Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
KEANEKARAGAMAN HAYATI
OLEH:
E34120028
E34120047
E34120096
PEMBIMBING:
Dr.Ir. Ervizal A.M Zuhud, MS
Dr.Ir. Yeni A. Mulyani, MSc
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini kami menyatakan bahwa makalah yang berjudul Dampak
Kebakaran Hutan Terhadap Keanekaragaman Hayati merupakan karya asli kami,
bukan merupakan jiplakan dari karya orang lain dan pustaka yang kami gunakan
telah kami sebutkan dalam daftar pustaka.
Anggota 1
Anggota 2
Anggota 3
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan kekuatan dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Kebakaran Hutan Sebagai Ancaman Terhadap Keanekaragaman Hayati
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Konservasi
Sumberdaya Alam Hayati. Shalawat dan salam semoga tercurah pula kepada
Rasulullah Muhammad SAW, dan para sahabat. Teriring doa dan harap semoga
Allah meridhoi upaya yang kami lakukan.
Dalam makalah ini dikemukakan bagaimana kebakaran hutan terjadi,
penyebab yang ditimbulkan setelah terjadinya kebakaran hutan, dan beberapa
antisipasi bagaimana cara penanggulangan kebakaran hutan.
Penulis mengucapkan terima kasih Dr.Ir. Ervizal A.M Zuhud, MS dan
Dr.Ir. Yeni A. Mulyani, MSc sebagai dosen pembimbing yang telah memberi
bimbingan dan arahan dalam menyusun makalah ini.
Penulis berharap makalah ini bermanfaat baik bagi penulis maupun bagi
pembaca pada umumnya bagi masyarakat sehingga dapat menjadi solusi dalam
menanggulangi kebakaran hutan.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Memberikan informasi penyebab kebakaran hutan, dampak kebakaran hutan
terhadap keanekaragaman hayati, dan bagaimana cara menanggulangi kebakaran
hutan sehingga dapat meminimalisir ancaman terhadap keanekaragaman hayati.
BAB II
PEMBAHASAN
yang
terus
menerus
mengalami
penurunan,
dan
bahan bakar ada kaitannya dengan sifat kebakaran yang terjadi. Bahan bakar yang
halus yaitu bentuk daun,rumput dari serasah akan mudah dipengaruhi oleh
lingkungan sekitarnya,mudah mengering sehingga rentan terbakar.Volume bahan
bakar dalam jumlah yang besar akan menyebabkan api lebih besar, sehingga
terjadi kebakaran yang sulit dipadamkan.
Menurut Sagala (1994) membedakan jenis bahan bakar yaitu serasah lantai
hutan , serasah tebangan, tumbuhan bawah, kanopi, rumput, semak, alang-alang.
Jenis bahan bakar bisa digunakan sebagai indikator intensitas kebakaran yang
akan terjadi. Tumbuh-tumbuhan berdaun jarum lebih mudah terjadi kebakaran
besar dibandingkan dengan daun lebar yang relatif lebih sulit terbakar.
2. Cuaca
Faktor cuaca turut andil menyebabkan kebakaran hutan terjadi seperti
angin, suhu, curah hujan, dan keadaan air tanah. Angin merupakan faktor pemacu
dalam tingkah laku api. Adanya angin akan mempercepat pengeringan bahan
bakar, sehingga api dapat berkobar dan merambat cepat, serta adanya angin akan
mengarahkan api ke bahan bakar yang belum terbakar. Suhu udara tergantung dari
intensitas panas matahari. Areal dengan intensitas penyinaran matahari yang
tinggi akan menyebabkan lebih cepat bahan bakar di lantai hutan mengering,
sehingga lebih mudah untuk terbakar..
Curah hujan memiliki pengaruh terhadap kondisi basah atau kering
material yang ada. Bahan bakar yang mengandung kadar air tinggi dan
kelembaban udara tinggi akan sulit terjadinya kebakaran hutan. maka kita harus
memperhatikan pada bulan-bulan mana saja yang termasuk curah hujan tinggi
atau rendah untuk mengantisipasi kebakaran hutan. Keadaan air pada tanah
penting karena apabila suatu tanah kadar airnya menurun akan menyebabkan
lapisan permukaan atas tanah akan mengering dan mudah terbakar.
3. Waktu
Siang hari adalah waktu yang rentan terjadinya kebakaran hutan, karena
pada waktu siang tersebut keadaan kelembaban udara rendah, suhu udara tinggi
dan angin bertiup kencang, sehingga berpotensi besar untuk terjadinya kebakaran
hutan. Pada malam hari kondisi cuaca umumnya justru sebaliknya yaitu
kelembaban udara tinggi,suhu udara rendah dan angin bertiup lebih tenang. Oleh
karena itu waktu termasuk kedalam faktor yang mempengaruhi kebakaran hutan.
4. Topografi
Topografi adalah gambaran permukaan bumi yang meliputi relief dan
posisi alamnya serta ciri-ciri yang merupakan hasil dari bentukan manusia. Tiga
faktor yang biasanya berperanan penting yaitu kemiringan,arah lereng dan medan.
Kemiringan yang curam memungkinkan terjadinya perambatan api yang cepat.
Pada lereng curam api akan cepat naik kearah puncak dan lambat kearah bawah.
Semakin curam, maka semakin cepat pula api menjalar.
Wilayah dengan arah lereng menghadap matahari akan lebih cepat
terjadinya pengeringan bahan bakar dibandingkan dengan wilyah yang memiliki
arah kemiringan yang tidak menghadap matahari. Lereng yang langsung
menghadap matahari akan terjadi hal-hal seperti kondisi suhu tinggi,angin yang
bertiup kencang,rendahnya kelembaban udara dan kandungan air bahan bakar.
2. Kelalaian Manusia
Biasanya orang yang bersangkutan tidak terlalu peduli dengan
lingkungannya, sehinga ia dengan mudah melakukan hal yang berbahaya seperti
membuang puntung rokok sembarangan.Kawasan hutan yang kering akan sangat
responsif terhadap sumber api. Puntung rokok ini dapat berasal dari pengunjung
hutan ataupun petugas jagawana yang menjaga hutan tersebut. Akibat yang
ditimbulkan puntung rokok ini dapat menyebabkan kebakaran hutan yang cukup
serius. Orang belum meyadari bahwa hal yang d anggap kecil dan tidak
membahayakan seperti puntung rokok itu merupakan hal yang memiliki potensi
kebakaran yang cukup besar.
B. Pemantauan Cuaca
Kegiatan yang dimaksudkan di sini adalah memantau tingkat kerawanan
api. Kerawanan api tergantung pada faktor hujan, suhu, kelembaban, struktur
bahan bakar, susunan bahan bakar, angina dan topografi sehingga perlu diadakan
satsiun pemantauan cuaca.
nasional.
Peralatan
kebakaran
yang
lengkap
akan
membantu
G. Penyuluhan
Penyuluhan merupakan kegiatan penting dalam rangka menyadarkan
seluruh pihak yang terkait dengan pembakaran hutan. Agar penyuluhan dapat
efektif, maka orang yang disuluh sebagai objek harus tepat.Materi yang
disampaikan harus dalam bahasa yang mudah diterima dan materi bersifat teknis.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Kebakaran hutan sangat berpotensi mengancam keanekaragaman hayati.
Kebakaran hutan dapat mempengaruhi ekosistem hutan dan keanekaragaman
hayati. Semua proses ekologis di hutan akan mengalami gangguan dikarenakan
kebakaran
hutan.
Keanekaragaman
hayati
yang
melimpah
mulai
dari
keanekaragaman hayati tingkat gen, spesies, dan ekositem dapat hancur oleh
kebakaran hutan. Kondisi lingkungan turut mempengaruhi potensi terjadinya
kebakaran hutan, termasuk di dalamnya cuaca, waktu, bahan bakar, dan topografi.
Keadaan lingkungan yang kering menyebabkan api mudah terpancing dan
berkobar.
Kebakaran hutan yang bersifat eksplosif yaitu merusak semua dan dengan
waktu yang singkat dijadikan alat oleh manusia untuk peoses pembukaan lahan.
Pembukaan lahan dengan cara pembakaran hutan memiliki keuntungan yang
besar. Mulai dari waku yang digunakan untuk pembukaan lahan yang relatif
singkat dan biaya yang terjangkau, menjadikan manusia tergiur untuk melakukan
hal itu tanpa memperdulikan bagaimana keanekaragaman hayati yang ada di
dalamnya akan terganggu bahkan mati.
3.2 Rekomendasi
Solusi yang telah diuraikan di atas diharapkan dijalankan dengan baik dan
membuat sistem pengelolaan pencegahan kebakaran yang tertata rapi, dan
memperkuat koordinasi antara pihak-pihak yang terkait. Pemantauan potensi
kebakaran hutan hendaknya dipegang oleh orang yang memiliki kompetensi di
bidang itu dan memiliki dedikasi yang tinggi terhadap lingkungan. Perlu adaya
penyuluhan secara besar-besaran bahwa keanekaragaman hayati itu sangat perlu
dilindungi untuk menopang kehidupan manusia di bumi.
DAFTAR PUSTAKA
Bryant, D., Nielsen, D. Dan L.Tangley.1997. The Last Frontier Forest: Ecosystem
and Econimies on the Edge. World resource institute. Washington DC
Darwo. 2009. Perilaku Api Dan Sebab Akibat Kebakaran Hutan .Dalam :Teknik
Pencegahan
Kebakaran
Hutan
Melalui
Partisipasi
Masyarakat.
Kebakaran
Hutan
Terhadap
Sumberdaya
Alam
dan
Agustus
2000.
Kerjasama
Perimpi,
Balitbangtan,
Ditjen