Вы находитесь на странице: 1из 2

1.

Vincentius Eko C
2. Aniyah Riansari
3. Muhamad Kaffi
4. Fauziah Azka M
5. Ferdaus H
6. Yusuf Ardian S
7. Arif Mustofa
8. Marsha Ulfah P C
9. Muhammad Fiqih P
10. Khairul
11. Ismu Nilam Devi
12. Risandika A D
13. Muhammad Ilham R

(7760)
(7782)
(7789)
(7792)
(7802)
(7803)
(7804)
(7811)
(7824)
(7833)
(7843)
(7880)
(7882)

Jelaskan pengaruh interaktif suhu tinggi terhadap patogenesitas Jamur Fusarium!


Pertumbuhan dan penyebaran Jamur Fusarium sp. sangat dipengaruhi oleh keadaan pH
yaitu dari kisaran keasaman tanah yang memungkinkan jamur Fusarium sp tumbuh dan
melakukan kegiatannya. Sementara itu, suhu didalam tanah erat kaitannya dengan suhu udara
di atas permukaan tanah. Suhu udara yang rendah akan menyebabkan suhu tanah yang
rendah, begitu juga sebaliknya. Suhu selain berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman,
juga terhadap perkembangan penyakitnya. Jamur Fusarium sp. mampu hidup pada suhu
tanah antara 10-240C, meskipun hal ini tergantung pula pada isolat jamurnya (Soesanto,
2002). Sedangkan menurut Walker (1969), jamur ini berkembang pada suhu tanah 21-330C.
Suhu optimumnya adalah 280C. Sedangkan curah hujan (1.500-2.500 mm/tahun) dan
kelembaban udara yang membantu tanaman (70-90%) juga membantu perkembangan
penyakit.
Suhu
mempengaruhi
perkembangan jamur Fusarium
sp. pada gulma eceng gondok,
dimana terdapat kecenderungan
bahwa semakin tinggi suhu maka
perkembangan penyakit akan
semakin cepat. Hal ini dapat
dilihat pada nilai AUDPC dari
penyakit yang terjadi pada gulma
eceng
gondok
yang
diinokulasikan pada pagi hari (suhu tinggi) cenderung lebih tinggi dari pada nilai AUDPC
dari penyakit yang terjadi pada gulma eceng gondok yang diinokulasikan pada sore hari
(suhu rendah).
Pada Gambar 2 menunjukkan bahwa perkembangan penyakit dipengaruhi oleh suhu
segera setelah inokulasi, dimana gulma yang terpapar pada suhu rendah cenderung
penyakitnya berkembang lebih lambat dibandingkan dengan penyakit pada gulma yang

terpapar pada suhu tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa jamur Fusarium sp. lebih sesuai untuk
tumbuh dan berkembang pada suhu tinggi dibandingkan dengan suhu rendah (Fauzil, 2011)
Seperti kebanyakan Fusarium, penyebab penyakit ini dapat hidup pada pH tanah yang
hidup luas variasinya. Walaupun begitu, patogen akan tumbuh dengan baik pada pH 3,6-8,4
pada media kultur. Penyakit akan lebih berat bila tanah mengandung banyak nitrogen tetapi
miskin akan kalium. Patogen penyebab layu fusarium ini cepat berkembang pada tanah yang
terlalu basah atau becek, kelembaban udara yang tinggi, dan pH tanah yang rendah (Tjahjadi,
1989). Cendawan ini sangat cocok pada tanah-tanah asam yang mempunyai kisaran pH 4,56,0 (Sastrahidayat, 1989). Menurut Semangun (1996) serangan cendawan ini lebih ditentukan
oleh suhu-suhu yang kurang menguntungkan tanaman inang.
Populasi patogen dapat bertahan secara alami di dalam tanah dan pada akar-akar
tanaman sakit. Apabila terdapat tanaman peka, melalui akar yang luka dapat segera
menimbulkan infeksi. Sehingga perkembangan klamidispora dirangsang oleh keadaan akar
tanaman yang lemah, pelukaan pada akar akan memproduksi zat-zat (seperti asam amino,
gulamin) yang dapat mendorong pertumbuhan spora. Selain itu, penyebaran cendawan yang
luas secara alami dapat disebabkan oleh adanya curah hujan dan angin, selain oleh bantuan
bibit atau partikel tanah. Adanya curah hujan yang tinggi akan membantu sebaran cendawan
patogen tular tanah ke daerah lain yang lebih jauh, baik karena percikan maupun ikut aliran
air. Jamur Fusarium spmembetuk sporangium yang berperan di dalam sebaran patogen
karena hujan, selain karena angin (Nugraheni, 2010).

Daftar Pustaka
Mohamad Taufik Fauzi1 , Murdan1 , Irwan Muthahanas1. 2011. Potensi Jamur Fusarium Sp.
Sebagai Agen Pengendali Hayati Gulma Eceng Gondok (Eichhornia crassipes).
Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Mataram.
Nugraheni, Endah Sulistyo. 2010. Karakterisasi Biologi Isolat-Isolat Fusarium sp.pada
Tanaman Cabai Merah (Capsicum Annuum L.) Asal Boyolali. Surakarta [Skripsi].
Sastrahidayat, I. R. 1989. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Usaha Nasional. Surabaya.
Semangun H. 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. UGM Press. Yogyakarta.
Soesanto, L. 2000. Ecology and Biological Control Of Verticillium Dahliae. Ph.D Thesis.
Wageningen University, Wageningen, The Netherlands.
Tjahjadi, N. 1989. Hama dan Penyakit Tanaman. Kanisius. Yogyakarta.
Walker, J.C. , 1969. Plant Pathology. Edisi III, Mc Graw-Hill, New York. Hal. 232

Вам также может понравиться