Вы находитесь на странице: 1из 3

Tugas: Manajemen Farmasi

Nama : Laela Novita Sari


NIM : A1142033
1. Artikel BPJS

Iuran BPJS Kesehatan Kelas 1 dan 2 Tetap Naik


JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) memutuskan iuran peserta perorangan Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan kelas 3 tidak dinaikkan atau tetap Rp25.500
per orang per bulan. Namun, pembatalan kenaikan tersebut tidak berlaku untuk peserta kelas 1
dan kelas 2.
Direktur Hukum, Komunikasi dan Hubungan Antar Lembaga BPJS Kesehatan Bayu Wahyudi
mengatakan, besaran iuran peserta kelas 1 dan kelas 2 tetap disesuaikan dengan Peraturan
Presiden Nomor 19 tahun 2016.
Atas dasar itu, jika sebelumnya iuran peserta kelas 1 dan kelas 2 sebesar Rp59.500 dan
Rp42.500, maka dalam Perpres baru tersebut besarannya disesuaikan menjadi Rp80.000 untuk
kelas 1 dan Rp51.000 untuk kelas 2.
"Berdasarkan keputusan terbaru, Presiden telah menetapkan iuran peserta perorangan kelas III
tidak berubah, tetap Rp25.500 seperti ketentuan awal sebelum ada Perpres Nomor 19 tahun
2016. Sedangkan untuk kelas 2 dan kelas 1, besarannya sama seperti yang tertuang dalam
Perpres yaitu Rp51.000 dan Rp80.000," katanya di Gedung BPJS Kesehatan, Jakarta, Jumat
(1/4/2016).
Dia mengatakan, peserta BPJS Kesehatan yang berada pada kelas 1 dan 2 memang
diperbolehkan untuk bermigrasi ke kelas 3. Namun, dirinya tetap mengimbau agar mereka tidak
bermigrasi karena mereka termasuk golongan mampu.
"Kita mengharapkan agar jangan turun (kelas). Jadi prinsipnya adalah gotong royong. Boleh
saja (migrasi). Itu kan hak asasi. Tapi disarankan, kenapa sih kalau mampu daripada kita beli
rokok. Untuk kesejahteraan, kan kita enggak tahu kapan kita akan sakit," tandasnya.

Sebelumnya, Jokowi membatalkan rencana kenaikan iuran BPJS Kesehatan untuk pemegang
kartu kelas 3 yang terdapat dalam Perpres No 19/2016. Dalam Perpres tersebut, rencananya
iuran BPJS Kesehatan untuk kelas 3 akan dinaikkan dari Rp25.500 menjadi Rp30.000.
Sekretaris Kabinet Pramono Anung mengatakan, BPJS Kesehatan Kelas 3 diperuntukkan bagi
masyarakat kelas bawah. Karena itu, Presiden memutuskan untuk membatalkan kenaikan
tersebut, sehingga pemegang kartu tetap membayar iuran seperti biasa yaitu Rp25.500.
"Berkaitan dengan BPJS Kesehatan di mana Perpres No 19/2016 yang pada waktu itu
mengaatur mengenai iuran bagi anggota dibagi 3 kelas 1, 2, dan 3. Kelas 3 ini memang untuk
masyarakat dan rakyat bawah, yang sebelumnya diusul:kan untuk dikembalikan. Artinya tetap
diberlakukan untuk masyarakat Rp25.500," katanya di Kompleks Istana Kepresidenan, kemarin.
Komentar: Saya setuju dengan pendapat Bapak Jokowi untuk tidak menaikkan kelas 3 menjadi
kelas 1 dan 2, dengan kata lain kelas 3 tetap kelas 3 tidak diimigrasi menjadi kelas 1 atau kelas
2. Karena jika kelas 3 dinaikkan akan membebani mereka.
2. Artikel malpraktik industri farmasi

Waspada, Industri Farmasi Distribusikan Obat Ilegal


MEDAN - Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Roy Alexander
Sparringa, mengungkapkan, adanya industri farmasi resmi yang memproduksi dan
mendistribusikan obat secara ilegal.
Ada obat tradisional ditambahkan bahan kimia obat, yang kemudian ditelusuri dapat
dari mana (bahan kimia obat) dan mengarah pada industri farmasi, kata Roy dalam
konferensi pers pengungkapan kosmetik dan obat ilegal di Kantor BPOM, Jakarta,
Senin (25/4/2016) mengutip Antara.
Kepala Bagian Kejahatan Internasional Mabes Polri Kombes Pol Puji Sarwono
menjelaskan temuan pabrik farmasi legal tersebut dari pengembangan kasus 2013.
Puji menjelaskan pelaku pencampuran obat tradisional dengan bahan kimia obat jenis
phenylbutazone, dexamethasone, dan paracetamol mendapat pasokan bahan dari
produsen obat di daerah Jawa Timur.
Sekitar 2013 kami melakukan operasi di pabrik ilegal obat tradisional di Tangerang.
Kami menemukan phenylbutazone, dexamethasone, dan paracetamol sebanyak 166 ribu
tablet. Setelah lakukan pendalaman dari situ kami dapat informasi produk tersebut

didapat dari sebuah pabrik di daerah Jawa Timur, selama sembilan bulan kami
menelusuri dapatlah sebuah pabrik yang disebutkan, kata Puji.
Namun dia belum mau mengungkap nama perusahaan industri farmasi tersebut dengan
alasan masih dalam tahap penyidikan.
Roy menjelaskan pabrik farmasi resmi tersebut memproduksi dan menyimpan produk
obat ilegalnya di sarana atau gudang penyimpanan ilegal. Industrinya legal tapi
sarananya, gudang-gudangnya ilegal, jelas Roy.
Selanjutnya obat-obatan ilegal tersebut didistribusikan ke pasaran melalui pedagang
besar farmasi menggunakan dokumen palsu, termasuk memasok pada produsen obat
tradisional ilegal.
Obat-obatan tradisional yang dicampurkan dengan bahan kimia memiliki dampak serius
bagi kesehatan seperti luka pada lambung, pembengkakan bagian tubuh untuk jangka
pendek. Sedangkan efek jangka panjang obat tradisional yang dicampurkan bahan kimia
adalah gangguan darah, fungsi hati, dan fungsi ginjal.
BPOM bekerja sama dengan sejumlah instansi lain menyita tiga juta lebih produk
kosmetik, obat-obatan, dan obat tradisional ilegal, kedaluwarsa, serta mengandung
bahan kimia obat dan bahan berbahaya.
Temuan ada 4.441 item atau 3.172.937 pieces dengan nilai keekonomian mencapai
Rp49,8 miliar, kata Roy.
Temuan tersebut mencakup wilayah operasi di seluruh wilayah Indonesia yang
dilakukan pada Februari-Maret 2016 dengan temuan sarana ilegal 174 dari 250 sarana
yang diperiksa.
Dari seluruh kasus tersebut sebanyak 52 kasus atau 29,89 persen dilanjutkan dengan
projustitia dari alat bukti yang ditemukan untuk pengembangan.

Вам также может понравиться