Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
20
A. Pathway
Orang terinfeksi aktif TBC
Droplet, lesi kulit, ingesti makanan tercemar
Memicu pembentukan serotonin
Merangsang melanocortin di
hipotalamus
Anoreksia
Nutrisi kurang
Inflamasi
Tuberkel
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh
Eksudasi
Infeksi primer
Perkejuan
Kalsifikasi
Sembuh total
Gangguan
pertukaran gas
Kavitasi kuman
Iritasi bronkus
Komplikasi menyebar ke
seluruh tubuh secara limfogen,
bronkogen, hematogen
Kuman dormant
21
B. Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian
a) Data pasien
Penyakit TB dapat menyerang manusia mulai dari usia anak sampai
dewasa dengan perbandingan yang hamper sama antara laki-laki dan
perempuan. Penyakit ini biasanya banyak ditemukan pada pasien yang
tinggal di daerah dengan kepadatan tinggi sehingga masuknya cahaya
matahari ke dalam rumah sangat minim.
b) Riwayat kesehatan
Keluhan yang sering muncul adalah demam, bayuk, sesak napas, nyeri
dada (jarang ditemukan), malaise, sianosis, dan perlu ditanyakan dengan
siapa pasien tinggal karena penyakit TB bukan penyakit turunan tetapi
merupakan penyakit infeksi menular.
c) Pemeriksaan fisik
B1 (Breathing)
Pemeriksaan fisik pada klien TB paru merupakan pemeriksaan fokus
yang terdiri atas inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
(1) Inspeksi
Bentuk dada dan gerakan pernafasan. Biasanya pasien TB
paru biasanya tampak kurus sehingga terlihat adanya penurunan
proporsi diameter bentuk dada antero-posterior dibandingkan
proporsi diameter lateral. Apabila adanya penyulit dari TB paru
seperti adanya efusi pleura yang masif, maka terlihata adanya
ketidaksimetrisan rongga dada, pelebaran intercostal space (ICS)
pada sisi yang sakit.
Pada klien TB paru minimal dan tanpa komplikasi, biasanya
gerakan
pernafasan
tidak
mengalami
perubahan.
Meskipun
22
pleurayang
masif,
hidropneumothoraks.
pneumothoraks,
Tanda-tanda
abses
tersebut
paru
masif,
membuat
dan
gerakan
23
sehingga hantaran suara menurun karena transmisi getaran suara
harus melewati cairan yang berakumulasi di rongga pleura.
(3) Perkusi
Pada klien dengan TB paru minimal tanpa komplikasi, baiasanya
akan didapatkan bunyi resonan atau sonor pada seluruh lapang paru.
Pada klien dengan TB paru yang disertai komplikasi seperti efusi
pleura akan didapatkan bunyi redup sampai pekak pada sisi yang
sakit sesuai sesuai banyaknya akumulasi cairan di rongga pleura.
Apabila
disertai
pneumothoraks,
maka
didapatkan
bunyi
(ronkhi) pada sisi yang sakit. Penting bagi perawat pemeriksa untuk
mendokumentasikan hasil auskultasi di daerah mana didapatkan
adanya ronkhi. Bunyi yang terdengar melalui stetoskop ketika klien
berbicara disebut resonan vokal. Klien dengan TB paru yang disertai
komplikasi seperti efusi pleura dan pneumothoraks akan didapatkan
penurunan resonan vokal pada sisi yang sakit.
B2 (Blood)
Pada klien dengan TB paru pengkajian yang didapat meliputi:
Inspeksi: inspeksi tetnatang adanya parut dan keluhan kelemahan fisik
Palpasi: denyut nadi perifer melemah
Perkusi: batas jantung mengalami pergeseran pada TB paru dengan efusi
pleura masih mendorong ke sisi yang sehat.
Auskultasi: tekanan darah biasanya normal. Bunyi jantung tambahan
biasanya tidak didapatkan.
B3 (Brain)
Kesadaran biasanya compos mentis, ditemukan adanya sianosis perifer
apabila gangguan perfusi jaringan berat. Pada pengkajian objektif, klien
tampak dengan wajah meringis, menangis, merintih, meregang dan
24
menggeliat. Saat dilakukan pengkajian pada mata, biasanya didapatkan
adanya konjungtiva anemis pada TB paru dengan hemoptoe masiv dan
kronis, dan sklera ikterik pada TB paru dengan gangguan fungsi hati.
B4 (Baldder)
Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan.
Oleh karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria karena hal
tersebut merupakan tanda awal dari syock. Klien diinformasikan agar
terbiasa dengan urine yang berwarna jingga pekat dan berbau yang
menandakan fungsi ginjal masih normal sebagai ekskresi karena
meminum OAT terutama Rifampisin.
B5 (Bowel)
Klien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan nafsu makan dan
penurunan BB
B6 (Bone)
Aktivitas sehari-hari berkurang banyak pada klien dengan TB paru.
Gejala yang muncul antara lain kelemahan, kelelahan, insomnia, pola
hidup menetap, dan jadwal olahraga yang menjadi tidak teratur.
2) Diagnosa Keperawatan
a)
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi mukus yang
berlebih
b)
c)
d)
e)
25
C. 3) Intervensi keperawatan
D.
E. Diagnosa
F. Tujuan (NOC)
G. Intervensi (NIC)
H. Rasional
N
I.
1
J. Bersihan
K. NOC
jalan nafas
L. Respiratory
tidak
status:
airway
efektif
patency
berhubung
M.
an dengan
N. Kriteria hasil:
sekresi
a. Frekuensi pernapasan
mukus
dalam batas normal
yang
(16-20x/mnt)
berlebih
b. Irama
pernapasn
normal
c. Kedalaman
pernapasan normal
d. Klien
mampu
mengeluarkan sputum
secara efektif
e. Tidak ada akumulasi
sputum
26
AE.
2
AF.Pola napas
AG.
NOC:
tidak
AH.
Respiratio
efektif
n
status:
berhubung
ventilation
an dengan
AI.
kurangnya
AJ.Kriteria hasil:
oksigen
a. Kedalaman
dalam
pernapasan normal
tubuh
b. Tidak
tampak
penggunaan
otot
bantu pernapasan
c. Tidak tampak retraksi
dinding dada
d. Tanda-tanda
vital:
frekuensi pernapasan
dalam batas normal
(16-20x/mnt)
AA.
membantu
mengencerkan
AB.
sekret
sehingga
mudah
g. Kolaborasi pemberian oksigen
dikeluarkan
AC.
g. Meringankan kerja paru untuk
h. Kolaborasi
pemberian
memenuhi kebutuhan oksigen.
broncodilator sesuai indikasi
h. Broncodilator meningkatkan
AD.
ukuran lumen percabangan
trakeobronkial
sehingga
menurunkan tahanan terhadap
aliran udara.
a. Pantau RR, irama dan kedalaman a. Ketidakefektifan pola napas
pernapasan klien
dapat dilihat dari peningkatan
AK.
atau penurunan RR, serta
AL.
perubahan dalam irama dan
AM.
kedalaman pernapasan
b. Pantau adanya penggunaan otot b. Penggunaan
otot
bantu
bantu pernapasan dan retraksi
pernapasan
dan
retraksi
dinding dada pada klien
dinding dada menunjukkan
AN.
terjadi gangguan ekspansi
c. Berikan posisi semifowler pada
paru
klien
c. Posisi
semifowler
dapat
AO.
membantu
meningkatkan
AP.
toleransi tubuh untuk inspirasi
d. Pantau status pernapasan dan
dan ekspirasi
oksigen klien
d. Kelainan status pernapasan
AQ.
dan perubahan saturasi O2
AR.
dapat menentukan indikasi
e. Berikan dan pertahankan masukan
terapi untuk klien
27
AT.
3
BB.
AU.
Ga
ngguan
pertukaran
gas yang
berhubung
an dengan
kerusakan
membran
alveolarkapiler
BC.
Ke
AV.NOC:
a. Respiratory Status :
Gas exchange
b. Respiratory Status :
ventilation
c. Vital Sign Status
AW.
AX.
Kriteria
Hasil:
a. Ventilasi
dan
oksigenasi
yang
adekuat
b. Bebas dari tanda
tanda
distress
pernafasan
c. Batuk efektif dan
suara nafas yang
bersih, tidak ada
sianosis
dan
dyspneu
d. Frekuensi napas 1620 x/menit
BD.
NOC
28
tidakseim
a. Status nutrisi
bangan
b. Masukan nutrisi
nutrisi
c. Hitung biokimia
kurang
BE.
dari
BF.
kebutuhan
BG. Kriteria hasil:
tubuh
a.
Masuk
berhubung
an nutrisi adekuat
an dengan b.
Masuk
anoreksia,
an makanan dalam
intake
batas normal
nutrisi
c.
Masuk
kurang
an kalori dalam batas
normal
d.
Nutrisi
dalam
makanan
cukup mengandung
protein,
lemak,
karbohidrat,
serat,
vitamin, mineral, ion,
kalsium, sodium
e.
Serum
albumin dalam batas
normal (3,4-4,8 gr/dl)
BH.
b.
c.
d.
e.
f.
BI.
BJ.
BK.
Monitor masukan makanan atau
cairan dan hitung kebutuhan kalori
harian.
BL.
BM.
BN.
Tentukan jenis makanan yang
cocok
dengan
tetap
mempertimbangkan aspek agama
dan budaya klien.
BO.
BP.
BQ.
Anjurkan untuk menggunakan
suplemen nutrisi sesuai indikasi.
BR.
BS.
Jaga kebersihan mulut, ajarkan oral
higiene pada klien.
BT.
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi.
BU.
29
BW.
30
BX.
DAFTAR PUSTAKA
BY.
BZ.
Crowin,E.J.2003. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
CA.
CB.
De Jong, Wim. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2.Jakarta: EGC.
CC.
CD.
Guyton & Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarrta: EGC.
CE.
CF.Huddak & Gallo. 2006. Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik. Jakarta:
EGC.
CG.
CH. Johnson, M. 2002. Nursing Outcomes Classification (NOC). Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River.
CI.
CJ.
Mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. FKUI. Jakarta:
Media Aeuscullapius.
CK.
CL. Mc Closkey, C.J., et al. 2002. Nursing Interventions Classification (NIC).
Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River.
CM.
CN.
Moenadjat Y. 2001. Luka bakar. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI
CO.
CP.
NANDA. 2012. Diagnosis Keperawatan NANDA: Definisi dan Klasifikasi.
Jakarta: EGC.
CQ.
CR.
Price A, dan Wilson M. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis ProsesProses Penyakit. Jakarta. EGC.
CS.
CT.Potter, P.A, dan Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses, dan Praktik.Edisi 4.Volume 1. Jakarta: EGC.
CU.
CV. Smeltzer, S. C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Volume 3. Jakarta: EGC.
CW.
CX.
CY.
31
CZ.