demokrasi sebagai bagian integral
dari pendidikan nasional.
Dalam tatanan instrukmentasi kurikuler, secara historis dalam kurikulum sekolah terdapat mata pelajaran yang
secara khusus mengemban misi pendidikan demokrasi. Sementara itu dalam kehidupan masyarakat terdapat berbagai
paket penataran, yang juga mengandung tujuan dan materi pendidikan demokrasi (misalnya penataran P4 di tahun 1970
s/d 1990 an). Kini dalam UU RI no. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, dinyatakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan
merupakan salah satu muatan wajib kurikulum pendidikan dasar, menengah, dan pendidikan tinggi (pasal 37).
International Commission of Jurist sebagai organisasi ahli hukum internasional dalam konferensinya di Bangkok
1965 mengemukakan bahwa syarat-syarat dasar untuk terselenggaranya pemerintah yang demokratis di bawah Rule of
Law ialah sebagai berikut : (1) Perlindungan konstitusionil, dalam arti konstitusi, selain menjamin hak-hak individu, harus
menentukan pula cara prosedural untuk memperoleh perlindungan atas hak-hak yang dijamin; (2) Badan kehakiman yang
bebas dan tidak memihak (independent and impartial tribunals); (3) Pemilihan umum yang bebas; (4) Kebebasan untuk
menyatakan pendapat; (5) Kebebasan untuk berserikat/berorganisasidan beroposisi; (6) Pendidikan kewarganegaraan
(civic education).
3.1
Kesimpulan
Pancasila merupakan obyektifikasi dari nilai-nilai universal dalam setiap agama dan
kepercayaan. Ini berarti unsur-unsur obyektif agama-agama ada di dalam pancasila. Pancasila
adalah titik temu atau landasan filosofis bersama bangsa indonesia. Dan dalam kaitannya
dengan negara, pancasila berfungsi sebagai kontrak sosial dalam berbangsa.
Sebagai negara dengan beragam agama, suku, ras, dan bahasa, pancasila adalah ideologi
yang sangat baik untuk diterapkan di Indonesia. Sehingga jika ideologi pancasila digantikan
dengan ideologi yang lain yang berlatar belakang agama maka akan terjadi ketidak nyamanan
bagi rakyat yang memeluk agama diluar agama yang dijadikan ideologi negara tersebut. Dan
tentu saja keamanan dan stabilitas di negara ini tidak akan terwujud karena akan terjadi banyak
perlawanan dari berbagai pihak sebab ideologi selain pancasila tidak sesuai dengan jati diri
bangsa Indonesia. Dengan tetap menjunjung tinggi ideologi pancasila sebagai dasar negara,
maka perwujudan menuju negara yang aman dan sejahtera akan tercapai.
3.2
Saran
Untuk mengembangkan nilai-nilai pancasila dan memadukannya dengan agama,
diperlukan usaha yang cukup keras serta kesadaran dalam diri kita masing-masing. Salah
satunya kita harus memiliki rasa nasionalisme yang tinggi. Selain itu, kita juga harus memiliki
kemauan yang keras untuk mewujudkan negara indonesia yang aman, makmur dan tentram bagi
setiap orang yang berada di dalamnya.
Daftar Pustaka
C. S. T. Kansil, 1986. Hukum Tata Pemerintahan Indonesia. Penerbit Ghalia Indonesia : Jakarta.
Abdulkarim A. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan untuk Kelas XII SMA. Cet.1. Bandung:
Grafindo Media Pratama.Hlm25-27
Indrayana, Denny (2007). "Indonesia dibawah Soeharto: Order Otoliter Baru". Amandemen
UUD 1945: antara mitos dan pembongkaran. Mizan Pustaka. hlm. 141
Israil, Idris. 2005. Pendidikan Pembelajaran dan Penyebaran Kewarganegaraan. Malang :
Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya.Hlm 27.