Вы находитесь на странице: 1из 13

ABSTRAK

Clubbing merupakan salah satu bentuk aktivitas bersenang-senang, terutama bagi remaja perkotaan. Aktifitas
clubbing tak sekedar mendengarkan musik, bergoyang ataupun bernyanyi, tapi juga disertai dengan mengonsumsi
minuman danobat-obatan, seperti poppers, ekstasi, shabu-shabu, kokain, ganja, kodein dan lexo. Ini biasanya diikuti
dengan aktivitas seks, karena clubbing dan seks adalah dua aspek yang tak terlepaskan satu sama lain. Berbeda
dengan studi-studi sebelumnya yang berfokus pada penyalahgunaan Napza, obat-obat resep tertentu, serta zat-zat
kimia lainnya yang terkait seks. Penelitian ini berfokus pada penggunaan poppers dikalangan clubbers, bagi
homoseksual maupun heteroseksual. Penelitian ini bertujuan mengetahui: pengertian poppers di kalangan clubbers,
praktik dan alasan penggunaan poppers, efek dan penanganan diri dalan menggunakan poppers. Penelitian ini
dilaksanakan di Kota Makassar, Sulawesi Selatan dengan pertimbangan eksistensi pengguna poppers di Makassar.
Penelusuran informan dilakukan dengan teknik snownall sampling, yakni informan kunci yang merupakan kenalan
baik penulis sehingga memudahkan untuk menghubugi informan berikutnya. Pengumpulan data dilakukan melalui
wawancara mendalam dengan menggunakan pedoman wawancara dan pengamatan. Informan sebanyak sebelas
orang. Informan bervariasi berdasarkan gender, orientasi seksual, usia, jenis pekerjaan, dan tingkat pendapatan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa poppers yang populer di kalangan clubbers digunakan oleh kaum menengah
ke atas mengingat harga poppers yang relatif mahal. Poppers digunakan pada saat clubbing untuk mendapatkan
sensasi fly, relaksasi, senang saat clubbing (laki-laki dan perempuan), agresif, dan meningkatkan fantasi seksual
(heteroseksual dan homoseksual) serta meminimalisasi rasa sakit saat berhubungan seks, baik bagi homoseks saat
melakukan anal seks maupun bagi perempuan heteroseks saat terjadi kekerasan seks (masokisme). Poppers tidak
hanya dikonsumsi tunggal, tapi juga dikombinasikan dengan obat sekelas ekstasi untuk mempercepat efek yang
diharapkan. Kebiasaan mengomsumsi poppers berdampak buruk bagi tubuh penggunanya, seperti pusing, mual,
insomnia, amnesia, serta infeksi menular seksual/IMS. Untuk menyeimbangkan perilaku penyalahgunaan zat-zat
kimia, mereka melakukan olah raga yang berhubungan dengan pernafasan, seperti gymnastic, futsal, renang, yoga,
dan/atau diet ketat. Adapun, yang terkait dengan seks biasanya mereka menanganinya dengan memeriksakan diri ke
dokter.
Kata kunci: poppers, clubbing, clubbers, obat, seks.

ABSTRACT
Clubbing is one form of activity to have fun, especially for urban youth. Clubbing activities do not just listen to
music, rocking or singing, but also accompanied by consuming beverages danobat drugs, such as poppers, ecstasy,
methamphetamine, cocaine, marijuana, codeine and lexo. This is usually followed by sexual activity, since clubbing
and sex are two inseparable aspects of one another. In contrast to previous studies that focus on drug abuse, certain
prescription drugs, as well as other chemical substances related to sex. This study focuses on the use of poppers
among clubbers, for homosexual or heterosexual. The aim of this study was to provide an analysis of what the
poppers and observe the effects and the handling of the popper use. This research was conducted in the city of
Makassar,South Sulawesi, with consideration of the popper existence. Informers were selected with snowball
sampling technique. Data were collected through in-depth interviews with interview guidelines and observation.
There were 11 informants classified on the base of gender, sexual orientation, age, occupation, and income level.
This study indicated that popular poppers among the clubbers were used by middle and upper class for relatively
expensive price. Poppers are used clubbing to get the sensation of fly, relaxing, happy white clubbing (male and
female), aggressive and to increase sexual fantasies (heterosexual and homosexual) and minimize pain during sex,
homosexuals, while doing anal sex and for heterosexual women when there is sexual violence (masochism). Poppers
were not only consumed single, but also combined with ecstasy class drugs to eccelerate the expected effects. The
habit of consuming poppers had bad effect for the body, such as dizziness, nausea, insomnia, amnesia, as well as
sexually transmitted infections (STIs). To make balance between the abused of chemical effect, they practice
exercise related to breathing, such as gymnastics, futsal, swinning, yoga and/or a strict diet. Problems associated to
sex diseases were usually dealt with by consulting physical doctors.
Keywords: Poppers, clubbing, clubbers, drugs, sex.

PENDAHULUAN
Clubbing telah menjadi sebuah bentuk kesenangan masyarakat kota,
dan kini telah menjadi budaya industri di Inggris (Lovatt dalam Panjaitan,
2009). Di Indonesiapun demikian, hasil survei menunjukkan sebesar 40%
remaja kota-kota besar di Indonesia suka melakukan aktivitas dugem (Max,
2002 dalam Panjaitan, 2009). Di Inggris motif yang mendorong orang untuk
clubbing adalah musik (45%), sosialisasi (37%), mendapatkan suasananya
(35%), dancing (27%), penggunaan obat-obatan (22%), dan bertemu
pasangan seks (6%) (Malbon dalam Panjaitan, 2009).
Menurut Theo (2010), aktivitas clubbing tak sakadar mendengarkan
musik, bergoyang ataupun bernyanyi, tapi juga disertai dengan konsumsi
minuman dan obat-obatan, seperti poppers yang di ikuti dengan aktivitas
seks, clubbing dan seks adalah dua aspek yang tak terlepaskan satu sama
lain. Poppers merupakan cairan yang mengandung alkyl nitrites yang
dikemas dalam botol kecil 50 ml dan merupakan salah satu zat yang sering
disalahgunakan. Alkyl nitries adalah zat kimia yang terdapat dalam
pengharum ruangan dan pengharum aroma terapi serta obat kuat. Tidak
mengherankan jika poppers memang dapat memberikan sensasi relaksasi
sesaat

namun

berbahaya

jika

dihirup

secara

langsung

apalagi

jika

keseringan.
Fenomena penyalahgunaan poppers dijelaskan oleh Yulianti (2010),
dalam halaman okezone.com berita online dengan judul seks dan obatobatan berbahaya. Berita tersebut mengulas tentang berbagai macam obat
berbahaya yang biasa digunakan untuk berhubungan seks salah satunya
adalah poppers yang bukanlah fenomena baru lagi, namun tidak begitu
popular seperti penggunaan narkoba dan zat-zat adiktif (NAPZA) lainnya,
seperti ekstasi, kokaina, sabu-sabu, dan lainnya. Selain digunakan ditempat
dugem,

para

clubbers

juga

sering

menggunakannya

sebagai

obat

perangsang sebelum berhubungan intim. Meskipun poppers juga digunakan


di kalangan heteroseksual karena dapat merilekskan otot-otot vagina, namun
poppers popular dikalangan homoseksual karena poppers dapat merelaksasi
2

otot-otot sphincter dari anus, sehingga dapat mengurangi rasa sakit ketika
melakukan hubungan anal seks. Poppers dapat meningkatkan sensasi
orgasme dengan merangsang aliran darah ke alat kelamin, dan crystal meth
yang

konon

bisa

menumpulkan

reseptor

rasa

sakit

sehingga

dapat

memperpanjang durasi hubungan seks.


Penyalahgunaan
penggunanya

obat-obatan

termasuk

pengguna

memang
poppers.

sering

disepelekan

Menurut

Theo

bagi

(2010),

penggunaan poppers ini dapat menurunkan sistem ketahanan imun tubuh,


sehingga penggunanya rentan terhadap infeksi, terutama infeksi dari HIV
apalagi jika dikombinasikan dengan obat-obatan seperti viagra dapat
menyebabkan penurunan tekanan darah, sehingga otak akan kekurangan
oksigen dan menyebabkan kematian.
Penelitian tentang penyalahgunaan obat-obatan telah banyak dilakukan. Banyak
diantaranya yang berfokus pada penyalahgunaan napza serta penyalahgunaan obat-obat resep
tertentu dan narkoba di kalangan remaja (Anita dkk., 2013; Tommy dkk., 2006; Afandi dkk.,
2008; Djuharis, 2013). Penelitian Anita dkk (2013),

tentang penyalahgunaan

obat yang fokus terhadap penggunaan somadril oleh remaja untuk membuat
mereka merasa lebih percaya diri serta membuat mereka lebih baik dalam
melakukan pekerjaan setiap harinya. Studi Tommy dkk (2006), menunjukkan
tidak adanya hubungan antara resiliensi terhadap pengguna napza. Kajian
Afandi dkk (2008), di kota Pekanbaru di kalangan pelajar SMU melibatkan
lebih banyak laki-laki (40,9 %) dibandingkan perempuan (25,6%). Djuharis
(2013), melihat pentingnya upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba
dicakupkan dalam kurikulum sekolah.
Di sejumlah negara banyak yang telah meneliti tentang poppers,
namun secara spesifik belum fokus terhadap penggunaan poppers di
kalangan heteroseksoal (Timothy et al., 2015; Wu et al., 2004; Lange et al.,
1998). Penelitian Timothy et al (2015), tentang penggunaan poppers palsu di
kalangan homoseksual yang berlatarbelakang ekonomi rendah di Amerika.
Wu et al (2004), fokus terhadap pengguna poppers remaja laki-laki yang
berusia 12-17 tahun yang terus meningkat tiap tahunnya yang dominan
3

dipengaruhi oleh faktor lingkungan mereka. Penelitian Lange et al (1998), di


Washingtone DC menemukan bahwa 69 % dari laki-laki yang berhubungan
seks menggunakan poppers, 21 % di wilayah Baltimore, dan 11 % dari
pecandu berat narkoba dengan usia pengguna rata-rata 25 tahun.
Penelitian yang telah saya lakukan fokus pada penggunaan poppers di kalangan
homoseksual dan heteroseksual. Memberikan uraian terbaru tentang penelitian yang menyangkut
penyalahgunaan obat dan memberikan gambaran tentang penggunaan poppers dikalangan
clubbers di Indonesia, khususnya di Makassar. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan
analisis tentang apa itu poppers dikalangan clubbers, mengetahui praktik dan alasan penggunaan
poppers serta mengetahui efek dan penanganan dari penggunaan poppers.

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota Makassar, Sulawesi Selatan dengan pertimbangan
beberapa pengguna poppers di Indonesia berada di Makassar. Desain penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Studi kasus dalam
penelitian ini adalah proses pengkajian dan pengumpulan data secara mendalam dan detail
seputar seksualitas dan penggunaan poppers di kalangan clubbers.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah pengamatan dan wawancara. Pengamatan ini
diistilahkan Idrus (2003), dengan sebutan watching dan listening. Menurutnya, ini adalah
cara terbaik untuk belajar dari masyarakat. Selanjutnya, untuk mengetahui makna atau apa yang
dipikirkan oleh para informan, saya akan menggunakan metode wawancara dengan
menggunakan pedoman wawancara. Wawancara dilakukan di beberapa cafe dan restaurant di
Kota Makassar serta di tempat tinggal informan di luar jam kerja mereka. Perekrutan dan
membangun raport dengan informan dilakukan dengan bantuan informan kunci yang merupakan
pengguna dan penyalur poppers pertama di kota Makassar. Dengan metode pengamatan, saya
mengamati tempat hiburan malam yang mereka kunjungi dan mengingat sensitivitas penelitian

ini beberapa informan mengizinkan saya untuk dapat mengamati cara mereka menggunakan
poppers dan merekam beberapa aktivitas mereka sebagai dokumentasi penelitian.
Teknik Analisis Data
Setelah proses memeroleh data-data dari hasil observasi dan wawancara, langkah
selanjutnya adalah membuat transkrip hasil wawancara dan laporan hasil observasi. Data
diklasifikasikan sesuai dengan tema-tema yang muncul dan permasalahan yang diteliti.
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus salah seorang pengguna poppers di
Makassar yang bernama Rani (nama samaran, pekerja seks, 24 tahun). Setiap malam Rani tak
pernah absen mengunjungi tempat clubbing baik dalam kota maupun diluar kota Makassar,
kegemarannya dengan dunia malam membuatnya memiliki teman yang banyak dan juga
menggeluti pekerjaan sebagai pekerja seks. Rani tak mau disamakan dengan pekerja seks pada
umumnya yang bertarif standar, ia termasuk PSK (pekerja seks komersial) yang bertarif mahal.
Gaya hidup glamor-nya membuat pergaulannya menjadi high class, mulai dari apa yang ia miliki
baik itu barang branded sampai tempat ia bergaul semuanya berkesan mewah. Selain itu Rani
sering melakukan perjalanan ke berbagai kota di Indonesia dan luar negri untuk sekedar
refreshing dan shopping dengan teman-temannya. Dalam perjalanannya yang terpenting adalah
mengunjungi berbagai tempat clubbing, sehingga berbagai jenis narkotika dan alkohol sempat ia
konsumsi. Rani menceritakan kepada saya beberapa jenis obat

dan efek untuk tubuhnya.

Beberapa nama obat sudah biasa saya dengarkan dan ketahui melalui media, kecuali poppers.
Sayapun tertarik dengan perbincangan kami saat itu, poppers itu seperti apa.
Seks kalangan high class, ada loh obatnya kalau yang sering clubbing mungkin pernah dengar
yang namanya Poppers, karena sering mereka pakai untuk dugem dan seks tapi yang tahu
hanya beberapa orang saja, yah yang mampu beli, soalnya bayarnya pakai US dollar, masih
tergolong baru di Indonesia, apalagi di Makassar, cuma saya dan teman-teman yang tahu.
Waktu itu saya clubbing di luar negri, ada teman yang menawari obat ini, saya pikir awalnya
ini parfume,pas saya menggunakan sesuai anjuran mereka obat ini breaksi, reaksinya
membuat saya nyaman pada saat clubbing waktu itu. Terus mereka mengajak saya chek-in di
hotel nah saya tertantang lagi menghirup poppers pada saat ingin melakukan hubungan seks,
ternyata efeknya lebih berasa. Lebih berpengaruh bila durasi hirupnya lama. Sejauh ini saya
dengan teman-teman yang lain belum bicara banyak mengenai ini sih, kami cenderung
tertutuplagian kalau saya memperkenalkan poppers pada orang banyak yang ada kita
tersaingi dong, tidak hits lagi, heheehe, takutnya sih sebenarnya sama polisi. Selama ini kami
merasa aman-aman saja menggunakannya, kan cuman saya dengan beberapa temanku yang
sering pakai. Jadi biasanya saya pakainya barengan terus belinya juga bareng-bareng (Rani,
Pekerja Seks, 23 November 2013).

Rani memperkenalkan barang baru tersebut kepada beberapa teman clubbing-nya di


Indonesia khususnya Makassar. Beberapa orang menyenangi poppers dan melakukan transaksi
pembelian melalui Rani. Pada saat itu banyak yang mencoba namun yang tetap menggunakan
hanyalah beberapa orang dari teman dekat Rani.
Sejauh ini mereka yang mau beli poppers itu lewat aku, selain menggunakan aku juga menjual
beberapap poppers dengan berbagai macam aroma, kebetulan aku ordernya lewat temen di
luar negri walaupun harganya relative mahal para pengguna masih banyak yang order dan
butuh. Yang mahal selalu bagus menurut mereka.(Rani, Pekerja Seks, 24 November 2013).

Poppers membuat mereka sering bertemu. Sampai sekarang (2016) Mereka sering
melakukan pertemuan selain di tempat clubbing, seperti kafe dan mereka sering menggunakan
poppers secara bersama-sama. Dari intensitas pertemuan tersebut akhirnya Rani dan temantemannya para clubbers tergabung dalam satu komunitas pengguna poppers yang beranggotakan
delapan orang pengguna di kota Makassar. Gaya hidup mereka membuat mereka mengikuti arus
kemajuan modernisasi. Dalam hal ini (Feathersone dalam Barker 2004) menjelaskan dimana
budaya konsumsi menciptakan gaya hidup mereka, kita bergerak ke arah masyarakat dimana
adopsi gaya hidup melekat semakin tidak relevan dikarenakan adanya budaya konsumen baru
yang menjadikan gaya hidup sebagai suatu proyek kehidupan dan menampilakan individualitas
dan gaya mereka dalam ciri khas pengelompokan benda, praktik, pengalaman, penampilan dan
disposisi tubuh yang mereka desain bersama-sama menjadi suatu gaya hidup.
Saat ditempat clubbing dari apa yang saya lihat masing-masing dari mereka memiliki
poppers di genggaman bahkan dari mereka ada yang membawa 2 botol karena poppers
menawarkan beberapa varian dan aroma (lihat Gambar 1) yang berbeda tapi memeiliki efek
yang sama. Beberapa varian poppers memang telah mereka rasakan. Menurut Rani si penyalur
poppers, para informan pengguna poppers telah mencoba semua jenis poppers untuk keperluan
clubbing dan seks, berikut penuturannya:
Mereka telah menggunakan semua jenis poppers untuk ke klub dan ngeseks, mereka
menyenangi semuanya jenis poppers banyak yang suka rush, tapi si ada juga yang lebih suka
blue boy, pokoknya sih mereka udah coba dan memilih rush, untuk urusan mereka pada
samaan sukanya yang rush itu karena mereka sering barengan kali di tempat clubbing jadi
saling share (Rani, Pekerja Seks,10 Juni 2015).

Pecinta sesama jenis (homoseksual) selain menggunakan poppers di tempat clubbing


sebagai clubbers, tak kalah pentingnya kegunaan poppers sangat mereka rasakan ketika
melakukan hubungan seks. Bertemu dan kencan semalam adalah hal sering mereka lakukan.
Efek poppers sangatlah besar terhadap kehidupan seks mereka. Hal ini memunculkan berbagai
6

ekspektasi seks yang luar biasa bagi mereka. Di mulai dari berbagai kesukaan dengan drama
korea. Karena ingin menyaksikan ketampanan para pemainnya. Seperti Tom (nama samaran,
pengusaha, 25 tahun) sangat menggilai Lee Min Ho, gambar ini merupakan salah satu foto yang
terdapat di hanphone-nya (lihat Gambar 2) dan ingin bercinta dengan Lee Min Ho.
Wah kalau bahas lee min ho, ahh..suka sekali, aku sangat menginginkannya, bisa gag aku
tidur dengannya semalam saja heheeheh, ntah kalau membahas tentang ketampanan cowokcowok korea aku langsung semangat. Aku suka senyumnya yang memikat, parasnya yang
tampan, badannya yang atletis banget, kulitnya yang halus hmm..makanya sampai detik ini
aku masih berharap memiliki cowok yang 11 12 lah mirip sama dia. Pacar aku sekarang mirip
loh sama lee min ho, meski bukan cowok korea hahahahha, kalau udah make poppers mah
berasa udah bercinta bareng lee min ho (Tom, Pengusaha, 10 Juni 2015).

Poppers sangat berpengaruh terhadap ekspektasi mereka. Mereka merasa bergairah dan
menikmati saat berhubungan seks ketika menggunakan poppers, selalin itu bagi kaum gay
pengguna poppers mereka sama sekali tidak merasakan sakit ketika melakukan anal seks dengan
pasangan. Para heteroseksual khususnya perempuan pada saat melakukan hubungan seks dengan
pasangan tentunya ingin mencapai orgasme sebagai puncak kenikmatan saat bercinta. Pertemuan
mereka dengan pasangan seks (bukan suami) terjadi ditempat clubbing dengan beberapa orang
membuat mereka memiliki pergaulan yang luas dan lebih mengenal banyak orang, termasuk pria
yang mereka idamkan. Seperti Dona (nama samaran, pengusaha, 24 tahun) kini sangat
bergantung pada poppers dalam kepuasan hubungan seksualnya.
Di zaman yang semakin modern iniyah..gag tabuh lagi ya kalau kita bahas hal yang seperti
ini..hmm, aku cenderung menikmati hubungan seks jika menggunakan poppers terlebih dahulu
dan itu harus heheh, termasuk pasangan seks-ku, aku yang meminta mereka untuk menghirup
poppers walaupun mereka sama sekali gag pernah memakai, tapi tentunya aku pengen
semuanya lebih terasa. aku belum tetap pada satu lelaki saja, biasanya bertemu mereka
ditempat clubbing, kalau merasa tertarik dengan orang tersebut ya.. tentunya aku yang akan
lebih agresif mendekati orang tersebut (Dona, Pengusaha, 6 juni 2015).

Efek poppers membuat sebagian informan perempuan heteroseksual lebih agresif dan
mendambakan hubungan seks yang lebih ekspresif dan lebih liar bahkan terkesan kasar. Seperti
Meisya (nama samaran, pengusaha, 23 tahun) salah satu informan yang membiarkan tindakan
masokisme terjadi padanya, bahkan ia tidak merasa sakit justru menikmati hal tersebut.
saya termasuk orang yang menerima dan menikmati jika pasangan saya lebih ekspresif dan
agak kasar saat berhubungan seperti film itu apasih nah fifty shades of grey, saya bahkan
mengekspresikannya berasa bercinta dengan mr.grey hehehe (Meisya, Pengusaha, 6 Juni
2015).

Shindu (2015), menjelaskan dalam metrotvnews.com Film fifty shades of grey (lihat
Gambar 3) memang sempat buming di berbagai topik pembicaraan di media pada waktu itu.

Fifty Shades of Grey adalah sebuah film drama romantis/erotis Amerika Serikat yang
disutradarai oleh Sam Taylor-Johnson dan skenarionya ditulis oleh Kelly Marcel. Berdasarkan
pada novel laris karya E.L James dengan judul yang sama, film ini dirilis tahun 2015, namun tak
tayang di Bioskop Indonesia. Pada waktu itu film ini tidak lulus sensor oleh Lembaga Sensor
Film Indonesia, dikarenakan film ini menggambarkan dengan rinci adegan intim mengandung
unsur BDSM (Bondage, Discipline, Dominance, Sumbission, Sadism and Masochism).

Gambar 1. Macam-macam Poppers

Gambar 2. Lee Min ho

Gambar 3. Film Fifty Shades of Grey

PEMBAHASAN
Penelitian ini menemukan praktik dan alasan penggunaan poppers serta efek dan
penanganan poppers terhadap penggunanya. Dari hasil uji laboratrium Dinas Kesehatan
Makassar, kandungan tertinggi yang terdapat dalam poppers adalah unsur dari senyawa Morfin.
Hakim (2004), menjelaskan morfin adalah zat utama berkhasiat narkotika yang terdapat pada
candu mentah dan salah satu alkaloid yang terdapat pada candu mentah, dalam dunia pengobatan
semula morfin digunakan untuk mengatasi ransangan batuk dan perasaan nyeri.
Pengguna poppers (Homoseksual) mereka mendefenisikan poppers sebagai obat untuk
berhubungan seks. Penjelasan didasari lebih pada saat penggunaan obat (poppers) untuk
menghindari rasa sakit pada saat melakukan anal seks dan informan pengguna poppers
(Heteroseksual) mendefenisikan poppers itu obat yang menurut mereka hal ini didasari oleh
penggunaannya untuk memperoleh kenikmat dalam berhubungan seks maupun merasakan fly di
tempat clubbing, temuan Lauritsen & Hank (1986), mengemukakan bahwa poppers terdapat di
sejumlah bar dan aromanya tercium dimana-mana seperti kamar mandi diskotik dan sekitar lantai
dansa. Para penggunanya akan merasa kecanduan dan pengguna tidak dapat melakukan
hubungan seks tanpa menggunakan poppers.

Pada umumnya mereka menggunakan poppers dengan cara yang sama dengan langsung
menghirup dari botolnya, namun ada beberapa informan yang menggunakan poppers dengan
dituang ke tissu atau kapas lalu menghirupnya dengan alasan agar lebih hemat dan dapat
memperlama waktu pemakaian. Untuk durasi hirup saat menggunakan poppers tiap informan
memiliki perbedaan. Lamanya waktu terpakai berdasarkan hitungan detik tergantung pada alasan
pemakaiannya. Dari ungkapan para informan rata-rata menggunakan poppers dengan durasi
hirup hingga 10 detik saja. 2 detik untuk rileksasi, 2-5 detik untuk clubbing, 2-10 detik untuk
seks.
Pada umumnya mereka menggunakan poppers dengan cara yang sama dengan langsung
menghirup dari botolnya, namun ada beberapa informan yang menggunakan poppers dengan
dituang ke tissu atau kapas lalu menghirupnya dengan alasan agar lebih hemat dan dapat
memperlama waktu pemakaian. Untuk durasi hirup saat menggunakan poppers tiap informan
memiliki perbedaan. Lamanya waktu terpakai berdasarkan hitungan detik tergantung pada alasan
pemakaiannya. Dari ungkapan para informan rata-rata menggunakan poppers dengan durasi
hirup hingga 10 detik saja. 2 detik untuk rileksasi, 2-5 detik untuk clubbing, 2-10 detik untuk
seks.
Alasan penggunaan poppers yaitu untuk clubbing, obat ini dapat membuat remaja
pengguna poppers merasa lebih fly, ada beberapa diantara mereka yang mengkobinasikan
dengan pil ekstasi untuk proses yang lebih cepat terasa dengan memulainnya dengan beberapa
gelas minuman beralkohol, namun ada juga yang hanya menggunakan poppers dengan alasan
lebih aman dan simpel dibanding penggunaan obat lainnya saat berada di klub, karena
sebelumnya mereka menggunakan beberapa obat klub seperti ekstasi, shabu-shabu, kokain,
ganja, kodein dan lexo. Selain untuk clubbing mereka menghirup pelarut organik seperti poppers
juga digunakan untuk seks oleh penggunanya. Jenis kegiatan untuk memperoleh kesenangan dan
kenikmatan tanpa rasa sakit dengan poppers untuk tujuan seks, salah satu fungsingya dipercayai
oleh beberapa pengguna.
Pengguna Homoseksual, poppers sangat berpengaruh terhadap ekspektasi mereka.
kenikmatan dan preferensi seksual sangat berkaitan dengan penggunaan poppers dimana
beragam fantasi seksual yang mereka dapat dan inginkan juga dapat terpenuhi. Fantasi seksual
dapat membantu mereka meningkatkan gairah seksual, membantu mencapai orgasme, dan dapat
memungkinkan untuk menjelajahi berbagai kegiatan seksual lainnya. Orang-orang merasa puas
9

secara seksual walaupun hanya dengan berfantasi tentang seks, bahkan fantasi seksual dialami
sejak pada masa anak-anak. Kemudian akan dikembangkan oleh berbagai individu yang
mempunyai kecendrungan berbeda (Freud dalam Kadir, 2007). Rasa ketertarikan mereka timbul
berdasarkan ekspektasi mereka terhadap seseorang yang mereka idolakan Poppers seolah-olah
membuat mereka bercinta dengan idola mereka. Dengan menggunakan poppers membuat segala
sesuatunya terasa lebih nyata dan membantu mereka tidak merasakan sakit saat melakukan anal
seks.
Pengguna Heteroseksual (laki-laki dan perempauan), poppers untuk hubungan seks
dengan tujuan ingin mencapai orgasme sebagai puncak kenikmatan saat bercinta. Untuk
pengguna perempuan, menginginkan aktifitas seks yang tidak seperti biasanya yang sering
mereka dapatkan dari pasangan/suami. Mereka menginginkan perlakuan yang lebih bahkan tidak
merasa keberatan jika tindakan masokis terjadi demi kepuasan hasrat seksualnya, karena efek
poppers dapat membuat mereka tidak merasakan sakit apabila terjadi tindakan masokisme.
Masokisme seksual melibatkan dorongan kuat yang terus menerus dan fantasi yang terkait
dengan tindakan seksual melibatkan perasaan dipermalukan, diikat, dicambuk, atau dibuat
menderita dalam bentuk lainnya untuk mencapai kepuasan seksualnya (Blanchard & Hucker
dalam Kusumawati, 2011).
Dalam penelitian ini efek penggunaan poppers yang informan rasakan seperti pusing
hingga mual merupakan efek ringan dalam dosis kecil yang sering dirasakan para pengguna zat
kimia seperti poppers, namun makin bertambahnya dosis penggunaan dapat meningkatkan pula
efek yang akan dirasakan pengguna seperti insomnia (susah tidur) dan amnesia (gangguan daya
ingat) turut pula mereka rasakan. Selain itu beberapa informan telah terjangkit IMS (Infeksi
Menular Seksual) karena adanya praktek seks yang tidak aman hal ini merupakan pengaruh dari
poppers yang membuat mereka sering hilang kontrol dan tidak sadar untuk penggunaan
pengaman pada saat berhubungan seks.
Sadar akan efek yang ditimbulkan beberapa obat terlarang bagi tubuh mereka, terlebih
setelah menggunakan poppers, membuat para penguna poppers harus tetap menjaga kesehatan
dengan berolahraga, seperti gymnistic, renang, yoga, zumba, jogging, futsal. Selain olah raga
juga melakukan diet. Gaya hidup sehat tetap mereka upayakan dalam menjalani kehidupan,
dengan keyakinan sebagai bentuk penanganan memerangi racun yang masuk ke dalam tubuh.
Para remaja pengguna poppers tidak akan pernah berhenti mengkonsumsi apa yang menjadi
10

kesenangan mereka, namun mereka mencari solusi yang menurut mereka baik untuk memerangi
dampak negatif dari apa yang mereka konsumsi.
KESIMPULAN DAN SARAN
Defenisi poppers berbeda berdasarkan medis merupakan cairan zat kimia yang
mengandung unsur senyawa morfin dan dari segi orientasi seksual menurut pengguna
homoseksual (laki-laki) didasari pemanfaatan poppers untuk gairah seksual dan menghindari
rasa sakit pada saat berhubungan seks dan poppers menurut pengguna heteroseksual (perempuan
dan laki-laki) berdasarkan perasaan nikmat yang mereka peroleh untuk clubbing dan saat
berhubungan seks. Praktik penggunaan poppers yakni dengan cara yang cukup simple cukup
membuka tutup botol lalu menghirupnya, untuk durasi hirup diperlukan waktu 2-10 detik.
Alasan penggunaannya adalah untuk memperoleh sensasi fly, relaksasi, senang saat clubbing
homoseksual (laki-laki) dan heteroseksual (perempuan). Pengguna homoseksual untuk
meningkatkan fantasi dan gairah seksualnya serta meminimalisir rasa sakit saat berhubungan
seks karena anal seks. Sementara bagi heteroseksual (perempuan dan laki-laki) untuk seks lebih
agresif dan menahan rasa sakit saat terjadi tindakan masokisme. Poppers digunakan dengan zat
kimia (Ekstasi, Shabu-shabu, Kokain, Ganja, Kodein dan Lexo) untuk clubbing namun poppers
dan ekstasi dikombinasikan agar merasakan efek yang lebih cepat. Namun kini mereka lebih
memilih menggunakan poppers dikarenakan cara pemakaiannya yang tergolong mudah dan
aman dibawa kemana saja. Poppers memberi dampak yang buruk untuk tubuh jika
penggunaannya secara terus-menerus, yang dirasakan bervariasi. Efek negatif seperti pusing,
mual, insomnia hingga amnesia, infeksi menular seksual (IMS) seperti sipilis, bisul pada penis
dan infeksi pada anus. Untuk menyeimbangkan penyalahgunaan poppers,mereka berupaya untuk
hidup sehat dengan cara berolahraga (gymnistic, renang, yoga, zumba, jogging, futsal) dan
berberapa dari mereka melakukan diet (diet mayo, menghindari makanan yang memiliki kadar
lemak dan karbohidrat tinggi) yang diyakini dapat memerangi racun yang telah masuk ke tubuh
mereka. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu rujukan bagi remaja pengguna
poppers, untuk mencaritahu apa yang di konsumsi sebelum menggunakannya dan bagaimana
dampak penggunaanya terhadap tubuh mereka. Dinas kesehatan dan BNN (Badan Narkotika
Nasional) untuk menjadikan poppers sebagai zat kimia yang mulai diidentifikasi mengingat zat
kimia ini telah disalahgunakan oleh remaja.
11

DAFTAR PUSTAKA
Afandi D., Fifia C., & Dwi N. (2009). Tingkat Penyalahgunaan Obat dan Faktor Risiko di
Kalangan Siswa Sekolah Menengah Umum. Fakultas Kedokteran Universitas Riau.
Jurnal, 59 (6): 3-4.
Anita, P.H. Ihsan A. (2013). Somadril dan Edgework di Sulawesi Selatan. Amsterdam Institute
for Social Science Research.
Barker C. (2004). Cultural Studies Teori dan Praktek. Kreasi Wacana: Yogyakarta.
Djuharis R. (2013). Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Kurikulum Sekolah Menengah
Kejuruan. Jakarta Pusat. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 19 (4): 514-520.
Hakim, A. (2004). Bahaya Narkoba Alkohol Cara Islam Mencegah, Mengatasi, dan Melawan.
Ujung Berung: Bandung.
Idrus, N.I. (2003). To Take Each Other: Bugis Practice of Gender, Sexuality and Marriage.
Disertasi. Australian National University: Canberra.
Kadir H.A. (2007). Telaah Homoseks, Pekerja Seks, dan Seks Bebas diIndonesia. InsistPres:
Yogyakarta.
Kusumawati P. (2011). Masokisme dan Sadomasokisme Seksual. Diakses 20 Desember 2015.
Avaliable from: http://paramitha-kusumawati.blogspot.co.id/2012/01/masokismedan-sadomasokisme seksual.html.
Lange W.R., Haertzen C.A., & Hickey J.E. (1988). Nitrite Inhalans patterns of Abuse in
Baltimere and Washington. Journal of Drug Alcohol Abuse, AS, 14 (2): 112-117.
Lauritsen J., Hank W.(1986). Death Rush: Poppers* & AIDS. Pegan Pres: USA.
Panjaitan, M. (2009). Konflik Kehidupan Seorang Clubbers. Fakultas Psikologi. Skripsi.
Universitas Sumatera Utara: Medan.
Shindu A. (2015). Fifty Shades of Grey Tak akan Tayang di Bioskop Indonesia. Diakses 7 Juni
2015.
Available
From:
http://hiburan.metrotvnews.com/read/2015/03/04/366135/fifty-shades-of-grey-takakan-tayang-di-bioskop-indonesia.
Theo I. (2010). Fly with Poppers. Diakses 10 Agustus 2014. Available from:
http://mi.scribd.com/doc/97624805/Artikel-Tabel-Poppers.
Timothy M.H., Shoptaw S., Cathy. (2015). Poppers: Huffing as an Emergent Health Concern
Among MSM Subtance User. California,LA. Journal of Gay & Lesbian Mental
Health, 19 (1): 314-316.
Tommy P., Suyasa., Farida W. (2006). Resiliensi dan Sikap Terhadap Penyalahgunaan Zat (Studi
Pada Remaja), Fakultas Psikologi. Universitas Tarumanegara, Jakarta. Jurnal
Kesehatan, 4 (2): 102-104.
Wu L.T., Schlenger., Ringwalt. (2004). Use of Nitrite Inhalants (Poppers) Among American
Youth. Journal Society for Adolescent Medicine, North California, 43 (10): 234237.
Yulianti. (2010). Seks dan Obat-obatan Berbahaya. Diakses 12 Agustus 2014. Available from:
http://lifestyle.okezone.com.

12

13

Вам также может понравиться